Ketimbangan ekonomi yang terus meningkat menjadi permasalahan penting yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa di Indonesia, anak yang tumbuh di keluarga miskin cenderung memiliki pendapatan yang lebih rendah dibandingkan dengan orang dari keluarga tak miskin. Berdasarkan data Oxfam, kekayaan kolektif keempat orang terkaya di Indonesia, senilai 25 miliar dolar Amerika, setara dengan kekayaan 100 juta orang termiskin.
Timpangan sosial merupakan salah satu permasalahan di Indonesia yang cukup mengkhawatirkan, karena erat kaitannya dengan kemiskinan. Dilansir dari kata data.co.id, pada tahun 2016, Indonesia sempat menduduki peringkat keempat negara dengan ketimpangan tertinggi di dunia. Hal ini menjadi evaluasi bagi para pemangku kebijakan supaya lebih memperhatikan pemerataan ekonomi.
Maka dari itu, perkembangan kondisi ketimpangan perlu dipantau secara berkala. Badan Pusat Statistik atau BPS menjadi salah satu penyedia data statistik yang dapat membantu memantau perkembangan. perkembangan ketimpangan sosial di Indonesia.
BPS mengukur ketimpangan sosial melalui indikator yang dinamakan Gini Ratio. Nilai dari Gini Ratio berkisar antara 0 dan 1. Semakin kecil Gini Ratio, maka ketimpangan akan semakin rendah. Pada September tahun 2022, gini rasio di Indonesia tercatat sebesar 0,381. Dilihat dari perkembangannya, gini rasio di Indonesia dari tahun 2016 hingga tahun 2022 cenderung memiliki tren yang menurun.
Tahun 2016 hingga 2019, kini rasio terus mengalami penurunan. Gak akhirnya, naik pada tahun 2020 akibat adanya pandemi COVID-19. Kini rasio kembali turun pada tahun 2021 dan tidak mengalami perubahan pada tahun 2022. Berdasarkan provinsi, gini rasio tertinggi terdapat pada provinsi daerah istimewa Yogyakarta, yakni sebesar 0,459. Disusul dengan provinsi Gorontalo, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Papua.
Sedangkan Gini Rasio terendah terdapat pada Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang hanya sebesar 0,255. Selain Gini Rasio, BPS juga mengukur ketimpangan melalui persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40% terbawah. Pada Maret 2022, persentase pengeluaran penduduk 40% terbawah adalah sebesar 18,06%, meningkat 0,3% dibandingkan bulan Maret 2021 yang sebesar 17,76%. Berdasarkan kategori ukuran bank dunia, angka tersebut tergolong dalam kategori ketimpangan rendah Dilihat dari jenis daerahnya, persentase pengeluaran penduduk 40% terbawa di daerah pendesaan lebih tinggi daripada di daerah penduduk pada daerah perkotaan, yakni sebesar 21,01% di daerah perdesaan dan 17,07% di daerah perkotaan. Hal ini menunjukkan bahwa ketimpangan di daerah perdesaan lebih rendah daripada di daerah perkotaan.
Meskipun Indonesia tergolong memiliki ketimpangan yang rendah, permasalahan ketimpangan masih perlu diperbaiki, supaya kesejahteraan masyarakat bisa ditingkatkan. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah, diantaranya adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan, memperbaiki layanan kesehatan, menyelenggarakan program bantuan sosial yang tepat sasaran, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tentunya, kita semua berharap ketimpangan sosial di Indonesia bisa terus menurun.
Oleh karena itu, kebijakan yang tepat sangat diperlukan supaya ekonomi di Indonesia bisa semakin merata.