Transcript for:
Jejak Perjalanan Budaya di Kalimantan

Intro Grimis pagi ini menemaniku dalam perjalanan menuju ke tempat yang luar biasa. Hai, aku Aksara Pratama. Aku seneng banget traveling, mengabadikan cagar budaya. Haa, aku suka tempat-tempat keren kayak gini nih. Yang ini juga. Menelusuri tempat-tempat seperti ini selalu memberiku energi untuk terus belajar tentang Indonesia, tentang budaya, tentang jati diri kita. Dan perjalananku kali ini untuk menelusuri jejak aksara pertama di Indonesia, Prasasti Yupa di Nguara Kamar. Aku udah sering banget naik kapal atau perahu, tapi kali ini beda. Nggak tahu kenapa. Apa karena rasa penasaranku akan terasa setiupa? Atau karena... Ah! Nanti aja kita temukan jawabannya. Excited adalah kata pertama di benaku, melihat kehindahan halam di sekitar sungai. Sekarang saatnya untuk menikmati perjalanan. Kapal yang aku tumpangi ini biasa digunakan oleh... masyarakat Dayak dan Kutai untuk pulang ke kampung mereka di pedalaman Sungai Mahakam. Eitss, sebentar. Sudah tahu kan Samarinda ada di mana? Samarinda adalah ibu kota Provinsi Kalimantan Timur di Pulau Kalimantan, Indonesia. Dari Dermaga Mahakam Ulu menuju Muara Kaman akan kita tempuh sejauh 133 km. Gaskan! Eits, suara apa itu? Hai Kak, kenalin nama aku Aksara Pratama. Nama aku? Tadi aku lihat kakak main sabe, keren banget kak mainnya kak. Terima kasih Aksara. Kalau boleh tahu kakak belajar dari mana? Aku sejak kecil udah akrab dengan alat musik ini dan juga keluarga salah satu seniman tradisional khas Sukodaya. Nah, sampai ini alat musik khas Kalimantan. Luar biasa, Kak. Aksara dari mana mau ke mana? Oh, aku dari Samarinda mau ke Morakaman, lihat prasasti Yuba. Oh, Yuba. Prasasti pertama dan tertua di Indonesia, ya? Iya. Betul, aku kesana mau liat yang aslinya kak Setau aku yang aslinya ada di museum nasional Jakarta Di Jakarta? Iya tapi kamu jangan khawatir yang replikanya ada di museum warakaman Amir Aksara, kamu bisa menikmati perjalanan yang indah di sepanjang sungai Mahakam dan juga ada wisata budayanya, ya kan? Seneng banget rasanya ketemu Kak Danu, seorang pegiat seni musik Sape. Orangnya baik, ramah, dan tidak sombong. Asik! Udah sampe... Muara Kaman nih, let's go! Muara Kaman ini berada di wilayah tengah Kabupaten Kutai Kartanegara dengan luas wilayahnya mencapai 3.410,10 km persegi. Luas banget ya? Yuk kita langsung menuju Museum Warakaman. Pak, saya pengen lihat museum muarakaman ini, Pak. Silahkan. Museum ini tahun berapa dibangun, Pak? Tahun 2007 oleh pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara. Kalau koleksi-koleksinya, Pak, boleh saya lihat ke dalam, Pak? Ada, silahkan. Banyak koleksi yang di dalam museum. Inilah koleksi yang ada di museum seperti geraba, keramik dari Cina, ataupun gerabanya banyak. Dan lagi ini serawong khas dari Kecamatan Warakaman. Ada lagi fragment-fragment keramik atau penggerabah batu dan lagi guci. Itu ada lagi yang dalam museum tujuh prasasti lupa. Kalau koleksi lainnya Pak ada lagi Pak? Ada, itu situs Lesong Batu yang ada di sana Pak. Kalau arti dari tulisan Yupa ini apa Pak? Kalau artinya, mau bertanya? Mau bertanya itu dari ada tim BPCB yang ada di sini, silakan Pak bertanya di sana. Oke, makasih ya Pak. Siap. Hai Misi wa eh apa kabar baik-baik kenalin Pak nama saya Aksara Pratama Pak saya datang ke sini mau nanya-nanya tentang prasastiupa boleh boleh boleh banget hari