Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillah Wa syukurillah Wa sholatul salam Wa rasulillah Wa ala alihi wa sahbihi Azimu'alaihi wa barakatuh Setiap lembaga apapun, apalagi sebuah lembaga pembangsaan, harus mempunyai filsafat hidup dan tujuan hidup. Untuk apa hidup itu, mengapa hidup, bagaimana seharusnya hidup. Itulah sebuah dasar-dasar pendidikan.
Yang dasar-dasar pendidikan ini di dalam dunia pesantren ada mempunyai jiwa dan filsafat hidup. Jiwa dan filsafat hidup orang pesantren itu biasanya lima. Yang satu, keikhlasan Yang kedua, kesederhanaan Yang ketiga, kemandirian Yang keempat, ukuhah Islamnya Dan yang kelima, jiwa bebas Bebas itu artinya Bukan kebebasan berbebas berpikir mutlak sedemikian rupa tetapi bebas memilih jalan hidup baik petani pedagang politikus anggota DPR dan lain sebagainya atau dengan seorang pihak itu tergantung mereka bebas memilih tidak mencetak pegawai tidak untuk menjadi pegawai dan lain sebagainya dari jiwa keikhlasan ini maka pondok kita ini mendidik keikhlasan di akhirnya ikhlas Santrinya ikhlas Wali muridnya ikhlas Santrinya itu diapakan saja Terserah kepada Pak Kiai ikhlas Kepercayaan keikhlasan itu diperlukan Kalau Kiai tidak percaya kepada Santri Tidak masuk ilmu Santri tidak percaya kepada Kiai Tidak akan masuk ilmu Maka keikhlasan itu diperlukan Dan apalagi kepercayaan Terima kasih Dengan demikian, saling mempercayai dan saling ikhlas-perekhlaskan seperti beginilah ilmu itu masuk. Meskipun guru itu tidak pintar betul, tidak tahu mengenai sistem dan lain sebagainya, tapi karena keikhlasannya masuk ke dalam samudera satri, maka dari sini diperlukan sebuah keikhlasan yang berikut.
Tapi ikhlas itu bukan ikhlas pasif, tapi ikhlas adalah ikhlas aktif. Kalau ikhlas saat... Pasti dia, saya ini ikhlas, tapi gak ngapa-ngapa.
Saya ini mengkrisi, tapi dia tidak banyak berbuat apa-apa. Hanya sembahyang dan puasa saja, itu sudah diatakan ikhlas. Nanti dulu, semua aman perbatan kita didasari dengan ikhlas karena Allah.
Maka keikhlasan ini sangat penting sekali di dalam, apa itu namanya? mengisi kehidupan para santun dan masyarakat kita. Yang kedua, kesederhana.
Sederhana bukan berarti melarat. Sederhana itu sesuai dengan kebutuhan. Saya kalau ke Jakarta, Saya pakai pesawat Umur saya sudah 68 tahun Kalau naik bis di Jakarta capek Tidak bisa apa-apa bisa jadi sakit Dan lain sebagainya Maka itu asal berharga Sesuai dengan kebutuhan Saya mempunyai rumah seperti begini Yang baik Ada ini yang representatif Sesuai dengan kebutuhan Saya mempunyai mobil Itu baik karena sesuai dengan kebutuhan itu arti sederhana dan bukan berarti marah yang kedua, sederhana adalah wajar kita wajar yang menentukan kewajaran adalah kepatutan pantas atau tidak, wajar atau tidak kepatutan itu adalah ukurannya domen bagaimana domen seseorang itu melilai dia itu wajar atau tidak wajar.
Maka domen itu perlu dididikkan kepada para santri dan pendidikan kesederhananya. Jadi kesederhana bukan berarti melarang. Sederhana adalah wajar.
Sederhana sesuai dengan kebutuhan. Yang ketiga, kemandirian. Pondok kita ini mandiri. Lembaga pendidikannya itu mandiri.
Kemudian yang mandiri apa? Organisasi. Organisasi kita ini mandiri, organisasi pelajar. Yang mengatur seluruh tata kehidupan santri adalah anak-anak ini.
Yang dimakan oleh guru-guru, yang dipakai oleh guru-guru, untuk eksan guru-guru adalah yang di... Dari percetakan pondok yang menghasilkan 1,5 miliar per tahun, dari UKK yang menghasilkan 25 juta per bulan, dan lain sebagainya. Diambil dari situlah sebagian untuk guru-guru. dimakan guru-guru, dipakai guru-guru dan untuk eksan guru-guru diambilkan daripada itu sendiri sehingga guru-guru itu mandiri mandiri bukan mempunyai perusahaan sendiri-sendiri mandiri dalam kebersamaan Sama-sama kita pakai, sama-sama kita cari, sama-sama dipakai.
