Kisah Nabi Muhammad SAW Umar bin Khotob Masuk Islam Kisah ini menceritakan tentang Umar bin Hotto sebelum beliau masuk Islam. Awalnya Umar sangat membenci Islam, namun pada akhirnya beliau menjadi orang pertama yang berani mengakui keislamannya di hadapan kaum Quraish. Semua itu terjadi atas kehendak Allah SWT, juga doa Nabi Muhammad SAW, serta bacaan Al-Quran yang telah menggetarkan hatinya.
Umar bin Hotto berasal dari keturunan Bani Adi. Ayahnya bernama Khotob bin Nufail. Sedangkan ibu dahan Tomah binti Hisham melahirkan bayi Umar 13 tahun setelah peristiwa penyerangan pasukan bergajah.
Itu berarti usia Umar 13 tahun lebih muda dari Nabi Muhammad. Wajahnya putih agak kemerahan, tangannya kidal dan memiliki kaki yang lebar sehingga langkah kakinya cepat. Seiring masa remaja, Umar gemar bermain gula dan berguda. Umar termasuk pemuda yang cerdas, pandai bersyair, berretorika di depan umum.
Meskipun ayah Umar orang yang terpandang, namun keluarga mereka tidak kaya. Maka Umar harus bekerja sebagai penggembala unta di pinggiran kota Mekah. Tak jarang ia dipukul ayahnya jika dirasa pekerjaannya kurang memuaskan.
Berkah didikan keras dari ayahnya, Umar tumbuh menjadi pemuda yang berhati keras dan berperangai kasar. Seperti kebiasaan orang-orang jahiliah, Umar memuja Tuhan berhala dan suka minum minuman. cuman keras ketika Nabi Muhammad mulai berdakwah Umar merasa ketenangannya terusik terlepas dari benar atau tidaknya ajaran yang bawa Muhammad aku lebih melinci kondisi kaum Quraish kami mereka terpecah belah dan merusak tatanan pemerintah padahal sebelum Islam datang semuanya berjalan Umar berteman dengan Abu Jahal, pembenci Islam nomor satu. Maka dari itu Umar tidak melarang ketika Abu Jahal menyiksa budaknya yang ketahuan masuk Islam.
Selain orang lemah, para sahabat yang dekat dengan Nabi juga diperlakukan tidak baik. Baginya menyiksa mereka merupakan kesenangan tersendiri. Walaupun terkadang Umar berpikir bahwa apa yang dilakukannya tidaklah benar. Mereka tangguh dan sangat keras kepala mempertahankan akidahnya.
Apakah Islam memang seistimewa itu? Bahkan mereka rela untuk mempertaruhkan hidupnya. Entahlah, aku juga tak habis pikir.
Dalam doanya, Nabi Muhammad pernah menyebut tentang Umar. Ya Allah, kokokkanlah Islam ini dengan salah seorang dari dua orang yang paling engkau cintai. Umar bin Al-Khattab atau Abu Jal bin Hisham.
Di suatu malam, Umar berjalan-jalan tanpa tujuan yang jelas. Takdir mengantarkan kedua kakinya, melangkah sampai ke depan Masjidil Haram. Umar melihat Nabi Muhammad sedang sholat di dekat Ka'bah.
Ia lalu menyelinap di balik tirai Ka'bah. Demi Allah, ini adalah kata-kata tukang syair seperti yang orang-orang katakan. Ternyata Rasulullah sedang membaca surat Al-Haqqoh ayat 40 hingga 41. Sesungguhnya, Al-Quran itu adalah benar-benar wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasul yang mulia. Dan Al-Quran itu bukanlah perkataan seorang penyair, sedikit sekali kamu beriman kepadanya.
Umar terkejut mendengar bacaan Rasulullah yang seolah-olah merespon apa yang sedang dipikirkannya. Kalau yang ini seperti perkataan tukang tenung. Lalu Rasulullah melanjutkan bacaannya di surat Al-Hakoh ayat 40. hingga 43. Dan bukan pula perkataan tukang tenung, sedikit sekali kamu mengambil perajaran darinya. Ia adalah wahyu yang diterunkan dari Tuhan semesta alam.
Umar kembali terkejut mendengar bacaan Rasulullah. Ia lalu bergegas meninggalkan tempatnya. Melalui peristiwa itulah, awal mulai Islam menyusup ke relung hatinya. Namun kebencian terhadap Islam sudah terlalu besar. Fanatisme kesukuan dan ajaran nenek moyang terlalu kuat mencengkeramnya sampai ke ubun-ubun.