silakan makasih Pak, bisa dijelaskan gak Pak, prasasti Yupa ini apa Pak? Iya, Yupa sendiri itu berarti tiang batu. Jadi media batu digunakan untuk menuliskan isi puji-pujian terhadap Raja Mula Warman. Yang menarik adalah belum ada satu ahli epigrafi pun yang bisa memastikan dari produk kapan prastasi ini diproduksi. Orang hanya bisa melakukan penelitian berdasarkan kecenderungan atau model atau gaya. dari tulisan itu. Lalu orang menghubungkan dengan model prasasi yang berkembang di India bagian selatan pada abad ke-4. Para ahli juga membuat komparasi dengan temuan prasasi yang sama di Champa Vietnam. Yang memiliki kesamaan tipologi tulisannya dan aksaranya gitu. Jadi sehingga sampai pada satu kesimpulan bahwa prasasi Yupa ini berasal dari abad ke-4 masehi yaitu tahun 300-an. Inilah prasasi pertama kali. Yang ditemukan di Indonesia, oleh sebab itu kehadiran Prasasti Yupa ini menjadi awal untuk mengungkapkan kembali tentang tongga-tongga kebangkitan sejarah kelasi kita. Jumlah Prasasti Yupa itu ada berapa Pak? Jumlah itu ada tujuh, tapi yang berhasil diidentifikasi berdasarkan tulisan yang bisa terbaca itu baru empat. Kenapa Prasasti itu sampai ke Jakarta atau Batavia yang dulu namanya? Itu adalah atas izin yang diberikan oleh Sultan Muhammad Salehuddin, Raja Kuta yang berkuasa pada masa itu. Sultan mengirim prasasti itu tahun 1879. Tadi kan Bapak ngejelasin proses pemindahan Yupa dari sini ke Batavia, Pak. Nah, itu lewat jalur mana, Pak? Kalimantan ini sebagian besar mengandalkan sarana transportasi lewat sungai. Dan yang paling penting dari seluruh sarana transportasi yang digunakan itu adalah Selalu diikutkan juga komunitas yang lain, termasuk juga rempah-rempah, rotan, yang menjadi produksi khas dari Kelimunan. Timur. Pak, apa arti tulisan yang ada di Prasasdiu, Bapak? Iya. Untuk melihat rupa bentuk isi dan bentuk tulisannya, sebenarnya kita lihat langsung yuk. Ini adalah replika. Yang aslinya itu ada di Museum Nasional Jakarta ya. Yang menceritakan tentang satu upacara yang bernama Bahusuan Makam. Yaitu tumpukan mas yang demikian banyak yang dipersembahkan kepada Brahmana. Nah, isi proses ini adalah juga menceritakan tentang silisila Mula Warman. Yang memiliki seorang kakek bernama Kundungga. Memiliki satu putra yang bernama Aswarman. Kemudian... Aswarman ini menikah dan memiliki tiga putra Salah seorang putranya itu adalah bernama Mulawarman Kemudian prasasi yang kedua Jadi ini adalah contoh kedua yang saya sampaikan kepada Aksara Isinya adalah Srimato Narpamukyasha Rajnah Sri Mulawarman Danam Punya tamu setra, yat datam wapra kesuara. Dwi japtio dikal pebia, win satir gosa hasdikam. Pasha punyasha yu poyang, kerto wiprair ihagatai. Proses ini menyebutkan Bagida Raja Mullah Warman sebagai Raja yang mulia dan terkemuka telah memberikan hadiah atau sedekah sebanyak 20.000 ekor lembul kepada para berahmana di tempat suci yang disebut Wapra Keswara. Sebagai tanda kebijakan Sang Raja, Tugu Peringatan ini atau proses ini dibuat. Ini menjadi contoh menarik bagi para penguasa di masa sekarang, termasuk juga rakyatnya. Bagaimana cara kita memberikan apresiasi yang baik kepada tokoh-tokoh kita yang telah berjasa membangun negeri ini. Masih ada banyak episode lain yang perlu kita jelaskan. Antara lain misalnya, bagaimana proses produksi pengetahuan dilakukan oleh para citraleka, penulis prasasi itu. Nah, salah satu