Transcript for:
Pentingnya Ilmu Akidah dalam Hidup

Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Hadirin dan hadirat, ni rahmatillah Allah SWT Pada sementara ini kita akan bahas tentang pengantar ilmu akidah Yaitu mukaddimat atau tamhid fi ilmil akidah Sebelum kita masuk mempelajari Akidah tentu ada beberapa maklumat, wawasan-wawasan yang perlu kita ketahui dan juga ada istilah-istilah yang mungkin perlu kita ketahui sehingga ketika kita membaca buku-buku terkait akidah kita memahami istilah-istilah tersebut. maka perlu bagi seorang untuk masuk dalam temhid atau mukaddimat sebelum dia belajar ilmu akhidah secara detail. Pertama yang akan kita bahas adalah tentang urgensi belajar akhidah. Akidah tentu akidah sebagai yang dikatakan adalah usuluddin pokok daripada agama. Nama lain dari akidah adalah usuluddin. Dan belajar di usul tentu lebih diprioritaskan dari belajar furuk. Dua-duanya dipelajari, usul dipelajari, sebagaimana furuk juga dipelajari. Tapi secara skala prioritas, maka usul yang merupakan landasan, merupakan dasar, maka lebih utama untuk dipelajari. Terlebih lagi. Ada beberapa urgensi yang bisa kita, poin-poin yang menunjukkan urgensinya. Belajar akidah yang pertama, tentunya supaya bisa beribadah kepada Allah dengan keyakinan yang mantap. Karena akidah menanamkan keyakinan tentang Allah SWT. Jika seorang ragu, maka dia tidak akan beribadah dengan mantap. Dia ragu dengan apa yang dia jalani. Dia ragu tentang Tuhan yang dia ibadahi. Dengan belajar akidah akan memantapkan keyakinan seseorang. Kemudian juga dalam belajar akidah kita akan fokus terutama membahas tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah. Inilah ilmu yang termulia. Sebagaimana perkataan para ulama, syaraful ilmi bisharafi ma'lumihi. Keutamaan ilmu ditinjau dari keutamaan yang dipelajari. Keutamaan ilmu ditinjau dari keutamaan yang dipelajari. Syarafu. al-ilm bishara fi ma'lumihi keutamaan ilmu tergantung dari apa yang dipelajari karena dipelajari adalah Allah subhanahu wa ta'ala memakai ilmu tersebut menjadi ilmu yang sangat sangat agung karena kita akan melah nama-nama Allah sifat-sifat Allah sehingga menjadikan orang lebih khusyuk ya lebih khusyuk dalam beribadah lebih menghayati dalam beribadah. Karena dia tahu betul tentang sifat-sifat zat yang dia ibadahi. Tentang nama-nama dan sifat-sifat. Semakin dia mendalami, dia semakin merasa dekat dengan roh tersebut. Kemudian yang ketiga, membentengi diri dari syubat-syubat yang beredar. Dan yang keempat, membentengi dari fitnah syahwat. Hai eh dua fitnah ini fitnah subhad dan syahwat adalah fitnah yang siap menerpa siapa saja terutama di zaman sekarang ini terutama di zaman sekarang ini dimana setiap syahwat bisa diumbar dan bisa diumbar di medsos dan di internet dan siapa saja bisa mengaksesnya dengan dimana aurat wanita dijadikan tontonan di umbar dimana-mana sehingga syahwat dengan berbagai macam liarnya keliarannya sekarang bisa diakses di internet dengan mudahnya ya kalau seorang tidak memiliki akidah yang kuat tidak meyakini bahwasannya Allah mengawasinya, tidak meyakini bahwasannya setiap yang dia lihat akan diminta pertanggung jawaban oleh Allah pada hari kiamat kelak, maka dia akan mudah mengakses itu semua. Dia akan mudah mengakses itu semua. Sehingga akhirnya dia tenggelam. dalam lautan syahwat. Terkadang dia bisa keluar, terkadang dia tidak bisa keluar. Kalaupun dia bisa keluar di lautan syahwat, maka masih banyak sisa-sisa sampah-sampah yang bercokol di dadanya. Bercokol di dadanya. Kalau dia tidak dibangun dari se-akidah yang kuat, dia akan tenggelam dalam syahwat tersebut. Kemudian juga membedengi dari syubhat. Dan ini yang lebih parah. Syubhat terkait dengan pemikiran. Terkait dengan pemikiran. Dan syubhat sangat banyak yang mengantarkan kepada... bid'ah atau mengantarkan kepada kekufuran. Sekarang semua orang punya pemikiran syubhat, maka dia letakkan di internet. Dia ceramah, dia sebutkan, dia sebarkan. Dan semua orang bisa mengakses. Terlebih lagi, seorang ingin tahu, sehingga dia mendengar, sehingga dia menjadi ragu. Ketika mendengar syubhat yang terjadi di atas akidah yang benar, menyimpang. Bahkan sampai orang terjuruh dalam pemahaman ateisme. Ateis. Gara-gara selalu menonton syubhat, sehingga keraguan pun merasuk dalam dirinya, dalam hatinya. Akidahnya pun goyang, tadi pundasinya kuat menjadi hancur. Akhirnya dia ragu tentang Tuhan, ragu dengan syariat Tuhan. Akhirnya dia tidak beriman dengan Allah SWT sampai mengantarkan orang kepada pemahaman ateis. Dan sekarang pemikiran apa saja? Disebarkan di internet. Kalau kita tidak punya akhidat yang benar, kita sulit untuk selamat dari itu semua. Oleh karena Allah mengisyaratkan hal ini dalam surat Al-Baqarah kata Allah SWT. وَمَنْ يَكْفُرُ بِالطَّاقُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدْ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَةِ لَمْ فِي صَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِعٌ عَلِيمٌ اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ Allah SWT, وَمَنْ يَكْفُرُ بِالطَّاقُوتِ Siapa yang kufur kepada taugut, kufur kepada sesemban-seban selain Allah. Dan dia beriman kepada Allah SWT, Maka sungguh dia telah memegang, sampul simpul tali yang sangat yang sangat kuat lamfi soma lah yang tidak akan terputus Wallahu Sami'un alim semuanya Allah mendengar bagi maha mengatasi setelah berfirman Allah