Kita mungkin kaget kalau anak kita yang baru berusia 2-5 tahun tiba-tiba mengucapkan kata kasar atau kata kotor. Apalagi kalau dia mengucapkannya di depan orang banyak atau di tempat umum. Apa sebaiknya yang kita lakukan?
Mari kita bahas. Mengapa anak berkata kasar dan kotor? Sewaktu anak mengucapkan kata kasar atau kotor, sebetulnya dia nggak tahu arti kata yang diucapkannya. Dia nggak tahu bahwa Bahwa kata itu tidak pantas diucapkan.
Dia juga tidak tahu untuk maksud apa kata itu dipakai orang. Apa alasan anak mengucapkannya? Ada beberapa kemungkinan.
Pertama, karena anak sedang berlatih kata baru. Anak yang baru mendengar satu kata kasar atau kotor itu, waktu dia mengingat kembali, Dia mencoba melatih mengucapkannya. Sama seperti dia melatih mengucapkan waktu pertama sekali mendengar kata-kata lain. Contohnya, jembatan.
Tabrakan, tabrakan, majalah. Anak sedang dalam tahap mengembangkan keterampilannya memakai bahasa. Kedua, karena anak meniru orang lain. Bisa juga anak ingin meniru orang lain. Contohnya, dia melihat orang memakai bahasa.
Mampus lo! Atau dia melihat di media atau video. Lalu dia mengucapkannya ke adiknya atau ke kita atau ke kawannya.
Ketiga, karena anak merasa lucu. Mungkin anak merasa lucu mendengar suatu kata atau suatu kata kotor. Dia mengucapkannya sambil ketawa.
Dia ingin berbagi kelucuan itu ke saudaranya, ke kawan, atau ke kita. Keempat, karena anak ingin mencari perhatian. Ada anak melihat sewaktu mengucapkan suatu kata kasar atau kata kotor, langsung mendapat perhatian dari banyak orang, terutama orang dewasa.
Lalu sang anak mengucapkan kata itu dengan harapan mendapat perhatian kita atau orang dewasa lain. Kelima, karena anak ingin memamerkan kata baru. Kalau anak merasa ada suatu kata baru yang diperolehnya, sebagai suatu pengetahuan baru, bisa saja dia ingin memamerkan, bahkan menunjukkan pengetahuan barunya itu ke kita atau ke orang lain. Hindari bereaksi berlebihan.
Sewaktu mendengar anak kita mengucapkan kata kasar atau kotor, wajar kalau kita kaget. Tapi kita perlu menyembunyikan rasa kaget itu atau rasa kesal. atau rasa heran supaya tidak dilihat atau tidak diketahui anak kita. Reaksi atau perhatian kita yang agak istimewa terhadap kata kasar atau kata kotor yang baru diucapkannya akan membuat anak merasa bahwa kata itu merupakan kata yang penting. Kata yang tidak biasa.
Dia akan sulit melupakan kata itu dan malah mengingatnya baik-baik. Anak akan merasa kata yang diucapkannya itu punya kekuatan khusus. Dia akan semakin tertarik pada kata itu. Jadi, hindari deh reaksi yang berlebihan.
Tapihan tidak bijak kalau kita langsung marah dan langsung menegur anak dengan keras. Juga tidak bijak kalau kita tersenyum apalagi tertawa. Kita tidak perlu menegur anak dengan keras.
Lu menginteragasi anak untuk memaksanya menceritakan dari mana dia mendapat kata kasar atau kata kotor itu. Kendalikan diri kita supaya tenang. Cara menanggapinya.
Apa tanggapan yang sebaiknya kita sampaikan kepada anak yang baru saja mengucapkan kata kasar atau kata kotor? Tergantung pada perkiraan kita tentang apa yang menjadi alasan anak mengucapkannya. Contoh kasus pertama. Kalau anak sedang berlatih kata baru, kita bisa menanggapinya seperti ini.
Iya, kata itu memang ada sayangku. Tapi di keluarga kita, kata itu nggak pernah kita ucapkan. Kenapa?
Karena orang yang baik dan orang yang pintar Gak pernah ngomong seperti itu Mama tahu kamu anak baik kok Juga anak pintar Cukup sekali itu saja ngomong seperti itu ya Nih ciumlah kending anak Atau elus rambutnya Contoh kasus kedua Kalau anak meniru orang lain memakai atau berkata kasar kita bisa menanggapinya seperti ini. Mampus itu artinya mati sayang. Tapi untuk orang kita ucapkan bukan mampus, bukan mati. Yang benar adalah meninggal.
Kalau orang itu memang meninggal. Untuk orang yang hidup, kita tentu enggak bilang dia meninggal. Ngomong mampus itu salah loh nak. Sekarang anak mama sudah tahu bedanya kan?
Contoh kasus ketiga. Kalau anak mengucapkan suatu kata kasar atau kata kotor karena merasa lucu, alihkan saja perhatiannya seperti ini. Nanti. Kita sama-sama nonton film lucu ya nak.
Kita ketawa-ketawa. Kamu suka film lucu kan? Kita gak perlu menyinggung kata yang tadi diucapkan anak. Anak akan melupakannya. Dan kelucuan itu akan melupakannya.
Itu berlaku hanya sesaat itu saja. Kalau belum memungkinkan untuk memutar film atau melihat hal-hal lucu yang lain, karena misalnya kita sedang di jalan, ajak-ajak anak untuk segera melakukan kegiatan lain. Misalnya main tebak-tebakan. Contoh kasus keempat, kalau anak mengucapkan satu kata kasar atau kata kotor karena anak ingin mencari perhatian, kita sebaiknya menanggapinya justru untuk soal lain, hal positif yang dilakukannya baru-baru ini.
Jadi soal ucapan kotor atau kasar itu enggak perlu kita tanggapi. Dengan banyak memberikan perhatian. dan pujian terhadap hal-hal positif lain yang dimiliki oleh anak, maka anak merasa tidak perlu lagi mencari perhatian lewat kata kasar atau kata kotor.
Contoh kasus kelima, kalau anak mengucapkan suatu kata kasar atau kata kotor dengan motif memamerkan kata baru, kita bisa saja menanggapinya seperti tanggapan atas kasus pertama di atas. Iya, memang ada kata itu sayang. Tapi di keluarga kita kita gak pernah pakai kata itu.
Kenapa? Karena orang yang baik atau orang yang pintar gak pernah ngomong seperti itu. Mama tahu kamu orang baik, pintar lagi.
Cukup sekali saja ngomong yang begitu ya nak. Ciumlah kening anak atau elus rambutnya. Itu dulu kawan.
Terima kasih.