Transcript for:
Manajemen Hutan Tanaman Ekaliptus dan Akasia

Kalau tadi dengan latar belakang hutan tanaman industri ekaliptus, ini adalah background gambar dari pembimbitan ekaliptus. Kami di PT Arara Abadi, Sinarmas Forestry, mengusahakan dua tanaman utama yaitu ekaliptus dan akasia. Ekaliptus kita tanam di area mineral soil atau dry land, sedangkan akasia kerasikapa kami tanam di lahan gambut.

Dalam paparan ini saya akan menyampaikan secara ringkas apa saja faktor yang mempengaruhi produktivitas dan tentu nanti fokus ke gangguan biotik dengan beberapa contoh kasus sama penyakit. Saya ingin sekali tentang gulma. Mengingat waktu, tidak saya paparkan secara luas dalam paparan ini, mungkin hanya satu slide saja. Dan tadi ditutup dengan pengendalian terpadu secara umum.

Karena nanti secara detailnya tentu dalam materi kuliah Prof. Widya Studi atau Ibu Yayu dan desain lain dipaparkan lebih detail. Ini contoh pemimpinan ekalitus. yang kami produksi sepertahun dalam grup kami memproduksi sekarang ini 600 juta bibit bertahun. Karena kita menanam bertahun itu targetnya 300 ribu hektare di Sumatera dan di Kalimantan.

Berikutnya, produktivitas untuk mengingatkan teman-teman lagi secara umum tentu dipengaruhi. Pertama oleh genetiknya, kemudian oleh lingkungannya. Dan lingkungannya termasuk sifat kulturnya. Dan tentu ada interaksi antara lingkungan dengan genetik. Memang produk kehutanan bukan hanya kayu, tapi juga bisa non-kayu.

Tapi dalam hal ini saya ilustrasikan kita memproduksi kayu karena saya bekerja di hutan tanaman industri untuk industri up and paper. Tentu seratnya kita ambil dari kayu. Ini sangat penting kita mendapatkan genetik yang unggul, dan di pemipitan kita menghasilkan pipit yang sehat, dan untuk pertumbuhan yang baik kita harus melakukan pengolahan tanah dan pemupukan, baik bubuk dasar dan kalau diperlukan bubuk susulan, dan tentu juga pengelolaan airnya.

terutama untuk daerah nasa ya kalau di daerah yang basah. Namun pada kesempatan kali ini kita lebih fokus ke yang pojok kanan atas yaitu gangguan biotik dari kelompok hama dan penyakit. Sementara yang paling bawah itu untuk WIT atau Gulma meskipun budget untuk pengendaliannya itu paling besar sebenarnya dibanding pengendalian hama dan penyakit, tapi hari ini kita lebih.

membahas tentang hamatan penyakit. Meskipun sedikit nanti ada tentang hama. Nah, risiko gangguan biotik di hutan tanaman memang sangat besar ya. Ini hanya angka berdasarkan pengalaman saya 20 tahun terakhir di hutan tanaman industri. Hanya untuk 3 spesies saja, yaitu eucalyptus, akasia mangeum, dan akasia krasikarpa.

Karena masing-masing tanaman itu mempunyai kelebihan dan kekurangannya, ketahanannya terhadap hama penyakit itu agak berbeda-beda. Sebagai contoh, terhadap hama umumnya eucalyptus itu lebih tahan dibandingkan maniun. Tapi terhadap gulma, eucalyptus itu sangat sensitif, kurang bisa bersaing terhadap gulma.

Kalau kita lihat di slide ini. itu kerugiannya bisa menurunkan produktivitas 10-20%. Ini secara umum ya, karena nanti tiap spesies, tiap bulan bisa beda-beda angkanya, dan tiap daerah juga bisa beda. Kemudian untuk akasiamangium, penyakit bisa sampai 28% menurunkan produktivitas, terutama dulu waktu ada penyakit busu akar. Nah kalau lihat di gambar sebelah kanan, ini Pak Bayo telah membuat ringkasannya dari umur 1 bulan setelah tanam, 3 bulan, 6 bulan, sampai 6 bulan.

setelah tanam itu risikonya beda-beda. Sebagai contoh, ulat penggulung daun itu lebih banyak merugikan di awal pertumbuhan tanaman sampai umur-umur 3 bulan setelah tanam. Tapi setelah itu tidak jadi masalah besar bagi tanaman egalitus. Tapi disusul helopeltis.

Dan makin tua nanti muncul penggerek batang. Dan makin tua rayap muncul. Ini...