wali yul ladzina amanu semuanya Allah yang mengurusi orang-orang yang beriman yukhrijuhum minadzulumati ilannur Allah keluarkan mereka dari zulumat dari kegelapan-kegelapan yang berbagai macam ragam menuju satu cahaya ilannur Hai Disini sebaiknya Allah Tafsir mengatakan, lihatlah Allah SWT memberi jazak balasan kepada orang yang bertauhid. Siapa yang kufur kepada ta'gut dan beriman kepada Allah, yaitu la ilaha ilallah. Dia bertauhid dan dia kufur kepada sembahasa Allah. Balasannya dia adalah jazakannya, balasannya dia memegang. Tali keimanan yang sangat kuat yang tidak akan terputus. Setelah itu Allah berfirman, Allah yang mengurusi orang-orang yang beriman. Orang-orang yang bertauhid, yang berakidah, yang kokoh akan diurusi oleh Allah. Yukhrijuhum, Allah mengeluarkan mereka. Di sini Allah menggunakan fiil mudhari. Yukhrijuh itu fiil mudhari. Kalau dalam bahasa Inggris disebut continuous stance. Berkesinambungan. Allah senantiasa mengeluarkan. Orang-orang yang beriman minat zulumat dari berbagai macam kegelapan. Zulumat maksudnya syubhat dan syahwat. Syubhat dan syahwat. Yang tidak ada lautan, yang tidak ada tepinya. Ombak yang bergejolak luar biasa. baik syabhat maupun syahwat. Oleh karena Allah namakan dengan zulumat. Yang selalu menerpa seorang mu'min. Tapi Allah yang ngurusi orang mu'min tersebut. Allah senantiasa, kalau bahasa kita, Allah senantiasa mengeluarkan mereka, para orang beriman, minad zulumat dari kegelapan-kegelapan, ilan nur. Oleh karena menuju cahaya. Oleh karena seorang yang berakidah yang kuat. berpegang teguh dengan iman kepada Allah, kufur kepada sesembahan selain Allah, maka dia akan selamat dari syubhat dan syahwat. Dan di antara urgensi belajar akidah, yaitu agar tidak terjurumus dalam praktek-praktek, atau akidah-akidah yang keliru. Banyak orang terjurumus dalam kesyirikan, kemungkauan kesyirikan dan berbagai macam modelnya, pemikiran-pemikiran yang menyimpang. Kenapa? Karena tidak punya landasan. Tidak punya landasan. Tidak pernah belajar, tidak pernah berakhidah. Sehingga latah untuk ikut-ikutan. Kalau ada orang usap-usap, ikut usap-usap. Contohnya ada orang usap-usap kuburan, ikut-ikut kuburan. Padahal para ulama sudah mengingatkan bahwasanya atau masuk di... Hai eh bilmaqabir min adatilihudwannasara sebagai perkataan Al Ghazali mengusap-ngusap dinding-dinding kuburan itu kebiasaan Yahudi dan Nasara ada orang usap ikut-ikutan usap-usap latah ada orang datang kuburan minta-minta kepada punyaku ikut-ikutan Kenapa latah Kenapa dia tidak punya dasar? Orang pakai jimat, ikut-ikutan pakai jimat. Katanya begini, ikut-ikutan. Ada orang menyebarkan khurafat. Katanya kalau begini tak toyur, maka begini. Ikut-ikutan. Katanya angka 13 sial. Dia tidak punya landasan, dia ikut. Sehingga banyak, sebenarnya dijelaskan oleh Ibn Taymiyyah RA, banyak orang terjurumus dalam praktek kesyirikan atau penyimpangan karena tidak punya landasan yang kuat. Tidak punya landasan yang kuat. Oleh karenanya, belajar akidah itu sangat urgent bagi kita. Sebagaimana tadi kita jelaskan. Yang penting juga mungkin saya tambahkan. Yang keenam, agar bahagia. Bahagia di dunia, terlebih lagi di akhirat. Orang yang berakhir yang benar, dia tenang. Dia tentram. Apapun kondisi yang terjatuh, terjadi kondisi yang menimpanya, yang menerpanya, ujian menerpanya, dia kokoh. Ujian silih berganti datang menimpanya, dia tegar. Karena dia punya landasan yang kuat. Dia bergantung kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Bergantung kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Hai eh apa namanya lihat ketika akidah tersebar dengan dengan kuat maka seorang tidak mudah terjun muslim kesyirikan ya kita misalnya misalnya di Arab Saudi Saudi kajian tauhid saja SD orang belajar tauhid SD SMP SMA ya enggak ada orang kekuburan kemudian takut sama hantu enggak ada mereka kuburan malam hari enggak ada takut apa gendro ya Karena memang mereka punya keyakinan yang kuat. Kalau kita baru jalan, tidak usah dekat. Kalau naik motor depan kuburan, kenceng. Kenapa? Karena sudah terlanjur hati kita, sudah dipenuhi dengan berbagai macam tontonan yang merosak akidah. Mau dibilang bahwasannya, orang kalau sudah mati, ruhnya alam barzah, iya saya sudah tahu wawasannya, tapi aplikasinya masih belum mantap. Seperti itu. Takut. Lihat bagaimana saya cerita kemarin waktu hajian, kita mengalami kondisi yang sulit sampai ada seorang pekerja, orang Arab di Mekah, dia ngurusin, dia bantu-bantu sampai selesai. Dan itu hal yang sangat menakjubkan. Maka saya bilang sama Jamal Haji, lihat, dia luar biasa. Orang ini dia bantu kita sampai selesai urusan. Itu pekerjaan yang sangat berat. Kemudian saya ketemu dia, saya bilang, Masya Allah Abdullah, Masya Allah, kata dia. Fadlon min Allah, kata dia. Semua dari Allah. Semua dari Allah. Tidak ada sombongnya sama sekali. Itu orang awam, bukan ustad. Coba kalau kita, oh iya memang saya, baru tahu ya. Baru tahu, saya sudah pengalaman. Kenapa? Karena kalau orang sudah belajar akhidat yang kuat, selalu diajarkan bahwasannya, dicekokkan bahwasannya semua. Karena ini dari siapa? Dari Allah. Maka mudah dia mengucapkan demikian. Artinya, akhidat ini buat kita tenang, buat kita bahagia. Di dunia terlebih lagi di akhirat. Kita lanjutkan, ini Urgensi Belajar Akidah. Lanjutkan poin berikutnya. Tentang istilah akidah. Ini tadi sudah kita bahas, Urgensi Belajar