Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh bertemu lagi dengan saya pada kesempatan kali ini akan membahas tentang notasi dan unsur karawitan notasi dapat diartikan sebagai metode pencadatan atau sistem penulisan kalau itu namanya notasi dalam karawitan maka Notasi dapat diartikan sebagai metode penulisan atau pencatatan dalam karawitan. Bentuknya adalah tanda-tanda yang nanti akan digunakan di dalam karawitan. Sedangkan unsur adalah bagian terkecil.
Kalau unsur dalam karawitan dapat diartikan adalah bagian terkecil dari karawitan. Bagian terkecil ini adalah Bagian-bagian yang menyebabkan karawitan itu terbentuk. Nah, pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang notasi sistem penulisan atau pencatatan dalam karawitan dan bagian-bagian terkencil pembentuk karawitan. Notasi di dalam karawitan pada awalnya belum dikenal karena proses dalam penciptaan karawitan Atau penciptaan gendeng-gendeng dalam karawitan itu dulunya tidak dicatat atau didokumentasi dalam bentuk tulisan.
Lalu bagaimana cara penyebarannya? Nah, karena tidak ada sistem penulisan atau tidak menggunakan notasi, maka sistem penyebaran atau pewarisan karawitan bisa dilakukan secara oral, yaitu dilakukan secara langsung. Misalkan orang yang sudah bisa bermain gamelan, Setelah itu orang yang belajar mendengarkan, setelah itu menirukan.
Hal ini dilakukan karena tidak ada atau belum ditemukannya sistem notasi di dalam karawitan. Tetapi mulai berubah ketika di tahun 1888, yaitu di Surakarta, muncul notasi dalam karawitan yang pertama, yaitu notasi rantai, yang diciptakan oleh Kiai Demang Guno Sentiko. Notasi ini mengapa kok disebut sebagai notasi rantai? Karena sistem penulisannya atau pembuatannya seperti rantai, yaitu nada satu dengan nada yang lain dihubungkan dengan garis yang bisa menyerupai rantai.
Notasi rantai memiliki tingkat kerumitan yang tinggi untuk dibaca. Akhirnya notasi ini tidak dipakai dalam karavitan. Pada tahun 1890 muncul notasi yang kedua dalam perawatan, yaitu notasi ondo atau notasi tangga yang diciptakan oleh Demang Karini dari Yogyakarta. Penulisan notasi ondo atau anda ini bentuknya seperti garis paranada tapi yang berdiri.
Makanya dikatakan sebagai notasi ondo atau notasi tangga. Notasi ini juga memiliki tingkat kerumitan yang tinggi Sehingga karena keterbacaan yang tinggi sehingga notasi ini tidak dipakai Notasi yang ketiga adalah pada tahun 1890 Muncul notasi yang namanya adalah notasi kepatehan Notasi ini diciptakan oleh Raden Mas Temenggung Perksodilingrat dari Surakarta Notasi ini bentuknya adalah Angka dan simbol-simbol Angka untuk nada dan simbol-simbol digunakan untuk penulisan instrumen gamelan Notasi ini memiliki keterbacaan atau tingkat keterbacaan yang relatif mudah Sehingga notasi kepatian digunakan dalam penulisan gendering karawitan dari dikiptakannya sampai saat ini Notasi karawitan yang sudah muncul yang sekarang digunakan adalah notasi kepatian memiliki keuntungan atau kelebihan dan kerugian atau kelemahan adapun kerugian atau kelemahannya adalah berkurangnya kepekaan dengar auditif beralih ke pengkelihatan sebelum ditemukannya notasi orang belajar dengan cara mendengarkan sehingga kepekaan telinga ketika mendengarkan sebuah jengkok itu sangat kuat Tapi karena sekarang kebanyakan orang belajar itu dari notasi, maka orang-orang yang Belajar itu lebih cenderung membaca, melihat. Sehingga perbedaannya ketika orang belajar kalawitan atau nabuh gamelan dengan sistem auditif dan penglihatan, itu kepekaan rasanya lebih ke auditif. Karena benar-benar dipahami, dirasakan.