Ada yang suka di tanaman muda, tapi ada juga yang lebih merugikan di tanaman tua. Demikian juga untuk penyakit, sebagai contoh untuk busu akan dan busu hati itu mulai muncul di umur satu tahun sampai panen. untuk penyakit seperti keramises hanya jadi masalah terutama di umur-umur muda, 21 tahun. Setelah itu tanaman relatif lebih tahan. Ini ilustrasi secara umum yang tentu akan spesifik untuk spesies, klon, lokasi, dan faktor lainnya.

Ini secara umum yang pernah saya alami sendiri di lapangan selama 20 tahun berakhir. Berikutnya. Kalau gulma, ini hanya satu slide yang menggambarkan bagaimana gulma juga bisa menurunkan produktivitas hutan tanaman kita. Sebagai contoh di gambar tengah, yang sebelah kiri itu kalau banyak gulmanya, pertumbuhannya sangat terganggu. Sementara yang sebelah kanan, yang relatif bebas gulma, itu pertumbuhannya bagus.

Dalam kasus... percobaan yang kami lakukan untuk ekaliptus, gulma yang tidak dikendalikan bisa menurunkan sampai 40% produktivitas ekaliptus. Tetapi di Akasia Kerasikarpa itu relatif lebih sedikit, karena Akasia Kerasikarpa lebih toleran terhadap gulma. Tapi ekaliptus tidak bisa begitu kuat kalau menghadapi gulma.

Meskipun tentu gulmanya tergantung juga, karena ada gulma yang noxious, yang sangat merugikan, tapi ada juga yang soft, yang tidak begitu banyak menyaingi tanaman utama. Tapi ini secara umum, gulma kalau dibiarkan, itu bisa menurunkan produktivitas tanaman kita, khususnya di ekalitus. Nah kalau hama, ini bisa ada di mahasiswa perhatikan.

Gambar sebelah kiri maupun yang kanan, sebelah kiri ini kejadian serangan ular daun di hutan tanaman di Brazil. Kebetulan ada staff saya yang dari Brazil, dia kasih foto ini. Nah sebelah kanan, ini yang kita alami sendiri di Rio, serangan ular daun pada eucalyptus. Tapi kita beruntung tidak semua klon eucalyptus itu rentan terhadap ular daun ini. Dengan adanya tanaman yang tahan, kita bisa mengurangi gangguan ulat daun ini.

Dan kalau kita gambarkan dengan cara perfect light, yang hijau itu berbahaya, kuning agak berbahaya, merah itu berbahaya. Ini kondisi awal-awal tahun 2000-an. itu sangat disukai oleh rayap, tapi kali itu kurang disukai.

Kemudian ini ada rayap agak medium risk, tapi ini tergantung juga kepada jenis rayap. Sekarang muncul jenis rayap baru yang nanti di akhir slide ini akan saya tunjukkan. Masalah di Kalimantan Timur, ada jenis rayap yang suka dengan ekaliptus, sekarang kondisinya sangat berbahaya.

Jadi ini sifatnya dinamis, yang tadinya kuning bisa menjadi merah, tapi sebaliknya begitu kita mendapatkan tanaman yang tahan, yang merah itu bisa menjadi hijau. Jadi sifatnya dinamis. Sebagai contoh, goldworth yang paling bawah itu, di sini kita sebut sebagai potensial risk, karena...

Sejauh ini gold worth relatif sedikit kita jumpai di areal kita. dan lebih banyak masalah di negeri lain. Dulu kita anggap bebas dari bulwark, ternyata sudah juga masuk ke Indonesia.

Dan untuk spesies tertentu, eucalyptusnya itu sangat rentan. Untungnya eucalyptus pelita yang kita kembangkan itu tahan berhadap bulwark atau penyakit, eh maaf, bukan penyakit, ini hama. apa namanya ya, berikutnya, contoh ilustrasi bagaimana si monyet ini, baik ekor panjang maupun ekor pendek merusak akasia terutama.

Kalau akasia kerusakannya lumayan parah, tapi kalau ekaliptus jendulung setelah dia coba-coba mungkin agak pedas ya, dia tidak meluas serangan. Tapi untuk akasia mamium itu Bahkan di Sumatera Selatan, satu perusahaan, pasianya hancur oleh serangan monyet. Di samping monyet ada juga tupai. Di Kalimantan, pernah kami jumpai, ada satu kebun yang cukup tinggi serangan, tapi tidak separah akibat serangan monyet. Berikutnya, di samping itu ada juga penggere.

batang, juga penggerak cincin, kadang-kadang disebut penggerak cincin karena gerakannya itu melingkar di batangnya, sehingga seperti cincin. Tapi ada juga penggerak dari kelompok serangga yang berusia, itu jadi masalah juga di Asia maupun yang lain. Dan yang lebih berbahaya kalau dia Bekas serangannya menjadi jalan masuk bagi jendawan seperti seratus biskis. Sebelah kanan ini contoh rayap yang menyerang akasia.

Tapi nanti ada juga jenis rayap yang berbeda, itu menyerang eucalyptus. Ini beberapa contoh gambar hamaknya, heliopertis yang bisa kucuk daun akasia muda terutama. Tapi kalau sudah tua jarang kita jumpai. Demikian juga penggulung daun lebih banyak dijumpai pada tanaman muda yang baru berumur di bawah 6 bulan. Demikian juga ulat daun.

Meskipun ulat daun ini banyak sekali jenisnya, ada jenis bahkan ada yang baru saja berkembang dalam beberapa bulan terakhir untuk gelung tertentu itu sangat disukai. Ada namanya ulat bagong. Itu hampa baru.

Ini kita contohkan beberapa penyakit yang kami jumpai di ekaliptus misalnya. Mohon maaf saya lebih konsentrasi ke ekaliptus dan akasia. Jadi kalau di Jawa mungkin lebih banyak saemon atau yang lain. Tapi mengingat waktu kita fokus ke contoh pada ekaliptus dan akasia. Bagaimana contoh layu bakteri ini menjadi masalah?

penting di eukalyptus dan Pak Bayok yang sebagai pendamping saya ini mendapatkan SDK-nya dengan studi tentang penyakit layu bakteri pada eukalyptus. Dan ada juga sekarang yang sedang meneliti tentang seratusistis yang menyebabkan busuk batang. Dan juga bahkan penyakit lainnya seperti busuk akar. Prof. Budi Asuti tentu menjadi pakarnya ya kalau penyakit busu akar dengan ikut derma yang beliau kembangkan bisa membantu juga mengurangi masalah penyakit busu akar oleh dano derma. Nah tentu kita lihat pada tahun banyak juga masalahnya, sebagai contoh pada slide berikut.

Nah kejalannya nampak beda-beda ya, tadi kan. dijelaskan oleh presenter pertama tadi tentang penyakit pada kipalitus. Nah ini penting adik-adik mahasiswa dalam mendiagnosis perhatikan ya, meskipun sama-sama bercak pada daun, warna bercak, polanya itu beda-beda ya, ada yang warnanya agak coklat tua, ada yang coklat muda, ada yang hitam, terus kemudian ada yang berikut. Bercaknya itu dibatasi tulang daun, tapi ada juga yang menerjang tulang daun. Nah ini perhatikan pola bentuk dan warna bercak itu bisa menjadi klub di dalam diagnosa penyakit pada tanaman.

Ini khususnya pada ginkgalitis. Nah ini contoh penyakit layu di lapangan. Kejalanya seperti ini ya, layu mengering. Dan kalau kita buka di bagian dalam tatangnya. Terjadi perubahan warna.

Perubahan warna ini gejala. Tandanya berupa lendir seperti tadi disampaikan oleh Mas Andre. Dengan Pak Hediah. Ini lendirnya. Ini gejala dan tanda.

Penting di dalam mendiagnosa penyakit tanaman untuk memahami gejala. dan tanda. Nah gejala ini bisa gejala luar seperti layu, bercak, nah gejala dalam itu misalnya perubahan warna pada pembuluh batang.

Nah ini contoh bagaimana risiko penyakit berdasarkan umur tanaman yang sempat saya singgung di awal juga ya. Nah kalau busu adi dan busu akar itu makin berbahaya pada tanaman yang tua. Sementara kalau tiramises itu lebih berbahaya.

Dan juga layu bakteri lebih nampak masalahnya di tanaman umumnya. Ini contoh bagaimana akibat serangan ganoderma pada apasya. Saljuknya terhambat, daunnya menuning, bahkan rontok.

Kemudian juga... pohonnya mudah dimbang oleh angin. Dan kalau kita perhatikan, umumnya serangan ganoderma ini mengelompok.

Beda dengan 100 istis yang bisa agak lebih pacat serangannya. Dan kalau kita lihat tanda patogennya, itu ada di akar maupun di batang. Bupa buah ganoderma di batang ataupun plinsomorfa yang miselia atau benang-benang yang memadat pada permukaan akar. Demikian juga kalau kita perhatikan di bawah kulit batang maupun kulit akar, kalau kita buka ada pembusukan, tapi juga kita lihat ada tanda batuknya berupa miselia.