Nah, begitulah arti kemandirian. Tapi mandiri dalam segi kurikulum, kurikulum pendek dan gontor adalah mandiri. Tidak ikut debat, tidak ikut dik. tetapi ada beberapa standarisasi dan debak kita pakai nah dari sinilah maka kurikulum kita mandiri tapi kurikulum menurut saya gontor ada macam-macam, kehidupan secara keseluruhan ini adalah kurikulum bukan pelajaran saja, tapi kehidupan pondok secara keseluruhan itu menggunakan korikulum.
Korikulum yang kita angkat pada umur penduduk itu atas dasar pengalaman. Kalau pengalaman kita begini, kita buat seperti ini. Pengalaman pasal Arab begini, kita buat seperti ini. Dan lain sebagainya. Jadi korikulum kita ini mandiri.
Sistem pendidikan di pondok sistemnya adalah sistem mandiri yang tidak ikut sana, tidak usut sini. Yang kita bentuk adalah sistem pendidikan adalah sistem pendidikan. Sistem kehidupan, bagaimana sistem peramuka, sistem olahraga, sistem dapur, sistem pembayaran, sistem kumpulan, dan sistem-sistem ini adalah sistem.
Yang itu merupakan sebuah tata kehidupan. Saya sebagai pimpinan pondok dan gondol, kerjaan saya adalah menata dan mengatur peri kehidupan di dalam pondok ini. Menata dan mengatur kehidupan di dalam pondok. Maka dari pada itu, kemandirian Kondok Mulia Bunga Bunga ini tercermin dalam pola dan tercermin dalam cara kehidupan santri apun guru apun. Mudah-mudahan saya tidak riak.
Saya tidak terima gaji bulanan dari Kondok. Dengan paksa tidak terima. Untuk menunjukkan bahwa kami ini bisa mandiri Dari ini maka supaya menjadi uspatun khasana Sehingga kami bisa mencari apa itu namanya Menghidupi diri kami sendiri Dengan usaha pertanian dan berdana ada punya toko, ada punya usaha ini itu dan lain sebagainya nyatanya saya bisa punya esprit satu dan anak saya lima nah dari sini maka bisa melindungi diri sebagai uswatun khas sana cuma uswatun khas sana dalam kemandirian ini Bukan berarti bahwa hanya penampilan saya saja Tetapi hasil usaha, produktivitas saya memimpin pondok Dengan kemandirian saya Saya bisa membuat gondor 2, gondor 3 Sampai sekarang gondor yang ke-17 Di Pusuk Dengan jumlah satri 18.663 Persisnya pada bulan kemarin sekian Nah dari sini maka kita wujudkan kemandirian pondok-pondok Dengan lembaganya, dengan sistem dengan manusianya, dengan organisasinya. Dan manusia-manusianya menjadi manusia mandiri.
Itulah pendidikan kemandirian di Pondok-Pondok Martau. Sehingga dengan pola pendidikan kemandirian ini kita jamaikan dengan kehidupan. Yang keempat, uhwah Islamia.
Ukwah Islamia ini kita ciptakan bagaimana terjalin dalam suatu ukwah Islamia dan itu kita nasional bagaimana membentengkan nasionalis berdigontor tidak boleh satu kungsulat kumpul dan satu kawar dengan kungsulat yang lain satu kamar saja, tidak boleh dari Jakarta kumpul, Jakarta saja, tidak boleh dari Kalimantan kumpul, Kalimantan saja, tidak boleh maka daripada itu, kita bentuk sebuah nasionalisme di Bandar-Bandar Gokor ini dengan nasionalisme ini maka anak-anak terbentuk nasionalisme Indonesia. Anak luar negeri pun nasionalisme Indonesia juga, mereka kita kumpulkan dengan anak Kalimantan, kita kumpulkan dengan ini dan sebagainya, pada mereka dari Thailand, dari Malaysia, dan dari Singapura. Akhirnya kental, lebih kental orang Indonesia daripada orang Singapura.