Tapi kalau penglihatan, orang akan terfokus ke notasi. Sehingga terjadi kekurang... komunikasian atau interaksi musikal antar penabuh karena kalau misalkan itu belum hafal gendingnya masing-masing konsentrasi pada notasinya sehingga kepekaan auditif lebih berkurang dan beralih ke pengelihatan sedangkan kelebihan atau keuntungannya menggunakan notasi adalah gending-gending yang dicipta dapat terdokumentasi sehingga menghindari hilangnya sebuah gending Kemampuan manusia untuk mendengar itu kan berbeda-beda.
Karena berbeda-beda dan memiliki tingkat kemampuan untuk mengingat yang berbeda dan kemampuan untuk mengingatnya cepat dan lambatnya itu juga berbeda. Sehingga ketika menghafal sebuah gendeng, kemampuannya untuk menghafal berapa gendeng itu kan berbeda-beda. Akhirnya ada yang terlupakan, ada yang setengah, atau ada bagian yang masih ingat. Dan ada yang masih diingat Tapi lewat notasi Gending itu bisa tidak hilang Karena notasinya Atau susunan angka Pembentuk gending itu Terdokumentasi dalam bentuk tulisan Sehingga menghindari hilangnya Sebuah gending Itu sistem notasi yang digunakan Dalam karawitan, kelemahan dan Serta kelebihannya Jadi notasi yang digunakan Di dalam karawitan itu adalah Notasi kepatian dengan menggunakan sistem angka dan tanda untuk instrumen gamelan. Selanjutnya adalah unsur-unsur karawitan.
Unsur karawitan ada tiga, yaitu laras, gamelan, dan irama. Kita menginjak ke laras dalam karawitan. Nah, yang kita bahas ada tiga, yaitu pengertian, macam, dan patet.
Menurut Sri Hastanto, Laras adalah susunan musikal yang dibangun oleh permainan sejumlah nada dalam gending yang bila diurutkan akan tersusun dalam jumlah tertentu dengan nada tertentu pula Jadi laras ini adalah susunan beberapa nada bukan hanya terdiri dari satu nada Sedangkan pengertian laras menurut Rahayu Supanggah itu bermakna jama'Ada tiga makna Laras dapat diartikan sebagai sesuatu yang bersifat enak atau nikmat untuk didengar atau dihayati. Jadi sesuatu yang bersifat enak yang kalau dihayati, didengarkan enak itu laras. Tapi di sini konteknya masih ke seni musik khususnya yang menggunakan laras lintu dan pelok.
Laras juga dapat berarti nada, yaitu suara yang telah ditentukan jumlah frekuensinya. Dan yang ketiga, laras adalah tangga nada, yaitu susunan nada-nada yang jumlah, urutan, dan pola interval nada-nadanya telah ditentukan. Macam laras dalam karawitan ada dua, yaitu selendro dan pelok.
Sekarang kita menginjak ke laras selendro. Lara silindro adalah sistem urut-urutan nada yang terdiri dari 5 nada dalam satu gembiang dengan pola jarak yang hampir sama. Nadanya terdiri dari nada C, G, L, R, T, L, P, L, M, dan M. Di sini di silindro tidak ada nada P, P, dan P, T. Untuk cara bacanya, diambil nada suku kata yang terakhir, C, G. Disebut dengan Ji Ji, Ro, Lu, Mo, Nem Nah disini jaraknya hampir sama Tadi nada 1 dengan nada yang kedua, ketiga, keempat, kelima Ini jaraknya hampir sama Laras yang kedua adalah Laras Pelok Laras Pelok adalah sistem urutan nada yang terdiri dari 5 sampai 7 nada dalam satu gembiang dengan menggunakan pola jarak yang tidak sama rata Gembiang itu kalau di dalam musik barat nama lainnya adalah oktav jadi jarak nada Yang misalkan dari Ji sampai nada Ji, T-tube. Nah, di sini jaraknya berbeda-beda.
Tergantung kelar patet yang ada di dalam kelar spelok. Misalkan seperti ini. pina mollo Robby eh rolu monopi roh jadi jaraknya berbeda cara pelapalannya seperti ini dalam slide jirolu padmonempi jadi bukan tuh tapi pi selanjutnya laras dalam karawitan laras Dalam karawitan, masing-masing laras memiliki 3 padat.