Kalau pada derma cenderung lebih putih dan halus, lebih kalor. Pelinus sama-sama menyebabkan busuk, tapi gejala dan tandanya sedikit berbeda. Agak khas kalau pelinus, kalau kita biarkan di media itu lebih kasar dan lebih lambat bukunya. Dan kalau kita coba cek di lapangan dalam bentuk trial, kita tanam beberapa spesies di area yang memang inogulum, ganodermanya itu banyak. petak yang sebelumnya itu kejadian ganodermanya tinggi, maka kita bisa lihat ada perbedaan ketahanan dari tanaman.

Nampaknya di sini setelah 6 tahun, satu slide ini nunggu 6 tahun untuk membuat satu slide. Nampaknya sederhana, tapi memperlukan 6 tahun. Kalau dokter pun bisa segera lulus.

dan dari sini kita tahu memang akasia kerasi karpan yang paling bawah warna pink ini dari tahun ke tahun terus menurun survivalnya karena banyak mati oleh ganoderma, pada tahun ke-6 tinggal 14% yang hidup sementara akasia manggium tinggal 38% ekalitus masih 74% nah ini menjadi alasan juga kenapa pada waktu itu kita mengganti akasia mangium yang bisa kita budidayakan di trail land, kita ganti dengan eucalyptus. Karena dari trial ini, kata ini, kita bisa tahu eucalyptus itu lebih tahan terhadap ganoderma dibanding akasia mangium. Yang berikutnya, ini contoh gejala busuk mata oleh 100 istis, selain perubahan mata yang... Di bagian dalam ada garis-garis hitam ini, aromanya juga seperti tape.

Begitu kita masuk HTI, satu peta. Kalau ada kecium Cium bau tape Nah ini ada 100% Mudah-mudahan yang puasa tidak tergoda ya Mohon maaf kalau saya cerita Aroma tape Nanti untuk buka puasa saja Mudah-mudahan gak ngantuk ya teman-teman Gimana? Masih bisa ngikutin? Masih Pak Masih Pak Terima kasih masih menyimak. Mudah-mudahan masih bisa saya teruskan ya.

Nah ini contoh gejala layu dan mati pucuk serta busuk oleh seratus distis pada Akasia. Inilah yang menghancurkan Akasia Mangium ya, selain oleh busuk akar, juga oleh seratus distis. Nah seratus distis ini terutama berkembang setelah ada serangan monyet. banyak yang luka, batangnya, kulitnya disopek, lalu monyet, karena monyet ini cari daerah yang dikambil. Karena luka, 100 titik masuk, habislah.

600 ribu hektare kurang lebih sebelum tahun 2012. Makasih emang yang hancur, tidak bisa lagi kita pertahankan, dan kita ganti dengan yukalitus yang lebih tahan terhadap. seratusistis maupun penyakit dusu akar oleh kandodermi. Ini contoh seratusistis. Di media, nampaknya warnanya hitam.

Ini masa sporanya, kita lihat di bawah kaca pembesar, dan juga bentuk peritesiannya. Kita tidak bahas tentang morfologi secara detail, ini di mikrologi. Nah, keriting daur ini oleh pasalora hanya menyerang, saat ini hanya menyerang akasia kerasi karpas. Tidak menyerang akasia manggil, tidak menyerang ekalipto.

Sangat spesifik dia menyerang akasia kerasi karpas saja di lahan gambut. Dan terutama memberi dampak pada tanaman muda sebelum umur satu tahun. Tapi setelah satu tahun relatif kecil dampaknya. penampakannya di daun, kemudian kalau kita lihat di bawah kaca pembesar, gejalanya, bercaknya, dan nampak tanda patogenya yang berupa konidia.

Kalau kita perbesar lagi di bawah mikroskop, nampaklah seperti gada tabu. Untuk beduk nanti salur itu, eh juga, seperti penabu beduk. Nah, setelah kita mengenal gangguannya, kejalaknya, tandanya, tentu kita ujung-ujungnya bagaimana mengendalikan penyakit ataupun gangguan biotik itu. Dan pengendaliannya kita mempunyai satu rangka kerja atau sistem dalam pengendalian penyakit terpadu. yang meliputi subsistem pencegahan, yang hijau ini subsistem monitoring, dan subsistem pengendalian.

Tentu kita punya prinsip ya, pencegahan lebih baik dari pengobatan. Satu kilo pencegahan lebih baik daripada satu ton pengobatan. Nah, untuk mencegah penyakit, Mulai dari bagaimana kita memilih jenis tanaman yang sesuai dengan lahan kita, terutama kalau ada kelompok yang tahan, dan kita seleksi lahan yang sesuai dengan kelompoknya.

