Biasanya, kita bertanya karena kita tidak tahu. Dan ketidaktahuan kita ini kadang membuat orang berasumsi bahwa kita bodoh. Jadi, ketika kita bertanya, kita dianggap bodoh.
Tapi, ini salah. Kita bertanya karena kita sadar kita tidak tahu dan tidak pura-pura tahu. Yang membuat kita secara otomatis lebih bijak daripada mereka yang merasa sudah tahu.
Daripada mereka yang merasa paling pintar. Satu-satunya kebijaksanaan sejati adalah mengetahui bahwa kamu... Tidak tahu apa-apa Ini adalah perkataan Socrates yang paling sering kita dengar Dia dikenal sebagai Bapak Filsafat Barat, seorang filsuf Yunani kuno yang dianggap sebagai salah satu pemikir yang paling berpengaruh dalam sejarah. Dialah yang nantinya mendorong dan membentuk perkembangan awal filsafat, serta secara langsung menginspirasi filsuf besar Plato, yang nantinya menginspirasi langsung Aristoteles. Socrates menjadi sosok yang memaksa manusia bertanya dan berpikir tentang diri kita, dunia di sekitar kita, dan bagaimana cara kita hidup di dalamnya.
Dengan perkataannya yang ditulis di dalam Apologi Plato yang berbunyi, hidup yang tidak diperlukan. diperiksa tidaklah layak untuk dihidupi. Socrates tidak meninggalkan karya tulis sedikitpun, yang membuatnya menjadi sosok yang misterius.
Semua laporan mengenai kehidupan dan filosofinya dituliskan oleh orang lain, dan beberapa diantaranya berbeda dan terkadang saling bertentangan. Dalam studi sejarah, ini bahkan menjadi sebutan, yaitu masalah Socrates. Membuatnya sulit atau bahkan mustahil untuk secara akurat menggambarkan siapa sebenarnya Socrates, dan seperti apa sebenarnya filosofinya dalam hidup.
Tapi kita masih bisa menggambarkan siapa. Siapa dirinya sebenarnya dari tulisan Plato. Yang dipercaya merupakan gambaran paling akurat. Dan juga penulis-penulis lainnya. Dan dengan itu dalam video ini.
Kita akan mencoba untuk mengenal lebih jauh dan lebih dalam. Mengenai bapak filosof ini. Orang yang memulai segalanya dengan bertanya.
Yang membuat roda berpikir manusia berjalan. Dan secara efektif dapat dikatakan. Yang menjadi titik awal. Membuat semua perkembangan di dunia modern saat ini. Dengan mengakui bahwa dirinya bodoh.
Dan dia bertanya. Intro Dipercaya bahwa Socrates lahir di sebuah desa di sekitar Athena di Yunani Kuno sekitar tahun 469 sebelum masehi atau 470 sebelum masehi. Ayahnya, Sofroniskos adalah seorang pematung, sementara ibunya, Fenaret, bekerja seorang pematung. sebagai bidan.
Sofroniskos ingin puteranya meneruskan keterampilan sebagai pemantung sehingga selama masa mudanya Socrates menjadi murid ayahnya. Sebagai seorang pemuda, Socrates dikini menyerap tulisan-tulisan filosof Yunani anak Sagoras. Di Athena, Agorapodos Agora atau alun-alun umum adalah tempat pertemuan pusat bagi pria untuk mendiskusikan politik, seni, dan filsafat. Karena dia masih muda, Socrates belum memenuhi syarat untuk menghadiri Agora. Sebagai gantinya, dia menghabiskan banyak waktu luangnya di bengkel pedagang kota tempat dia nantinya bertanya kepada orang-orang di sana tentang pertanyaan-pertanyaan filsafat.
Setelah beberapa waktu bekerja sebagai pematung, Socrates pergi belajar di bawah Master Filsafat Archeolus. Dia mempelajari matematika dan astronomi dan menjadi akrab dengan karya para filsafat. Yusuf sebelumnya.
Socrates segera menyadari bahwa hal-hal yang dia pelajari tidak memiliki manfaat langsung bagi masyarakat. Dia lebih tertarik untuk mengatasi masalah kehidupan sehari-hari. Namun, meskipun dia memiliki rasa yang tahu yang besar untuk memahami dunia, dia hanya mempertanyakan dunia untuk memahami cara kerjanya.
Dia percaya bahwa kita akan lebih baik jika kita mempertanyakan diri kita sendiri untuk memahami cara diri kita sendiri bekerja. Socrates digambarkan sebagai orang yang pendek, gemuk, dan jelek. Dia memiliki memiliki hidung pesek dan rambutnya panjang dan tidak terurus dikatakan tidak memiliki minat dalam merawat diri dan jarang mandi dia tidak memiliki pekerjaan untuk menopang istri dan anak-anaknya dan dia tidak peduli dengan status sosialnya dia juga dikatakan bisa begadang semalaman tanpa merasa lelah keesokan harinya dan dia bisa minum lebih banyak dari orang-orang tanpa mabuk pada sekitar 420-an sebelum masehi Sokrates dilihat oleh kebanyakan orang sebagai orang yang aneh dan mengganggu walaupun tidak berbahaya ketika perang Peloponnesia meletus di Athena, Socrates diakini ikut bertempur dikarenakan tuntutan wajib militer. Dalam karya Plato Apologi, Socrates diberitahu bertempur dalam pertempuran Amphipolis, Delium, dan Potidae. Alcibiades, negarawan dan jenderal Athena, mengatakan bahwa Socrates pernah menyelamatkannya dalam pertempuran.