Untuk selindro ada padat 6, padat barang, oh maaf, untuk selindro ada padat 6, padat songo, dan padat manjuro. Sedangkan untuk pelak ada padat 5, padat 6, dan padat barang. Di sini kita tidak akan lebih dalam lagi tentang belajar tentang padat. Di lain kesempatan akan dikupas tentang padat lebih dalam lagi. Selanjutnya adalah unsur gamelan.
Nah, gamelan, terutama gamelan karawetan Jawa, terbagi menjadi empat. Yaitu gamelan menurut bentuk, gamelan menurut fungsi, gamelan menurut peran dan kedudukan, dan gamelan menurut peran musikal. Berdasarkan bentuknya, secara garis besar, gamelan Jawa terbagi menjadi dua, yaitu bilah atau wilah.
dan pencan atau pencu bilah itu adalah gamelan yang bentuknya PP sedangkan pencan atau pencu itu bentuknya lingkaran yang ada menonjol di bagian tengah seperti dalam gambar tadi sudah saya katakan bahwa ini adalah secara garis besar karena ada beberapa instrumen dalam gamelan yang tidak termasuk bilah dan tidak termasuk pencan misal kendang Itu bukan bilah dan bukan pencon. Lalu ada siter dan suling. Jadi itu khusus tidak bilah dan tidak pencon. Jadi berdasarkan gamelan berdasarkan bentuk, ini secara garis besar ada dua, yaitu bilah dan pencon.
Gamelan berdasarkan fungsinya ada dua, yaitu gamelan pakur matan dan gamelan non-pakur matan. Gamelan Pakor Matan ini adalah gamelan yang tidak beredar luas, tidak dimiliki oleh banyak orang hanya tempat-tempat tertentu misalkan keraton atau sekolah tinggi yang bergerak di bidang seni, khususnya seni karawitan yang memiliki untuk gendeng-gendeng gamelan Pakor Matan, dari gamelan Pakor Matan digunakan untuk khusus jadi gendeng ini ditabuh untuk kegiatan khusus Gamelan pakurmatan sekaten digunakan untuk acara sekateran. Seperti itu. Nah, selanjutnya adalah gamelan non-pakurmatan. Nah, gamelan yang sering kita lihat atau ketika digunakan untuk ngiringi reok atau untuk wayangan, itu termasuk non-gamelan pakurmatan.
Gamelan yang banyak, yang lengkap, itu namanya gamelan ageng atau gamelan standar. Sedangkan yang... Wayangan, tayupan, cokean, gadon, loras matil, santiswaran, reok Ini adalah bentuk karawitan yang menggunakan petilan Atau beberapa instrumen dari gamelan ageng Dan ada juga yang ditambah dengan instrumen khusus Misal santiswaran Ditambah dengan alat musik terbang atau rebana Nah, kita mulai untuk mengidentifikasi atau belajar mengetahui macam-macam dari gamelan standar atau gamelan ageng yang pertama adalah rebab rebab itu adalah salah satu alat musik gamelan yang dimainkan dengan cara digesek alatnya seperti yang di samping ini namanya kosok rebab oh iya ketika kita menyebut alat pukul dalam gamelan itu bukan tutuk tapi tap kalau misalkan kos repot ya namanya kos repot tapi kalau yang lain nanti tabu misalkan tabu gender ya namanya tabu gender bukan tutup gender Yang kedua adalah gender.
Gender di dalam karawitan ada dua, yaitu gender barung dan gender penerus. Yang membedakan antara gender barung dan penerus adalah satu bentuk. Barung ukurannya lebih besar, sedangkan penerus lebih kecil.
Yang kedua adalah nada. Untuk barung nadanya lebih rendah dan untuk penerus nadanya lebih tinggi. Untuk gender dalam gamelan Jawa ada tiga, yaitu gender selindruk, gender pelok barang, dan...