Sebagai contoh, akasia, rasikarpa itu cocoknya di campur. Begitu kita tanam di mineral, tumbuh, tapi gangguan penyakitnya sangat luar biasa. Sebaliknya, ekalitus tidak bisa kita tanam dengan baik.

di lahan gambut, maunya di tanah menerang. Nah, kesesuaian antara jenis tanaman dengan saibnya, itu fondasi di dalam menjaga masalah lembang penyakit juga. Nah, tentu nanti sistem-sistem kulturnya bagaimana cara tanam, jenis dan dosis pupuk, dan manajemen kebun yang lainnya, itu menjadi penting ya, termasuk mengurangi sisa kayu panen sebelumnya yang bisa menjadi... sarang rakyat seperti di kasus Galbib karena banyaknya sisa kayu dalam pemanenan sebelumnya apalagi waktu itu kayunya tidak cukup ekonomis untuk dibawa ke pabrik, itu ditinggal di kebun, itu ternyata menjadi kompaktus karena menjadi tempat bersarannya sama rakyat. Karena itu penting sekali kita mengurangi sisa kayu di peta-peta RTI kita.

Nah tentu setelah kita tanam, kita harus melakukan monitoring yang rutin dan kita... Kalau kita jumpai hama atau penyakit tertentu, harus kita evaluasi apakah mempunyai dampak ekonomis yang tinggi atau minor. Kalau minor yaudah, kita ambil keputusan, no action.

Kita cukup monitor saja. Tapi apabila punya potensi untuk merugikan, maka kita harus melakukan pengendalian, baik pilihannya apakah cara hayati, maupun kadang-kadang terpaksa dengan cara kimia juga. sebagaimana nanti kami contohkan pada selain berikutnya.

Ini sebagai contoh di Brazil dalam pengembangan integrative best management atau pengelolaan hamat terpadu, pertama apakah kita harus mengendalikan? Nah ini untuk itu kita harus monitor. Dan dari monitoring itulah kita bisa mengambil keputusan apakah...

Misalnya, ada di situ apakah predator, parasitoid, atau musuh alaminya itu bekerja dengan baik nggak? Kalau dia bekerja, oke kita bisa keserahkan kepada musuh alaminya. Tapi apabila diperlukan intervensi karena predator, parasitoid, atau musuh alaminya lainnya kurang bekerja dengan efektif, kita terpaksa. melakukan penyemprotan dengan plastik sidakinya sebagai usaha terakhir apabila diperlukan.

Dan itu memang terjadi di tempat kami, di lapangan kadang-kadang kami terpaksa melakukan penyemprotan. Nah ini contoh monitoring bisa secara visual, bisa juga kita harus mengambil contoh tanamannya. Kita harus melakukan pencapaian untuk kelaporan, bisa menggunakan perangkap untuk monitoring hama.

Tapi juga dengan teknologi baru, apakah dengan menggunakan drone, satelit, kita juga bisa melakukan monitoring terhadap kesehatan tanaman. Dan kemudian tentu masih diperlukan ground check untuk memastikan apakah informasi yang diperoleh dari citra satelit. maupun drone itu masalahnya apa yang secara spesifik. Karena kadang-kadang foto udara hanya bisa memberikan indikasi ada abnormalitas, misalnya berupa tanaman yang mengering. Tapi apa penyebabnya?

Seringkali kita harus melakukan ground check, harus masuk juga ke lokasi. Saat ini... Umumnya masih manual, masih ada ground check, tapi tentu status sama penyakit tidak real-time.

Dan diperlukan banyak tenaga kerja untuk melakukan pengamatan di lampang. Tapi kalau dengan teknologi baru, itu bisa lebih cepat hasilnya, dan lebih real-time, tenaga kerja juga sedikit. Sebagai informasi, sekarang ternyata sulit mendapatkan tenaga kerja yang mau bekerja di HTI yang sangat luas. Nah, untuk menerapkan pengendalian ada beberapa prinsip.

Yang pertama tentu eksklusi, jangan sampai patuh gini itu masuk, patuh hama baru masuk ke areal kita. Nah, apabila sudah masuk maka kita kadang-kadang harus melakukan eradikasi, terutama untuk hama penyakit yang masih baru dan masih sedikit jumlahnya. Nah, prinsip yang berikutnya adalah proteksi, terutama untuk melindungi tanaman yang tentang. Nah ini kalau di nursery ya bisa berupa greenhouse, tapi bisa juga bisa proteksi kimia dengan menimprotkan fungisida protektif. Tapi yang terbaik adalah prinsip yang keempat yaitu resistensi.

Jadi kini kita mengeleksi untuk menanam jenis tanaman yang tahan sama penyakit. Inilah empat. Ibaratnya kalau...

Kita ibaratkan perisai, eksklusi itu perisai pertama. Perisai kedua, eradikasi. Perisai ketiga, proteksi. Dan perisai yang terbaik dan terdalam adalah resistensi atau ketahanan.