Dengan berakhirnya perang Peloponnesia pada tahun 404 sebelum Masehi, terjadi masa pergolakan di Athena yang mengakibatkan kekuasaan sebuah kelompok yang dikenal sebagai 30 tiran. Pria-pria ini mengadakan priori teror yang ditandai dengan pertumpahan darah dan penyitaan harta benda. Di saat 30 tiran memiliki kekuasaan, mereka walaupun tidak secara langsung menyuruh Socrates, memerintah dia dan 4 orang lainnya untuk pergi ke Salamis untuk menangkap Leon. Orga terpelajar dan berpengaruh untuk dieksekusi, walaupun dia tidak memiliki kesalahan. Apapun, Socrates menolak tugas Indy karena menurutnya Indy dapat merusak integritasnya.
Namun, dia tidak memperingatkan Leon. Dia membuatnya akhirnya tetap dieksekusi. Keputusan Socrates yang tidak proaktif Indy adalah salah satu yang nantinya menuntunnya. dalam menjalani filosofinya. Setelah 8 bulan, rezim pemberontakan jatuh dan digantikan lagi oleh pemerintahan demokratis Yunani.
Tetapi, Socrates memandang ini justru adalah sebagai kejatuhan bagi perpolitikan Athena. Socrates percaya bahwa masyarakat secara keseluruhan tidak mampu untuk mengatur diri sendiri. Mereka membutuhkan seorang penggembala yang bijaksana untuk memandu mereka dalam kehidupan.
Dia juga mengklaim bahwa warga biasa tidak memiliki kebajikan bawaan yang akan memberi mereka kemampuan untuk berbicara atas nama orang lain. Kebajikan, virtue, menurutnya adalah sesuatu yang hanya dapat dicapai melalui pengetahuan dan pengetahuan itu berada di luar jangkauan orang biasa. Ide-ide ini bertentangan dengan masyarakat Athena di mana mereka menghargai hak setiap warga. ...keluarga untuk memiliki suara dalam majelis.
Orang-orang mulai melihat bahwa Socrates adalah oposisi dari kepercayaan demokratis Athena. Dan ini diperparah dengan tata bahasa dari Socrates yang arogan dan merendahkan. Selama bagian kehidupan yang lebih fokus pada filsafat ini, Socrates menghabiskan sebagian besar waktunya berkeliling Yunani.
Dan menentang banyak orang yang dianggap bijak oleh publik. Socrates sangat skeptis terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan ini. Karena dia melihat bahwa orang-orang yang mengklaim dirinya sendiri bijak tidak tahu apa itu artinya.
arti dari bijak, dan sebagian mereka ternyata hanyalah sombong. Dia menghabiskan banyak waktu mempertanyakan apa yang mereka anggap benar, dan menyadari bahwa kebijaksanaan sejati adalah mengetahui bahwa kamu tidak mengetahui apa-apa. Dengan melakukan itu, dia percaya dia akan mendorong orang lain untuk bergabung dengannya dalam perjalanan penyelidikan filsafat menuju kehidupan yang lebih baik, saat mereka menyadari bahwa jawaban dan keyakinan mereka saat ini tidak cukup.
Seiring berlalunya waktu, Socrates berkata, mendapatkan pengikut dari para siswa muda yang tertarik dengan cara berpikirnya. Meskipun Socrates skeptis terhadap pengetahuan masyarakat, dia juga tetap memiliki keyakinan sendiri, seperti kritiknya terhadap demokrasi. Dan juga dia membuat penilaian tentang nilai-nilai, kebajikan, pengetahuan diri, kebaikan, kebenaran, dan kebahagiaan.
Dia percaya bahwa kejahatan selalu dilakukan karena ketidaktahuan dan si pelaku kejahatan adalah yang paling menderita daripada korban kejahatan itu sendiri. Dan yang paling penting adalah menjelaskan bahwa bahwa tujuan dari filsafat adalah bertanya mengenai bagaimana caranya kita hidup, yang akan kita jelaskan dengan mendalam setelah ini. Meskipun niat baiknya upaya Socrates seringkali diterima dengan buruk oleh publik, setelah terus-menerus beruntung dalam kehidupannya, dia tidak mengakui dewa-dewa yang diakui oleh negara, dan juga merusak kaum pemuda.
Dia dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman mati. Ini dipengaruhi juga dengan kritiknya yang terus menerus terhadap sistem pemerintahan yang ada. Hukum Athena memungkinkan setiap warga untuk mengajukan proses pidana terhadap warga lain. Sedang sebenarnya berlangsung selama 9 jam di Agora di pusat Athena, juri terdiri dari 500 warga negara yang dipilih secara acak.
Sebagai bagian dari pembelaannya, Socrates memberitahu juri bahwa dia adalah pahlawan. Dia mengingat kembali layanan militernya yang luar biasa. Kemudian dia memperluas... terluas pemikiran dengan analogi memberitahu mereka bahwa dia telah berjuang selama beberapa dekade untuk menyelamatkan jiwa pemuda Athena jika mengajarkan kebajikan membuatnya bersalah karena dianggap korupsi dia berkata maka dia bersalah seperti yang sudah dituduhkan Di hadapan tuduhan bahwa dia adalah perusahaan pemuda Athena, Socrates mengatakan bahwa dia tidak pernah mengklaim sebagai guru. Dia hanyalah seorang pria yang kebetulan menghabiskan waktu berjalan-jalan di kota.
Jika dia ditanya sebuah pertanyaan, dia akan menjawabnya sebaik mungkin. Dari sini, para juri melihat bahwa dia tidak akan berhenti melakukan apa yang dilakukan. Dan satu-satunya cara untuk menghentikannya adalah dengan membunuhnya.