Bender pelok 6 Cara menabuhnya dengan dipukul Menggunakan 2 tabuh Seperti dalam gambar Yang selanjutnya adalah bunang Sama dengan kenter ada bunang barung Dan bunang penerus Di dalam gamelan Bunang juga ada 2 yaitu bunang selintir Dan bunang pelok Alat tabuhnya seperti ini Dimainkan oleh 1-2 orang Satu gunang barung dan satu gunang penerus. Pakunya seperti ini dengan cara dipukul. Selanjutnya, gendang.
Dalam gamelan Jawa, ada empat gendang. Yang paling besar namanya gendang ageng atau gendang beng. Yang paling kecil namanya gendang ketipung. Yang di depan ini gendang ciblon. Dan yang paling ujung samping itu namanya adalah gendang sabet.
Yang biasanya digunakan untuk ngiringi wayang. Cara memainkannya dengan dibukul menggunakan tangan tanpa alat bantu pukul. Selanjutnya slonten, bentuknya termasuk gamelan bilah, ditabuh dengan satu tabuh untuk satu tangan untuk menabuh, satunya lagi untuk menutup atau midet.
Selanjutnya saron, saron di dalam gamelan Jawa ada tiga, yaitu saron demung, saron barung, dan saron penerus. Untuk yang demung itu yang paling besar ukurannya nadanya paling rendah untuk saran barung ukurannya dibawah demung nadanya juga dibawah demung dan saran penerus adalah saran yang ukurannya paling kecil dengan ada paling tinggi ditabur dengan menggunakan tangan alat bukulnya ini terus nanti tangan satunya juga sama dengan senteng 161 menutup tapi bergantian ini saran barung Untuk tabuhnya sama dengan tembung, hanya ukurannya lebih kecil karena ukuran instrumen saran barung lebih kecil dari tembung. Saran yang ketiga adalah saran penerus.
Seperti ini, untuk alat tabuhnya yang benar adalah yang berwarna hitam. Kalau yang berwarna kuning, ini adalah tabuh gamelan Bali. Ketika foto ini saya ambil, ini memang alatnya digunakan untuk membuat komposisi karawitan.
Dan tabunya yang ada itu, akhirnya saya foto seperti itu, tapi yang benar alat tabunya adalah yang warnanya hitam untuk gambelan Jawa. Selanjutnya adalah kenong. Untuknya seperti bunang tapi ukurannya lebih besar. Ada kenong selindro dan kenong pelok. Alat tabunya seperti ini, seperti bunang tapi ukurannya lebih besar.
Dimainkan oleh satu orang. Yang ini adalah ketok kempiang. Untuk pencon yang tinggi, namanya kempiang. Untuk pencon yang rendah, namanya ketok. Alat tabuhnya sama dengan kenong, ukurannya lebih besar dari tabuh bunak.
Dimainkan oleh satu orang. Banyak orang mengatakan bahwa instrumen gamelan yang digantung ini semuanya gong. Ini perlu diklarifikasi bahwa yang digantung ini tidak semuanya gong.
tapi ada yang namanya kempol dan ada yang namanya gong yang kuning-kuning digantung ini namanya kempol yang ukurannya lebih kecil-kecil itu sedangkan kuning yang dekat dengan gayor atau penyangga itu yang agak besar itu namanya gong suan sedangkan yang hitam namanya gong ageng untuk tabuhnya ada dua, itu tabuh yang besar dan tabuh yang kecil Tabuh yang besar, pendek, ini digunakan untuk tabuh gong, sedangkan yang kecil panjang ini digunakan untuk tabuh kempul. Instrumen selanjutnya adalah gambang. Alat musik gambang dimainkan dengan dipukul dengan menggunakan tabuh seperti di gambar sampingnya. Ini adalah sitar.
Bagian dari gamelan yang cara permainannya dengan dipetik dengan menggunakan jari jempol, dua tangan. Nah, bedanya sitar dengan celempung adalah, kalau sitar seperti digambar ukurannya lebih kecil, kalau celempung hampir sama tetapi ukurannya lebih besar. Cara memainkannya dengan dipetik.