Kalau bicara tentang teknisnya, maka kita bisa bagi cara kutub teknis, pemilihan jenis tanaman tahan, penggunaan agenayati, cara mekanik. Bisa juga dengan menggunakan peraturan, termasuk karantina. Dan bisa juga menggunakan bahan kimia seperti...

dan ini mungkin detailnya dibahas dalam topik khususnya. Ini sebagai contoh gambar bagaimana kami terpaksa waktu itu melakukan pengendalian secara kimia. Karena tanamannya sudah tinggi, kita tidak bisa hanya menggunakan alat semprot gendong biasa, kita harus pakai teleskopik stick, knapsack. Ini disambung dengan... semacam galah, atau kadang-kadang pakai booster supaya cairan yang kita semprotkan itu bisa naik sampai ke bucut tanaman.

Dan kita juga menggunakan trul agar pesticida yang kita aplikasikan itu bisa sampai ke bucut tanaman, karena seringkali amannya ada juga sampai ke bucut tanaman. Ini sebagai ilustrasi, ini adalah Usaha terakhir dan terpaksa karena pada waktu itu kita monitor musuh alaminya tidak bekerja dengan optimal di peta ini pada klun tertentu ini. Tapi dari pengamatan kita, monitoring kita, kejadiannya hanya pada klun tertentu, tidak terjadi pada klun lain. Dari perdasarkan itu, kita sekarang menyetop penanaman klun yang rentan ini.

Lebih fokus mengembangkan. belum yang paham. Bisa saya lanjutkan?

Bisa, Pak. Sayangnya yang puasa belum bisa ngopi ya. Tapi saya juga puasa, tapi izinkan saya lanjutkan ya. Masih ada waktu berapa menit, Pak? Masih ada 15 menit Pak Baik, izinkan saya melanjutkan ya Pak Baik, ini sebagai contoh Kita mempunyai hama baru di eucalyptus Rayapnya namanya micro serothermes Beda dengan rayap yang menyerang akasia Itu umumnya dari koptothermes Nah itu yang digambar sebelumnya itu koptothermes yang menyerang akasia Tapi ini adalah mikro serotermes.

Nah ini ada contoh gambarnya, mikro serotermes itu menyerang eucalyptus, sedangkan koptotermes itu lebih banyak menyerang bekasiat. Dan ini pentingnya kita juga memahami identifikasi jenis-jenis rayap. Mungkin diperlukan keahlian khusus untuk mengidentifikasi rayap. Dan ini penting supaya kita juga tahu mana jenis rayap yang tidak.

mengganti tanaman hidup, hanya memanfaatkan tanaman yang sudah mati atau sisa-sisa kayu, ini mikroserotermes justru bisa menyerang tanaman yang hidup. Dan tentu setelah mati, dia lanjut juga sampai habis dimakanya. Ini hama baru di Kalitus, dan repotnya mikroserotermes ini kasta reproduktifnya ternyata Banyak ya, umumnya ratu kan hanya satu ya, tapi dia punya ratu, apa istilahnya, ratu sekunder atau, ya, ini orang entomologi yang lebih paham. Tapi kita jumpai, rayap ini kenapa begitu cepat dia berkembang, ternyata ratunya tidak hanya satu ya, yang reproduksi itu bisa banyak.

Dan ini contoh serangannya. Mula-mula nampak ya agak menghitam. Ini kalau kita jalan atau berkendara di pinggir kebun, ada nampak perbedaan. Yang diserang itu batangnya jadi hitam karena tertutup oleh sarang dari rayap ini ya. Dan kita perhatikan, dia ini bersarang di bawah ya.

Ini sisa-sisa kayu yang hasil kebanggan yang lama yang tertinggal itu menjadi tempat berkembang biarnya. Oleh karena itu, dalam pengendalian kita punya metode yang namanya FDC, singkatan dari F to Find. D itu destroy, C itu control. Kita harus nemukan di mana sarangnya.

Dan kalau ketemu sarangnya harus kita hancurkan. Baik dengan arah mekanik maupun dengan menyemprot bagai kimia. Sampai seluruh sarang di peta itu hilang.

Ini main destroy control. Itu yang kita terapkan di dalam pengendalian hama rayak ini. Sebagai contoh, ini pengalaman praktis yang...

harus kami kembangkan dalam pengendalian rayap di HPI. Cari pohon yang berkejalan. Ini untungnya relatif mudah karena warnanya biasanya hitam sebagaimana nampak di foto ini.

Dan dari situ kita cari sarang yang ada di bawah, biasanya di sisa-sisa kayu sebelumnya, sebagaimana kita lihat pada foto ini. Kalau nampak ini harus kita hancurkan dengan dodos, dengan parang, dan kemudian kita semprot. Ini kita hancurkan dengan berbagai alat mekanis, dan kita lanjutkan dengan penyemprotan inseksida.