Akidah. Sekarang kita masuk pada poin yang kedua, makna akidah. Akidah. Ada makna secara bahasa dan makna secara istilah. Secara bahasa, akhidah diambil kata akhoda. Akhoda, akhidah diambil kata, asal katanya adalah ayn kof dal akhoda. Dan kalau akhoda ini ditelusuri maknanya, maka ada beberapa penggunaan dari kata akhoda. Seperti maknanya adalah, rabut ikatan wasyatu dikencingin rabut ikatan wasyatu dikencingin mengikat dan mengencangkan dengan kuat dikatakan dalam bahasa Arab akadal habla akadal habla yaitu dia ikat tali kalau akadal habla yaitu mengikat tali mengencangkan tali Jadi kata akhidat itu kembali makna kepada pengencangan, pengikatan, yaitu kokoh. Terus makna dari akhudah secara bahasa juga maknanya al-ahdu janji. Seperti yang Allah SWT, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَوْفُوا بِالْأُقُودِ Wahai orang yang beriman, tunaikanlah janji-janji kalian. Dan janji... Hai menunjukkan suatu penekanan janji saya berjanji ya menunjukkan penuh penekanan maka Allah menyuruh untuk menunaikan contoh makna diantara makna akoda artinya al-mulazzamah melazimi yang atau yang sebelumnya at-taqid, penekanan. Dikatakan ak-dul-bay atau ak-kodal-bay'ah, ay-ak-kadahu. Seorang menakadakan jual-beli, kemudian ditulis akad. Kenapa ditulis akad? Untuk menekankan. Kenapa ditulis akad? Untuk menekankan. Makanya transaksi tersebut ditulis akadnya, supaya tidak... Buyar atau kalau terjadi apa-apa kembali kepada akad. Fungsi akad adalah untuk menekankan transaksi yang terjadi. Kemudian yang keempat maknanya al-mulazamah. Itu maksudnya adalah, Iza lazamahu hati mengakidahi sesuatu, yaitu jika hati tersebut melazimi sesuatu tersebut. Jadi akidah maksudnya melazimi. Seperti dalam satu hadis Rasulullah SAW bersabda, Al-khaylu ma'kudun finawasiha al-khayru ila yawmil qiyamah. Kuda perang terlazimkan di atas ubun-ubunnya kebaikan, sampai hari kiamat. Ketamaan orang yang memiliki kuda, kuda perang. Bosnya kebaikan melazimi ubun-ubun kuda tersebut. Sampai hari Ahadiyah. Ini menunjukkan pahala yang agung bagi orang yang memiliki kuda digunakan untuk perang. Dari sini kalau kita kembali kepada makna akoda. Rabut, wasyad. Yaitu ikatan. Dan dikencengkan. Atau janji. Atau penekanan. Atau melazimi. Semua makna kembali kepada kemantepan. kemudian ikatan yang kuat oleh karenanya makna akidah secara istilah lihat disitu saya tulis al-i'tiqadul jazim al-lazi la yukhalituhu shakkun fil matalibil ilahiyati wa nubuwati wa umuril ma'ad maksudnya al-alqidah adalah keyakinan yang mantap, al-alqidah itu keyakinan yang pasti, yang mantap, yang tidak dicampuri dengan keraguan. Tidak ada keraguan dalam keyakinan tersebut. Terkait dengan teologi, terkait dengan perkara-perkara ketuhanan, dan juga perkara-perkara keimanan, seperti nubuat, perkara hari kiamat, perkara malaikah. Ini semua, Hai disebut dengan akidah itu terkait dengan keyakinan tentang teologi tentang perkara perketuhanan perkara nubuat kenabian perkara hari-hari hari kiamat presidio hari kiamat tentang malaikat dan rukun iman yang lainnya yang tidak dicampurkan dengan keraguan tidak campur dengan keyakinan tidak campur dengan keunolikannya disini tahu kalau ada orang meyakini suatu namun tidak mantap keyakinannya dia belum akidahnya belum benar hai hai Atau akidahnya begitu mudah lepas, dia tidak melaziminya terus, ini juga bukan akidah. Akidah itu sesuatu yang mantap, yang dilazimi oleh hati seorang, yang tidak dicampur dengan keraguan sama sekali. Nah untuk memiliki akidah seperti ini, mau tidak mau harus belajar. Belajar, praktek, belajar, praktek, belajar, praktek, sehingga kokoh. Sehingga kokoh. Maka lihatlah bagaimana akidah para sahabat yang luar biasa. Karena mereka diajari oleh Nabi SAW sebelum mereka praktekan. dalam aktivitas keseharian mereka diterpa dengan berbagai macam ujian dan mereka tegar ya ya sampai Allah berfirman walamalmu'minul ahzaba qalu hadha mawa adana allahu wa rasuluhu wasadakallahu wa rasuluhu ya wama zadahum illa imanan wa tasliman tatkala kaum mu'minin melihat pasukan yang begitu banyak datang Kaum muslimin di kota Madinah dikepung oleh Al-Ahzab. Al-Ahzab itu kumpulan-kumpulan pasukan kaum musyrikin. Sekitar 10.000 orang. Sekitar 10.000 orang datang mengepung. Tadikalah mereka melihat tersebut, mereka justru semakin beriman. Bukan ketakutan, bukan lari. Mereka semakin apa? Yakin. وَلَمَّا رَأَ الْمُؤْمِنُ الْأَحْزَابَ قَالُوا تَتْكَالَ كَوْمُ مُؤْمِنٍ مِلِهَتْ Pasukan sudah datang di hadapan mata. قَالُوا هَذَا مَا وَآدَنَ اللَّهُ وَرَسُولُ Inilah yang telah dijinjikan oleh Allah dan Rasul-Nya. وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُ Dan inilah sungguh benar Allah dan Rasul-Nya. وَمَا زَادَهُمْ Dan kondisi yang menakutkan tadi, tidak menambahkan kepada mereka إِلَّا إِيمَانًا وَتَسْدِيمًا Kecuali semakin bertambah iman mereka dan semakin pasrah kepada Allah SWT. Ini akidah Ini akidah Ada pun orang munafik Allah berfirman Orang munafik takut ketika datang Al-Ahzab, bahkan Al-Ahzab sudah kabur, sudah pulang, Abu Sofyan dan pasukannya sudah kabur. Allah mengatakan, يَحْزَبُونَ الْأَحْزَابَ لَمْ يَتَبُونَ Mereka masih takut, jangan-jangan belum pergi, padahal sudah kabur. Sudah kabur mereka masih ketakutan. Kenapa? Karena akidah yang tidak kuat. Oke, ini makna daripada akidah itu keinginan yang pasti, yang tidak dicampur dengan keraguan, dan itu tidak bisa kita peroleh