Transcript for:
Kisah Tragis Sang Kuriang

Intro Sang Kuriam dan Gunung Tangkuban Prahu Intro Pada zaman dahulu, di sebuah kerajaan makmur bernama Parahiangan, hiduplah seorang putri cantik bernama Dayang Sumbi. Dia suka sekali menenun. Suatu hari Dayang Sumbi menenun di teras istana. Entah kenapa, hari itu dia sedikit pusing dan lemas. Sementara benang pemintalnya berkali-kali jatuh, Dayang Sumbi menjadi malas mengambilnya. Karena jengkel, benang pintalnya jatuh terus. Dia pun berkata, Barang siapa yang mengambil benang pintalan itu untukku? Saya bersumpah, kalau dia laki-laki, akan kuambil sebagai suami. Dayang Sumbi senang, karena benang itu sudah berada di dekatnya. Lalu siapa gerangan yang mengambilnya? Siapa yang telah mengambilkan benang pintal ini untukku? Sepertinya tidak ada orang di sini. Betapa terkejutnya Dayang Sumbi. Karena yang mengambil benang itu adalah si Tumang. Anjing kerajaan yang terkenal setia dan sakti. Akulah yang mengambilkan untukmu Dayang Sumbi. Kamu Tumang, berarti kamu akan menjadi suamiku? Bagaimanapun Dayang Sumbi tidak bisa mencabut sumpahnya. Dia pun menikah dengan Tumang. Hasil pernikahan mereka Dayang Sumbi melahirkan seorang bayi laki-laki yang berwujud manusia yang diberi nama Sang Kuriang. Tumang berpesan kepada Dayang Sumbi supaya tidak mengatakan pada Sang Kuriang. Jika Tumang adalah ayahnya Teng Sumbi, tolong jangan katakan kepada anak kita Jika aku adalah ayahnya Baiklah Tumang, aku tidak akan mengatakannya kepada Sang Kuryang anak kita Sang Kuryang tumbuh menjadi anak laki-laki yang sehat, lincah dan cerdas Tumang pun selalu mengikuti Sang Kuryang kemana dia pergi Serta mengajarkan kesaktian yang dimilikinya Cepat! Oh, hahaha... Iya, Sang Kuryang, aku akan mengejarmu. Hahaha... Hahaha... Sang Kuryang mengira Tumang adalah anjing peliharaan semata. Dia tidak mengetahui jika Tumang adalah ayahnya. Suatu hari, Dayang Sumbi menyuruh Sang Kuryang berburu binatang untuk pesan. Pesta di istana. Sang Kuryang anakku, pergilah berburu ke hutan bersama Tuma untuk pesta istana. Baik ibunda, Sang Kuryang pasti akan mendapatkan hasil buruan yang banyak. Sang Kuryang pun pergi ke hutan ditemani Tuma. Sayangnya, sampai hari gelap dia tidak mendapatkan hasil. Karena jengkel, akhirnya Sang Kuriang membunuh Tumang dan menyerahkan dagingnya sebagai hasil buruan untuk pesta istana. Dayang Sumbi tidak mengetahui jika daging itu adalah si Tumang. Dia mengira itu daging hasil buruan. Ibu ndak, ini hasil buruan untuk pesta istana nanti. Wah, terima kasih atas perhatianmu. Si anakku sang kuriang. Setelah pesta usai, Dayang Sumbi menanyakan keberadaan tumang yang tidak kelihatan di pesta istana. Anakku sang kuriang, apa kau melihat tumang? Sudah aku cari kemana-mana tapi dia tidak ada. Akhirnya sang kuriang mengakui perbuatannya. Anu, itu ibu nda, aku sudah membunuhnya dan ku jadikan hewan buruan. Apa? Kenapa kau melakukan itu Sang Kuryang? Dayang Sumbi tidak bisa menahan emosinya. Dia memukul Sang Kuryang di keningnya hingga mengucurkan darah. Ampun, ampun Bu. Maafkan Sang Kuryang Bu. Akibat perbuatannya yang sudah memukul Sang Kuryang, Dayang Sumbi diusir dari istana oleh Sang Raja. Bagaimanapun Sang Kuryang adalah... adalah calon putra mahkota. Tidak ada yang boleh memukulnya. Dayang Sumbi pun akhirnya pergi meninggalkan istana. Waktu pun berlalu. Sang Kuriang tumbuh menjadi pemuda tampan, sakti, dan disegani. Suatu hari dia pergi berburu di hutan. Alangkah terkejutnya dia. Saat bertemu dengan seorang gadis yang sangat cantik. Hah? Siapa gadis itu? Wajahnya begitu cantik rupawan. Sang Kuryang tidak tahu, jika perempuan itu adalah dayang sumbi ibunya. Begitu pula sebaliknya, mereka saling jatuh hati. Sang Kuriang tidak berpikir lama untuk melamar Dayang Sumbi. Kemudian Dayang Sumbi menerima lamaran itu. Dia sama sekali tidak mengenal Sang Kuriang yang sudah tumbuh dewasa. Baiklah, aku bersedia menjadi istrimu, wahai pemuda Tahanpan. Namun sebelum hari pernikahan mereka, Dayang Sumbi menemukan bekas luka di kening sang kuriang yang sama persis dengan anaknya dulu. Hah? Ya Tuhan, ternyata pemuda ini sang kuriang anakku. Luka di keningnya sama seperti dahulu. Dia memang anakku. Dayang Sumbi segera berusaha mencari akal untuk mengagalkan pernikahannya dengan sang kuriang. Sang kuriang, kamu bisa menikahiku asalkan kamu bisa membantu saya. memenuhi permintaan itu. Apa gerangan permintaanmu, wahai gadis jati? Dayang Sumbi sudah memikirkan syarat itu. Suatu hal yang tidak mungkin dipenuhi oleh Sang Kuryang. Aku ingin kamu mengubah bukit itu menjadi bendungan dan membuat perahu untuk menyusuri bendungan itu. Semua itu harus sudah selesai sebelum Fajar menyengsih. Permintaan Dayang Sumbi sungguh berat. Namun Sang Kuryang tidak ingin kehilangan Dayang Sumbi. Baiklah. Aku akan mewujudkan semua permintaanmu. Sang Kuryang mengeluarkan seluruh kesaktiannya. Dia mengundang seluruh makhluk halus dan jin untuk membantunya. Kesaktiannya ini dulu diajarkan oleh ayahnya Tumang. Mereka lalu bekerja semalaman menutup sungai dan mata air dengan lumpur dan tanah. Akhirnya aku bisa menjadikan bukit ini menjadi bendungan. Saat semua sudah terbendung, Sang Kuryang pergi menebang pohon raksasa dan mulai membuat perahu yang sangat besar. Sekarang tinggal membuat perahu besar untuk menyeberangi bendungan ini. Aku pasti bisa. Dayang Sumbi mulai gelisah. Sebab pekerjaan Sang Kuryang hampir selesai. Padahal Fajar masih lama. Aduh, bagaimana ini? Aku harus mengagalkan usaha Sang Kuryang sebelum terbit Fajar. Dayang Sumbi berdoa dengan husu kepada Tuhan agar usaha Sang Kuryang gagal. Oh Tuhan, bagaimana mungkin aku menikah dengan anakku sendiri? Itu tidak mungkin. Tolonglah percepat Fajar datang, agar semua manusia itu pergi. Dan tidak ada yang membantu sang kuriah menyelesaikan pembuatan perahu besar itu sebelum Fajar tiba. Keajaiban pun terjadi. Matahari terbit lebih cepat. Usaha Sang Kuryang pun gagal. Hah? Sudah pagi? Padahal perahu yang aku buat belum selesai. Sang Kuryang sangat marah saat mengetahui jika dia ditipu. Siapa sebenarnya kau ini? Kau sudah menipuku! Tegas sekali kamu! Dayang Sumbi menangis mendengar perkataan Sang Kuryang. Bagaimana mungkin aku bisa menikahimu anakku? Sesungguhnya aku adalah Dayang Sumbi, ibu kandungmu. Sang Kuryang tidak percaya dengan ucapan Dayang Sumbi. Dia marah. Tidak mungkin, aku tidak percaya semua perkataanmu. Tidak mungkin! Tidak! Aku ibumu Sang Kuriang, ibu kandungmu. Kemudian Sang Kuriang menendang perahu buatannya hingga terlempar jauh. Perahu itu jatuh dengan posisi terbalik dan berubah menjadi gunung yang hingga sekarang dikenal dengan sebutan Gunung Tangkuban Perahu.