Terima kasih. Ketika Mataram dipimpin oleh Raden Suta Wijaya yang bergelar Panembahan Senopati Eng Alogo Mataram tumbuh menjadi kota yang semakin ramai Panembahan Senopati mulai ingin memperluas wilayah kekuasaannya dengan membuka hutan gedu sebuah hutan lebat nan angker yang berada di sebelah barat sungai Progo Panembahan Senopati memberi mandat kepada putranya yang bernama Raden Burbaya untuk melaksanakan tugas tersebut. Senopati memberikan bekal pusaka yang bernama Tombak Kiai Pleret.
Pergilah ke utara. Hutan kedua, bukalah lahan di sana. Di hutan itu berkuasa Raja Jin yang sakti.
Bawalah tempat itu untuk melawannya. Baiklah, Ayah. Akan kukunakan pusaka ini sebaik mungkin. Untuk berjaga-jaga, bawalah pasukan yang telah kusiapkan.
Sentiko dawuh, Ayahanda. Berangkatlah rombongan Raden Burbaya menuju hutan gedung. Sesampainya Raden Purubaya di tengah hutan, mereka dikejutkan oleh sosok Raja Jin yang kuat.
Sepertinya ada tamu tadi undang masuk ke dalam wilayahku. Apa tujuan kalian? Aku Purbaya, putra panembahan Sinopati yang berkedudukan di Mataram. Aku memiliki mandat dari panembahan Sinopati.
Mandat apa itu? Panembahan Sinopati ingin membuka hutan ini. ini untuk dijadikan pemukiman aku adalah raja jin sepanjang selama ribuan tahun aku tinggal disini tak pernah ada yang berani mengusikku jika panembahan sinopati memerintahkanmu untuk membuka lahan ini maka aku bersama seluruh pasukanku tentu akan menghalanginya.
Apa maksudmu dengan menghalangiku? Hahahaha Hahahaha Hahahaha Aku dan seluruh pasukanku akan bertempur habis-habisan denganmu untuk mempertahankan tempat ini wahai anak muda. Raden berubaya mengeluarkan pusaka tombak Yai Pleret untuk menunjukkan keseriusannya. Siapkan seluruh pasukanmu.
Aku akan tetap menjalankan mandat dari Panembahan Senopati. Apakah itu Tombak Kiai Pleret? Apakah benda ini mengubah pendirianmu? Nama besar dan kesaktian Tombak Kiai Pleret tak akan membuatku lari dari tempat ini. Terjadi pertarungan sengit antara Raden Purubaya dan Prabu Sepanjang HA Merasa pertarungan terasa berat sebelah, Raja Jin yang licik memilih kabur meninggalkan pasukannya.
Pasukan Raden Burubaya dengan mudah memenangkan pertarungan. Setelah berhasil mengatasi masalah dengan Raja Jin dan pasukannya, Raden Burubaya mulai membuka dan membangun hutan keduh. Berjalannya waktu, sebagian hutan Keduh itu sudah menjadi desa kecil yang begitu subur.
Banyak orang dari luar berdatangan untuk menetap di desa baru itu. Di antaranya orang baru tersebut terdapat satu keluarga. Mereka adalah Kiai Kramat beserta istrinya Nyai Bogem dan anaknya Roro Rambat.
Kiai Kramat menggelar pesta pernikahan anaknya dengan salah satu perwira pasukan Raden Purbaya bernama Raden Kuning. Pesta tersebut digelar sangat meriah. Nampak dari kejauhan Prabu Sepanjang sedang mengawasi Dia masih tak terima dengan kekalahannya tempoh hari dan masih ingin membalas dendam Setelah memutar otak akhirnya Prabu Sepanjang menemukan cara untuk membalas dendam Esok hari setelah pesta usai Siapa namamu dan apa tujuanmu menemuiku?
Kiai, nama saya Sonta Saya pengelana dari Jauh Jika Kiai berkena, saya ingin mengabdikan hidup saya untuk Kiai Baiklah, kebetulan aku juga membutuhkan seorang pesuruh Sungguh ini adalah hari yang baik untukku Kiai Saya siap menjadi pesuruh yang setia untuk Kiai Baik Kuterima kau di tempat ini, bekerjalah dengan giat dan aku akan penuhi semua kebutuhanmu selama disini. Untuk menutupi penyamarannya, Sonta bekerja sangat gigih. Namun ketika malam hari tiba, dia mengendap-endap keluar rumah dan menuju ke tengah pemukiman warga. Dari mulutnya, Sonta mengeluarkan asap putih tipis dan menyebar hingga ke penjuru desa. Redin, Redin, bahaya!
Desa ini dilanda bahaya! Ada apa? Sepagi ini kalian tergopoh-gopoh seperti dikejar setan.
Redin, Redin, bahaya! Desa ini dilanda bahaya! Tenanglah, bahaya apa yang kau maksud itu?
Bah, Beberapa warga desa dan perjuri kita ada yang mengalami sakit mendadak. Sakit mendadak? Sakit apa mereka? Apakah sudah diobati?
Maaf, Raden. Mereka terserang penyakit mendadak itu. Sudah. Sudah meninggal semuanya. Apa?