buktinya kita di belakang museum merekam ini, kita bisa menyaksikan. Lesung Batu, ayo kita ke sana yuk. Ini adalah Lesung Batu yang dulu didesain untuk menjadi prasasti. entah dengan pertimbangan apa, kemudian dibatalkan untuk proses pembuatan yang menjadi prasasti. Sangat nampak sekali hasil campur tangan manusia berupa tatakan. Panjang batu ini 2,60 meter. Bahannya adalah batuan andesit. Karena deposit batuan andesit di sini hampir kita tidak temukan, maka dugaan kami besar kemungkinan didatangkan dari Gunung Kombe. Karena di sana deposit bebatuan yang sama itu sangat banyak potensinya. Kemudian kita juga menemukan banyak situs-situs Hindu yang ada di sana, berupa arca yang menjadi media ritual bagi umat Hindu yang ada di Kota Timur. Berarti batunya dibawa pakai kapal juga, Pak? Oh iya, sudah pasti. Jadi serana transportasi menggunakan perahu lewat sungai itu sangat vital sekali. Dan tidak jauh dari sini kita dapat menemukan sungai di bawah sana. Mungkin sebagian kita kesana untuk melihat langsung semuanya ya. Oke, baik. Jalan utama bagi transportasi sungai yang menghubungkan antar desa, antar kecematan, bahkan antar kabupaten. Dan lewat tempat ini pula, lihat perahu itu, lewat sungai Kedang Rantau inilah komoditi-komoditi dikapalkan. Lewat sungai ini pula, bahan material untuk membuat prasasi yupa itu didatangkan dari Gunung Kombeng. Ini titik sentral bagaimana sebetulnya jalur ini digunakan dalam perlindungan cukup panjang. Sejak masa Kutai Mertapura hingga sekarang, sebagai serana vital yang bisa menambah atau mempercepat pertumbuhan ekonomi di kawasan ini. Pak, saya masih penasaran nih Pak sama prasasti itu kan Pak, ada 20 ribu ekor lembu Pak. Itu gimana tuh Pak? Lembu yang disebutkan dalam prasasti itu mungkin bisa kita tafsirkan dalam bentuk yang lain. Lembu yang dimaksud itu mungkin bisa juga sapi atau kerbau. Nah, Tempat yang menarik untuk bisa kita saksikan adalah peternakan kerbau itu ada di Desa Melintang. Desa Melintang, Pak? Iya, Desa Melintang. Baik, Pak. Makasih banyak ya, Pak. Saya pamit dulu ya, Pak. Makasih banyak, Pak. Ya, kita lanjutkan lagi perjalanan kita. Sekarang kita menuju Desa Melintang yang dikenal karena peternakan kerbau rawanya. Gimana sih kerbau rawa itu? Yuk kita cek! Desa Melintang ini adalah desa yang terletak di Danau Melintang, kecamatan Muarawis, Kabupaten Putai Kartanegara. Sering juga disebut dengan desa apung, karena rumah-rumah di sini berada persis di atas danau. Keren kan? Intro Loh, Kak Danum, kok disini Kak? Iya aku asli Kau mau kemana lagi? Iya kak, aku pengen lihat kalang kerbau di desa ini. Kata arkeolog museum Muara Kaman, di desa Melintang ini banyak kerbau ya? Wah, kamu bisa bertanya banyak dengan Julaku. Dia seorang peternak kerbau di desa Melintang ini. Wah. Boleh tuh, Mbak. Ayo, aku antar. Jelak, ini temanku Aksara ingin bertanya tentang kalang kerbau ini. Jelak, saya mau nanya tentang kalang kerbau ini Jelak. Bisa diceritakan nggak Jelak? Sejarah singkat tentang kalang kerbau ini. Tahun 1918 adanya kerbau di sini, kalang di sini. Cuma kalau ternaknya datang dari Bentian, di Kutai Barat itu asalnya dari Dayak. Bawa ke sini. Makai bambu, bawanya dayung dari mahakam. Hanya berjumlah tujuh ekor. Enam betina, satu jantan. Setelah itu kerbaunya bikinkan kandang di sini. Di Labak Singkil namanya. Tahun ke tahun bertambah sampai ada sampai lima ratus. Sekarang