Umar mengabaikan suara hati kecilnya untuk membenarkan tentang Islam. Aku harus mengambil keputusan. Dengan langkah kaki yang besar dan membawa kemarahan, Umar berniat menghabisi nyawa Rasulullah. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan Nu'aym bin Abdullah dari Bani Zuhrah.
Wahai Umar, mau pergi kemana engkau dengan pedang di tanganmu itu? Aku akan menghabisi Muhammad. Nu'aym yang mendengar jawaban Umar berusaha menggagalkan rencananya. Jika Muhammad meninggal, lalu bagaimana nasibmu nanti?
Aku tidak yakin Bani Hashim dan Bani Zuhroh akan diam saja melihat Muhammad dibunuh. Aha, apakah engkau sedang mengancamku? Atau jangan-jangan engkau telah menjadi pengikut Asyubiah?
Orang Kurois menyebut mereka yang baru keluar dari agamanya dan masuk ke agama baru seperti Islam disebut Asyubiah. Wahai Umar, apakah engkau telah mendengar tentang ini? Saudara perempuanmu beserta suaminya telah menjadi pengikut Asyubiah. Apa katamu?
Umar langsung berbalik arah menuju rumah Fatimah, adik perempuannya. Sesampainya di sana, Umar berjalan mengendap-endap dan mencari arah suara. Ternyata Khobar bin al-Arod tengah membacakan Sokhifah. atau lembaran Al-Quran kepada Fatimah dan Said bin Zaid. Khobab membacakan beberapa ayat dari surat Toha.
Sepertinya ada yang datang, aku harus segera bersembunyi. Kemudian Khobab memberikan kode kepada Fatima dan Said untuk menyembunyikan Sokhifah dan menyuruh mereka diam Umar masuk begitu saja ke dalam rumah adiknya tanpa mengucapkan salam Tadi suara apa itu? Maksudku apa yang sedang kalian baca?
Apa maksudmu wahai Umar? Kami hanya berbincang berdua saja seperti biasa Duduklah, aku buatkan minuman untukmu Sudahlah, tak perlu kalian tutupi lagi Aku telah dengar bahwa kalian berdua Dan berdua masuk Islam. Pasangan suami istri tersebut kaget mendengar tuduhan Umar yang tidak salah. Suami Fatima, Said bin Zaid, memberanikan diri menghadapi Umar.
Wahai Umar, bagaimana jika kebenaran itu berada pada selain agamamu? Fatima membantu suaminya untuk berdiri. Namun Umar menamparnya dengan keras. Wahai Umar, sadarlah jika kebenaran itu ada pada selain agamamu, maka bersaksilah bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan bersaksilah bahwa Muhammad adalah Rasulullah.
Tiba-tiba muncul rasa penyesalan dalam hatinya saat melihat darah mengalir dari wajah Fatima. Maafkan aku. Umar terbendung beberapa saat. Maukah engkau tunjukkan kitab yang tadi kalian baca dan bacakanlah untukku.
Tidak, engkau itu najis. Kitab ini hanya boleh disentuh oleh orang-orang yang suci. Jika engkau penasaran dengan isinya, maka bersihkanlah dirimu dulu. Setelah Umar mandi, Fatima memberikan shokifah tersebut kepada Umar. Surat yang dibacanya adalah Toha ayat 14. Dengan nama Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang.
Sesungguhnya... Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain aku. Maka sembahlah aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat aku. Alangkah indah bacaan Al-Quran ini.
Aku tidak sabar ingin segera bertemu dengan Muhammad. Khobab yang mendengar penghakuan Umar langsung keluar dari persembunyiannya. Wahai Umar, aku senang sekali mendengarnya.
Sesungguhnya Rasulullah pernah berdoa agar salah satu dari kalian, Umar dan Abu Jahal akan masuk Islam. Doa itu sekarang dikabulkan oleh Allah. Pasti Allah sangat mencintaimu, wahai Umar.
Rasulullah sedang berada di Darul Arkom, temuilah beliau di sana. Baik, aku ke sana. Umar berpamitan dan mempercepat langkahnya menuju lereng bukit sofa, tempat markas umat islam. Siapa yang datang?
Kenapa kalian berbisik-bisik? Ada Umar di depan pintu dengan podang di tangannya. Berita Rasulullah di ruangannya tentang kedatangan Umar.