kecuali dengan kita belajar, belajar, minta kepada Allah, dan kita menjalani praktek-praktek dalam kehidupan dunia. Kita belajar, misalnya kita butauhi, kita belajar dengan akidah. Kita akan diuji oleh Allah SWT. masalah-masalah yang timbul kemudian hal-hal yang timbul menjadi pelajaran pengamatan kita melihat kesimpulan-kesimpulan dalam kehidupan nyata kalau begini maka begini yang begini maka begini ini menjadikan iman seorang semakin apa semakin kokoh semakin mantap semakin yakin baik kapan mulai penggunaan istilah akhidah Istilah akidah di zaman salaf dahulu tidak ada. Tidak ada di zaman salaf. Sebagaimana istilah rukun iman, rukun islam, tidak ada. Kalau kita para salaf, sebenarnya Al-Quran dan hadis, maka istilah yang digunakan biasanya iman. Iman atau yakin. Mereka sering menggunakan istilah iman. Seperti dalam Al-Quran banyak, inilah dina aman, inilah dina aman, banyak sekali. Seorang yang beriman. Seperti para salaf mengatakan, ijilis bina. Nu'minu sa'atan, mari duduk kita menambah iman dalam beberapa saat. Nasdat imanan, kita tambah iman, iman kita. Jadi mereka menggunakan istilah iman. Sehingga pertanyaan yang timbul kepada Nabi selalu menggunakan istilah iman, iman, iman, iman. Belum ada istilah apa? Akidah. Istilah akidah, Allah alam bihsab, disebut oleh sebagian ulama, baru muncul di awal abad keempat. bermuncul di awal abad keempat dengan buku-buku yang ditulis oleh para ulama ahlil hadis maka yang pertama kali dikenal menulis buku dengan judul akidah lihat disini adalah Abu Hatim al-Razi Abu Hatim al-Razi yang hafat pada 327 Hijriah 327 Hijriah dia punya buku judulnya Aslusunnah wa'a'tiqaduddin Aslusunnah wa'a'tiqaduddin ada mulai istilah i'tiqaduddin ini akidah, i'tiqad, akidah sama saja Ini mulai muncul di awal abad keempat. Kemudian juga Abu Bakar al-Ismaili punya judul bukunya I'tiqad. I'tiqad. A'immatil hadith. Akidahnya para imam hadith. Dan dia wafat pada tahun 371 Hijriah. Abad keempat. Kemudian dilanjutkan pada abad kelima seperti. Allah lakai atau Allah likai Allah lakai punya buku judulnya syarah usul i'tiqad ahli sunnah wal jamaah yang dicetak 6 jilid Cetakan lama ya Syarah usul i'tiqad ahli sunnah wal jamaah Ini istilah i'tiqad I'tiqad maksudnya akidah Demikian seperti juga Abu Uthman As-Sabuni punya judul akidah tusalaf ashabil hadith Akidah tusalaf ashabil hadith Akidah istilah akidah Ini ulama syafi'iyah yang ofat pada tahun 410 49 Hijriyah. Demikian Al-Bayhaqi punya buku Al-I'tiqad ala madhabi salaf ahli sunnah ahli sunnah wal jamaah. I'tiqad di atas madhabi salaf. Yang wafat pada tahun 485 Hijriyah. Al-Asbahani punya buku Al-Hujjah fi bayanil mahajjah syarah akidat ahli sunnah. Wafat pada abad ke-6 535 Hijriyah. Jadi banyak buku-buku ditulis dengan judul akidah-akidah. I'tiqad akidah. Bolehkah kita menggunakan istilah akhidat? Tidak ada masalah dalam Islam. La mushahata fil istilah. Tidak mengapa menggunakan istilah-istilah yang baru jika dipahami maksudnya. Jika dipahami apa? Maksudnya seperti istilah... Istilah misalnya wajib, makruh, mandub, mustahab, mubah ini tidak ada di zaman Nabi SAW. Istilah-istilah pembagian hukum menjadi lima dengan istilah-istilah yang dimaksud. Baru kemudian para ulama membuat istilah-istilah untuk mudah pembelajaran. Seperti juga tidak ada zaman dahulu, zaman Nabi istilah rukun iman, tidak ada. Demikian juga istilah rukun Islam. Tapi kemudian para ulama membuat istilah tersebut untuk memahami. Bahwasanya keimanan dibangun di atas rukun iman yang ke-6, Islam dibangun di atas rukun Islam yang ke-5. Istilah datang belakang. Yang penting maksudnya adalah benar. Yang penting maksudnya adalah benar. Demikian juga istilah akidah. Meskipun tidak ada di zaman para salaf, namun para ulama semua sepakat penggunaan istilah tersebut. Baik ahlu sunnah maupun ahlu bid'ah, semua sepakat yang dimaksudnya akhidah adalah masalah keyakinan terkait dengan keimanan. Terkait teologi, masalah ketuhanan, masalah malaikat, masalah kenabian, masalah hari kiamat, masalah takdir. Ini semua disebut dengan apa? Iktiqad. Baik, sampai sini paham? Sudah dicatat? Baik, kita lanjutkan. Ada beberapa istilah, selain daripada istilah akidah. Istilah-istilah yang serupa, meskipun dengan lafal yang lain. Di antara istilah-istilah tersebut, sebagian ulama mengungkapkan akidah dengan makna tawhid. Mereka mengatakan kita belajar tawhid, maksudnya belajar apa? Akidah. Padahal akidah itu lebih luas daripada tauhid. Di antara pokok pembahasan akidah adalah tauhid. Jadi kalau akidah himpunan besar, maka di dalamnya ada himpunan kecil namanya tauhid. Namun karena tauhid adalah pembahasan utama akidah. Pembahasan utama akidah tauhid. Pembahasan utama akidah adalah pembahasan tauhid. Maka terkadang akidah dikenal dengan tauhid. Karenanya sebagian ulama menulis buku akidah dengan judul tauhid. Contoh misalnya, Dalam sahih Bukhari, banyak kitab-kitab, ada kitab inilah, kitab anulah. Ada di bagian belakang-belakang, bagian akhir, sahih Bukhari sebut kitabut tawhid. Kitabut tawhid. Warad alal jahmiyah. Kitabut tawhid warad alal jahmiyah. Kitab tawhid dan bantuan terhadap jahmiyah. Maka itu maksudnya tentang akidah, tapi Imam Bukhari namakan dengan apa? Kitab tawhid. Demikian juga misalnya, Ibnu Khuzaimah punya buku judulnya Kitab Tauhid. Ibnu Khuzaimah. Demikian juga Ibnu Mandah punya buku judulnya Kitab Tauhid. Oleh karenanya banyak ulama