Taktik Perang Gerilya, mungkin banyak orang yang sudah tidak asing lagi dengan istilah ini. Ya, itulah namanya, suatu taktik peperangan yang diterapkan pada saat berjuang memerdekakan Indonesia. Pengen tau kan lebih jauh tentang taktik perang gerilya?
Tapi sebelum kita lanjut videonya jangan lupa untuk like, subscribe dan share channel ini juga aktifkan notifikasinya agar teman-teman bisa mendapatkan info mengenai video lainnya. Pada saat zaman penjajahan, kekuatan persenjataan serta kualitas tentara masih terbilang tidak terlalu kuat untuk melawan musuh atau penjajah. Oleh karena hal inilah taktik perang Gerilia diterapkan dalam strategi peperangan Indonesia untuk melawan musuh yang pada saat itu terbilang lebih kuat.
Ketika agresi militer Belanda ke-2 atau operasi gagak yang dalam bahasa Belanda disebut Operatie Kraai yang terjadi pada tanggal 19 Desember 1948 yang diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta yang merupakan ibu kota Indonesia saat itu. Jenderal Sudirman memukakan bahwa untuk menyerang tentara Belanda dengan kapasitas tentara Indonesia pada saat itu adalah hal yang sulit jika tanpa suatu taktik yang jitu. Maka saat itulah taktik perang gerilya dipakai oleh Jenderal Sudirman dengan tujuan agar komandan pasukan dengan leluasa dapat menyerang musuh tanpa menunggu komando dari Panglima Besar.
Setelah diterapkan, ternyata taktik perang gerilya sangat efektif digunakan oleh tentara Indonesia untuk menyerang musuh. Pada saat diterapkan, taktik ini mampu membuat tentara Belanda menjadi kacau pada saat menghadapi tentara Indonesia. Di tahun sebelumnya yakni pada akhir tahun 1947, tentara Indonesia sebenarnya sudah mulai melakukan peperangan gerilya secara dinamis. Pada saat tentara Belanda melakukan penyerangan kepada kubu-kubu serta desa-desa kecil Indonesia tetapi sering mendapati daerah itu sudah tak berpenghuni, kemudian tiba-tiba tentara Indonesia muncul dan melakukan serangan. Sementara tentara Belanda ingin membalas tentara-tentara yang bergerilya tadi sudah menghilangkan jejak ke dalam hutan dan ke dalam kegelapan malam.
Karena Belanda menguasai kota-kota besar di Indonesia, hal ini membuat Jenderal Sudirman harus meninggalkan Yogyakarta dan memimpin gerilya dari luar kota atau desa-desa kecil untuk melakukan gerilya dan menyerang tentara Belanda. Setelah melakukan beberapa perpindahan dari desa ke desa, Jenderal Sudirman datang kembali ke Yogyakarta tepatnya pada tanggal 10 Juli 1949. Setelah kembali, lalu mendapatkan perintah siasat nomor 1 yang dikeluarkan oleh Kolonel Abdul Haris Nasution yang pada saat itu merupakan Panglima Tentara dan Teritorium Jawa. Beliau menyusun sebuah rencana pertahanan rakyat totaliter yang disebut siasat nomor 1 yang salah satu dari isinya yang menyatakan bahwa pasukan-pasukan yang berasal dari daerah federal memiliki tugas menyusup ke garis belakang musuh lalu kemudian membuat serangan taktik perang gerilya terhadap lawan. Hal ini membuat seluruh wilayah dari Pulau Jawa menjadi tempat dilakukannya taktik perang gerilya dan pasukan Siliwangi merupakan pasukan yang wajib melakukan taktik perang gerilya. Pada dasarnya kata guerilla berasal dari dari bahasa Spanyol, guerilla, yang secara harfiah berarti perang kecil.
Teknik perangangan guerilla sangat cocok untuk tentara Indonesia pada masa itu. Taktik perang guerilla merupakan taktik peperangan yang dilakukan dengan cara mengelabui, menipu dan menyerang secara tiba-tiba dengan kecepatan kilat lalu kemudian menghilang tanpa sempat dibalas oleh musuh. Taktik ini sangat cocok ketika lawan dalam jumlah banyak dan tidak menguasai medan. Perang Gerilia merupakan taktik atau strategi mengepung. Umumnya taktik ini merupakan bentuk perang yang tidak resmi dibanding perang pada umumnya.
Ada pun ciri-ciri dari peperangan Gerilia bangsa Indonesia adalah, menghindari perang yang terbuka, menghilang di tengah lebatnya hutan dan gelap malam, menyerang musuh dengan cara tiba-tiba, serta sering menyamar menjadi rakyat biasa. Hingga kini teknik peperangan Gerilia masih digunakan oleh tentara nasional Indonesia sampai saat ini. Taktik perang Gerilia sering digunakan tentara Indonesia pada saat berperang di dalam hutan rimba. Taktik perang Gerilia ini juga sering disebut dengan sebutan taktik perang si kecil melawan si besar. Sama seperti maksud awal dari munculnya taktik perang Gerilia yaitu dengan kekuatan yang kecil Indonesia mampu mengacaukan kekuatan besar Belanda dengan menggunakan taktik perang Gerilia.
Itulah tadi pembahasan singkat tentang taktik perang gerilya tentara nasional Indonesia.