ini 2022 ini hanya berjumlah 375. Jula kerbau ini kapan dikandangkan dan kapan... dikelepas, dilihatkan jelak? Itu, wah sekarang aturannya itu jam 9, nanti pulangnya jam 3 sore, kan. Nah itu, besok begitu lagi turunnya. Nah kalau musim surut itu dilepas. Nanti kalau musim banjir, naik lagi dia kembali. Setelah itu kan dihalau, lalu dimakan, di sini kan makan. Nah, dipelihara lah untuk setiap kelompok. Ini kan belum naik habis nih, belum terkumpul. Hanya seperempat saja ini. Ada sebagian lagi di hutang. Hukumnya itu untuk apa sih Julek? Nyatanya untuk ekonomi dulu kan. Nah pertama kedua lagi untuk anak sekolah, kelanjutan sekolah. Dan ketiga lagi untuk membeli perahu atau ces itu gunanya. Kalau untuk harganya Julek sekarang itu harganya bagaimana sih Julek? Kreasinya itu macam-macam. Kalau yang gemuk ada sampai 20 juta, ada 17, ada 16, ada ini sampai 10 harganya. Melihat keadaan barangnya juga. Wah kalau satu ekor ker... Sebaw 20 juta pak, berarti dulu prasastiupa 20 ribu ekor dikali 20 juta, 400 miliar. Kaya juga raja jaman dulu. Iya, crazy rich. Akhirnya, aku bisa melihat peternakan kerbau rawat yang bisa menggambarkan kekayaan zaman Raja Mula Warman saat rasa setiupa dibuat. Memang benar-benar Raja yang mulia, gimana enggak lembu atau kerbau seperti ini disumbangkan sebanyak... 20.000 ekor Setelah puas mengamati kerbau rawa di desa Melintang Kak Danum ternyata memberiku kejutan Apa itu ya? Ya! Isata ke desa Pela Yang gak jauh dari desa Melintang Desa ini cakep bener Kak Danung sering kesini untuk berlatih bersama temen-temennya bermain musik sape, menari, dan lain-lain. Pokoknya dalam rangka melestarikan budaya asli sini. Nih, lihat! Anak-anak kecil disini udah dilatih juga untuk mencintai budaya pencaksilat asli Kalimantan. Eits! Hiat! Awas! Hehehe! Mantap betul! Eh, ini juga ada kesenian tari pesut Danau Semayang. Tari ini menggambarkan kebahagiaan dan kegembiraan layan saat panen ikan di Danau Semayang. Serta menggambarkan pesut mahakam berbahagia hidup di sungai, karena kelestariannya terjaga dan sumber makanannya berlimpah. Wih! kompak sekali mereka berlatih. Tak lupa, kuabadikan lewat kamera untuk bisa kuceritakan nanti ke teman-teman di Samarinda. Ternyata, desa wisata Pela ini juga menjadi daerah konservasi dan kelestarian pesut Mahakam. Pesut Mahakam adalah spesies mamalia yang hidup di air tawar. Pesut Mahakam termasuk kategori hewan yang dilindungi, karena keberadaannya hanya sekitar 90 ekor di Sungai Mahakam. Sedangkan yang sering melewati jalur Sungai Pela ini ada sekitar 20 ekor saja. Eh, seneng sekali rasanya menyusuri desa wisata pelaini. Ditemani Kak Danum, aku keliling menikmati suguhan kesenian dan budaya yang ada di sini. Tak terasa... waktu berjalan begitu cepat. Petualanganku di desa wisata pelah ini harus berakhir. Luar biasa! Perjalananku hari ini dalam menemukan jejak aksara pertama di Indonesia terlaksana sudah. Aku bertemu orang-orang hebat yang menyadarkanku bahwa kekayaan budaya dan alam di Kalimantan Timur ini patut untuk dilestarikan. Apalagi saat di musim warakaman, peninggalan Prasasti Yupa memberiku bukti sejarah tertua di Indonesia, aksara pertama. Tak hanya itu, Pak Muslimin Effendi, arkeolog dari BPCB, memberiku insight yang dalam untuk masa depanku nanti, masa depan Indonesia. Ya, aku akan terus berkeliling belajar dan membagi pengalaman-pengalaman ini kepada semua orang.