Dan Socrates tidak sama dengan tradisi biasanya, dia tidak memohon belas kasihan. Dengan sidang sekarang berakhir, Socrates dibawa ke sel penjara. Menurut catatan hari-hari terakhirnya yang ditulis oleh Plato, Socrates diberi kesempatan untuk melarikan diri ketika dia dikunjungi di selnya oleh teman kaya bernama Cerito.
Pria ini telah merencanakan rencana untuk menyelundupkan Socrates keluar dari Athena. Namun Socrates tidak menunjukkan minat untuk melarikan diri dari takdirnya. Socrates mengatakan bahwa itu akan menjadi refleksi buruk bagi pengikutnya. Karena orang akan berpikir bahwa dia meninggalkan mereka.
Dan juga pelariannya akan membuatnya hidup di pengasingan dengan pengetahuan bahwa dia meninggalkan keluarganya. Ya. yang menganggapnya telah mati. Dan Socrates mengatakan bahwa seseorang tidak boleh khawatir tentang opini publik, tetapi harus dipandu oleh kebajikan.
Akibatnya, Socrates menolak tawaran untuk melarikan diri. Plato mencatat kematiannya dalam karyanya. Menurut tulisan itu, seorang pria masuk ke dalam sel membawa cangkir berisi racun hemlock.
Cangkir itu kemudian ditawarkan kepada Socrates. Dia menerimanya dengan senang hati. Socrates percaya bahwa dia telah sembuh dari penyakit kehidupan.
dan sebagai hasilnya dia tidak takut akan kematian. Plato menyimpulkan tulisannya dengan kata-kata ini, Demikianlah akhir dari kawan kami, yang boleh kita katakan dengan adil, dari semua orang yang kami kenal di zamannya, adalah orang yang paling berani dan juga paling bijaksana serta paling jujur. Salah satu pemikir terbesar dalam sejarah dihukum mati karena terlalu banyak bertanya tentang dunia yang belum siap menerima fakta dan kebenaran dan tetap ingin berada dalam kenyataan.
Penyamanan Filsafat bukan hanya ibu dari segala ilmu pengetahuan, tapi juga cara hidup, tindakan hidup, proses dalam hidup, dan tujuan dari kehidupan itu sendiri. Filsafat bukan hanya disiplin intelektual yang bisa menjadi abstrak dan terlepas dari dunia nyata. Tetapi yang paling penting adalah mengajarkan kita tentang bagaimana hidup dengan lebih baik. Filosof Romawi Cicero mengatakan bahwa Socrates membawa filsafat turun dari langit, membawa ajaran-ajaran filsafat sebelumnya yang hanya berfokus memahami alam semesta, langit, dan aspek-aspek abstrak lainnya dari realitas ke bawah, ke kehidupan yang sebenarnya, memaksa kita bertanya mengenai kehidupan dan moralitas, kebenaran, dan keadilan, membuat kita bertanya mengenai kehidupan manusia, perilaku, dan tindakan moral. Filsafat bukan hanya sekumpulan teori, tetapi cara hidup yang harus kita praktikkan setiap hari untuk mengubah seluruh kehidupan kita.
Kebijaksanaan sejati bukan hanya tentang mengetahui, tetapi juga tentang menjadi pribadi yang berbeda dan lebih baik. Kualitas hidup kita tergantung pada kondisi jiwa kita. Semakin sehat jiwa kita, semakin baik kehidupan kita.
Jika jiwa kita sehat dan penuh dengan kebajikan, Kita bisa menikmati hidup bahagia dan memuaskan, bahkan di tengah penderitaan atau kegagalan. Sebaliknya, jiwa yang tidak sehat akan membuat kita membuat pilihan buruk dan menjalani hidup yang kurang memuaskan. Kita tidak boleh terlalu fokus pada materi atau kondisi fisik yang selalu berubah, karena hal-hal ini tidak menentukan kebahagiaan sejati kita.
Kebajikan atau sifat baik dalam diri kita adalah yang paling penting dan menjadi fundasi kehidupan yang baik dan sehat. Inilah inti dari filosofat Socrates. Jiwa di sini bukanlah seperti penjelasan dalam agama Islam atau Kristen, karena filsuf Yunani kuno hidup sebelum agama-agama tersebut diajarkan, atau berada dalam lingkungan geografis yang tidak tersentuh agama-agama lain yang sudah ada, seperti Yahudi atau Filsafat Timur.
Tapi, yang dimaksud jiwa menurut Socrates juga kita tidak tahu pasti. Kemungkinan besar ketika dia mengatakannya berarti menyebutkan diri sejati sebagai jiwa, mengacu pada subjek yang berpikir dan berkehendak. Selama menyadari bahwa diri batin atau jiwa adalah yang terpenting, Socrates percaya langkahnya.
Langkah berikutnya dalam jalan menuju pengetahuan diri adalah memperoleh pengetahuan tentang apa yang baik dan apa yang jahat. Dan dalam prosesnya menggunakan apa yang dipelajari untuk menumbuhkan kebaikan dalam jiwa seseorang dan membersihkan kejahatan dari dalam diri. Kebanyakan orang secara dogmatis menganggap mereka tahu apa yang benar-benar baik dan apa yang benar-benar jahat. Mereka menganggap hal-hal seperti kekayaan, status, kesenangan, dan penerimaan sosial sebagai kebaikan terbesar dalam kehidupan.
Dan berpikir bahwa kemiskinan, kematian, rasa sakit, dan penolakan sosial adalah kejahatan terbesar. Namun, Socrates tidak setuju dengan jawaban-jawaban ini. Dan juga percaya pandangan ini sangat berbahaya.
