Krisis air bersih di Indonesia Masa sih Indonesia krisis air? Air di negara kita kan berlimpah Iya benar kalau Indonesia kaya akan sumber air Tapi air bersih kita terancam kurang di masa depan Menurut studi World Resource Institute Indonesia memiliki resiko tinggi mengalami krisis air di tahun 2040 Bahkan di tahun 2020, Bapak Pernah sudah melaporkan kalau sebagian besar daerah di Jawa dan Bali sudah masuk kategori langka hingga kritis air bersih. Di tahun yang sama, studi dari Kemenkas menunjukkan kalau 7 dari 10 rumah tangga Indonesia mengonsumsi air minum yang tercemar bakteri E.coli yang biasa ditemukan di tinja. Jadi, selain air bersih yang memang sulit terjangkau atau mahal di beberapa daerah, air yang ada juga sebagian tidak tergolong bersih untuk konsumsi manusia.
Lalu, air seperti apa ya yang dikatakan bersih? Nah, ada 3 indikator yang harus dipenuhi untuk memastikan air bersih Pertama, indikator fisik atau yang terlihat dari luar Air bersih harus jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau Kedua, indikator biologi Air bersih tidak boleh mengandung bakteri yang dapat menyebabkan penyakit Misalnya, E. coli dan Salmonella Terima kasih sudah menonton! Ketiga, indikator kimia. Air bersih harus memiliki pH yang netral, tidak terlalu asam atau basah, nilai BOD atau biochemical oxygen demand, dan COD atau chemical oxygen demand yang rendah, serta kandungan bahan kimia yang masih dalam batas aman.
Air yang memenuhi kriteria ini tidak terhitung banyak. Sekitar 97% air di bumi justru berupa air laut yang asin. Hanya 3% saja yang berupa air tawar.
Dan dari air tawar ini, hanya sebagian yang memenuhi kriteria air bersih seperti yang disebut tadi. Semakin lama, air bersih yang kita punya ini semakin menurun, seperti yang diprediksikan oleh BPS pada tahun 2020 berikut. Lalu, kenapa ya air bersih kita semakin langka?
Ini karena persediaan menurun, tapi kebutuhan meningkat. Kebutuhan kita akan air bersih meningkat karena populasi manusia memang meningkat. Semakin banyak jumlah manusia, kebutuhan air bersih juga semakin meningkat.
Selain untuk minum, kita membutuhkan air bersih untuk mandi, masak, dan mencuci. Dalam jumlah besar, air juga dibutuhkan untuk proses industri, pertanian, peternakan, sampai transportasi. Pola penggunaan air yang boros atau berlebihan juga semakin menambah tuntutan akan air bersih. Di lain pihak, persediaan air bersih kita berkurang karena hal-hal berikut.
Pertama, perubahan iklim. Perubahan iklim menyebabkan pola curah hujan dan ketersediaan air di suatu daerah menjadi tidak stabil. Beberapa daerah mengalami musim kemarin.
yang lebih panjang sementara daerah lainnya sering mengalami banjir kedua kerusakan hutan-hutan berperan penting sebagai tempat menyimpan air dan menyaring air secara alami namun masih banyak pembukaan lahan dengan cara membakar hutan di Sumatera dan Kalimantan selain menimbulkan polusi hal ini tentu menyebabkan hutan rusak atau berubah fungsinya akibatnya air bersih kita menjadi tercemar dan berkurang ketiga pencemaran air sumber air tawar yang biasa dimanfaatkan adalah air sungai dan air tanah jika kedua sumber air ini tercemar oleh limbah maka air tersebut sudah tidak dapat lagi digunakan menurut data WWF pada tahun 2000 2019 sudah 82 persen dari 550 sungai di Indonesia kondisinya tercemar dan kritis. Keempat, pertambahan jumlah gedung dan bangunan yang menutupi area resapan air. Akibatnya, air hujan yang tidak terserap ke tanah langsung mengalir ke sungai dan laut.
Pada saat yang bersamaan, masyarakat masih banyak yang memompak air tanah yang makin sedikit. Semua faktor ini menyumbangkan kepada krisis air bersih di Indonesia. Lalu, apa dampak krisis air bersih pada kehidupan kita?
Pastinya, kelangkaan air akan mengganggu kegiatan sehari-hari kita, seperti minum, mandi, dan mencuci. Jika air yang kita minum tercemar bakteri, berbagai penyakit bisa muncul, seperti kolera, tifus, dan disentri. Kita jadi harus menghabiskan waktu dan biaya untuk membeli air bersih atau sembuh dari berbagai penyakit tadi. Bahkan di daerah yang sumber airnya jauh, keluarga harus pergi ke tempat yang semakin jauh untuk mendapatkan air.
Akibatnya anak terganggu sekolahnya dan orang tua terganggu mata pencahariannya. Tak hanya itu, Dampak yang lebih meluas dapat terjadi, contohnya gagal panen, yang kemudian merembet pada kurangnya pasokan bahan makanan. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya kelaparan dan kekurangan gizi. Wah, bahaya banget ya kalau air bersih sampai langka atau habis. Sebenarnya ada beberapa upaya yang dapat kita lakukan untuk mengatasi masalah krisis air ini lho.
Mulailah dengan menghemat penggunaan air sehari-hari dan tidak membuang sampah ke saluran air atau sungai. Di lingkungan rumah atau sekolah, kita juga bisa membantu dengan membuat sistem panen air hujan dan biopori atau sumber resapan, atau menanam pohon. Ada pun lembaga seperti pemerintah atau perusahaan dapat membantu dengan cara reboisasi hutan yang gundul. membuat bendungan dan waduk untuk menampung air hujan atau air sungai, mengolah air limba sebelum dialirkan ke perairan, serta mengembangkan teknologi untuk mendapatkan sumber air bersih yang baru, misalnya teknologi desalinasi untuk mengubah air laut menjadi air tawar.
Agar upaya ini berhasil, diperlukan kerjasama yang baik antara masyarakat, pelaku usaha, dan pemerintah. Kalau sebagai siswa, apa kontribusi yang dapat kamu lakukan untuk mengatasi masalah krisis air ini? Coba yuk tulis jawabanmu di kolom komentar.
Nah, kalau melatihan soal, yuk langsung aja kunjungi website kejarcita.id atau download aplikasi Kejar Cita di Play Store. Jangan lupa untuk like dan share video ini ke teman kece lainnya ya. Kejar Cita, Kejar Ilmu, Rai Cita.