Nah dari sini maka pendidikan nasional Indonesia ini perlu kita tanamkan kepada mereka dengan ukua Islamia. Bagaimana kita menanamkan ukua Islamia? dalam para santri-santri kita ajarkan bermasyarakat bukan masyarakat orang kampung sebab al-ma'hadrimujjidama unsuhi Pondok ini merupakan masyarakat yang kecil banget berada bermasyarakat berpeserta di dalam pondok masyarakat apa masyarakat layon masyarakat apa masyarakat terluka masyarakat apa masyarakat kelas masyarakat Masyarakat dapur, masyarakat apa dan lain sebagainya Sehingga anak motor bisa bermasyarakat dengan siapapun juga Anaknya orang NU, saya jadikan orang NU di Aceh Ternyata bisa Pak Den Syamsudin itu orang NU, jadi pimpinan NU bisa Anak gontor masuk di GOKA bisa, di P3 bisa, di BGFS bisa, jadi dokter bisa, jadi ini bisa, dan lain sebagainya. Karena mereka sudah terbiasa bergaul dengan sekian banyak orang yang disenangi dan yang tidak disenangi.
Orang yang dia kenal dan yang tidak dia kenal. Dan mereka itu terbiasa berkelompok-kelompok dalam artikan membuat grup-grup-grup-grup. Sehingga memang kita sarankan anak-anak membuat grup-grup-grup-grup, tapi untuk sebuah kebaikan. Ta'awan ma'al bin taqwa, wa'al ta'awan ma'al.
Bismillahirrahmanirrahim Nah dari sini maka kita tanamkan Al-Quran Kita tanamkan filsafat hidup Dalam bermasyarakat Dalam ukwah Islamia Maka dirangkum semuanya itu dalam ukwah Islamia Dan dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan Yang kelima kebebasan Bebas anak-anak ini tidak harus masuk NU, tidak masuk Rukamatiyah, boleh. Di pendakunan-pendakunan ini 76% anaknya orang NU. Tapi dia menjadi NU, boleh.
Jadi Rukamatiyah, boleh. Tapi yang jelas Ahli Sunnah wal Jamaah. Itu anak gantor.
Sunni kita ini, bukan si A. Kebebasan menurut ayah saya, karena dulu yang NU Muhammadiyah itu begitu kental dan perselisihan itu luar biasa. Maka ayah saya memberikan kebebasan kepada anak-anak didik untuk memilih NU atau Muhammadiyah. Tetapi tidak untuk memilih liberal pula fikir yang tidak berjasarkan nilai. Nilai kejuangan, nilai keislaman, nilai moralitas, nilai apa dan sebagainya.
Itu jangan sampai terjelukus di dalam masalah liberalisasi. Maka kebebasan di sini bukan kebebasan tanpa batas, tapi harus pakai berjudi tinggi, berbetaulas, berbadan sehat, terus kemudian baru berpikiran bebas. Nah, berpikiran bebas itu bukan berpikiran liberal yang bebas dari segalanya, sebab kebisaan seorang itu terbatas dengan kebebasan orang lain. Al-Quran masih dikritisi, Al-Quran dikritisi, dia tidak berdasarkan nilai untuk menjunjung Al-Quran, tapi Al-Quran diobok-obok, hadis diobok-obok, dia menirukan orang barat, itu ajaran orang barat dan itu paketnya orang barat dipakai oleh mereka itu sungguh sangat menyedihkan sekali sehingga banyak ayat-ayat Al-Quran dipelesetkan sehingga banyak orang haji tidak pada waktu haji diterbolehkan membantu orang sembahyang pakai bahasa Indonesia dibelain dan lain sebagainya ini sungguh tidak benar Nah terus kemudian anak gontor ini boleh menjadi petani, pedagang dan lain sebagainya Tapi ternyata anak gontor yang terbanyak bukan sekedar guru Tapi yang terbanyak adalah mereka wilayah swasta Terjun di dalam kewilayah swastaan di beberapa daerah sebagai petani, petani pedagang Profesional ini, profesional itu dan lain sebagainya Tetapi mereka meskipun menjadi seorang petani atau pedagang tetap mereka itu berdakwah Sehingga orang besar menurutku, orang gontor adalah orang besar yang mau mengaktif di masyarakat dengan segala keikhlasannya.
Meskipun di kampung yang kecil ataupun langgar yang terpencil, itu orang besar. Tidak mesti harus di Jakarta menjadi ketua apa dan lain sebagainya, itu boleh. Tapi anak gontor meskipun di kampung kecil, di langgar yang terpencil, itu adalah orang besar untuk orang gontor.
Dari sini, maka Alhamdulillah kita terapkan jiwa dan filsafat hidup ini di kalangan santri-santri dengan pengarahan, dengan permugasan, dengan pengawalan, dengan pelatihan, dengan uswatun hasarat. Kita terapkan pendidikan ini dengan pendidikan dan pendekatan-pendekatan manusiawi, secara manusiawi kita dekati secara program, tugas, dan secara ideal. Pendekatan yang ada latihan.
Pendekatan manusiawi, pendekatan program, dan pendekatan ibadah Terima kasih Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh