Transcript for:
Strategi dan Proses Brand Communications

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Selamat siang semuanya Kita lanjut pada sesi mengenai brand communications Apa sih sebetulnya brand itu dan apa juga yang dimaksud sebagai branding Ini ada kutipan dari McDonald's, dia sebutkan We are not in the hamburger business We are in show business Jadi orang kalau ke McDonald itu beli apa sih sebetulnya selain beli makanannya burger sebenarnya yang dia jual adalah disini sebetulnya pertunjukan gitu ya sampai contoh yang real kita lihat adalah misalnya McDonald menjual kemasan pesta ulang tahun gitu ya untuk anak-anak jadi disana ada Perayaan, ada pertunjukan, ada hiburan untuk anak-anak, dan yang ulang tahun dan yang diundang. Jadi itu brand-nya McDonald's, tapi dia branding, dia kemas di dalam suatu kegiatan menjual produk, tetap kan di dalam acara ulang tahun itu tetap dong ada burgernya yang dijual. Dia mau menyampaikan bahwa ini adalah satu produk, maksudnya satu restoran yang menjual produk makanan untuk family, untuk keluarga yang menghibur, yang memberikan suatu pertunjukan, suatu acara. Jadi itu yang disebut branding kegiatan atau activity. untuk memasarkan atau mengenalkan sebuah brand di benak halayaknya baik, kita lihat jadi brand itu adalah branding itu mengarahkan mengarahkan pelanggan atau calon pelanggan untuk memilih diantara brand-brand yang lain yang sejenis di luar sana, pasti ada banyak kalau misalnya kita pergi ke supermarket Di sebuah lorong saja begitu kita lihat begitu banyak brand, lalu mana yang kita pilih. Itu proses berpikir di dalam setiap orang, oke yang gue banget ini mana, yang sesuai dengan kebutuhan saya, yang cocok dengan selera saya, yang ini bisa bahkan mewakili. gaya hidup atau mewakili identitas saya kalau saya pakai brand ini, ini cocok nih dengan identitas saya, tapi kalau brand yang lain aduh kok malu ya pakai ini, aduh kok gak cocok ya aduh nanti dibilang orang gimana kalau saya pakai brand ini, tidak mewakili karakter saya, ini gak gue banget nih jadi brand itu mengarahkan sekali lagi orang untuk memilih yang tentu sesuai dengan Hai padiri masing-masing coba sekarang kalau kita lihat ada yang disebelah kiri Aqua ada di sebelah kanan let's say mereknya Euro gitu ya pasti rasanya sama dong air putih ya mau pilih yang mana oke ya Nah kenapa orang memilih Aqua ini ada proses yang tidak bisa sehari semalam dibuat gitu ya jadi aku sudah cukup lama melakukan branding bagaimana orang lalu bisa mempunyai atau memberi makna kepada brand ini. Kita sebut aja misalnya, oke aqua itu berkualitas, kemasannya bagus, proses pembuatannya, proses pengemasan airnya baik, kemudian Bukan hanya di produknya tapi di reputasi perusahaannya Dengan dia melakukan banyak program CSR, program bantuan air minum gitu ya Lalu dia juga berkolaborasi dengan Danone Danone itu brand internasional yang sudah dikenal cukup baik dan sebagainya Nah itulah yang Upaya-upaya yang sudah dilakukan oleh brand Aqua ini di dalam mengkomunikasikan, menyampaikan pesan-pesan untuk image building, sampai akhirnya sudah berhasil ada di benak customer bahwa inilah brand yang baik. Kalau brandnya nggak pernah ngomong, brandnya nggak pernah berkomunikasi, tiba-tiba ada brand. Aqua atau Auca ini brand apa gak pernah kenal yang punya siapa perusahaannya dikelola dengan cara seperti apa apakah ini baik saya pernah sampaikan kalau perusahaan yang bisa menyisihkan biaya tenaga waktu untuk melakukan CSR kepada masyarakat yang membutuhkan itu tentunya Juga baik dalam memproduksi brand-nya, produknya gitu ya. Sempet-sempetnya ngurusin CSR buat fasilitas air bersih, pasti sudah bisa melakukan seperti itu kalau perusahaannya juga sudah baik. Kalau perusahaannya aja masih tambah sulam, masih banyak komplain, masih belum beres, bagaimana dia punya effort yang bisa dilakukan untuk orang lain gitu ya. kemudian niat baik juga, bagaimana dia tulus membantu orang kalau memang baik kepada orang lain tentunya kepada karyawannya juga baik, kepada customernya juga baik jadi mudah-mudahan brand ini tidak mengeluarkan produk yang reject, yang diproses dengan cara yang tidak baik bagaimana dia memprosesnya yang tidak baik, uang dia aja bantu buat fasilitas air bersih kepada orang lain jadi CSRnya itu bukan lalu berdampak pada masyarakat yang dibantu tapi kepada image yang terbangun lalu produknya juga akan banyak dibeli atau dipilih oleh customer baik ada cerita menarik dari brand Pristine ini bagaimana dia mau mengambil bagian kue gitu ya dari pangsa pasar di Indonesia let's say sekian persen sudah pangsa pasarnya diambil oleh Aqua nah ini pristine mau ngambil deh aku berapa persen jual air mineral juga gitu ya nah dia buat gimana nih isinya air juga same product isinya sama packaging materialnya juga sama botol plastik tapi dia buat dengan desain yang berbeda harganya justru dicoba 30% lebih mahal terkesan premium dengan program yang dia lakukan terjual 4 kali lipat dibanding sebelumnya apa yang dia lakukan jadi kemasannya lebih langsing gitu ya lebih kurus tinggi gitu dibanding aqua target pasarnya adalah wanita profesional ya wanita pekerja yang kira-kira kelasnya kelas menengah ke atas gitu kenapa dibuat bentuknya ramping gitu karena di berdasarkan survei lah gitu ya orang kalau melihat botolnya ramping itu seolah-olah mewakili dirinya ini aku langsing loh gitu ya dibanding botol lain yang lebih gendut gitu yang lebih gemuk kalau wanita-wanita membawa botol pristine itu seolah-olah dia tinggi langsing gitu itu sampai seperti itu ya dan berhasil di banyak dipasarkannya di targetnya itu ke wanita-wanita pekerja di perkotaan di gedung-gedung kantor dan terutama wanita-wanita yang concern terhadap kesehatan lalu berolahraga, entah di gym gitu ya studio aerobik atau yoga gitu lari, baik juga jadi dipasarkannya lebih ke arah sana yang wah iya-iya ini gue banget tadi saya bilang ini cocok sekali untuk saya harganya mahal, lebih mahal itu juga dengan tujuan supaya para wanita ini mendapat kesan bahwa ini air lebih premium, lebih bagus isinya ditambah dengan saya gak tau deh ini ada ini Jepang teknologi gitu ya PH nya 8 plus dan apa tuh ada yang memang dibuat lah seperti itu pesan yang disampaikan ada dia hashtag detox setiap hari jadi meminum air mineral minimal sebut 2 liter sehari ayo lebih sehat dengan cara detox jadi maksimalkan detox setiap hari dengan minum air putih warnanya dia tidak mau pakai warna biru yang biasa, dia pakai biru toska yang lebih terkesan elegan premium, prestige kemudian lebih high class kira-kira, warnanya biru toska seperti ini, kemasannya juga desainnya juga seperti itu oke, ini berhasil, cukup berhasil dilakukan oleh merek pristine jadi intinya yang saya sampaikan adalah kalau kita jual barang atau mau memasarkan produk yang bah kan boleh dibilang generik lah gitu ya produknya ini cuma air aja gitu tapi bisa di branding bisa dikemas dalam strategi dan pesan-pesan yang disampaikan itu kita boleh dibilang melakukan framing, melakukan pembingkaian kepada masyarakat, audience atau kalau dalam teori marketing ada positioning ya, segmentasi targeting, positioning, nah positioning ini ini loh saya memposisikan produk saya seperti ini nah ini ada lawannya nggak nih? cocok nggak nih? ada wanita yang tadi saya sebutkan ini oh iya nih ini cocok banget dengan saya jadi dia merasa kayaknya lebih pas kalau saya beli pristine dibanding minuman kemasan brand lain sama banyak contoh gitu ya misalnya ini sekedar cookies gitu yang tanpa brand, tanpa nama gitu dengan cookies yang isinya sama juga tapi dibuat dengan ada logo ada nama gitu ya ada slogan gitu bahkan dibalik brand ini ada storytelling ada cerita, ada behind the scene ada kegiatan-kegiatan lain yang melingkupi gitu ya yang mengiringi sebuah produk ini diluncurkan atau dipasarkan ya Kalau ada yang kosong begini, tidak pakai brand Sama yang ada ini Orang cenderung memilih yang ada brand Kemudian ada misalnya Ijin makanan BP POM Ada badan pengosongan makanan itu Ada label halalnya mungkin Itu branding Jadi itu yang kita komunikasikan Itu yang kita sampaikan Di dalam pesan-pesan kita Contoh lain Ada Starbucks kopi dan ada kopi kenangan siapa yang beli starbucks siapa yang beli kopi kenangan kenapa saya beli starbucks kenapa saya beli kopi kenangan ini dibalik ini semua itu ada ada proses yang cukup panjang sampai akhirnya orang memilih ini atau ini bagaimana orang bisa memilih A atau B karena ada Proses komunikasi yang disampaikan oleh tiap-tiap brand, masing-masing brand. Ini loh, Starbucks tuh begini, produknya, layanannya, gitu ya, di tempat-tempatnya itu bisa nyaman, bekerja, belajar, meeting, ada colokan, ada wifi gratis, gitu ya, ada prestis, orang ke Starbucks lalu foto update status, Instagram, Facebook, apalah, gitu ya. story, ini aku lagi di starbucks itu yang dijual kalau kopi kenangan mungkin lebih pada harga yang worth it, cuma untuk minum kopi, gak perlu duduk-duduk lama tapi ya sudah lebih kepada fungsi produknya pengen minum haus, yang ada kopinya biar segar, ada esnya Lagi panas ini, lebih ke fungsi, bukan kepada lifestyle. Siapa yang membeli, ya mereka yang memang sesuai dengan kebutuhannya. Bagaimana mereka bisa tahu? Karena masing-masing brand berkomunikasi, menyampaikan pesan-pesannya. Ini loh, saya begini, ini saya begitu. Jadi apa brand itu? Brand itu sebuah set atau sebuah kumpulan dari fisik yang unik, tampilan fisik yang unik, serta atribut emosi. Jadi kalau saya beli di sini, kalau saya pakai produk ini rasanya begini, kayak yang pristine tadi. Jadi secara fisik memang berbeda warnanya, bentuknya. Kemudian, atribut emosinya juga dibangun, disampaikan. Ini loh, minum pristine seperti wanita-wanita yang sadar kesehatan, berolahraga, detox 2 liter sehari. Itu atribut emosi yang digabung dengan bentuk fisik yang unik, yang akhirnya membawa sebuah trust atau sebuah keyakinan bahwa oh ya, ini merek ini berarti seperti ini kita lihat di penerbangan juga banyak ya bagaimana Air Asia menempatkan atau menyampaikan gitu, mesennya sebagai airline yang bisa membawa atau menerbangkan setiap orang, ya slogannya, now everyone can fly jadi, low cost carrier penerbangan LCC yang tidak mahal, tapi yang penting bisa terbang kayak tadi, kalau kopi kenangan, tidak semahal tarbak, tapi yang penting minum kopi seger, enak jadi disini Air Asia seperti itu tentu berbeda dengan KT Pacific yang dia memposisikan brandnya itu sebagai premium kelas penerbangan ini kelas atas, harganya jauh lebih mahal dibanding Air Asia yang terbang pakai KT Pacific bisa ini loh saya, pakai KT Pacific kalau dia pakai Air Asia kok pakai Air Asia ya, aduh nanti orang ngira bagaimana nih, masa sih saya menek Air Asia gitu atau Lion Air misalnya tapi yang ya itulah, jadi membawa kesan bagi seseorang bagi customer Kalau mereka memakai satu produk, yang penting kan jalan, yang penting fungsinya, terbang, sama juga, sampai-sampai juga. Dari Jakarta ke Singapura atau ke Jepang, begitu juga, sampai. Ke Pacific juga, cuman ini kan tentu beda, beda di dalam detailnya ada. Bagaimana mereka tentu misalnya tidak pernah delay, nyaman tempat duduknya. makanannya, layanannya, pramugari-nya lebih ramah misalnya, gitu ya. Fasilitas ini itu dan sebagainya itu ada lah, tapi bagi orang yang naik Air Asia, nggak perlu seperti itu juga nggak apa-apa kok, gitu ya. Bagi saya nyaman-nyaman aja, karena ini lebih kepada fungsi, gitu ya. Orang juga nggak tahu kalau saya nggak ngomong, nggak update-update status, orang juga nggak tahu saya naik Air Asia. nah kayaknya RASnya juga udah bagus kok dibanding yang lain misalnya jadi masing-masing orang itu makanya tadi saya bilang brand itu menafigasikan orang untuk memilih oke ada RASnya ada ketipe civic saya pilih yang mana dengan branding yang bagus itu orang jadi terbantu untuk mengambil keputusan ada yang disebut apa kiri, otak kanan, kalau otak kiri itu lebih kepada logika, lebih kepada fakta-fakta, lebih kepada aturan yang bukti-bukti yang orang dalam mengambil keputusan itu bisa pakai hal-hal seperti itu, tapi yang di otak kanan itu lebih kepada kenyamanan tadi ada prestis, ada emosi jadi kalau tadi brand itu disebut Unique physical itu yang otak kiri Emotional attribute itu yang otak kanan Bukan dipilih Tapi dua-duanya bisa disampaikan Dari sisi otak kiri Orang bisa memproses dalam pikirannya Nyampe ke Jepang Berapa rupiah Fasilitasnya apa Kalau di otak kanannya nyamannya oke lah gak begitu makanannya belum termasuk, masih harus bayar ya sudah kalau gitu saya makan aja sebelum berangkat atau apa jadi gak makan di pesawat tapi kalau yang otak kanannya digarap lebih banyak dia akan kenyamanan rasa, prestis kebanggaan tadi lifestyle trust juga naik pesawat kan gini aduh nanti jatuh jatuh gak ya, ini pilotnya bener gak ya ini mesin pesawatnya gimana itu mungkin tidak bisa dilihat bukan mungkin, tidak bisa dilihat oleh si customer kalau soal harga kemasan tadi itu bisa, tapi kalau ini ini pilotnya pilot senior apa enggak mesinnya udah dicek apa belum ya kan kita gak bisa nanya ini kira-kira pramugarinya ramah gak ya itu atakanan tapi dengan semua yang kita sampaikan di dalam pesan-pesan kita bahwa pramugarinya ramah ini pilotnya pilot-pilot senior ini selalu ada pengecekan mesin layak atau tidak sebelum terbang proses pengecekan kontrol dari pesawat kami ini sangat tinggi, blablabla gitu ya. Jadi emosi ini kadang itu justru lebih besar berpengaruh di dalam pengambilan keputusan. Ada orang yang otak kanannya lebih dominan gitu ya, ada yang otak kirinya lebih dominan. Alah yang penting minum kopi udah sama-sama aja satu gelas diminum, gelek-gelek abis. enak, udah gitu ya sambil jalan gak perlu numpang wifi juga ini gak apa-apa saya mau pergi jalan langsung jadi ini lebih ke otak kiri salah satu, ya sorry, bukannya satu mengalahkan yang lain, tidak, tapi bisa dikomunikasikan, bisa disampaikan pesan-pesan ini beriringan Tinggal orang atau customer kita yang mau membeli itu memilih gitu ya. Saya lebih memilih yang otak kiri dengan cara otak kiri atau dengan cara otak kanan. Nah ini kita harus tahu. Nah jadi branding itu adalah perjalanan. Perjalanan dalam mengkomunikasikan pesan-pesan dengan menarik. Menarik dan tentu sesuai tadi. Pesan yang sesuai dengan karakter, kebutuhan, keinginan. si target market kita jadi di awal itu kita perlu tahu benar insight dari pelanggan kebiasaan mereka itu gimana kalau ada gak sih orang-orang yang parno kalau naik pesawat itu ketakutan takut jatuh, takut terlambat, takut gak nyaman takut gak bisa tidur, takut sakit kakinya makanya harus jauh jarak antar kursi dan sebagainya perilakunya seperti apa, kesukaannya seperti apa yang mereka suka dan tidak sukai... Dan nilai-nilai, saya itu benar-benar kalau orang galak, cemberut, judus, sudah deh lewat. Saya benar-benar harus pilih perusahaan yang layanannya ramah. Jadi itu yang kepenting oleh konsumen. Nah, ini harus kita pelajari. Bahkan di dalam marketing research itu sampai orang itu harus mengalami, harus ikutan. Jadi kalau... di pesawat tadi, rasain rasain naik Air Asia itu bagaimana apa sih kira-kira yang ada di benak orang, kalau meminum kopi itu kira-kira apa ada nongkrong di tempat ini itu seperti apa, jadi benar-benar bukan dari teori saja, tapi bukan hanya riset pada orang lain, tapi juga dialami sendiri oleh si researcher ini si market research ini kemudian dari produknya sendiri kita tadi ya siapa ini dari sisi umur, gender pendidikan penghasilan, pendapatan, kayak gitu ya nah kalau sudah kita segmenkan kemarin ada segmentasi jadi kita segmen saya mau mengarah ke yang mana, wanita umur sekian sampai sekian, profesinya apa, bekerja misalnya sebagai eksekutif woman di kota besar... penghasilannya sekian juta sebulan misalnya kebiasaannya senang berolahraga jadi ini produknya disesuaikan dengan pelanggannya atau pembelinya kalau sudah harga ini juga bisa kita jadikan unsur dalam pesan tentukan harganya yang pantas tadi kan kalau kita bilang wah ini premium, kemasannya bagus, warnanya ini untuk wanita yang lebih kelas atas, masa harganya justru lebih murah dari aqua misalnya jadi harganya dinaikin 30% itu membuat wah berarti bagus ya ini jadi harga itu juga ada strateginya untuk yang sesuai dengan target kita... kalau sudah didistribusikan ini seperti 4P kita display displaynya juga yang bagus tampilan kemasannya, packagingnya sampai kepada display di tokonya misalnya atau pengiriman orang akan bisa lihat jadi bagaimana misalnya tadi display atau fisik ya fisik yang terlihat di dalam air Asia kursinya kenyaman tampak yang tampak jadi bisa dari yang terlihat yang terdengar yang tercium itu juga termasuk tampilan fisik yang bisa dirasa, diraba Baik, itu untuk brandingnya. Nah, perlu kita lihat apa yang disebut sebagai brand insight. Brand insight itu ada value, relevant dan original di sini. Jadi nilai-nilai khas yang ada di balik produk itu sendiri. Kalau pristine, berarti kualitasnya baik. Kalau kata pasifik, itu konotasinya kualitasnya baik. Layanannya juga baik. ada kisah, ada cerita di balik produk itu. Ada nilai-nilai yang terkandung di dalam produk atau perusahaan itu. Misalnya, body shop, ramah lingkungan. Oh, ini justru bukan produk luar negeri, ini produk lokal dibuat di Bali dari petani-petani, dari bla bla bla bla yang justru mau mengedepankan atau memanfaatkan produk lokal, ini sama sekali tidak pakai produk asing, cintailah produk Indonesiaan gitu ya jadi nilai-nilai itu yang oh bagus ya kayaknya sekarang di generasi milenial seperti itu deh justru memilih, gak mau memilih produk asing karena justru apa namanya mau mengedepankan mau membantu para petani lokal dan yang kedua ada relevan disini brand itu berani berbeda karena memang di positioning kan seperti itu, jadi kalau sudah relevan itu tadi, ini berarti saya banget, ini merk saya jadi harus berani berbeda ada unsur kebanggaan ada unsur prestis misalnya ya Dan mereka alami, mereka mengalami ini cocok banget untuk saya, gitu ya. Bahkan bagian dari media sosial mereka. Jadi, di-upload, di-maintain, segala macam kayak gitu, ya. Jadi, apa namanya, bisa memberi identitas, gitu ya, kepada seseorang atau konsumen, oke. Dan yang ketiga original, jadi memang ini brandnya harus asli, harus punya identitas yang kuat, tidak meniru, tidak duplikasi brand lain, tidak niru-niru. Nah ini tadi, suka brand lokal, jadi memang ini identitasnya sebagai brand lokal, peduli dengan masyarakat. Nah ini contoh-contoh brand insight yang saat ini. semakin banyak digaungkan dan supaya orang ngerti ya kita harus sampaikan kita harus komunikasikan di dalam tools-tools marketing communication kita nanti oke, nah ini yang saya bilang, jadi ada segmentasi kemudian ada targeting dan ada positioning, kita pilih dari sekian banyak masyarakat Indonesia, misalnya 260 juta, gak semuanya kan, jadi pasti kita pilih yang mana Kita targetkan jadi usia, gender, pendidikan, penghasilan, geografi, dan psikografinya. Lalu kita positioningkan, ini loh saya, ini loh brand saya, cocok dengan Anda, kan? Oke, ini contoh sepele gitu ya. Kalau kita pusing mungkin pakai panadol. Isinya apa? Paracetamol 500 ml, udah pasti. Menghilangkan rasa sakit, nyeri gitu ya. Pokoknya anti-histamin lah gitu ya, obat perada rasa sakit. Nah, kalau wanita misalnya ada nyeri, ada tambulan ya, kita bisa pakai Feminax. Isinya apa? isinya paracetamol juga mungkin ada sedikit kandungannya sekian persen ada kandungan yang lain, tapi sebagian besar kandungannya adalah paracetamol nah misalnya nih ada pria yang pusing, lalu cari-cari panadol gak dapet adanya feminax, mau gak? mau gak minum feminax? kan sama juga anti... sakit juga, meredah rasa meredah nyeri juga tapi bagaimana pria ragu atau bahkan tidak mau ah kok minum feminak sih ini kan untuk ibu-ibu tapi isinya parasitamo juga daripada lo pusing, udah minum aja gak ada yang lain nah itu kan sampai membuat orang mengambil keputusan untuk iya atau tidak meminum obat ini gitu ya itu dipengaruhi oleh positioning ini tadi ya jadi disini disebut Feminax paracetamol ya obat nyeri hate kan gitu jadi gambarnya juga wanita kan kemasannya pink segala aja gitu itulah yang disebut dengan positioning Bagaimana kita menanamkan di benak customer gitu ya bahwa inilah brand saya Anda cocok pakai ini oke beli gitu ya Nah bahkan sampai kalau sebaliknya ada wanita nyeri, kemudian yang ada hanya panadol gak ada feminaxnya, dia juga jadi ragu untuk minum panadol gitu aduh gak mempan gitu, ya saya mempannya pakai feminax gitu padahal isinya juga sama gitu ya nah ini memang ada sedikit sih ya, yosyami apa ekstrak ini, tapi sebenarnya tidak terlalu signifikan yang paling besar berpengaruh itu ya si paracetamolnya ini, berada rasa sakitnya bahkan kalau obat itu kan sampai ke sugesti, sugesti aduh udah minum nih jadi serbu padahal sih hanya pikirannya aja yang tersugesti oke ini contoh sederhana yang lain juga seperti itu, jadi kita customer itu bisa tadi menafigasi, customer itu bisa oke saya beli ini, saya beli ini sekali lagi dari mana bisa begitu dari pesan-pesan yang kita sampaikan Hai nah ini ya jadi segment target positioning ini contoh lain di produk kosmetik ada Wardah ada Pons mustika Ratu dan Citra masing-masing punya positioning yang berbeda-beda slogannya cara mereka menampilkan iklan cara mereka menyampaikan pesan itu berbeda ya ke coba kita lihat Wardah itu posisinya untuk wanita muslim untuk muslimah produknya ya sama sebenarnya kandungannya ya begitulah kalau mustika ratu itu positioningnya dia menancapkan di benak customer bahwa kandungannya adalah dari rahasia kerajaan rahasia keraton rahasia raja-raja ratu-ratu secara turun-temurun dari nenek moyang ini ramuannya ramuan ajaib ramuan rahasia yang dari leluhur jadi kandungannya begini-begini ini sudah terbukti puluhan tahun jadi ini lebih kepada siapa dibalik produk ini ramuannya itu seperti apa yang sudah teruji kalau pons ini positioningnya lebih ke arah internasional pakai model-modelnya juga yang kayak Korea gitu ya yang looksnya itu lebih ke internasional lah gitu ya jadi modern untuk wanita yang ya modern dan dan apa ya lebih mudis bisa seperti itu juga kemudian yang terakhir citra citra ini lebih kepada kandungannya yang menggunakan bahan alami jadi disini kan dia bilang natural terus ada beberapa slogan yang juga menampilkan ini apa namanya produknya dengan bahan apa secret mungkin pengkoang atau apa gitu ya yang bahan-bahan alami, jadi dia posisinya kesana kalau yang pon sama wardah itu bisa jadi ada bahan kimianya misalnya jadi counternya kan begitu, kalau ini kita produknya produk alami oke, jadi beda tipis ya, beti, tapi orang bisa terbantu dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh produsen ini masing-masing bahwa, oh ini saya berapa? saya ini karena saya cari yang bahannya alami saya pilih citra gitu ya ini kan kemasannya yang model halal untuk muslimah gitu ya, jadi kalau saya pakai Wardah itu lebih mewakili identitas saya kayak gitu ya, jadi sebenarnya bukan si produknya sendiri gitu tapi pada kesan, pada image yang ditampilkan produk itu, behind dibalik produk itu bisa jadi orang kok gak pake wardah sih gitu kamu kan muslim gitu ya misalnya ada yang sampai kayak gitu atau ih kok pake pon sih ini kan kimia gitu ya harusnya kan pake yang alami kandungannya gitu ya gitu deh jadi orang bisa punya punya penilaian gitu ya terhadap produk masing-masing baik lanjut insight yang lain atau kebiasaan dan behavior lah ya perilaku konsumen yang bisa kita perlu kita pelajari supaya message-nya itu tepat, gitu ya ini contoh di Excel kan kalau anak-anak itu butuh paket paket data, neofon yang murah, harian, mingguan bulanan, mungkin juga para pedagang di pasar ya kalangan menengah ke bawah lah yang gak belinya pasca bayar sekian rupiah gitu ya, sekian ratus ribu, tapi yaudah hari ini punya duit berapa beli paket gitu ya. Nah jadi si Excel Asiata ini memberi fasilitas kepada setiap lapisan masyarakat, terutama untuk menengah ke bawah, nggak perlu yang bulanan gitu ya, harian juga ada gitu. Kalau Anda lagi punya uang mingguan silakan, punya uang bulanan silakan. Tapi kalau... mau harian juga ada jadi paket nilpon excel murah ini mungkin juga sudah banyak tapi itu berdasarkan dari pengamatan ke lapangan pengamatan kepada para customer perilaku mereka seperti ini kalau mau beli yang mahal-mahal bundling paket yang mahal gak punya uang jadi belinya berapa 5 ribu atau berapa Kalau nggak salah sekarang Telkomsel itu ada paket data belajar yang Rp. 1.000 1GB Kalau nggak salah ya Rp. 1.000 1GB itu juga ada khusus untuk belajar misalnya Baik yang di kanan ini ada dari minyak goreng kunci mas gitu ya Dia melihat bagaimana ibu-ibu itu juga kalau ke supermarket selalu membandingkan harga bukan cek toko sebelah tapi cek brand sebelah satu rak ada satu rak ada let's say bimoli tropical apalas sania gitu ya itu merek-merek merek-merek minyak gitu ya ada barco ada mungkin yang lebih tinggi lagi gitu ibu-ibu itu ada yang ini berapa rupiah ini berapa rupiah ini berapa rupiah gitu ya Nah si kunci mas ini mencoba menerabas dengan mengeluarkan harga yang lebih rendah Rp22.000 per kantong harganya lebih murah dibanding brand lain yang mungkin Rp25.000-Rp28.000 tapi sebenarnya isinya hanya Rp1.800 mili sementara yang Rp25.000 itu Rp2.000 itu Nah, kenapa sampai seperti ini? Karena memang saya nggak punya duit sampai Rp28.000-Rp30.000. Saya duitnya cuma Rp20.000, ini ada Rp2.000 sisa lebih kemarin kembalian. Jadi saya nggak punya uang. Saya hanya bisa beli seharga Rp22.000. Tapi isinya kan Rp1.800, ya nggak apa-apa. Nanti besok, minggu depan, kalau saya punya uang lagi, mungkin saya bisa beli yang 2 liter. Ini sampai seperti ini dan laku laris keras gitu ya. Bahkan mungkin bukan hanya untuk ibu-ibu yang uangnya terbatas, tapi ibu-ibu yang... juga merasa tidak perlu beli yang banyak beli yang 1800 aja juga cukup jadi secara psikologis itu dipengaruhi oleh taktik seperti ini atau ada juga nyasar ke ibu-ibu efektif ke ibu-ibu yang tidak baca detail 1800 mililiternya ini mungkin kecil ditulis di mana ini saja yang ditulis gede di atas ini Jadi dia lihat Rp20.000, Rp25.000, Rp30.000, oh ini yang paling murah, langsung ambil, bayar di kasir. Ternyata Rp1.800. Bohong sih enggak, tapi ada orang-orang yang enggak cermat kali ya, yaudahlah gitu. Kalau pas dia baca, sudah berapa ratus? Oh iya sih, yaudahlah. Jadi ini berhasil juga, cara-cara seperti ini. Bagaimana bisa ini karena si... Researcher ini, market research ini, mengamati sampai detail kebiasaan cara berpikir, cara mengambil keputusan dari para ibu-ibu itu di dalam purchasing behavior mereka. Ke supermarket itu apa sih? Udah sampai di supermarket itu apa sih yang dipikir ibu-ibu itu? Jadi, memang dia ngerasain sendiri. ibu-ibu tuh kayak apa sih gitu ya disuruh ngerasain dan keluar lah hasil seperti itu kemudian ada juga yang bukan dari sisi produknya tapi dari sisi tadi siapa perusahaan itu dibalik itu nilai-nilainya ini saya sering sekali ambil contoh dari body shop forever against animal testing produknya sendiri harus bagus itu udah pasti tapi bagaimana dia ramah lingkungan bagaimana nilai-nilai sosial mereka kepada para petani bahkan sampai binatang pun diurusin jangan pakai animal testing nah ini kena ke siapa? kena ke orang-orang yang memang concern terhadap hal-hal seperti itu kalau pada yang enggak sih ya ngapain mungkin harganya lebih mahal sedikit dibanding brand lain tapi dia merasa cocok membeli produk body shop karena tahu uang yang di... bayarkan kepada produk ini akan digunakan dengan baik akan digunakan untuk memberdayakan petani akan digunakan untuk menjaga lingkungan bahkan untuk proses testing, produk testing yang lebih mahal dibanding kalau pakai animal testing jadi mungkin kalau animal testing murah tapi kalau yang human yang manusia beneran atau apa gitu itu pasti lebih mahal ya makanya harganya mahal nggak papa saya bayar lebih mahal tapi ini enggak melukai Binatang itu ya ini oh blablabla tadi jadi mau membayar lebih justru karena ada tujuan ya tujuan yang lain beda sama yang kelompok kunci mas tadi ya ya nggak peduli bukan nggak peduli enggak kesana gitu concern nya gitu ya sorry ini tadi kalau yang apa namanya, buddy shop ya ke environment, ke sosial ke bahkan binatang, atau bahkan ke karyawan ke buruh gitu ya ini dia perusahaan ini bener-bener baik banget sama buruhnya, buruhnya diperhatikan kesejahteraan buruhnya jadi uangnya eh sorry, produknya itu memang agak mahal sedikit karena dia gaji buruhnya juga pantas gitu ya kesejahteraan buruh di pabriknya itu juga diperhatikan jadi, oh oke baik ya, ini perusahaan tidak melantarkan brunya aku beli deh produk ini yang berikut contoh dari bagaimana orang tidak membeli produk, tapi membeli hal lain di Harley Davidson ini kan bukan hanya beli barangnya, tapi bagaimana, ini komunitas komunitas yang dia bisa menawarkan sebuah identitas terutama sebuah kenyamanan daripada orang kan makhluk sosial senang kumpul, senang berkomunitas kemudian senang melakukan aksi-aksi atau gerakan-gerakan yang bermanfaat buat orang lain ada freedom yang dijual makanya disebut Harley Selling Freedom and Lifestyle ini gak kena dengan gempuran-gempuran makanya kalau orang sudah punya positioning yang kuat sudah punya brand yang kuat dia tidak perlu khawatir dengan brand-brand lain karena orang tahu bedanya itu apa gak perlu takut dengan merk lain yang jual lebih murah orang tetap kok mau beli brand ini karena memang yang dibeli bukan sekedar produknya cukup menarik Harley Davidson di Indonesia karena orangnya banyak komunitasnya banyak besar gitu ya sampai dari Amerika juga merasa ini luar biasa nih Harley Davidson Club Indonesia yang di CI ya gitu deh Walaupun ada suara-suara negatif, tapi itu harus diurusin ya. Nanti kalau bisa kalian pelajari. Ada PR-nya Harley Davidson yang juga ngurusin krisis gitu ya. Karena ada satu dua mungkin oknum gitu ya yang mencemarkan nama baik Harley Davidson dengan tindakan kekerasan atau tindakan yang kurang baik lah gitu ya pada saat dia pakai. pakai motor ini tapi oke, bagaimana orang membeli produk itu bukan karena produknya saja jadi setiap brand tadi, Hallyu Davidson, ada Body Shop ada KT Pacific ada apa lagi yang tadi macam-macamnya, itu tidak perlu khawatir, tidak perlu istilahnya Red Ocean berdarah-darah, perang harga gitu ya, tapi justru ada di Blue Ocean yang ini Kita tidak pernah menghargai, tapi orang tahu produk saya cocok untuk kalangan tertentu. Kita tidak perlu secara greedy mau merambah atau menjangkau semua. Seluruh masyarakat Indonesia harus beli Harley Davidson, tidak mungkin. Jadi hanya tertentu saja, tapi disitulah kita eksis. Justru orang yang merasa cocok dengan brand kita, akan memilih gitu ya akan memilih kita, itu strategi yang udah pakem lah gitu ya, baik ini terakhir kali ya, jadi ada IKEA contoh dan Air Asia, ini saya mau tampilkan bahwa mereka tuh berkomunikasi seperti ini ya, jadi IKEA to allow people with limited means to furnish their house like rich people gitu ya nah jadi bagus tetap produk nggak perlu yang heboh-heboh desainnya mungkin cukup minimalis yang penting furnish rumahnya dengan harga yang worth it yang cukup justru bisa seperti orang kaya jadi posisi dia disitu membantu orang-orang yang praktis, simple, minimalis dirakit sendiri bahkan di rumah seperti itulah IKEA kalian tahu jadi ini harus disampaikan kalau enggak, ya orang mengerti IKEA itu kayak apa sih kalau saya beli IKEA itu bagaimana sih ini bedanya sama produk lain itu apa dengan berkomunikasi menyampaikan pesan-pesan seperti ini membuat produk kita dikenal seperti apa dan begitu cocok langsung orang akan beli Air Asia tadi juga to change people's lives by making it possible for them to travel so, ini seperti itu, now everybody can fly jadi bisa membantu orang sekali lagi untuk, oke, saya pakai Air Asia ini tugas kita di dalam setiap IMC tools nanti harus ada penyampaian pesan yang sesuai, bagaimana caranya yaitu kita harus tahu dulu siapa target market kita, kebiasaan mereka, cara berpikir mereka, proses pengambilan keputusan mereka seperti apa gitu ya, nah itu baru kita bisa keluar dengan pesan-pesan yang jitu gitu ya, pesan-pesan yang efektif, baik itu saja untuk sesi ini nanti akan kita pelajari contoh-contoh, ya kita akan diskusi mudah-mudahan bisa membuat lebih jelas, terima kasih selamat siang, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh