kelembah Mekah mengenal Tauhid dan jauh dari kesyirikan. Beberapa masa setelah wafatnya Nabi Ibrahim dan Ismail alaihissalam terjadi perubahan besar di tanah Mekah. Agama Tauhid tergerus oleh ombak kesyirikan.
Kemudian waktu terus berlalu, keimanan pun tergerus budaya dan pemikiran. Masuklah berhala-berhala ke Kaabah yang suci. Penduduk tanah suci di sekitar Baitullah Al-Haram menjadi penyembah berhala.
Akhirnya, agama Nabi Ibrahim hanya dipegang oleh sebagian kecil masyarakat. Pelajaran bagi kita umat Islam di Indonesia, tawhid yang dibawa oleh para rasul yang bertempat di tanah suci, bisa berganti menjadi agama pagan penyembah berhala. Tidak ada yang berpikir. Oleh menjamin negeri ini, Indonesia yang kita cintai akan selamanya menjadi negara mayoritas umat Islam kalau kita tidak belajar dan mengkaji agama ini, kemudian mendakwakannya.
Sejarah masuknya dan tersebarnya berhala di jazirah Arab. Perubahan besar di jazirah Arab itu dibawa oleh tokoh kabilah Kuza'ah, yaitu Amr bin Luhai al-Kuza'i. Ia adalah pemimpin politik dan agama di Mekah. Ia dicintai dan segani masyarakat. Bahkan penduduk Mekah menganggapnya sebagai ulama besar dan wali yang mulia.
Suatu hari, Amar bin Luhai pernah bersafar ke Syam. Ia melihat penduduk Syam menyembah patung-patung dan ia terkesan. Amar menganggapnya sebagai sesuatu yang baik dan benar.
Apalagi Syam dikenal sebagai tempat turunnya kitab-kitab Samawi atau kitab-kitab dari langit. Saat kembali ke Mekah, ia bawa tradisi Syam ini ke Tanah Haram. Masuklah berhala-berhala. Berhala Hubal ke Jazira Arab dan ditempatkan di sisi Kaabah.
Diriwayatkan bahwa Hubal terbuat dari batu akik merah yang berbentuk manusia. Orang-orang Qurais mendapati tangan kanan Hubal telah hancur, lalu mereka ganti dengan tangan dari emas. Inilah berhala pertama orang-orang musyrik yang paling besar dan paling suci menurut mereka. Setelah Hubal, tanah Mekah berangsur-angsur disisaki oleh berhala. Di antara berhala-berhala besar mereka adalah Manat yang disembah oleh kabilah Huzail dan Huzaa.
Orang-orang Qurais biasa mengusapkan darah mereka di sisi berhala ini sebagai bentuk ibadah padanya. Karena itu berhala ini juga dinamakan berhala darah. Berhala ini termasuk berhala tertua terletak di pantai Laut Merah di wilayah Al-Mushallal di Kudait. Al-Mushallal adalah jalan di suatu bukit menuju wilayah Kudait. Kemudian ada Latta berhalanya orang-orang.
orang-orang Taif dan Al-Uzza berhala termuda, namun yang terbesar dari dua berhala sebelumnya. Berhala ini disembah oleh orang-orang Quraysh dan kabilah-kabilah lainnya. Tiga berhala ini selain Hubal adalah berhala terbesar masyarakat Arab.
Kemudian, kesyirikan semakin tersebar dan berhala pun semakin bertebaran. Setelah Amr bin Luhai berhasil digoda agar terkesan dengan berhala, setan pun memainkan perannya di babak berikutnya. Mereka memberi amanah.
kepada Amr. Ada yang mengatakan Amr mendapat pesan melalui mimpi. Ada pula dalam keadaan sadar.
Ada yang menyebutkan ia bertemu dengan jin yang berwujud manusia. Mereka memberitakannya bahwa berhala kaum Nabi Nuh yaitu Wad, Suwa, Yagudz, Ya'uk, dan Nasr terkubur di Jeddah. Amr datang ke sana kemudian menggalinya. Ketika jamaah haji datang dari berbagai negeri, ia berikan berhala-berhala itu kepada mereka. Hadiah dari penguasa.
Muasa Mekah, tanah suci, tempat berhaji tentulah istimewa bagi mereka. Berhalawat diberikan pada kabilah Kalb, penduduk Daumatul Jandal. Suwa diserahkan pada Huzail bin Mudrika yang tinggal di Rohat, wilayah Hijaz.
Iyagus untuk Bani Utaif, keturunan Bani Murad yang tinggal di Jur, dekat Sabak. Sedangkan Iyauk diberikan kepada orang-orang Hamadan di wilayah Khaywan di Yaman. Dan Nasr untuk keluarga di Ziyalkila. wilayah Hamer.