Tentu pemilihan inseksida apa yang efektif itu menjadi topik tersendiri di dalam trial-trial kita. Kita mencoba beberapa jenis inseksida, efektif, tapi juga secara ekonomis bisa kita bertanggung jawabkan. Contoh bagaimana kalau di pohon, bagaimana kita menemprot, itu kita beri arahan kepada pekerja kita, baik jaraknya, arahnya, bagaimana kita menemprot. Ini teknis di lapangan, nah itu contoh pengendalian rayap dengan menggunakan...

kombinasi sebenarnya cara mekanis dan cara kimia. Berikutnya, bagaimana kita mengendalikan hamba penyakit secara hayati. Karena kita tahu, kalau hanya mengandalkan kimia, itu satu mahal, kedua juga bisa mencemangi lingkungan dan juga berbahaya bagi aplikator.

Oleh karena itu, kita... harus memadukan berbagai cara, baik itu kimia, fisik, budidaya, dan tentu memanfaatkan agen hayati yang bisa secara alami mengendalikan hama maupun patogen penyebab penyakit. Sebagai contoh, untuk mengendalikan penyakit layu bakteri, kami menemukan satu bakteri endofitik, jadi yang ada di dalam jaringan tanaman.

Dan itu sangat efektif bisa menyaingi penyebab layu atau BWD itu bacterial disease yang namanya Rastonia solanacea. Nah ini kita sudah produksi bio agent ini dan sudah kita aplikasikan di pembimbingan kita. Ini sebagai contoh ilustrasi bagaimana kami mencampurkan suspensi bakteri ini dan kemudian kita... pakai untuk mencelup bibit sebelum ditanam, dan hasilnya luar biasa bisa mencegah kerugian yang miliaran rupiah.

Oleh karena itu, penting sekali kita juga menggunakan agen hayati. Tadi contoh untuk layu bakteri. Bagaimana dengan penyakit busu akar? Sama saja kita juga harus mencoba mengkombinasikan. Satu, kita menggunakan klon eklipis yang tahan.

Dulu akasia manggium itu sangat rentan dan kami belum menemukan klon yang tahan. Karena itu kita tidak bisa lagi menanam akasia manggium, kita menanam eklipis. Tapi di antara klon ekalitus pun ada perbedaan ketahanan. Kita pilih yang lebih tahan.

Dan kita sekarang tidak menanam lagi akasia di area yang banyak ganoderma. Jadi kita menghindari area itu, avoidance. Dan apabila terjadi serangan, kita cabut.

Dan kita juga melakukan pemetaan area yang terserang ganoderma. Dan apabila di situ memang jadi sarang ganoderma, kita... aplikasikan agen hayati, apakah Trigoderma, apakah Serena.

Terima kasih Prof. Widya Studi yang telah melintih banyak tentang Trigoderma. Kami terinspirasi juga oleh penelitian-penelitian beliau. Kan ada bukunya ya, Prof. Widya Studi. Ini contoh kita ujikan ya, memang banyak isolat Trigoderma, maupun streptomyces yang bisa kita pakai untuk menjadi pengendali Ganoderma. Nampak di gambar tengah itu.

bagaimana Trichoderma itu bisa menjadi antagonis dari Ganoderma. Demikian juga yang sebelah kanan, Structomyses bisa menghambat pertumbuhan Ganoderma. Tadi di lab, ini sekarang bagaimana kita memperbanyaknya Trichoderma, kita perbanyak dengan media tertentu, dan kita seberarkan ke lapangan maupun dicampurkan ke media pemipitan.

Namun untuk serena kita belum bisa menemukan cara yang efisien untuk mass production-nya, masih menggunakan potongan-potongan kayu, dan potongan kayu yang sudah kita tumbuhi dengan serena maupun satu lagi namanya plebiopsis, itu kita jadikan pengawal pada waktu penanaman kakasian maupun engkalitus kita di lapangan. Sebenarnya di lapangan banyak juga jenis-jenis jamur busuk putih, yang bisa menjadi pesaing Ganoderma. Khususnya di area yang banyak sisa kayu, sebelum dimanfaatkan oleh Ganoderma, jamur busuk putih ini lebih dulu mendegradasi sisa kayu, sehingga tidak dimanfaatkan oleh Ganoderma. Kita juga mengembangkan... Musuh alami untuk hama dari kelompok entomo patogen, yaitu patogen yang bisa menyerang serangga.

Ini dari kelompok misalnya metalisium, bifuria, itu bisa menjadi musuh alami hama. Tapi di samping mikroba, kita juga memanfaatkan serangga yang bisa memarasit serangga. secara umum disebut parasitoid. Parasitoid ini, masuk alami dari kelompok serangga yang memarasit serangga. Ini kayak jeruk makan jeruk.

Tapi ini serangga memarasit serangga. Ada juga yang jadi predator, seperti beberapa jenis gebek, sikanus, itu bisa langsung memangsak, membunuh, langsung ulang. Contoh ini gambarnya bagaimana kepek predator itu memaksa ulang.

Nah ini contoh ulat dagong yang baru-baru ini menjadi hama di eucalyptus klun tertentu. Nah ini untungnya kita mempunyai kawan yang namanya salah satunya risikanus, kita berbanyak di lab, dan kita lepas di lapangan dan bisa membantu mengurangi populasi ulat daun. Ini contoh bagaimana si jamur entomopatogen yang patogenik terhadap hama.

Kita lihat B. viria di lapangan bekerja yang bisa menginfeksi ulat. Mereka juga metarizium bisa menginfeksi lundi. Ini kita manfaatkan juga di dalam pengendalian hama. Kalau kita belajar ke Brazil, mereka lebih maju, terus terang ya, di dalam pengendalian hayati untuk hama.

Mereka sudah sangat advance, banyak lab yang besar, khusus untuk memproduksi musuh alami hama. Ini contoh bagaimana mereka mengaplikasikannya di lapangan, termasuk bagaimana mereka menggunakan trur untuk melepas musuh alami. Ini contoh bagaimana di Brazil serangan nama Hama Bronze Park membuat kering coklat HTI-nya.

Nah setelah diproduksi parasitoid yang memarasit Hama ini dan dilakukan penglepasan dari tahun 2012, dari tahun ke tahun. populasi pemusuh alaminya itu meningkat dan populasi hamanya bisa ditekan. Ini salah satu contoh keberhasilan penggunaan agen hayati, dalam hal ini parasitoid yang bisa mengendalikan hama.

Awalnya memang mereka menggunakan insektisida kimia, tapi secara bertahap diganti dengan agen hayati. Nah, penggunaan... Varitas atau klon yang tahan merupakan cara yang terbaik. Dan kalau kita punya itu paling murah dan efektif.

Keuntungannya jenis tanaman yang tani segera bekerja. Begitu kita tanam langsung kerja. Karena perisai ketahanannya langsung bekerja. Namun sayangnya umumnya hanya efektif untuk satu atau beberapa jenis hama saja. Tidak bisa.

berlaku umum. Ini sebagai contoh ini yang saya foto beberapa belas tahun yang lalu sebenarnya ini, kalau kita uji ada klon eucalyptus yang rentan sekali terhadap campur rentu, dalam hal ini keramik ses destruktan, tapi ada juga klon yang tahan. Nampak ya betapa bedanya antara bumi dan langit penampilan tanaman yang tahan. berada penyakit tertentu. Dan betapa besar risiko kalau kita menanam tanaman yang tertentu.

Nah sebagai ringkasan, ini bahwa tanaman penyakit atau faktor biotik ini menjadi kendala penting dalam mencapai produktivitas tanaman. Bahwa langkah pencegahan, monitoring, dan pengendalian itu merupakan rangkaian kerja dalam pengendalian tanaman terbagi. Dan ada empat prinsip dalam pengendalian. Pertama, eksklusi.

Kedua, eradikasi. Tiga, proteksi. Dan keempat, resistensi.

Dan untuk menerapkan prinsip ini tentu diperlukan beberapa teknik yang meliputi cara fisik, kimia, kaya hati, budidaya, dan juga penggunaan peraturan seperti garantiman. dan pesticida maupun yang kimiawi ya, itu adalah komponen penting yang harus diterapkan secara hati-hati dan tepat. Dan dari pengalaman itu kita jarang sekali ya berhasil jika hanya mengandalkan satu cara pengendalian.

Karena itu dalam PHT penting ya untuk memadukan beberapa cara yang tersedia. dengan berbasis hayati. Tentu kita harus mempertimbangkan efisiensi ekonomisnya dan juga keamanannya bagi lingkungan. Dan ini prinsip umum, 1 kg pencegahan lebih baik daripada 1 ton pengobatan.

Karena itu, khususnya di dalam pengelolaan hutan tanaman industri, kita harus lebih konsentrasi pada pencegahan. Baik, itulah presentasi singkat, tapi mohon maaf agak cepat-cepat mengingat waktu untuk menghasilkan kayu sebagaimana nampak dalam gambar ini. Produktivitas HDI yang sangat tinggi. Terima kasih atas perhatian teman-teman.