Sungguh merupakan suatu konstruksi berpikir modern dari kaum muda kita jauh sebelum Indonesia Merdeka. Karena keberanian dan kreativitas para pemimpin bangsa yang berhasil menerobos batas-batas formalitas. Ini fakta sejarah yang dapat menjadi pelajaran bagi generasi sekarang.
PEMBICARA 1 kami pendidikan Pancasila. Setelah lebih khusus yang dibahas adalah Urgensi Pendidikan Pancasila yang pada intinya bahwa Pancasila yang telah dirumuskan oleh para pendiri bangsa sebagai dasar filsafat negara melalui penggalian, penyerapan, konteks dualisasi, rasionalisasi dan aktualisasi harus dijaga dan dirawat. Pendidikan Pancasila dalam konteks ini merupakan ikhtiar pedagogis untuk tetap menjadikan Pancasila sebagai karakter dan haluan bersama sebagai titik temu, titik tumpu, dan titik tuju bangsa Indonesia.
Demikian kira-kira simulannya. Pertemuan kali ini kita akan membahas tinjauan historis Pancasila. Udayan akan diawali kegiatan rintisan gagasan untuk mencari sintesis antar ideologi.
Selanjutnya akan diuraikan kegiatan merumuskan dasar negara. Urian diakhiri dengan proses pengesahan Pancasila sebagai dasar filsafat negara atau filosofis se-Gronslach dan pandangan dunia Weltansau. Mari kita mulai membahas kegiatan kegiatan rintisan gagasan mencari sintesis antar ideologi para mahasiswa yang budiman bisa jadi diantara kalian ada yang bertanya kegiatan rintisan gagasan untuk mencari sintesis antar ideologi itu apa maksudnya? Maksudnya adalah fakta-fakta pemikiran tentang konsep ideologi yang jauh sebelum para tokoh kebangsaan bersidang pada Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemperdekaan tahun 1945. Jika diringkas, fakta-fakta pemikiran tersebut adalah sebagai berikut. Sejak 1924 perhimpunan Indonesia di Belanda merumuskan konsepsi ideologi politiknya dalam 4 prinsip Persatuan Nasional, Non-Kooperasi, Kemandirian, dan Solidaritas Konsep ideologi politik perhimpunan Indonesia sendiri sesungguhnya merupakan sintesis dari ideologi politik beberapa organisasi pergerakan yang sudah ada sebelumnya.
Misalnya, persatuan nasional merupakan tema utama indisi parti. Non-kooperasi merupakan platform politik kaum komunis. Dan kemandirian merupakan... tema utama syarikat Islam.
Sementara itu solidaritas merupakan simpul yang menyatukan ketiga tema utama tersebut. Selanjutnya Tan Malaka sekitar tahun 1924an menulis sebuah buku Nar The Republic Indonesia. atau menuju Republik Indonesia dalam bukunya itu ia memberi penekanan bahwa paham kedaulatan rakyat atau demokrasi memiliki akar yang kuat dalam tradisi masyarakat Nusantara Cokro Aminoto dalam masa yang hampir bersamaan mulai mengidealisasikan suatu sintesis antara Islam, Sosialisme, dan Demokrasi.
Ilyas Jakub dan Muhtar Lutfi, pemimpin perhimpunan mahasiswa Nusantara di Cairo. Sepulangnya ke tanah air, mendirikan Persatuan Muslimin Indonesia atau PMI pada 1930 dia dengan slogan Islam dan Kebangsaan. Intro Para mahasiswa yang beriman, urian tadi merupakan catatan sejarah ringkas Intro dari aktivitas para mahasiswa Nusantara yang belajar di luar negeri. Mereka sangat terobsesi dengan ide nasional. Bagaimana halnya dengan tokoh-tokoh mahasiswa di dalam negeri sendiri?
Pada 1926, Soekarno sebagai tokoh pergerakan pemuda di Bandung menulis esai dalam majalah Indonesia Muda dengan judul Nasionalisme, Islamisme, dan Marsisme yang mengidealkan sintesis dari ideologi-ideologi besar tersebut. Tujuan Soekarno dalam mencari senyawa antar ideologi dalam rangka konstruksi kebangsaan dan kemerdekaan Indonesia. Pada 1932, Soekarno mengkonstruksi sintesis dari tiga unsur ideologi tersebut dalam istilah Sosionalisme dan Sosiodemokrasi. Baru setelah Soekarno dibuang ke ND oleh Belanda, karena ia memperoleh waktu yang lebih banyak untuk mendalami pemikiran-pemikiran keagamaan, maka lahirlah istilah Sosio-Religius.
Pada detik ini, kandungan Pancasila telah menemukan bentuk awalnya. Para mahasiswa yang beriman, yang dapat dipandang sebagai monumen hasil pencarian sintesis gagasan antarideologi itu adalah Sumpah Pemuda. 28 Oktober 1928. Mengapa Sumpah Pemuda merupakan monumen sintesis gagasan antarideologi?
Sebab visi Sumpah Pemuda adalah mempertautkan segala Alak keragaman gagasan itu dalam satu kesatuan tanah air dan bangsa, serta dengan menjungjung bahasa persatuan Indonesia. Melalui sumpah muda, kaum muda berusaha menerobos batas-batas batas etno-religius atau dikenal sebagai etno-nasionalism dengan menawarkan bangunan nalar baru berdasarkan konsepsi kewargaan yang menjalin solidaritas atas dasar kesamaan tumpah darah bangsa dan bahasa persatuan atau dikenal sebagai civic nationalism Peringsutan nalar etnonasionalisme ke civic nationalism sungguh merupakan suatu konstruksi berpikir modern dari kaum muda kita jauh sebelum Indonesia merdeka. Ini patut dijadikan peladan kaum muda masa kini. Pertukaran pikiran antar ideologi secara horizontal dan antar generasi secara vertikal itu pada akhirnya bukan hanya melahirkan antitesis melainkan sintesis. Maka akan kita dapati dalam proses selanjutnya betapapun terjadi benturan antar ideologi Karakter keindonesiaan yang serba menserap dan menumbuhkan pada akhirnya cenderung mengarahkan keragaman tradisi pemikiran itu ke titik sintesis.
Misalnya tergambar pada fase perebusan dasar negara pada sidang-sidang BPUPKI yang segera akan kita bahas berikut ini. Terima kasih telah menonton Para mahasiswa yang budiman, seiring dengan kekalahan demi kekalahan yang dialami Jepang pada Perang Pasifik, pemerintah Jepang merasa perlu untuk membujuk para pemimpin bangsa Indonesia. Pada tanggal... 7 September 1944 Perdana Menteri Kaiso mengucapkan janji bahwa Toh Indo atau Hindia Timur yakni negara kita sekarang akan diperkenankan merdeka kelak di kemudian hari Dalam rancangan awal Jepang, kemerdekaan akan diberikan melalui dua tahap.
Pertama, melalui badan penyelidik usaha persiapan kemerdekaan. Dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Jusokai. Kemudian kedua, disusul oleh pendirian panitia persiapan kemerdekaan yang dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Iinkai.
Tugas BPUPK hanyalah melakukan usaha-usaha penyelidikan kemerdekaan. Ada pun tugas penyusunan rancangan dan penetapan undang-undang dasar menjadi kewenangan PPK. Tetapi skenario ini berubah karena keberanian dan kreativitas para pemimpin bangsa yang berhasil menerobos batas-batas formalitas. Bagaimana ceritanya?
Ikutilah urean berikut ini dengan bersama. BP UPK dibentuk tanggal 29 April 1945. Diketuai oleh Dr. KRT Rajiman Wediodiningrat. Anggota BPUPK pada mulanya 63 orang, kemudian ditambah menjadi 69 orang. Satu di antaranya orang Jepang namanya Itibangase Yoshio, yang menjadi salah seorang wakil ketua. Masa persidangan pertama BPUPK dibuka pada 28 Mei 1945, dan mulai bersidang pada 29 Mei sampai 1 Juni 1945. Pada awal persidangan, Dr. KRT Rajiman Wedio di Ningrat, selaku Ketua BPUPK, mengajukan pertanyaan kepada sidang mengenai apa yang akan menjadi dasar negara Indonesia Merdeka.
Sebelum pidato Soekarno 1 Juni 1925, lebih dari 30 pebicara lebih dulu mengemukakan pandangannya. Dari berbagai pandangan yang mengemuka, ada yang menyebut salah satu atau beberapa prinsip yang bersinggungan dengan nilai-nilai Pancasila. Perhatikan daftar berikut dengan sesama. Pentingnya nilai ketuhanan sebagai fundament kenegaraan dikembangkan oleh Muhammad Yamin, Wiranata Kusuma, Surio, Susanto Tirto Projo, Dasad, Agus Salim, Abdul Rahim Pratali Krama, Abdul Qadir, Ki Haji Sanusi, Ki Bagus Haji Kusumo, Supomo, dan Muhammad Hatta. Pentingnya nilai kemanusiaan dikemukakan antara lain oleh Rajiman Widyodiningrat, Muhammad Yamin, Wiranatakusuma, Wuryaningrat, Susanto Tirto Projo, Wongsonogoro, Supomo, Lim Kunhian, Ki Bagus Hadikusumo.
Pentingnya nilai persatuan dikemukakan antarain oleh Muhammad Yamin, Sostro di Ningrat, Wiranata Kusuma, Uriya Ningrat, Suryo, Susanto, Tirto Projo, Abdul Rahim Pratalik Rama, Sukiman, Abdul Qadir, Sukomo, Dahler, Ki Bagus, Adik Kusumo. Pentingnya nilai-nilai demokrasi pemusawaratan dikembangkan antara lain oleh Muhammad Yamin, Wuryan Ingrat, Susanto Tirto Projo, Abdul Rahim Pratali Krama, Ki Bagus Hadikusumo, dan Supomo. Terakhir, pentingnya nilai-nilai keadilan kesejahteraan sosial dikembangkan antara lain oleh Muhammad Yamin, Surio, Abdul Rahim Pratali Krama, Abdul Qadir, Supomo, dan Ki Bagus Hadikusumo. Dari Dapar Nama Nama Sama di atas tampak bahwa secara substantif nilai-nilai yang terkandung dalam lima sila Pancasila itu sama-sama diusung.
Baik oleh mereka yang berasal dari golongan nasionalis maupun dari golongan Islam. Ini faktor sejarah yang dapat menjadi pelajaran bagi generasi sekarang. Para mahasiswa yang beriman, demikianlah perkulian kita kali ini.
Kepada para mahasiswa ataupun siapa saja yang ingin menyampaikan pertanyaan. silahkan tulis dalam komentar pada tayangan video ini pertanyaan insya Allah akan dibahas dalam pertemuan perkulian-perkulian selanjutnya sampai jumpa pada pertemuan yang akan datang selamat menikmati