Tanpa menunggu lama, Raden Purubaya segera melihat deretan mayat yang tak sedikit jumlahnya. Dia begitu heran dengan penyakit aneh yang menyerang warga desa dan prajuritnya. Tabib, penyakit apakah ini?
Sungguh kasihan rakyatku mengalami hal seperti ini. Entahlah. Alah Raden, kemarin tak ada gejala apapun.
Pagi tadi, hamba menerima laporan bahwa ada beberapa warga dan prajurit tiba-tiba seluruh tubuhnya mengalami kesakitan. Namun, ketika hamba ingin segera memeriksanya, mereka semua sudah meninggal. Tingkatkan kewaspadaan. Aku akan menghadap Ayahanda Sinopati untuk melaporkan masalah ini.
Raden Burbaya segera pergi ke Mataram. Senopati yang mendengarkan laporan tersebut sangat terkejut. Anakku Burbaya, tunggulah semalam lagi. Aku akan melakukan sesuatu untuk mendapatkan petunjuk. Masalah ini berada di luar jangkauan kita.
Baiklah, Ayahanda. Terima kasih. Malam itu, Senopati bersemedi. Dia sangat ingin segera mendapatkan petunjuk agar jumlah korban tak bertambah lebih banyak lagi. Esok harinya, Panembahan Sinopati segera memanggil Raden Purubaya.
Alangkah terkejutnya Raden Purubaya, bahwa wabah yang aneh itu disebabkan oleh Raja Jin yang telah menyamar, menjadi pembantu di rumah Kiai Kramat. Secepat kilap, Raden Purubaya kembali untuk segera menemui Kiai Kramat. Raden Purubaya menyampaikan penyebab dari wabah penyakit aneh itu.
Mendengar hal tersebut, Kiai Keramat sungguh marah. Sayangnya Sonta mendengar percakapan mereka. Tanpa menunggu lama, dia segera melarikan diri. Mengetahui Sonta melarikan diri, Kiai Keramat berusaha mengejarnya walaupun sudah dicegah oleh Raden Purubaya. Kiai Keramat yang tengah dilanda amarah bertarung dengan Sonta yang telah berubah ke wujud aslinya.
Namun, kesaktian Raja Jin sepanjang ternyata masih di atas Kiai Keramat. Ketika Raden Burubaya beserta pasukannya datang ke tempat itu, mereka hanya menemukan sosok jasad Kiai Keramat. Nyai Bogem yang turut menyusul ikut sedih melihat suaminya telah meninggal. Tempat dimakamkannya K.I.
Keramat kemudian dikenal sebagai Desa Keramat. Tak lama setelah Kiai Keramat disemayamkan, Nyai Bokem pun memburu Raja Jin. Pertarungan sengit pun kembali terjadi. Raden Purubaya yang tak menduga hal ini terjadi segera menyusul.
Namun semua sudah terlambat, Nyai Bokem telah tewas di tangan Raja Jin itu. Tempat dimakamkannya Nyai Bokem kemudian hari dikenal sebagai desa Bukeman. Akhirnya Raden Burbaya mengambil tindakan karena ulah jin sepanjang sudah sangat meresahkan.
Telah banyak korban berjatuhan akibat ulah raja jin itu. Tumenggung, aku perintahkan kepadamu untuk melacak kepadanya. Akan tetapi satu hal yang perlu kau ingat. Jangan pernah menghadapinya sendirian.
Cukup kau lacak dan laporkan kepadaku. Kita perlu banyak orang untuk mengalahkannya. Baik Raden, saya laksanakan. Ditemani oleh dua orang prajurit Tunggung Mertoyung Melacak keberadaan Raja Jin sepanjang Tak membutuhkan waktu lama Mereka melihat Raja Jin itu tengah berada di bawah pohon besar Namun sayang, keberadaan Tumenggung telah diketahui oleh Raja Jin Sebelum pertarungan pecah, kedua para jurid yang menemani Tumenggung diberi tugas untuk kembali dan melaporkan hal ini kepada Raden Purbaya. Ketika Raden Burubaya dan pasukannya tiba, mereka hanya mendapati sosok Tumenggung Mertoyudo telah tiada.
Raden Burubaya kembali memakamkan korban dari keganasan Raja Jin. Tempat dimakamkannya sang Tumenggung itu kemudian dikenal dengan desa Mertoyudo. Semakin banyaknya korban membuat Raden Burubaya mempercepat pengejaran Raja Jin.
Akhirnya Raden Burubaya menemukan cara. Dia memerintahkan pasukannya melingkar seperti gelang untuk mengepung hutan tempat persembunyian Raja Jin. Dengan cara itu diharapkan Raja Jin tak akan lolos.
Strategi itu pun berhasil, Raja Jin tak memiliki kesempatan untuk melarikan diri lagi. Dia terpaksa bertarung dengan Sang Raden yang bersenjatakan tombak Kiai Pleret. Karena kesaktian Raden Purubaya lebih tinggi, dia berhasil mengalahkan Raja Jin itu. Setelah ditembus oleh tombak iai plera, tubuh Raja Jin jatuh ke tanah dan perlahan-lahan menguap, kemudian musnah hingga tak berbekas. Sedangkan keberhasilan Raden Burubaya menggunakan rencana melingkari hutan Kedu bagaikan gelang itu, membuat wilayah ini kelak, disebut dengan nama Magelang.
Terima kasih telah menonton