menambahkan buku mereka dengan buku apa? atau hit ya seperti Abu Mansur al-maturidi yang dinisbahkan kepadanya madad maturidiya punya buku judulnya kitab-tauhid Hai yang artinya bukan cuma al-sunnah demikian juga kelompok-kelompok yang lain mereka juga yang namanya menamakan sebagian buku-buku mereka dengan kitab apa atau hit terserah ada bagaimana penafsiran mereka tentang apa tauhid tapi mereka menamakan akidah dengan tahu ini salah satu istilah istilah lain yang kedua yang juga maknanya sama dengan tauhid adalah usuluddin usuluddin kita tahu sekarang dibuka kuliah usuluddin maksudnya kuliah apa akidah Usuluddin. Kenapa dinamakan Akhidat dengan Usuluddin? Karena diambil dari kata asal. Karena Akhidat adalah landasan. Akhidat adalah landasan. Dan agama dibangun dengan di atas landasan tersebut. Nah, penamaan Asluddin, Faruddin, Usul, Walfuruk, pokok dan cabang ini tidak jadi masalah jika tidak dimaksudkan untuk mencampakkan Furuk. Adapun seorang menamakan usul, kemudian furuk dalam rangka untuk mencampakkan furuk, furuk tidak diperhatikan, maka ini salah ya. Karena sebagian orang mengatakan usul, akidah, furuk, masalah fikir. Padahal diantara masalah fikir adalah sholat misalnya. Siapa yang memeramahkan sholat? Siapa yang meramahkan apa? Sholat, sholat termasuk arkanul islam. Tapi kalau maksudnya usul dan furuk, artinya prioritas utama adalah usul, tanpa menyampingkan, mencampakkan furuk, maka itu tidak jadi masalah. Pernah-pernahannya sekitar skala prioritas. Oleh karena para ulama yang menulis tentang tawhid misalnya, mereka juga perhatian terhadap masalah furuk. Semua, bukankah empat imam semuanya perhatian terhadap masalah Furoh? Perhatian atau tidak? Perhatian. Makanya ada imam-imam mazhab, mereka bahas masalah fikih. Imam Bukhari juga dalam sohih Bukhari bukan bahas masalah akidah saja. Kebanyakannya masalah fikih. Kebanyakan ini masalah fikir, masalah furuk Jadi kalau orang menamakan Usuluddin Maksudnya skala prioritas Tanpa mencampakkan yang furuk Maka tidak jadi masalah Oleh karena Sebelumnya menulis buku-buku dengan judul Usuluddin, contoh Abu Lashar al-Ash'ari Punya buku judulnya Al-Ibanah an-Usuliddiana Al-Ibanah an-Usuliddiana Ini buku yang terakhir yang ditulis oleh Abu Lasan al-Asya'ri ketika dia mulai merubah madhabnya dari Mu'tazilah menuju Kullabiyah, kemudian mendekati Ahlus Sunnah, menuju Ahlus Sunnah. Meskipun tidak sempurna secara totalitas, tapi dia berusaha mengikuti madhab Imam Ahmad bin Hanbal, maka dia tulis bukunya Al-Ibanah, yaitu penjelasan tentang usulid diana, tentang pokok-pokok agama. Maksudnya penjelasan tentang akidah. Usuluddin maksudnya apa? Akidah. Contoh lagi misalnya Al-Ibanah Al-Kubra Ibn Battah yang wafat pada abad keempat hijriya 387. Punya buku Syarah wal-Ibanah an-usuliddianah. Syarah wal-Ibanah penjelasan dan pemaparan tentang usuliddianah. Dia menamakan buku ini dengan Usuluddin. Demikian juga Abdul Qahri Al-Baghdadi wafat 429 hijriya punya buku jurnalnya Usuluddin. Di antara istilah yang sama seperti Al-Fiqhul Akbar. Sebagian ulama menulis buku akidah dengan judul Al-Fiqh al-Akbar. Antaranya buku Al-Fiqh al-Akbar yang dinisbahkan kepada Limam Abu Hanifah. Meskipun para ulama menghilang apakah valid penisbatan tersebut kepada Limam Abu Hanifah. Ada yang mengatakan tidak valid karena perawinya bermasalah, dia datang dari tiga jalur. Ada yang mengatakan valid, hanya saja dalam sebagian lafalnya. Ada lafal-lafal yang aneh, seperti lafal-lafal yang digunakan oleh orang-orang filsafat padahal di zaman itu belum ada. Intinya... Hai dinisbahkan kepada Imam Abu Hanifah buku jurnal fiqhul Akbar fikir besar Hai untuk menunjukkan akidah juga adalah fikih tapi fikir besar adapun Fikih, hukum-hukum, fikul asgar. Demikian juga ada sebuah buku yang disebahkan kepada alimam syafi'i, judulnya al-fikul akbar, tentang akidah tapi penisibatannya tidak valid. Tapi penisibatannya tidak valid. Tapi intinya mereka mengistilahkan akidah dengan al-fikhu al-akbar, fikih besar. Sama dengan usuluddin. Baik, yang terakhir, sebagian ulama'menamakan, Hai eh menamakan kitab akidah dengan as-sunnah as-sunnah Kenapa mereka menamakan kita pakai dengan sunnah pada kita tahu sunnah itu mencakup akidah dan mencakup Perbuatan hukum-hukum. Semua yang dinisbahkan kepada Nabi namanya apa? Sunnah. Semua yang dinisbahkan kepada Nabi namanya apa? Sunnah. Dan ingat yang dinisbahkan kepada Nabi bukan masalah amalia. Bahkan masalah akidah juga. Nabi bicara tentang akidah atau tidak? Bicara tentang akidah. Tentang melihat Allah. Tentang Allah di atas. Tentang berbagai macam. Tentang takdir. Nabi juga berbicara. Tentang masalah akidah. Sehingga lafal sunnah itu mencakup. Fikih amali, keseharian seperti wudhu, sholat dan yang lain. Dan juga mencakup lebih utama, mencakup tentang keyakinan. Nah ketika para ulama menulis tentang buku akidah, mereka sering berjudul dengan as-sunnah, as-sunnah, as-sunnah. Kenapa? Untuk membedakan antara akidah ahlus sunnah atau akidah salaf dengan akidah ahlul bid'ah. Akidah jahmiah, mu'tazilah dan yang lainnya. Kenapa? Karena akidah yang ditulis oleh para ulama salaf dibangun di atas hadis nabi. Dibangun di atas hadis, nabi. Sementara akidah mereka dibangun di atas filsafat, akal. Setelah itu setelah akal mereka, mereka pastikan baru mereka memfilter hadis yang cocok diambil, yang gak ditolak atau ditakwil. Itu cara