Menurut Socrates, semua manusia secara alami berusaha mencapai kebahagiaan. Karena kebahagiaan adalah tujuan akhir dalam kehidupan. Dan segala sesuatu yang kita lakukan, kita lakukan karena kita berpikir itu akan membuat kita bahagia.
Oleh karena itu, kita memberi label pada apa yang kita pikir akan membawa kita kebahagiaan. sebagai baik, dan hal-hal yang kita pikir akan membawa kita penderitaan dan rasa sakit sebagai jahat. Jadi, mengikuti bahwa jika kita memiliki konsepsi yang salah tentang apa yang baik, maka kita akan menghabiskan hidup kita dengan panik mengejar hal-hal yang tidak akan membawa kita kebahagiaan, bahkan jika kita mencapainya.
Namun, menurut Socrates, jika seseorang mengabdikan diri mereka untuk pengetahuan diri dan penyelidikan filosofis, mereka akan segera dibawa ke pandangan yang lebih tepat tentang kebaikan. Dia mengklaim bahwa ada satu kebaikan tertinggi, dan dengan memiliki kebaikan ini sendiri akan mengamankan kebahagiaan kita. Kita akan merasa bahagia walaupun ada penderitaan-penderitaan di dalamnya.
Kebaikan tertinggi ini, menurut Socrates, adalah kebajikan. Kebajikan didefinisikan sebagai keunggulan moral, dan seseorang dianggap berbudi jika karakter mereka terdiri dari kualitas moral yang diterima sebagai kebajikan. Socrates menganggap kebajikan sebagai kebaikan terbesar dalam kehidupan karena hanya itu yang mampu mengamankan kebahagiaan seseorang.
Bahkan kematian adalah masalah sepele bagi individu yang benar-benar berbudi, yang menyadari bahwa hal terpenting dalam kehidupan adalah keadaan jiwanya dan tindakan yang muncul darinya. Socrates, Plato, dan Aristoteles mengajak kita untuk mengubah diri sendiri dan hidup kita. Dengan mengejar kebajikan dengan bentuk kebijaksanaan sebagai ideal yang tidak pernah sepenuhnya dicapai, tetapi selalu ditekati.
Ini bukan sekedar teori, melainkan praktik spiritual yang dikenal sebagai aksesis, yaitu latihan batin yang memperdalam pemahaman dan kesadaran kita. Bukan berarti kita menahan makan, minum, dan tidur, tetapi membawa diri ke kesadaran atau pemahaman yang lebih tinggi, transendensi diri. Tujuannya adalah untuk melihat dunia dengan cara baru, dan melampaui batasan-batasan kita, sehingga membantu kita tumbuh dan berkembang. Socrates berjalan-jalan di Athena dan meminta orang lain untuk menjelaskan konsep-konsep yang tampaknya sederhana seperti persahabatan, keadilan, kesalahan, dan keberanian.
Hanya untuk menyadari bahwa lawan bicaranya tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya. atau lebih parah, menyadari lawan bicaranya bertentangan dengan penjelasannya sendiri. Membuat orang-orang sadar bahwa yang mereka percaya sudah tahu, belum tentu benar-benar tahu.
Dalam buku Plato Apology, Socrates mengatakan ketika merujuk pada seorang pria bijak. Ketika saya berbicara dengannya, saya pikir pria ini tampak bijak baik untuk banyak orang lain, dan terutama untuk dirinya sendiri. Tetapi dia tidak. Dan kemudian saya mencoba menunjukkan kepadanya bahwa dia pikir dia bijak, tetapi tidak. Tetapi karena itu...
Dia tidak menyukai saya dan begitu juga banyak orang lain yang ada di sana. Tetapi saya pergi dengan berpikir kepada diri saya sendiri bahwa saya lebih bijak dari pria ini. Kenyataannya adalah bahwa kami berdua tidak tahu apa-apa yang indah dan baik.
Tetapi dia berpikir dia tahu padahal dia tidak tahu. Dan saya tidak tahu dan mengakui saya tidak tahu dan tidak berpikir saya tahu. Jadi saya lebih bijak dari dia hanya dengan hal kecil ini.
Bahwa apa yang tidak saya tahu. Saya tidak berpikir, saya tahu. Keyakinan inilah yang membedakannya dengan orang lain pada masanya. Dan ini juga lah yang memberikannya kebijaksanaan sejati.
Dan memang benar, keyakinan inilah yang menjadi warisan utamanya 2400 tahun berikutnya. Dan orang-orang bijak yang mengaku diri sendiri sebagai bijak tadi, menghilang dalam sejarah. Tidak seperti Sofis yang menukar kebijaksanaan dengan uang, dan akan berbicara untuk keuntungan mereka sendiri, Socrates tidak akan pernah menerima uang. dan hanya akan berbicara untuk keuntungan lawan bicaranya.
Dia mengajarkan orang untuk mendengarkan hati nurani mereka. Suara batin yang memberitahu seseorang apa yang memang benar-benar benar. Dan jika orang tersebut tidak tahu apa yang harus dikatakan, dia harus terus mengajukan pertanyaan kepada dirinya sendiri atau orang lain sampai menemukan jawaban yang dia yakini adalah kebenaran. Dalam dialog Plato, Gorgias. Socrates menjelaskan mengapa dia meyakini bahwa filsafat memiliki peran penting dalam kehidupan.
Dia mengatakan, Banyak orang tidak pernah secara sadar merenungkan pertanyaan tentang bagaimana seseorang harus hidup. Sebaliknya, jalannya hidup mereka sebagian besar ditentukan oleh nilai-nilai budaya. dan norma-norma yang mereka ikuti tanpa pertanyaan.
Tetapi menurut Socrates, pemeriksaan pertanyaan ini sangat penting karena melalui upaya mencari jawaban atas pertanyaan ini, seseorang dapat berharap untuk meningkatkan kehidupannya. Salah satu alasan mengapa kebanyakan orang tidak secara sadar merenungkan pertanyaan ini adalah karena hal itu mengharuskan seseorang untuk mencapai pengetahuan diri. Atau dengan kata lain, mengusatkan pandangannya ke dalam dan menganalisis baik sifat sejati mereka maupun nilai-nilai yang memandu hidup mereka. Dan pengetahuan seperti itu mungkin adalah pengetahuan yang paling sulit untuk diperoleh. Memeriksa diri sendiri adalah tugas yang paling penting yang dapat dilakukan seseorang.
Karena hanya itulah yang akan memberi kita pengetahuan yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan bagaimana kita harus menghidupi kehidupan kita. Seperti yang dijelaskan Socrates, begitu kita mengenal diri kita sendiri, kita akan memiliki kesempatan belajar bagaimana merawat diri kita sendiri. Jika tidak ada pengenalan diri, kita tidak akan pernah. belajar. Ketika kita memusatkan pandangan ke dalam, dalam pencarian pengetahuan diri, Socrates berpikir bahwa kita akan segera menemukan sifat sejati kita.
Diri sejati bukanlah hal yang dipercaya oleh masa saat itu, yaitu yang berkaitan dengan status sosial, kekayaan, atau apa yang ada di atas tubuh kita. Tapi, diri sejati menurut Socrates tidak dapat diidentifikasi dengan apa yang kita miliki. Tapi, diri sejati adalah jiwa kita sendiri, yaitu subjek yang berpikir dan berkehendak di dalam diri kita. Menurut Socrates, keadaan jiwa atau keberadaan batin kita menentukan kualitas hidup kita. Oleh karena itu, sangat penting bahwa kita mengabdikan sejumlah besar perhatian, energi, dan sumber daya kita untuk membuat jiwa kita sebaik dan seindah mungkin.
Kita haruslah memperbagus keadaan jiwa kita untuk meningkatkan kualitas kehidupan kita, seperti yang dikatakan di dalam dialog Plato-Apologi. Saya tidak akan pernah menyerah pada filsafat atau berhenti menasehati kalian dan menunjukkan kebenaran kepada siapapun di antara kalian yang saya temui. Saya tidak akan langsung membiarkannya pergi dan saya juga tidak akan pergi. Tetapi saya akan bertanya dan menguji serta memeriksa secara mendalam. Jika saya menemukan bahwa dia tidak memiliki kebajikan, namun mengaku memilikinya, saya akan menegurnya.
Socrates percaya bahwa dia memiliki tanggung jawab kepada sesama warga Athena untuk memberantas kesembongan. dan kebodohan dimanapun dia menemukannya. Dikarenakan kepercayaan kosong tanpa mengetahui apakah itu benar atau tidak, tanpa berpikir sendiri dan hanya menerima pemikiran orang lain, itu tidak bagus untuk diri sendiri.
Dalam persidangannya, dia menyatakan, adalah kebaikan terbesar bagi seseorang untuk membahas kebajikan setiap hari dan hal-hal lain tentang yang kamu dengar ketika saya bicara dan menguji diri sendiri dan orang lain. Karena kehidupan yang tidak diteliti tidak layak untuk dijalani. Contoh sederhananya seperti ini, ketika kita percaya, Percaya bahwa kita bisa menyeberangi sungai dengan aman, tetapi tidak tahu bahwa di sungai itu ada buaya, tanpa tahu buaya sebesar 3 meter mendekati kita.
Karena kesombongan dan kepercayaan berlebihan, kalaupun ada orang yang memberi tahu kita sebelumnya bahwa sungai itu ada buayanya, kita akan tetap melewatinya dan lenyap dimakan. Kepercayaan kosong tanpa kebenaran membuat diri dalam bahaya. Kalau lebih filosofis, mungkin contohnya seperti ini. Seseorang yang percaya dirinya tidak memiliki pilihan, selain bertindak sesuai dengan takdir, atau karena ada penyebab sebelumnya atas tindakan.
Tindakan-tindakannya mungkin mengabaikan kesempatan untuk membuat pilihan etis yang sadar, seperti memilih untuk berhenti merokok atau berhenti main Mobile Legends setiap jam. Dikarenakan dia yakin itu semua karena takdir, kemungkinan dia merubah tindakannya akan lebih rendah. Socrates merasa bertanggung jawab secara moral, karena mengingat ketika dia tidak berperilaku secara proaktif terhadap Leon yang akan dieksekusi waktu dia disuruh untuk membunuhnya.
Dia membiarkan Leon ditangkap dan tidak memberitahu Leon yang sebenarnya, bahwa dia akan dieksekusi. Jadi kejadian ini mungkin masuk ke dalam diri Socrates, yang membuatnya secara proaktif pergi setiap hari untuk menantang orang-orang, demi menyelamatkan mereka. Dia tidak mau melihat Leon-Leon lainnya, karena tidak tahu. terbunuh karena dieksekusi.
Dan itu membuat Socrates mengajak mereka semua berfilsafat. Walaupun ini nantinya seperti yang kita tahu memberikan pengaruh buruk pada reputasinya yang membawanya kepada kematiannya. Namun Socrates ketika diadili lebih memilih mati daripada melarikan diri. Dia lebih memilih kebaikan daripada keberadaan. Jiwa daripada hanya tubuh.
Dia mengatakan, Wahai pria di Athena, saya menghormati dan mencintai kalian. Namun saya akan lebih tahat kepada Tuhan. daripada kepada kalian. Dan selama saya masih hidup dan kuat, saya tidak akan pernah berhenti dari praktik dan pengajaran filsafat. Saya akan mengingat kalian seperti yang saya lakukan sekarang ini dan mengatakan kepada kalian bahwa kebajikan tidak datang dari uang, tetapi dari kebajikanlah datang uang.
Dan setiap kebaikan lain dari manusia, baik publik maupun pribadi. Inilah pengajaran saya. Dan jika ini adalah doktrin yang merusak pemuda, pengaruh saya memang sangat merugikan. Namun jika ada orang yang mengatakan bahwa ini bukan pengajaran saya, dia berbicara tidak benar.
Oleh karena itu, wahai orang-orang Athena, saya berkata kepada kalian, oleh karena itu, bebaskan saya atau tidak. Tapi apapun yang kalian lakukan, saya tidak akan mengubah cara saya, bahkan jika saya harus mati berkali-kali. Socrates berpikir bahwa ketika seseorang mendapatkan definisi kebajikan yang benar, Seseorang akan menyadari bahwa kebajikan adalah satu-satunya hal yang secara intrinsik baik.
Dan karena manusia secara alami mengingat kebaikan, karena hanya itu yang mengamankan kebahagiaan. Dengan pengetahuan ini, seseorang tidak akan punya pilihan lain selain menjadi berbudi, selain memiliki kebajikan. Konsep kebajikan di mata Socrates ini agak-agak mirip dengan kebijaksanaan, di mana kita memerlukan pengetahuan untuk bisa dengan baik melakukan sesuatu.
Rangkuman dari ide-ide yang sudah kita bahas sebelumnya bisa kita singkat dengan formula, pengetahuan sama dengan kebajikan. Dan kebajikan... sama dengan kebahagiaan.
Yang berarti, pengetahuan sama dengan kebahagiaan. Ketika kita sampai pada pengetahuan tentang kebajikan, kita akan menjadi berbudi. Yaitu, kita akan membuat jiwa kita baik dan indah. Dan ketika kita menyempurnakan jiwa kita, kita akan mencapai kebahagiaan sejati. Nah, ketika semua individu secara alami menginginkan kebahagiaan, dan hanya dengan menjadi berbudi bahwa seseorang dapat mencapai kebahagiaan, disinilah bermunculan pertanyaan-pertanyaan mendasar.
Mengapa banyak orang yang gagal menjadi berbudi, dan malah melakukan kejahatan? Sehingga mereka tidak bisa mencapai apa yang mereka inginkan di awal, yaitu kebahagiaan. Jawaban ini menurut Socrates adalah kebodohan.
Ketidakmohon seseorang untuk belajar dan mencari tahu apakah yang dilakukan itu benar-benar adalah tindakan yang bijaksana. Dikarenakan mereka tidak memiliki informasi di awal, apa yang dikatakan sebagai bijaksana. Dan itu juga dikarenakan ketidakmohon seseorang belajar mengenai apa yang mereka tidak ketahui. Karena mereka secara buta membiarkan orang lain berpikir di atas diri mereka sendiri dan mereka percaya. Dan ini semua membawa mereka ke dalam ketidakbahagiaan.
Jika seseorang benar-benar tahu yang mereka lakukan itu adalah hal yang jahat, mereka akan menahan diri dari tindakan tersebut. Tetapi karena semua tindakan jahat dilakukan karena ketidaktahuan, Socrates berpikir bahwa semua tindakan jahat dilakukan secara tidak sengaja. Dalam Jalok Plato Protagoras, Socrates berkata, karena tidak ada orang yang dengan sukarela menuju keburukan atau apa yang ia percaya sebagai keburukan tidak ada dalam sifat manusia.
Sebagaimana dikatakan untuk ingin menuju keburukan. menuju apa yang ia anggap buruk daripada yang baik seorang individu yang melakukan tindakan jahat adalah seseorang yang tidak tahu bahwa kebajikan sendiri adalah satu-satunya kebaikan yang benar sebaliknya ini video tersebut secara keliru menganggap bahwa kekayaan kekuasaan dan kesenangan adalah kebaikan terbesar dalam kehidupan dan oleh karena itu jika perlu akan menggunakan cara jahat untuk mencapai barang-barang ini untuk mencapai kepemilikan kepemilikan ini dengan Dari kata lain, mereka tidak tahu bahwa dengan melakukan tindakan jahat tersebut, mereka mencemarkan jiwa mereka dan dengan demikian mengutuk diri mereka sendiri untuk kesengsaraan abadi. Kerugian yang ditimbulkan pada jiwa seseorang yang disebabkan oleh tidak bertindak berbudi adalah adalah kejahatan terbesar yang bisa menimpa diri seseorang.
Bahkan, Socrates sampai mengklaim bahwa lebih baik menderita ketidakadilan, daripada melakukan ketidakadilan. Diberkata, Jadi, saya mengatakan yang sebenarnya ketika saya menyatakan bahwa saya, kamu atau siap- Siapapun lebih suka menderita ketidakadilan daripada melakukan ketidakadilan itu sendiri. Karena itu lebih buruk.
Socrates mengatakan ketika kita melakukan ketidakadilan, kita merusak jiwa kita sendiri. Yang merupakan diri kita yang sebenarnya. Namun di sisi lain ketika kita menderita ketidakadilan, bukan jiwa kita yang terluka.
Melainkan hanya sesuatu yang kita miliki. Entah itu kekayaan, reputasi, atau bahkan tubuh kita. Karena keadaan jiwa kita adalah yang paling penting dalam pencapaian kebahagiaan. Kita harus memastikan bahwa kita memiliki kemampuan.
merawat jiwa kita bahkan dengan mengorbankan harta benda dan tubuh kita. Dan jika pilihan itu menghadang kita, kita harus memilih untuk menderita kerugian daripada menimbulkannya. George Vlastos yang mempelajari karya-karya dari Plato dan Socrates menggembarkannya kurang lebih para Fraselnya seperti ini. Bayangkan ada seseorang yang hidup dalam lingkungan dengan kediktatoran yang brutal.
Dia dituduh melakukan kejahatan politik. Kemudian dia menyelamatkan dirinya dengan mengatakan bahwa temannya adalah orang yang salah. Temannya kemudian ditangkap dan dikaburkan.
disiksa, yang kemudian mati tidak lama setelah kejadian itu. Sementara si penuduh dihargai dengan baik oleh rezim. Hidup sampai usia tua, dia hidup sehat dan makmur.
Socrates akan mengatakan bahwa si penuduh, si pelaku kekejaman ini merusak kebahagiaan diri sendiri daripada korban yang dia tuduh tadinya. Karena dia adalah orang yang merusak jiwanya sendiri. Sedangkan si korban hanya kehilangan tubuhnya.
Dan mungkin saja, karena kondisi moralitas manusia, meskipun dia terlihat mendapatkan keuntungan dari eksternal dia jauh lebih menderita di dalam dirinya selama hidupnya daripada temannya yang setelah disiksa mati setelahnya. Dari sini dapat disimpulkan, filosofi dari Socrates adalah untuk mencapai kehidupan yang berkualitas, kehidupan yang bahagia, seseorang haruslah meningkatkan keadaan jiwanya dengan bertindak dengan kebajikan. Dan cara untuk mencapai kebajikan adalah mengetahui apakah yang dilakukan itu adalah hal yang benar dan tidak.
Dan untuk mengetahui hal itu, seseorang haruslah bertanya, baik kepada dirinya sendiri ataupun orang lain. Dan nanti, Nantinya, dengan bertanya dan mencari kebenaran, seseorang akan mendapatkan kehidupan yang bahagia. Dalam Apologi Plato, Socrates berkata kepada warga Athena setelah persidangannya, Saya meramalkan kepadamu bahwa setelah kematian saya, hukuman yang jauh lebih parah daripada yang telah kamu lakukan kepada saya akan menyebabkan kematian saya. Berharap si... ...untuk melarikan diri dari pertanyaan kritis saya.
Sekitar 2400 tahun kemudian, tampaknya ramalan Socrates setidaknya dalam beberapa hal telah terwujud. Kita belum berhasil melarikan diri dari pertanyaan kritisnya dengan setiap generasi bahwa... baru, setiap filsafat baru, dan setiap ranah pengetahuan baru.
Kita menemukan diri kita dalam gelombang Socrates, masih belum yakin dengan apa yang sebenarnya kita lakukan di dunia ini, dan masih belum yakin tentang apa itu kebenaran yang sesungguhnya. Kebijaksanaan sejati adalah mengetahui bahwa kamu tidak mengetahui apa-apa. Ini adalah keyakinan Socrates yang membedakannya dari orang lain pada masanya, dan mendefinisikan kebijaksanaan sejati, dan dapat dikatakan dia benar.
Karena kredo ini pada akhirnya menjadi salah satu komponen penentu warisannya. yang bertahan selama milenium. Filosofat atau filosofi berakar dari kata Yunani filosofia yang berarti cinta atau hikmat atau kebijaksanaan. Dan Socrates menyempurnakan kata kebijaksanaan dengan mempertanyakan apa sebenarnya arti dari kebijaksanaan itu sendiri dengan menggunakan pertanyaan sebagai tujuan.
Socrates secara efektif bisa dikatakan bapak dari filosofat, inti, badan, ibu dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan berkembang ketika orang-orang mulai menyadari kekuatan dari pertanyaan dan pengujian kelim yang metodis, yang sekarang sudah berkembang dalam masa modern. Metode pertanyaannya sekarang dikenal sebagai metode Sokratik, dan merupakan dasar dari penelitian ilmiah dan filosofis modern. Dan semuanya berasal dari Socrates yang mengajukan beberapa pertanyaan.
Inilah kontribusi paling menonjol dan paling berpengaruh dari Socrates. berpikir tentang berpikir itu sendiri. Skeptisisme Socrates inilah yang mengembangkan pengetahuan sampai saat ini.
Menurut Socrates, Plato mengikuti skeptisisme ini dengan mempertanyakan bagaimana kita bisa melakukan hal-hal yang tidak kita ketahui sama sekali. Tidak seperti Socrates yang hanya bertanya dan tidak menuliskan pemikirannya, Plato menulis karya-karyanya dan merumuskan sistem filsafat yang lebih terdefinisi dan berhasil menuliskan 36 buku selama hidupnya. Dalam hal ini, Plato dianggap oleh banyak orang sebagai filsuf sejati perusahaan.
pertama, setidaknya dalam tradisi Dalam karyanya, Plato mengeksplorasi ide-ide terkait hal-hal seperti cinta, persahabatan, kecantikan, politik, etika, dan kebahagiaan. Dari sini, Plato mengembangkan pemikiran mengenai idealisme Platonis Dimana dia memisahkan realitas dunia dan idealisme sebenarnya Dia percaya sebelum lahir kita sudah dianugerahi pengetahuan Namun kita lupa di saat kita lahir Dan butuh penalaran untuk bisa mengingatnya kembali Dan dari sinilah awal mula penalaran terus menerus dikembangkan Semua dipertanyakan Yang dengan Akademi Plato Mulai memperluas skala dari ajaran Socrates Dan dirinya kemana-mana Termasuk kepada Aristoteles nantinya Yang merupakan bapak ilmu pengetahuan. Socrates juga memberikan pengaruh besar dalam doktrin sinisme yang nantinya mempengaruhi dejenis.
