Yogyakarta, kota kelahiran Pangeran Diponegoro, panglima besar.
Strategi perang Diponegoro dipelajari oleh pasukan Eropa.
Tahun 1825-1830 merupakan periode penting di Tanah Jawa.
Latar Belakang Pangeran Diponegoro
Tanggal lahir: 14 November 1785.
Putra pertama Sultan Hamengkubwono III.
Pendidikan otodidak di berbagai pesantren.
Menerima gelar kepangeranan Bendoro Pangeran Aryo Diponegoro pada usia 27 tahun.
Kegagalan untuk menjadi raja karena status sebagai anak selir.
Babat Diponegoro
Ditulis sendiri oleh Diponegoro selama pengasingan di Manado, 1832.
Memuat 1151 halaman, menggunakan aksara Pegon.
Diakui oleh UNESCO sebagai "Memory of the World" pada 2013.
Konteks dan Penyebab Perang
Penyerahan Jawa dari Inggris kepada Belanda setelah peperangan Napoleon.
Konflik sewa tanah dan pajak membuat masyarakat sengsara.
Pembakaran kediaman Pangeran di Tegal Rojo pada 20 Juli 1825 oleh Belanda.
Perang Jawa (1825-1830)
Diponegoro bertekad melawan Belanda setelah pembakaran rumahnya.
Markas didirikan di Goa Selarong.
Beberapa daerah berhasil ditaklukkan, tetapi mengalami kekalahan di Siluk dan ditangkap pada Februari 1830.
Belanda mengalami kerugian besar, sekitar 25 juta gulden dan banyak korban jiwa.
Keluarga dan Warisan Diponegoro
Roni Masodewo, keturunan ketujuh Diponegoro, berusaha menyatukan keluarga yang terpisah.
Beberapa anggota keluarga Diponegoro menjadi korban kekejaman Belanda.
Pengasingan dan Akhir Hayat
Diponegoro diasingkan di Fort Rotterdam, Makassar (1833-1855).
Menjadi sastrawan dan menulis babat tentang hidupnya.
Menghadapi takdir dengan penuh penerimaan.
Kesimpulan
Pangeran Diponegoro adalah sosok yang berjuang untuk kesejahteraan rakyat dan meninggalkan warisan penting melalui karya sastra dan sejarah perjuangan melawan kolonialisme.