mereka. Jadi mereka akal dulu baru kemudian memfilter hadis-hadis. Akidah al-Sunnah? Nggak. Mereka dibangun di atas hadis-hadis Nabi, di atas Sunnah Nabi, maka mereka menamakan buku akidah mereka dengan as-Sunnah. Contohnya, Al-Humaydi. Al-Humaydi, gurunya Al-Imam al-Bukhari, yang wafat pada tahun 219 Hijri, punya buku judulnya Usul-Usunnah. Usul-Usunnah. Imam Ahmad yang wafat pada tahun 241 Hijri, punya buku juga judulnya Usul-Usunnah. Ada nama apa? As-Sunnah. Kemudian juga Ibnu Abi Shaibah punya buku judulnya adalah Sunnah. Abu Ali Hanbal bin Ishaq bin Hanbal punya buku judulnya As-Sunnah. Al-Barbahari punya buku Syahrus Sunnah. Al-Muzani punya buku judulnya Syahrus Sunnah. Maksudnya akidah. Sunnah itu maksudnya apa? Akidah. As-Sunnah Ibnu Abi Asim juga tentang masalah akidah. Judulnya As-Sunnah. Usul sunnah, karya Ibn Abi Zamanain, juga maksudnya akidah. Imam Abu Daud dalam bukunya Sunan Abi Daud, di tengah-tengah ada namanya kitab sunnah. Maksudnya kitab masalah apa? Akidah. Ini kenapa dinamakan akidah dengan sunnah? Karena akidah para ulama ahli sunnah wal jamaah dibangun di atas hadith. Bukan di atas akal. Sehingga nama ini untuk tembis, untuk membedakan. Maka munculah mungkin istilah zaman sekarang, Ustadz Sunnah. Maksudnya sekitar membedakan. Ada yang bilang, oh itu Ustadz Sunnah, kita Ustadz wajib. Bukan itu maksudnya. Ustadz Sunnah itu maksudnya Ustadz-nya berusaha berbicara di atas dengan delil, bukan dengan logika semata. Bukan untuk, tapi untuk pembedaan. Untuk apa? Pembedaan. Bukan untuk taskiah, tapi untuk... Pembedaan sebagaimana para ulama dahulu memulus buku-buku akhidat dengan judul apa? Asunnah. Paham? Ada istilah-istilah yang tidak pas. Misalnya mereka mengatakan akhidat disebut dengan ilmu filsafat. Misalnya. Ilmu filsafat. Ini istilah yang digunakan oleh sebagian ahli bidat. Mereka ilmu akidah, maksudnya belajar apa? Filsafat. Ini mungkin tidak pas. Atau mereka istilah dengan ilmul kalam. Ilmul kalam maksudnya tentang akidah, tentang bicara tentang Allah. Seperti ilmul kalam. Masalah pembahasan al-kalam. Maksudnya masalah tentang teologi, tapi dengan metode mereka. Ini istilah yang mungkin tidak pas, tapi digunakan. Digunakan ilmul kalam, maksudnya untuk pembahasan apa? Akidah. Ada lagi istilah mungkin ilmu metafisika. Contoh, ini juga maksudnya pembahasan di balik alam. Ini istilah digunakan oleh orang filsafat. Metafisika maksudnya mawaru al-alam, pembahasan tentang teologi, tentang Tuhan. Ini juga akhidah, tapi istilah yang mungkin kurang pas. Tapi istilah ini ada, digunakan oleh sebagian orang. Maksud mereka adalah membahas masalah akhidah. Baik, paham sampai sini? Yakin? Tanpa ada keraguan? Baik, kita lanjutkan. Ada pun pembahasan ilmu akhidah secara global. Apa sih yang dibahas dalam ilmu akhidah? Ilmu akhidah itu luas. Semua tentang masalah keyakinan. Disebut dengan ilmu apa? Akhidah. Yang inti, ini banyak sekali coret-coretnya ya. Ini inti, masalah keimanan adalah inti, perhatikan. Masalah keimanan, inilah inti. Baik, inti dari masalah akidah itu ini. Ini inti masalah akidah, masalah iman, rukun iman. Rukun iman inilah inti. inti akhidah karena itulah yang dibahas tentang masalah keimanan antuk minabillahi wa malaikatihi wa kutubi wa rasulihi wal yawmil akhir wa tu'minabil qadari khairi wa syarrihi engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-malaikatnya, kepada kitab-kitabnya, kepada para rasulnya kepada hari kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk. Itu inti dari pembahasan akhidat. Pembahasan akhidat tidak keluar daripada ini. Ya, kalau bukan bahas masalah tentang Allah, dengan berbagai macam pembahasan tentang tawhid rubia, uluhiyah, semua sifat. tentang masalah syirik dan yang lainnya itu ilmu akidah atau tentang malaikat malaikat nama-nama malaikat tugas-tugas malaikat ya yang bantahan terhadap orang menolak tentang adanya malaikat temannya ilmu akidah kitab-kitabnya terkait dengan kitab suci untuk diyakini bahwa kita pilih turun dari Allah Taurat Injil Zabur Alquran suhuf Musa suhuf Ibrahim ya Ini bahas tentang akidah. Tentang para rasul, rasul yang pertama, rasul kedua, dan seterusnya. Sampai rasul terakhir, ini masalah akidah. Kenapa? Karena kita meyakini dia utusan Tuhan. Tuhannya kita gak lihat. Tapi kita yakini dia utusan apa? Tuhan. Makin terkait dengan keyakinan. Ini pembahasan akidah. Hari akhir banyak pembahasan. Mulai dari ihtidar ketika akan meninggal. Dari sakratul maut. Ihtidar ketika malaikat akan mencabut nyawa. Kemudian kematian. Nyawa sudah dicabut. Berpindah ke alam barzah. Kemudian ada adab barzah. Ada nikmat barzah. Ada dhammatul qabr, kemudian setelah itu hari kebangkitan. Yawmul ba'ath dengan berbagai macam kejadian. Yawmul ba'ath kemudian dikumpulkan di padang mahsyar. Dan seterusnya, sidang, kemudian hisab, kemudian mizan, kemudian zulmah, kemudian sirat, kemudian surga atau neraka. Ini semua, yawmul akhir ini juga masalah keyakinan. Dibahas dalam akhidah. Kemudian masalah takdir. Takdir bahwasannya segala sesuatu terjadi sebelumnya sudah Allah. Allah tulis, sudah Allah catat, semua yang terjadi tidak ada yang meleset dari apa yang Allah catat. Karena itu kesempurnaan Tuhan. Tuhan menciptakan sesuatu dengan ilmunya sebelumnya, dicatat sebelumnya, kemudian terjadi sesuai dengan apa yang digariskan oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Ini semua sudah