Suleng gamelan Jawa, ada dua. Yaitu suling selendro dan suling pelok. Untuk yang lubangnya 4, ini adalah selendro. Dan yang lubangnya 5 adalah pelok. Dengan permainannya ditiup.
Selanjutnya adalah gamelan berdasarkan peran dan kedudukannya. Ada 3 yaitu gamelan ngaceng, gamelan tengah, dan gamelan winking. Berikut adalah contoh-contoh dari gamelan ngaceng, tengah, dan winking. Sinden dan gerong itu adalah bukan instrumen, tapi itu adalah orang yang bertugas untuk nyanyi.
Kalau sinden itu adalah solo vokal, kalau gerong itu bersama-sama. Tapi ada juga sindenen yang bersama-sama. Selanjutnya adalah gamelan berdasarkan peran musikal. Menurut Rahayu Supangga, terbagi menjadi tiga yaitu Rijian Balungan, Rijian Struktural dan Rijian Garak Rijian itu adalah sebuah istilah yang digunakan dalam karawitan sinonimnya adalah instrumen jadi Rijian Gamelan bisa juga disebut dengan instrumen Gamelan Rijian Balungan adalah Kelompok Rijian yang cara permainannya paling mendekati balungan gendeng Balungan gendeng itu adalah susunan nada-nada pembentuk gendeng atau lagu Misalkan nadanya sebuah lagu itu adalah Malu, maru, maru, malu Maka Rijian balungan atau instrumen gamelan permainannya bisa sama dengan nada tersebut Malu, maru, maru, malu Atau mendekati mendekati ke misalkan ada dihilangkan satu nada atau seperti apa itu jadi mendekati atau sama dengan balungan gending itu rizian balungan yang selanjutnya adalah rizian struktural rizian struktural itu adalah instrumen gamelan yang pola permainannya membentuk sebuah gending di dalam karawitan itu adalah ada 16 bentuk gending ada serpek ada ketawang ada lancaran adalah gerang yang membedakan itu adalah dimana letak permainan ketuk, kempiang, kenong, kemul, dan gong ini adalah rizian struktural dan yang terakhir adalah rizian garap ini adalah rizian atau instrumen dalam karawitan yang memiliki pola permainan paling rumit dari instrumen-instrumen balungan ataupun struktural karena ada pengembangannya contohnya adalah Rebab, gentar barung, gentar penerus, bunang barung, bunang penerus, gambang, sinden, dan kirung.
Selanjutnya adalah irama. Nah, disini ada dua pengertian irama menurut Martopangrawet dan Rahayu Sepangga. Martopangrawet dan Rahayu Sepangga ini adalah tokoh karawitan.
Selanjutnya irama. Irama dalam karawitan ada enam, yaitu grupa, lancar, tanggung, gedi, wilat, rangkap. Geropa itu adalah irama penyajian dendeng yang semakin mencepat dan biasanya langsung swok atau berhenti.
Lancar ini adalah irama yang cepat atau yang lebih cepat dari tanggung dan yang paling lama penyajiannya adalah rangkep. Dan yang terakhir adalah tentang kepemimpinan dalam karawitan. Ada dua yaitu pamurbo irama dan pamurbo lagu.
Pamurbo itu nama lainnya adalah pemimpin. Jadi pamurbo Iromo itu adalah pemimpin Iromo. Yaitu instrumen yang memimpin irama dalam sebuah gendeng.
Mau dipercepat, mau diperlambat, mau dihentikan. Ini yang adalah tugas dari pamurbo Iromo. Dan biasanya dilakukan oleh kendang. Yang kedua adalah pamurbo lagu. Yaitu...
instrumen yang bertugas memimpin perjalanan gendeng itu mau ke alur lagu yang mana dan gendeng itu mau jiwanya seperti apa, rohnya mau apa, mau sedih, mau senang atau apa disini ini juga ada andel dari pamorbo lagu biasanya rebab, kalau rebab tidak ada bisa guna barung atau instrumen yang lain nah demikian tadi penjelasan tentang notasi dan unsur-unsur dari karawitan semoga bermanfaat dan untuk penjelasan yang lain bisa disampaikan pada video berikutnya terima kasih wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh