Daerah istimewa Yogyakarta memiliki pantai yang cukup panjang yaitu 110 km, tapi masyarakat yang berusaha di bidang perikanan hanya 0,55% dari jumlah penduduk D.I.E., tidak sampai 1%. Kendala utama dalam pengembangan perikanan di D.I.E. adalah merubah budaya perilaku petani kan layan, karena hal ini mampu meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar pesisir pantai. Aktivitas masyarakat sebagai nelayan dari tahun ke tahun telah membuktikan bahwa perekonomian mereka lebih baik setelah menjadi nelayan. Menilik dari sejarahnya, cikal bakal kegiatan penangkapan ikan laut di pantai selatan DIY adalah di pantai Samas. Uji coba penangkapan ikan pertama kali dilakukan di Pantai Samas, Desa Serigading, Kecapatan Sanden, Kabupaten Bantul pada tahun 1980. Pelayan Dinas Kelautan dan Perikanan DIY bekerjasama dengan PT Daya Pioner Jakarta.
Puji coba menggunakan perahu cukung fiberglass dengan ukuran 8,5 x 0,86 x 0,79 meter dengan menggunakan mesin tempel berbahan bakar minyak tanah. Sedang alat tangkap yang dikunakan ialah jaring insang dasar. Hasil uji coba baik namun dalam perjalanannya kurang berjalan lancar hingga akhirnya kegiatan penangkapan ikan dengan perahu motor tempel berhenti total sampai tahun 1998. Yang ada hanya penangkapan ikan dari pantai dengan menggunakan alat jaring eret atau lebih dikenal mengeret. Uji coba demonstrasi penangkapan ikan masih tetap dilakukan dengan mengambil lokasi di Pantai Baron pada tahun 1982, Pantai Congot 1984, Pantai Ngerenehan 1984. Perkembangan nelayan di Pantai Ngerenehan cukup pesat dan peminat menjadi nelayan banyak, sehingga dilakukan kursus nelayan di Balai Desa Kanigoro. Kemudian dibangun tempat pelilangan ikan dan beberapa fasilitas lainnya.
Tak berbeda jauh, di pantai Wedi Ombor tumbuh nelayan baru dan kegiatan penangkapan ikan berjalan dengan baik. Dengan adanya ikan, hasil tangkapan dapat menarik para wisatawan untuk datang ke Wedi Ombor, selain berwisata juga dapat membeli ikan laut. Berbeda dengan kondisi pantai lainnya, Pantai Sadeng sangat potensial dan memungkinkan untuk dijadikan pelabuhan perikanan. Di tahun 1986, saat itu telah ada kurang lebih 29 unit perahu yang terdiri dari 4 unit perahu motor tempel fiberglass dan 25 unit perahu cukung kayu hasil dari rekayasan lain setempat.
Dengan jumlah nelayan yang berbeda, kurang lebih 150 orang yang kegiatannya berupa penangkapan ikan di laut, pengumpulan rumput laut, maupun pengolahan ikan. TPI Sade yang dibangun tahun 1986 oleh Dinas Kelautan dan Perikanan DIY Upaya lain yang dilakukan untuk memajukan layan sadeng yaitu dengan mengadakan pelatihan atau kursus penangkapan ikan, latihan kerja atau magang, uji coba alat tangkap ikan, temulapang, dan kursus pengolahan ikan Di tahun 1998 muncul tempat penderatan ikan di pantai Depok yang dibuat oleh nelayan Andon atau Boro dari Cilacap bersama dengan masyarakat pesisir setempat. Berdasarkan hasil musyawarah, para masyarakat nelayan sepakat untuk membentuk kelompok nelayan dengan nama Kelompok Nelayan Mina Bahari 45. Didi Triono, Puspa Danta, melaporkan