saya bahas panjang lebat dalam buku saya, Syarah Rinci Rukun Iman. Dua jilid ya. Ini pembahasan inti akhidat sebenarnya. Dan ini sebenarnya mudah. Sebenarnya mudah. Orang beriman tentang Allah ditauhidkan, tentang malaikat, tentang kitab-kitabnya Rasululah hari akhir. Takdir ini mudah. Namun kenapa buku akhidat menjadi tebal? Karena banyak penyimpangan. karena banyak apa? penyimpangan orang bebas berbicara, orang bebas mengomentari nah kita untuk mengajak orang kepada kemurnian akidah, tidak mudah karena banyak syubhat, ketika banyak syubhat maka ulama bikin kaedah-kaedah untuk menepis syubhat tersebut, jadilah pembahasan akidah panjang kita bawakan kepada al-Quran dan sunnah mereka enggak begitu maksudnya, maksudnya begini, masing-masing punya pemikiran sendiri-sendiri, masing-masing punya akal sendiri, masing-masing punya syubhat sendiri, akhirnya jadilah buku akidah menjadi tebal. Pada dasarnya pembahasan akhidat itu pembahasan yang sedikit. Seperti bukunya Syekh Uthaymin tentang nubzah fil akhidat. Tentang ringkasan akhidat. Sedikit. Seandainya seorang tidak mengenal syubha tidak pernah masuk dalam dunia internet untuk melihat syubha, cukup selesai. Dia belajar itu cukup selesai. Tapi karena syubha tidak bisa dihindari. Entah dia lihat langsung internet atau disampaikan sama temennya, maka terpaksa dia belajar. Karena syubat ini membuat dia ragu. Akhirnya yang tadinya kokoh bisa jadi apa? Ragu. Kalau udah ragu akhirnya sudah gak beres. Akhirnya sudah tidak? Tidak beres. Nah ini inti dari pembahasan masalah akhirnya. Intinya. Ini inti. Nah. Ada pun yang lain adalah pelengkap. Ini adalah pelengkap. Ini pelengkap pelengkap langsung. Ini pelengkap langsung. Pelengkap primer maksudnya. Kalau kita bahasanya. Kalau ini pelengkap sekunder. Atau tersiar. Baik. Ketika kita belajar hukum iman, mau tidak mau kita akan belajar tentang keutamaan sahabat. Contoh. Kenapa kita harus belajar keutamaan sahabat? Karena disana ada kelompok yang mengkafirkan sahabat. Sementara hadis-hadis yang sampai kepada kita melalui jalur para sahabat. Dan hadis-hadis tersebut hadis tentang akidah. Al-Quran sampai kepada kita juga melalui para sahabat. Kalau kita mengkafirkan sahabat saja, misalnya kita mengkafirkan Abu Hurairah RA, maka mungkin 5.000 hadis sudah hilang. Kalau dia kafir periwetannya kita tolak semuanya. 5000 hadis hilang berarti akidah sudah banyak hilang. Kalau kita mengkafirkan Aisyah radiyallahu anha, seperti orang Rafidah, tambah lagi. Abu Rura gak cukup, tambah Aisyah. Kafir lagi ribuan hadis juga, hilang. Kalau kita kafirkan lagi Anas bin Malik, tambah lagi, hilang. Kalau kita kafirkan Abdullah bin Abdulaz, tambah lagi, hilang. Minal Muksirin, termasuk para sahabat yang banyak mendapatkan hadis, diantaranya Abu Hurairah, diantaranya Anas bin Malik, diantaranya Aisyah radiyallahu anha. Kalau ini semua kafir, hadis hilang semua. Terus hadisnya mana? Hadis Ahlul Bayt. Hadis riwayat Ali. Coba kumpulkan hadis Ali yang sohih. Cuma sedikit. Hasan Hussein yang sohih. Cuma sedikit. Tidak bisa membentuk akidah. Paham? Dan Rasulullah tidak pernah membatasi akidah pada Ahlul Bayt saja. Buktinya apa? Buktinya Nabi mengirim Mu'ad bin Jabal yang bukan Ahlul Bayt dikirim ke Yaman untuk berdakwah akidah. Ya atau tidak? Kata Rasulullah s.a.w. kepada Mu'ad, إِنَّكَ تَأْتِي كَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ Kau akan mendatangi ahlul kitab, dakwahi mereka. فَلْيَكُنْ أَوَّلًا مَتَدُومْ إِلَيْهِ شَهَادَةٌ أَلَّا إِلَهِ اللَّهِ Jadikanlah dakwamu pertama kali kepada mereka, yaitu syahadat la ilah ha'ilallah. Jadi tidak ada bahwasannya. Akidah hanya dibatasi oleh ahlul bayt. Tidak Rasulullah s.a.w. mengirim Mu'adh bin Jabal untuk dakwah tauhid. Rasulullah s.a.w. mengirim Abu Musya'la Asyari yang juga bukan ahlul bayt untuk berdakwah tauhid di Yemen. Dan para sahabat bertebaran Ibn Mas'ud ke Kufah mendakwakan tauhid. Di mana-mana, bukan ahlul bayt. Sehingga mau tidak mau kita bahas masalah sahabat apa di Mfiz sahabat. Apa syubat-syubat mengkafirkan sahabat? Ini pembahasan akhidat akhirnya. Dimasukkan dalam pembahasan apa? Akhidat. Pada dasarnya bukan. Contoh juga, Kutaman Al-Hulbayt. Al-Hulbayt, kita bahas juga. Al-Hulbayt itu siapa? Kutamannya bagaimana? Karena ada kelompok-kelompok yang gulu terhadap Al-Hulbayt. Dan ada yang mengkafirkan Al-Hulbayt. Atau memusuhi Al-Hulbayt. Seperti misalnya orang-orang Rafidah yang gulu berlebihan. ekstrim kecintaannya kepada Ahlul Bayt sampai akhirnya mengatakan sebagai Ahlul Bayt imam-imam mereka ma'asum, imam-imam mereka ma'asum, imam 12 mereka ma'asum, Ali bin Abi Talib ma'asum, Hasan ma'asum, Hussein ma'asum, Ali Zainal Abidin ma'asum, Muhammad Al-Bakir ma'asum, Jafar As-Sadiq ma'asum, terus sampai imam mereka ma'asum. Kalau sudah ma'asum, kalau kita yang ma'asum cuma siapa Nabi? Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam. Kalau sudah ma'asum, maka seluruh perkataan mereka adalah dalil. Seluruh mereka Fatimah maksum karena putri Nabi. Maka seluruh perkataan mereka dalil, semua perbuatan mereka adalah argumentasi, hujah. Kalau begitu kedudukan perbuatan dan perkataan mereka sama seperti perbuatan dan perkataan Nabi SAW. Karena boleh dijadikan apa? Hujah. Karena gak mungkin salah berarti dalil. Kalau mereka maksum, berarti semua perkataan mereka adalah dalil. Semua perbuatan mereka adalah dalil. Sebagaimana yang diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW. Ketika kita mengatakan seorang maksum, sungguhnya kita menuduhkan dia sama dengan Nabi. Persis dalam masalah tashriq, dalam masalah pensyariatan. Hanya saja ini kita namakan wali, ini satunya kita namakan Nabi. Namun secara tashriq, pembuatan syariat sama. Tidak ada bedanya. Karena sama-sama apa, Mak? Maksum. Apalagi kalau mengatakan wali-wali yang maksum ini bisa mengkhususkan hadis Nabi. Lebih repot lagi. Bisa mengkhususkan hadis nafsi atau bisa memansuhkan hadis Nabi lebih repot lagi. Sehingga kalah akhirnya hadis Nabi dengan hadis-hadis yang datang belakang. Oleh karena orang Rafidah ketika mereka berbicara tentang hadis, bukan cuma hadis Nabi Muhammad SAW saja. Ada hadis Muhammad Al-Baqir RA, ada hadis Abu Abdullah Ja'far As-Sadiq RA, ada hadis-hadis imam. Hadis-hadis imam yang mereka juga jadikan sebagai dalil. Jadi bukan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW saja. Sehingga akhirnya kita membahas tentang Alul Bayt. Di antara dalil bahwasannya Alul Bayt tidak maksum, contoh seringan yang pernah kita sampaikan dalam sejarah Abu Bakar As-Siddiq RA. Bukankah ketika Rasulullah SAW meninggal dunia, kemudian Fatimah RA, wanita yang sangat mulia yang dijamin masuk surga. Oleh ayahnya Rasulullah SAW. Datang kepada Abu Bakar minta harta warisan. Ya tidak. Sudah kita sampaikan belum? Sudah. Fatimah datang minta harta warisan kepada siapa? Kepada Abu Bakar. Sementara Abu Bakar ada hadis yang sampai kepada dia. Rasulullah SAW pernah bersabda. Nah nu ma'asyar al-ambiyak. Lam nu ras ma taraknahu sodaqah. Kami para nabi tidak ada harta warisan. Apa yang kami tinggalkan semuanya menjadi apa? Sedaqah. Maka disini yang salah Abu Bakar atau Fatimah? Fatimah. Dia tidak tahu ada hadis dari bapaknya. Sallallahu alaihi wasallam. Abu Bakar bingung menghadapi masalah ini. Tapi Abu Bakar tetap berpengertegu dengan hadis Nabi sallallahu alaihi wasallam. Maksud saya ini contoh nyata bosnya Fatimah tidak maksum. Ada ilmu yang dia tidak tahu. Sehingga dia meminta harta warisan padahal tidak ada harta warisan. Beda dengan istri-istri nabi. Istri-istri nabi yang lain tidak ada yang minta harta warisan karena mereka tahu hadis tersebut. Fatima ada uzur karena dia tidak tahu. Istri-istri nabi tahu dia tidak ada yang minta harta warisan. Padahal harta warisan bukan cuma untuk anak tapi juga untuk istri-istri. Ya atau tidak? Tapi kita lanjutkan di antara... Kenapa dibahas Ahlul Bayt? Karena ada orang yang berlebihan kepada Ahlul Bayt. Di samping itu ada juga Nawasib yang membenci Ahlul Bayt. Bangga ketika membunuh Ali bin Abi Talib seperti Abdulmanir Mujjam. Dia bantah, bangga ketika membunuh Ali bin Abi Talib. Maka perlu dibahas, ini masalah akidah. Pelengkap dari masalah keimanan. Contoh seperti mu'amalah terhadap penguasa yang zalim. Ini juga bahasan akidah. Di sana ada kelompok mengkafirkan penguasa ketika melakukan dosa besar. mengkafirkan sehingga wajib untuk berontak. Sebaliknya, tidak mengkafirkan penguasa, tapi wajib untuk memberontak. Ahlus Sunnah di tengah-tengah mengatakan tidak wajib untuk berontak. Apa? Kalau suruh maksiat, jangan ikuti. Tapi jangan memberontak. Kalau suruh ketaatan, kita wajib untuk menjalankan. Tapi tidak boleh memberontak karena hadis-hadis Nabi begitu banyak melarang terjadinya pemberontakan sehingga akan menimbulkan pertumpahan darah. Maka dibahas dalam masalah akhidah. Contoh lagi masalah akhlak mulia. Sebagian buku akhidah menyantumkan tentang masalah akhlak yang mulia. Saya sebutkan dalam akhidah wasitiyah. Di antaranya seperti al-Muzani menyebutkan masalah akhlak. Akhidah wasitiyah sendiri menyebutkan masalah akhlak. Karena akhlak adalah konsekuensi dari keimanan. Contoh juga dibahas masalah fikir seperti masalah al-masfu alal khuffain bahwasannya bolehnya mengusap ketika wudhu, bolehnya mengusap khuf tanpa harus membuka khuf sepatu diusap tanpa harus dibuka sepatu Sebagai masalah, ini masalah fikih sebenarnya Tapi kenapa ini masalah akidah? Untuk membedakan antara al-sunnah dengan Rafidah misalnya, karena Rafidah Menolak fikih tersebut, padahal Hadis tentang al-Mas'ud al-Khufayn Diriwayatkan lebih dari 50 sahabat, mutawatir Sehingga tidak diragukan lagi, ini perkataan Nabi, ketika kamu tidak Mengamalkan, kamu tidak berakidah tentang Masalah ini, ini sebenarnya masalah fikih, tapi Saking banyak yang meriwayatkan Dekarangan sahabat, sekitar Hai 50 sahabat lebih kalau jangan lewat depan ya ada penemuan di belakang kamera bagi yang lain semuanya ya kalau ada yang mau lewat depan lewat belakang apa kamera biar tidak mengganggu penonton di YouTube dan apa Facebook sekedar pemberitahuan Jadi dibahas karena terlalu banyak sahabat yang meriwayatkan tentang al-Mas'u al-Khufain. Sehingga sampai pada derajat yakin mutawatir. Kalau ada yang mengingkari, seakan-akan dia mengingkari suatu keyakinan. Padahal ini masalah fikir sebenarnya. Tapi dibahas ala masalah akidah karena ada keterkaitan dengan keimanan. Dengan perkataan Rasulullah SAW. Ini namanya. Pelengkap-pelengkap, tapi dia pelengkap-pelengkap primer, terkait langsung dengan masalah keimanan. Selanjutnya ada masalah pelengkap sekunder, insya Allah kita lanjutkan pada pertemuan berikutnya. Insya Allah. Tapi demikian saja. Subhanakallah bihamdik. Asyadu alaihi lantai. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.