Kemudian mereka membuatkan kuil untuk berhala-berhala ini. Mereka mengagungkannya sebagaimana mengagungkan Ka'bah, walaupun mereka berkeyakinan Ka'bah lah yang lebih utama. Da'wah Amr bin Luhay kian tersebar di jazirah. Kabilah-kabilah lainnya meniru apa yang dilakukannya.
Mereka menjadikan patung sebagai sesembahan, membangunkannya kuil, dan memberinya nama-nama. Walaupun berhala kian marak, namun masyarakat Arab tetap mengagungkan Kaabah. Mereka pula yang menaruh berhala-berhala mereka di sekeliling Kaabah. Apakah masyarakat Arab beriman kepada Allah?
Puji-puji terhadap patung berhala telah menjadi agama dan budaya masyarakat Arab. Meskipun demikian, tidak sedikit pun mereka meyakini bahwa berhala-berhala itu yang menciptakan mereka dan alam semesta. Mereka yakin Allah sang pencipta. Banyak ayat Al-Quran yang menjelaskan hal ini. Al-Fatihah.
Walain sa'altahum man khalaqa al-samawati wal-arri, layakulunna Allah. Qulil hamdu lillahi bal aktharuhum la ya'lamoon. Walain sa'altahum man khalaqahum layakulunna Allah. Layakulunna Allahu fa'anna yu'fakun Namun, setan membisiki bahwa berhala-berhala itulah yang mendekatkan diri mereka kepada Allah. Berhala itu menjadi perantara antara mereka dengan Allah.
Alalillahi d-dinul khalis wal-ladhin attaqadhu min dunihi awliya Tidak ada keamanan dari iblis mereka, kecuali untuk menerima Allah. Tuhan akan menghukum mereka dalam hal yang mereka lakukan. Tuhan tidak menghukum siapa yang mencari kakit. Ayat ini dengan tegas menjelaskan Orang-orang Arab Jahiliyah beriman kepada Allah SWT, tapi mereka campuri keimanan itu dengan kesyirikan. Mereka menyembah Allah dan juga menyembah berhala.
Dari sini kita dapat memahami bahwa mengagungkan orang-orang soleh secara berlebihan, lalu menjadikan mereka perantara dalam beribadah kepada Allah SWT, adalah tradisi masyarakat Arab Jahiliyah. Bangsa Arab telah mengenal jin dan setan. Orang-orang Arab Jahiliyah telah mengenal jin dan setan. Pada masa itu, Masa itu, setan-setan berkumpul di antara bukit Sofa dan Marwah. Abdullah bin al-Abbas r.a ketika menafsirkan ayat, Sesungguhnya, Sofa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah.
Beliau mengatakan, di masa jahiliah, setan-setan berkumpul di malam hari antara bukit Sofa dan Marwah. Di antara dua bukit itulah terdapat berhala-berhala orang musyri. Saat Islam datang, kaum muslimin mengatakan, Wahai Rasulullah, kami tidak mau sa'i antara Sofa dan Marwah, karena dulu kami melakukan sesuatu di sana saat cahiliah. Kemudian Allah SWT menurunkan firman. Firmannya Maka barang siapa Yang beribadah haji kebaitullah Atau berumroh Maka tidak ada dosa baginya Mengerjakan sa'i antara keduanya Tidak berdosa ibadah disana berpahala Ia mengatakan Para sahabat takut Kalau mereka teringat dosa-dosa lama Kemudian Allah menenangkan hati mereka Dengan menjelaskan keutamaan beribadah Di antara sofa Orang-orang jahiliah ini biasa berinteraksi dengan jin seperti memohon perlindungan kepada mereka, sebagaimana dijelaskan dalam ayat Al-Quran.
Budaya bangsa Arab ini juga memiliki kesamaan dengan kultur lokal Indonesia. Terkadang para orang tua sering mengajarkan anak-anak hal yang sering. salah, yaitu apabila mereka hendak bermain di tempat-tempat sepi, untuk mohon izin terlebih dahulu, dengan penunggu-penunggu di sana, apabila hendak buang air kecil atau besar, atau sekedar bermain di sana, bukannya berlindung kepada Allah SWT Allah SWT berfirman dunia perdukunan di bangsa Arab di Madinah, yang dulu bernama Ada seorang dukun wanita yang terkenal. Sebagian penduduk Madinah mengetahui kedatangan Nabi SAW melalui kabar dari sang dukun.
Jabir bin Abdillah RA mengatakan, Kami mendapatkan kabar pertama kali tentang diutusnya Rasulullah SAW dari seorang dukun perempuan penduduk Madinah. Ia memiliki pengikut dari bangsa jin. Jin tersebut datang dalam wujud seekor burung, lalu hinggap di salah satu dahan. Wanita itu berkata pada burung, Apakah berita untuk kami sehingga bisa engkau sampaikan dan kami juga berkisah kepadamu? Engkau memperingatkan kami dengan berita tersebut dan kami juga memperingatkanmu.
Burung itu menjawab, tidak, hanya saja telah diutus seorang nabi di Mekah yang mengharamkan zina dan melarang Al-Qur'or. Al-Qur'or adalah tempat yang tenang, yang terdapat air, atau tempat yang syahdu. Masyarakat jahiliah biasa meminta penyembuhan. dapat para dukun.
Ibn Juraish menafsirkan ayat فَمَنْ يَكْفُرُ بِالطَّاغُوتِ barang siapa kufur kepada Toghut. Menurutnya, Toghut dalam kalimat tersebut adalah dukun yang mendapat bisikan syetan. Mereka memberi pesan pada lisan dan hati para dukun. Dari Aisyah r.a bertanya kepada Rasulullah s.a.w. Rasulullah SAW, Wahai Rasulullah, sesungguhnya para dukun menyampaikan sesuatu kepada kami, begini dan begitu, dan kami lihat kenyataannya memang benar. Rasulullah SAW, kemudian bersabda, kata-kata yang berbeda, yang benar itu ditangkap oleh bangsa jin lalu dibisikannya ke telinga tukang tenung atau dukun dan ditambahkan ke dalamnya dengan seratus kedustaan perdukunan saat itu benar-benar tersebar dan membudaya sampai ada sebagian orang berprofesi jadi dukun palsu Aisyah radiyallahu anha berkata Abu Bakar as-Siddiq radiyallahu anhu memiliki budak laki-laki yang senantiasa mengeluarkan khurraj padanya khurraj adalah sesuatu berupa apa harta yang diberikan si budak kepada tuannya dari hasil pekerjaannya.
Abu Bakar radiyallahu anhu biasa makan dari harraj itu. Pada suatu hari, ia budak laki-laki dari Abu Bakar as-Siddiq radiyallahu anhu datang dengan sesuatu yang akhirnya Abu Bakar makan darinya. Tiba-tiba sang budak berkata, Apakah anda tahu dari mana makanan ini? Abu Bakar bertanya, dari mana? Ia menjawab, Dulu pada masa jahiliah, aku pernah menjadi dukungan.
Padahal bukannya aku pandai berdukun, namun aku hanya menipunya. Lalu si pasien itu menemuiku dan memberi imbalan buatku. Nah, yang anda makan saat ini adalah hasil dari upah itu.
Akhirnya Abu Bakar memasukkan tangannya ke dalam mulutnya, hingga keluarlah semua yang ia makan. Abdullah ibn Abbas r.a berkata, Rasulullah s.a.w. tidak membacakan ayat Al-Quran kepada jin, dan tidak pula melihat mereka. Al-Quran. Rasulullah SAW pernah pergi bersama sejumlah sahabat menuju pasar Ukas, yaitu sebuah pasar besar bangsa Arab yang terletak di antara Nahlah dan Taif. Sementara itu, setan-setan telah dihalangi mendapat berita dari langit dengan dilemparkan kepada mereka asyihab atau meteor.
Setan-setan tadi kembali kepada kaumnya dan kaumnya itu bertanya, ada apa dengan kalian? Mereka menjawab, kami telah dihalangi memperoleh berita dari langit Kami pun dilempari dengan asyihat. Kaum mereka berkata, Tidak ada yang menghalangi kalian memperoleh berita dari langit, kecuali sesuatu telah terjadi.
Pergilah kalian ke arah penjuru timur dan barat bumi. Lihatlah apa yang menghalangi kalian memperoleh berita dari langit. Mereka pun beranjak pergi ke timur dan barat.
Sebagian di antaranya melewati Tihamah dan bertemu dengan Nabi SAW yang ketika itu berada di Nihlah dalam perjalanan menuju Pasar Ukas. Beliau ketika itu sedang melaksanakan sholat subuh bersama para sahabatnya. Ketika mereka mendengar Al-Quran dibacakan, mereka pun benar-benar memperhatikannya. Seraya berkata, Inilah yang telah menghalangi kita untuk mendapatkan berita dari langit. Mereka kembali menemui kaumnya.
Mereka berkata, Wahai kaumku, sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Quran yang menakjubkan. Ia memberi petunjuk kepada jalan yang benar. Lalu kami beriman kepadanya, dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutu. kutukan seorang pun dengan Tuhan kami.
Maka Allah pun menurunkan kepada nabinya Muhammad SAW, Katakanlah, hai Muhammad, telah diwahyukan kepadamu bahwasannya telah mendengarkan sekumpulan jin akan Al-Quran.