Baik. Bukakan pintu untuknya. Jika ia datang dengan niat baik, kita harus membantunya.
Namun, jika ia datang dengan niat buruk, aku sendiri yang akan mematahkan leher dengan pedang miliknya. Baiklah. Rasulullah berjalan ke sebuah ruangan tempat dipersilahkannya tamu yang berkunjung.
Beliau mendapati di sana sosok Umar. Tidakkah engkau akan berhenti dari tindakanmu, wahai Umar? Hingga Allah menghinakanmu dan menimpakan bencana.
Sebagaimana yang terjadi pada Al-Walid bin Muhyirah? Ya Allah, inilah Umar bin Khattab. Kokokkan Islam dengan Umar bin Khattab.
Orang-orang terkejut melihat Rasulullah. Rasulullah mengeraskan suaranya, namun mereka lebih terkejut lagi mendapati respon dari Umar. Aku bersaksi tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksilah bahwa Muhammad adalah Rasulullah.
Allahu Akbar, Allahu Akbar. Umar masuk Islam 3 hari setelah Hamzah bin Abdul Muttalib. Dengan masuk Islamnya, dua orang yang berpengaruh bagi kaum Quraish, yaitu Hamzah dan Umar, telah membangkitkan rasa percaya diri kaum Muslim. Oh Umar, aku pikir siapa yang datang?
Ada apa ini? Aku hanya ingin memberitahukan kepadamu tentang satu hal yang penting. Apa hal penting itu sampai engkau berkunjung ke rumahku? Aku telah beriman kepada Allah dan Rasulnya. Mulai saat ini, aku akan berada di sisi Muhammad, melindunginya dan membenarkan segala perkataan serta perbuatannya.
Aku doakan agar Tuhan mengutukmu dan apa yang engkau bawa. Selain Abu Jahal, Umar juga mendatangi Jamil bin Ma'mar, seorang laki-laki penyambung lidah kaum Kurois, untuk memberitahukan tentang keislamanya. Hei, kalian semua dengarlah, orang ini mengaku telah...
menjadi penganut Shobia. Dia adalah Umar bin Khotob. Kalian semua dengarkan.
Hah? Benarkah itu? Benarkah itu, wahai Umar? Ya, aku memang telah masuk Islam dan meninggalkan sesembahan berhala kalian. Tetapan kebencian tampak dari satu persatu pandangan kaum musyrikin Terjadilah pertarungan antara Umar seorang diri dengan beberapa orang Kurois Mereka tampak kepayahan satu sama lain, begitu pula dengan Umar Akhirnya pertarungan usai tepat ketika matahari bersinar terik di atas kepala mereka Lakukan apa yang kalian suka, demi Allah aku tidak akan berhenti meskipun jumlah kalian lebih banyak dari ini Suatu sore, Umar berbincang dengan Nabi Muhammad Wahai Rasul, bukankah saat ini kita berada dalam kebenaran?
Iya, demi Allah, hidup dan mati kita dalam kebenaran Lantas, untuk apa kita bersembunyi-sembunyi? Sekarang saatnya kita keluar dan menampakkan kebenaran Agar tidak semakin banyak orang yang tersesat Kami telah menunggu orang seperti engkau, Wahai Al-Farouk Rasulullah memberikan gelar kepada Umar bin Khotob dengan Al-Fadruq yang artinya pembeda. Umar mampu membedakan antara kafir dan iman dengan menunjukkan keislamanya. Sesungguhnya Allah SWT telah menempatkan kebenaran di lisan dan hati Umar.
Sekarang tidak ada lagi ketakutan untuk sholat di samping Kaabah seperti dulu. Tidak ada lagi ancaman untuk duduk bermusyawarah di sekitar Kaabah. Tidak ada lagi kekhawatiran akan diserang saat bertawaf, serta kaum muslim tidak segan membalas apabila diperlakukan kasar oleh kaum musyri.
Demikianlah akhir kisah Umar bin Khotob masuk Islam. Hikmah yang dapat kita ambil dari kisah ini, pertama, hendaknya kita mengandalkan keberanian dan kekuatan yang dimiliki hanya untuk membela agama Islam, seperti yang dicontohkan oleh Umar. Kedua, doa yang baik dan tulus akan menjadi nyata. Jadi jangan lelah berdoa kepada Allah SWT.
Dan ketiga, Islam dapat mengubah hati seseorang yang keras menjadi lembut ketika dibacakan ayat-ayatnya. Wa'alaikumussalam.