Walaupun doktrin ini berbeda dan mengambil versi ekstrimnya. Dan juga nantinya para sinis akan memberikan pengaruh juga terhadap Zeno yang nantinya membangun doktrin stoikisme yang sangat populer bahkan hingga hari ini. Dan walaupun Socrates bukan pemikir utama, dia jelas yang memberikan dasar untuk banyak pemahaman dan pembahasan dalam filsafat. Meskipun Socrates dan Plato mendasari pendirian filsafat barat, ide-ide penting penting mereka tentang realitas, pengetahuan, alasan, dan cara individu dan masyarakat seharusnya ada, banyak yang tidak bertahan sampai saat ini. Ini justru kekuatan dari metode Sokratik itu sendiri, di mana karena kita terus bertanya klaim kebenaran dari mereka, kita akhirnya mengetahui kebenaran yang sebenarnya.
Dan mungkin saja apa yang kita percaya hari ini benar, bisa dibantah oleh generasi penerus kita di masa depan, dengan bertanya apakah yang kita percaya memang benar-benar merupakan kebenaran. Dan dengan ini, progres pemikiran manusia menuju kebenaran, menuju idealisme platonis akan semakin berkembang. semakin cepat. Socrates, Plato, dan nantinya Aristoteles memberikan kita alat atau motivasi untuk membongkar kebenaran dari seluruh dunia.
Walaupun sekarang kita tetap masih tidak tahu apa itu artinya menjadi diri sendiri. Apa itu kesadaran? Kenapa kehidupan itu ada? Kenapa alam semesta seluas itu ada? Apakah arti dari semua ini?
Apakah tujuan dari semua ini? Apakah ada rencana besar dibalik semua ini? Kita tidak pernah tahu dengan pasti.
Mungkin dalam sains beberapa hal natural bisa dijawab dengan pertanyaan Socrates ini. Bagaimana membangun jembatan? Bagaimana menyembuhkan penyakit flu dan lain-lain.
Tapi untuk pertanyaan besar tentang kebenaran, mungkin tidak dapat dijawab oleh filsafat dan mungkin tidak akan pernah bisa. Inilah kutukan Socrates yang akan terus menghantui kita. Bahwa kita dalam dunia ini sebenarnya tidak tahu apa-apa.
Tidak ada yang pasti dalam dunia. Yang membuat kita kalau dengan filosofi Socrates tidak akan pernah benar-benar mencapai kebahagiaan sempurna. Tapi jawaban-jawaban dalam seni, musik, alam, cinta semuanya tidak ada. Tapi kita menemukan bukan nilai di sana kita dikutuk untuk membutuhkan filsafat dalam kehidupan dan belajar bahwa filsafat juga tidak akan bisa benar-benar menjawab semua hal dalam kehidupan mungkin saja dalam filsafat kebenaran bukanlah tujuannya mungkin saja dalam filsafat kita harus perlu untuk menjadi orang yang bijak dan untuk bisa menjadi orang yang bijak kita tidak harus tahu dengan benar-benar apa itu kebenaran tapi cukup dengan membuat ketidaktahuan dan ambiguitas menjadi tujuan dan bukan sarana terhadap kebenaran yang kita tetapkan awalnya sebagai tujuan mungkin saja dalam kehidupan ini Kita hanya perlu mencoba menikmati proses ketidaktahuan ini dan bermain-main di dalamnya. Menjalani dunia dengan rasa ingin tahu dengan kesadaran penuh bahwa kita tidak akan pernah sampai kepada jawaban yang sebenarnya.
Socrates percaya bahwa kita dalam hidup harus mengaplikasikan filsafat dalam hidup kita dan tidak hanya bertanya tentang hal-hal besar dan terlalu abstrak. Dia membawa filsafat ke kehidupan nyata. Dan dengan itu dia bertanya tentang hal-hal mendasar bagi manusia.
Apa sebenarnya kebijaksanaan sejati? apa yang membuat kehidupan bahagia, apa yang memberi kualitas dalam hidup dan dia memberikan kita jawaban yaitu keberadaan batin, kebaikan jiwa dengan kebajikan, kebijaksanaan, dengan melakukan hal-hal yang benar itu bisa melakukan hal-hal yang benar, kita haruslah bisa mengetahui apa itu hal yang benar. Kita harus memiliki pengetahuan.
Dan untuk itu, kita perlu bertanya. Dan seperti yang dijelaskan sebelumnya, jawaban di sini tidaklah penting. Karena yang lebih penting adalah proses pemikiran filosofis itu sendiri. Proses bertanya mengenai apa yang menurut kita benar, membuat seseorang berpikir untuk diri sendiri, dan bukan hanya sekedar menerima secara penuh pemikiran yang sudah ditentukan oleh orang lain. Kepercayaan yang salah dapat mempengaruhi tindakan.
kita dan merusak diri dan jiwa kita dan inilah yang ingin dicegah oleh sorates ketika kita merasa sudah tahu coba tanya lagi apakah kita benar-benar sudah tahu atau hanya percaya dan yakin dan digasarkan pada kepercayaan orang lain juga karena kita tidak pernah tahu seberapa besar buaya yang ada di bawah sungai itu dan untuk itu sangat bijak untuk seseorang menjadikan filsafat sebagai jalan hidupnya yaitu dengan bertanya dan mengakui bahwa kita tidak mengetahui apa-apa aku bodoh dan aku bangga. Terima kasih.