Terima kasih. Jangan lupa like, share, dan subscribe channel ini. Hadirin, disilahkan duduk kembali. Acara selanjutnya adalah sambutan dan pembukaan acara oleh Dekan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro yang akan diwakili oleh Ketua Departemen Pertanian. Kepada Dr. Heni Rizkiati, SPT MSI, disilahkan.
Terima kasih Mbak Bintang selaku MC. Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat pagi, salam sejahtera untuk kita semua. Yang terhormat, Ketua Program Studi S1 Agro-Eco-Teknologi, Insinyur Karno MAPBL-SJ-PhD, yang kami hormati, pembicara dalam kuliah dosen tamu pada pagi hari ini, Profesor Insinyur Lukas Susanto MS-PhD, dan Profesor Insinyur Y. Andi Trisiono. MSC-PSD, yang kami hormati moderator acara kuliah dosen tamu, Prof. Dr. Ingenieur Saiful Anwar MSC, yang kami hormati seluruh dosen di program studi agroekoteknologi yang hadir pada acara kuliah dosen tamu pagi hari ini, dan yang kami cintai serta kami banggakan seluruh mahasiswa program studi S1A. kru ekotenologi yang sudah bergabung untuk mengikuti kuliah dosen tamu secara virtual. Alhamdulillah, puji syukur, marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunianya kita masih diberikan kesempatan untuk bertemu secara virtual dalam acara kuliah dosen tamu dengan tema smart farming.
Peran monitoring dan deteksi dini dalam pengelolaan hama dan penyakit tumbuhan. Sebelum kuliah dosen tamu ini dimulai, izinkan kami menyampaikan permohonan maaf dari Bapak Dekan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Prof. Dr. Ingeniur Bambang Waluyo Eko Hadi Prasetyono MS MAGRIPU, karena beliau berhalangan hadir untuk memberikan sambutan dan juga membuka acara kuliah dosen tamu pada pagi hari ini sehubungan dengan agenda rapat dinas di universitas. Sehingga beliau menugaskan saya untuk mewakili membuka acara pada hari ini.
Adik-adik mahasiswa yang saya cintai, yang saya sayangi, untuk kuliah dosen tamu diselenggarakan itu kan bertujuan untuk memperluas pengetahuan, memperluas wawasan bagi adik-adik mahasiswa terkait tema tertentu yang diusung. Dan hari ini temanya adalah terkait bagaimana cara monitoring dan deteksi dini dalam pengelolaan hama dan penyakit tumbuhan. Dan Panitia... sudah mendatangkan pembicara yang sangat kompeten. Terima kasih sebesar-besarnya kami aturkan kepada kedua pembicara yang sudah meluangkan waktunya untuk memberikan tambahan wawasan kepada adik-adik mahasiswa program studi agroekoteknologi.
Ada Prof. Ingenieur Lucas Susanto MSPSD, beliau adalah guru besar di bidang ilmu penyakit tumbuhan fakultas pertanian. Pertanian Universitas Jenderal Sudirman dan nanti siang dilanjutkan dengan pembicaraan yang kedua adalah Prof. Ingeniur Ye Andi Triyono MSc-PSD. Beliau guru besar bidang ilmu hama tanaman dari Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada.
Matur Suwun sudah berkenan bergabung di acara kuliah dosen tamu program studi S1 Agroekosnologi. Kami ucapkan terima kasih juga kepada Prof Saiful, diselak-selak kesibukannya Prof, yang biasanya Prof Saiful banyak kegiatan, levelnya sudah nasional, tapi Alhamdulillah masih menyediakan waktu untuk mengawal kegiatan kuliah dosen tamu ini. Tema peran monitoring dan deteksi dini dalam pengelolaan hama dan penyakit tumbuhan ini sangat Sangat menarik, menurut saya. Saya kan dari teknologi pangan, jadi sebenarnya kurang begitu mengikuti jenis hama dan penyakit yang ada di tanaman dan tumbuhan. Tapi menurut saya ini sangat penting.
Sekarang kan sedang booming kembali untuk tanaman-tanaman hias. Jadi sudah banyak sekali orang-orang yang tadinya kurang peduli dengan tanaman hias dan lain-lain, mungkin juga dengan tanaman buah. Sekarang sudah mulai booming kembali, galak kembali.
Trend dulu sekitar tahun 2006, kalau tidak salah 2006-2007 itu juga ada booming tanaman, gelombang cinta, terus apalagi aglonima dan lain-lain itu harganya jutaan, puluhan juta. Sekarang bahkan lebih hebat lagi, harganya 100 juta lebih, ada apa sih namanya itu yang bolong-bolong, janda bolong atau apa, itu juga harganya mahal. Kadang-kadang para pencipta...
tanaman yang baru mulai kurang begitu paham. Ternyata tanaman-tanaman tertentu memang mudah diserang hama dan penyakit. Ini untuk adik-adik dari program studi S1 Agroekoteknologi mendapatkan materi ini sangat menarik.
Nanti bisa mungkin menginspirasi bagi adik-adik untuk kemudian nanti menemukan ada permasalahan yang kemudian bisa menimbulkan suatu tema. tema penelitian, tema penelitian yang terkait dengan hama dan penyakit, kemudian juga nanti bisa dibuat suatu proposal penelitian, diajukan ke kegiatan-kegiatan yang mendapatkan pendanaan, ada PKM, PKM Research, kemudian nanti ada pendanaan dari Tanoto, dari LBDP, dari sini setelah mendapatkan materi-materi yang menarik nanti dari Prof. Lukas dan Prof. Andi, harapannya adik-adik mahasiswa bersemangat untuk menyusun proposal. Selain itu... Bisa juga dari tema ini nanti diangkat untuk pengembangan kewirausahaan. Jadi adik-adik mahasiswa untuk berbisnis tidak usah menunggu sampai lulus.
Selama menjadi mahasiswa bisa waktu luangnya diisi juga untuk berwirausaha, berbisnis terkait bagaimana pengembangan tanaman-tanaman hias, atau tanaman perkebunan, atau tanaman buah, dan lain-lain. Kemudian, Nanti ada juga misalnya... Setelah ini tertarik untuk membuat suatu proposal pengabdian masyarakat, nanti didampingi dosen dari agro-ekoteknologi, bagaimana mendampingi petani-petani di desa terkait tema yang disampaikan hari ini, peran monitoring dan deteksi dini dalam pengelolaan hama dan penyakit itu seperti apa. Nah ini kan bisa dilakukan pendampingan-pendampingan.
Adik-adik mahasiswa banyak juga pendanaan untuk kegiatan pengabdian. Ada kegiatan wira desa, ada kegiatan PHB 2D. Selain untuk penelitian juga ada PKM RE, kemudian ada Tanoto Foundation LPDP.
Untuk kegiatan wira usahaan juga banyak sekali pendanaan yang bisa adik-adik dapatkan. Ada pendanaan dari PMW itu sekitar 10 sampai 15 juta, lumayan. Kemudian nanti ada kompetisi.
Bisnis mahasiswa Indonesia itu pendanaan dari kementerian, pendananya sampai 25 juta. Demikian juga ada akselerasi startup mahasiswa Indonesia. Nah ini semua bisa dimanfaatkan untuk adik-adik mulai berbisnis atau berwirausaha di bidang pertanian, tanaman, tumbuhan.
Dari saya mungkin itu, terima kasih saya ucapkan untuk segenap panitia. dua serikan di AgroEco, ini ada Mbak Oji, ada Mbak Bintang. Terima kasih sudah memfasilitasi terselenggaranya acara kuliah dosen tamu.
Dan akhirnya dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim dan atas izin dari Bapak, Ibu, serta adik-adik semua. Kuliah dosen tamu dengan tema peran monitoring dan deteksi dini dalam pengelolaan hama dan penyakit tumbuhan secara resmi dinyatakan di buku. Selamat mengikuti kuliah dosen tamu Semoga bermanfaat dan Menginspirasi adik-adik semua Kurang lebihnya mohon maaf Saya tutup, saya akhiri Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Terima kasih Waktu saya kembalikan ke Mbak Bintang Moga Mbak Bintang Terima kasih kepada Dr. Henry Skiati, SPT MSI, selaku Ketua Departemen Pertanian, Akupas Keternakan dan Pertanian Universitas Jeponegoro. Hadirin yang berbahagia, memasuki acara inti yakni kuliah dosen tamu yang akan dipimpin oleh moderator Prof. Dr. Insinyur Syaiful Anwar, MSI.
Kepada Prof. Dr. Insinyur Syaiful Anwar, MSI, waktu dan layar disilahkan. Baik, terima kasih Mbak Bintang, rekan-rekan sekalian, para kolega. Selamat pagi, salam sejahtera, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Suara saya terdengar Mbak Bintang? Terdengar Prof. Terdengar sangat jelas Prof. Terdengar Prof. Oke, sebelum saya serahkan ke Prof. Rukas, ini... Terima kasih pada kehadiran adik-adik semuanya di dalam kuliah umum dosen ini.
Tidak hanya dihadiri oleh mahasiswa agro, tetapi juga ada yang saya lihat ada satu alumni. Alumni agro kita, beberapa alumni, ada Mas Agam, ada Erin, ada Danang, ada cukup banyak. Kemudian ada juga dari Dinas Perkebunan ini.
Mungkin nanti ini karena memang sudah di-share, mungkin nanti disampaikan tidak hanya masalah kuliah umum, mungkin nanti praktik-praktiknya kepada Prof. Lukas dalam rangka pengolahan yang smart farming ini nanti. Nah sebelum saya sampaikan, mungkin sedikit saya akan coba memberikan semacam data ringkas gitu ya. produk kas ini, mudah-mudahan ini bisa dilihat.
Adik-adik sekalian, ini sebenarnya satu di pagi ini, ini kita akan lebih fokus kepada masalah penyakit tumbuhan. Memang temanya adalah smart farming, terutama dalam subtema monitoring dan deteksi dini. Kemudian yang pagi ini akan disampaikan oleh pro-lukas untuk penyakit.
Sedikit mungkin gambaran daripada gambaran daripada, maaf ini agak ini. Jadi kalau kita Ini kok nggak jalan ini ya. Mbak Bintang, terlihat tidak ini share saya?
Menurut saya, prof saya itu belum terlihat. Berarti ada masalah. Atau mungkin mau dibantu oleh adik-adik. Ya, artinya untuk memberi gambaran saja tentang masalah yang... Terima kasih.
Ya mohon maaf hadirin sekalian sepertinya ada sedikit kendala teknis oleh Prof. Syaiful. Mohon untuk dipinggu sebentar ya. Hai J baik nampaknya ada kendala dengan profsifo ini kendalanya mungkin device-nya mungkin jaringan internetnya tadi sempat hilang sambil ah menunggu profsifo untuk kembali mungkin untuk apa background Hai Prof. Lukas Susanto, mungkin nanti bisa di-share lewat peruangan ini, nanti bisa ditambahkan, yang jelas Prof. Lukas itu dari ekspertisnya di bidang penyakit tumbuhan dari Fakultas Pertanian, unsur dari...
Baik, saya kira... Ini menarik, nanti yang pagi ini dari Prof Lukas ini masalah penyakit, nanti yang siangnya Prof Andi masalah hama. Jadi hama dan penyakit akan saling melengkapi. Baik, saya kira kita langsung saja.
Jadi Prof Lukas akan menyampaikan untuk materi ini. Kemudian nanti akan kita lanjutkan dengan... diskusi. Jadi saya kira kita bisa dimulai pada Prof. Luka Susanto, dipersilakan untuk menyampaikan materi ini, nanti akan kita lanjutkan dengan diskusi, dengan semua audien yang bergabung di kuliah dosen tamu ini.
Prof. Lukas bisa dimulai untuk menyampaikan materinya. Baik. Terima kasih kesempatan yang diberikan oleh Bapak Moderator. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. berbagi pengalaman, berbagi ilmu di dalam kesempatan ini.
Yang terhormat dekan dan peserta jajaran dari Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Jepunogoro dan Ketua Departemen Pertanian berserta Ketua Prodi Agro-Eco-Teknologi Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Jepunogoro beserta seluruh staff dosen yang saya hormati dan terima kasih banyak untuk kesempatan yang diberikan. dan undangan ini, serta kepada para mahasiswa yang saya banggakan. Terima kasih juga untuk kehadirannya, karena permasalahan hama penyakit itu selalu ada.
Selama kita masih membutuhkan makan, selama kita masih membutuhkan papan rumah, selama kita masih membutuhkan pakaian, selalu ada hama penyakit tanaman. Jadi tidak usah khawatir soal pekerjaan nanti, karena selalu ada. Ijinkan saya untuk share screen di sini. Apakah sudah nampak?
Mudah-mudahan sudah terlihat screen-nya. Apa yang akan saya sampaikan tentang peran monitoring atau pemantauan dan deteksi dini dalam pengelolaan penyakit tumbuhan sesuai bidang saya di penyakit tumbuhan. Nanti kepada Prof. Andi yang bidang hama.
Kita tahu bahwa dasarnya adalah penyakit tanaman. Saya kira kita harus membedakan istilah tanaman dan tumbuhan. Kalau tanaman itu adalah...
yang dibudidayakan, tumbuhan itu termasuk juga yang umum, yang tidak dibudidayakan, misalnya di hutan, tanaman hutan. Jadi kami, saya menggunakan istilah tanaman karena banyak yang dibudidayakan yang bermasalah tentang hama dan penyakit, khususnya penyakit. Jadi, tanaman selalu terganggu oleh masalah ini, baik itu tanaman di lapangan, apalagi juga tanaman di rumah kaca, dan beberapa...
tanaman di rumah, di depot, yang tadi disampaikan oleh ketua departemen ini, itu sedang booming sekarang. Semua pasti akan dijumpai. Kalau adik-adik mahasiswa dan kita semua berkunjung ke nursery, atau berkunjung ke lapangan, atau berkunjung ke kios-kios penjual tanaman hias, pasti akan banyak, akan ditemukan masalah penyakit tanaman.
Dan penyakit tanaman... umumnya sangat sukar untuk dideteksi dini, sangat sukar untuk diatasi, beda dengan hama. Karena penyakit itu tidak nampak penyebabnya.
Hama itu nampak. Dan gejalannya, jadi ini membantu adik-adik mahasiswa, khususnya nanti kalau ke lapangan atau ke pengabdian masyarakat, ke petani, jelaskan dulu perbedaan hama dan penyakit, supaya mereka tidak menganggap penyakit itu sebagai hama. Seringnya dianggap penyakit itu sebagai hama di lapangan. Nah perbedaannya ada dua.
Yang pertama penyebabnya. Kalau penyakit tanaman penyembuhannya tidak bisa dilihat mata. Harus dengan alat. Sedangkan kalau hama tanaman dapat dilihat dengan mata. Misalnya trips, tungau, afit, atau belalang.
Kalau penyakit tidak, misalnya bakteri, jamur, virus itu tidak bisa dilihat. Kemudian yang kedua gejalanya. Kalau gejala penyakit itu menurunkan kualitas, sedangkan hama menurunkan kuantitas. Hama, daun yang kena hama itu akan sobek, akan berlubang. Berarti jumlah satuannya berkurang.
Tapi penyakit tidak. Umumnya berubah warna. Dari hijau, ada bercak coklat, ada kuning, kemudian tanaman layu, itu utuh jumlahnya.
Umumnya itu. Jadi itu bedanya dua itu. Kalau petani itu dapat membedakan tanamannya yang bermasalah itu akan bisa menentukan itu hama atau penyakit. Karena nanti akan terkait dengan bagaimana cara mengatasinya, cara mengelolanya. Penyakit tanaman menyebabkan perubahan banyak ke arah perubahan fisiologi.
Baik itu ke arah strukturnya, ke arah pertumbuhannya. Jadi daunnya mengecil, berkerut. misalnya kalau kena virus atau pertumbuhannya kerdil.
virus gerdil rumput karena ditularkan oleh mereng misalnya. Atau fungsinya berubah. Kartadainya dapat lancar, akhirnya terhambat. Karena diblok oleh jamur misalnya. Dan aktivitas normal tanaman lainnya.
Fotosintesis berkurang karena daunnya yang hijau berubah menjadi kuning. Sehingga... Aktivitas fotositesisnya berkurang. Aktivitas respirasinya juga bisa bertambah, bisa naik. Karena adanya jamur yang menginfeksi produk pasar panen misalnya.
Jadi gangguan semuanya itu akan mengubah fungsi vital tanaman. Tanaman tidak dapat tumbuh dengan sempurna. Tanaman tidak dapat tumbuh dengan sehat.
Dan dampaknya adalah ke arah produksi nanti. Ini. Kemudian, Penyakit tanaman juga secara nyata di seluruh dunia itu membahayakan, baik itu tanaman pertanian atau tanaman hutan. Data dari FAO tahun 2021 menyebutkan sekitar 20-40% produksi tanaman itu hilang setiap tahun karena hama dan penyakit.
Dan ini tidak saja terjadi begitu saja pada tanaman tertentu. Tapi di seluruh tanaman, misalnya pada tanaman pangan, belum lagi tanaman hortikultura, belum lagi tanaman perkebunan, semuanya akan kena. Bahkan kita semua sudah tahu peran penyakit tanaman di dalam mengurangi populasi dunia karena kelaparan.
Ingat sejarah Fitoktora pada kentang, di mana sepertiga penduduk Irlandia meninggal, sepertiga mengungsi ke Amerika. Dan hanya sepertiga yang hidup di sana. Kemudian bagaimana peran kelaparan yang terjadi karena penyakit dulu dikatakan bercak coklat.
Karena Helminthosporium orise yang sekarang berubah menjadi Dreslera orise. Untuk padi di Bangladesh. Kelaparan. Yang akhir-akhir ini kita juga mengingat penyakit kudis pada Ubi Jalar. di Papua, penduduk Papua kelaparan karena batatas atau ubi jalar itu sebagai makanan pokok di sana.
Jadi banyak kasus seperti itu. Belum lagi yang kita amati di sekitar kita masing-masing. Belum lagi penyakit juga dapat mengubah kebijakan pemerintah. Ingat sejarah kultur stelsel yang zaman Belanda dulu. yang menetapkan tanaman kopi di ketinggian di atas 1000 meter adalah kopi Arabica, kemudian di bawah 1000 meter dari permukaan adalah kopi Robusta.
Tapi dulu tidak seperti itu, karena kopi Arabica lebih enak, lebih nikmat. Sehingga diubah agara-gara karat daun kopi. Diubah berapa besar biaya untuk mengubah tanaman itu. Dan masih banyak yang lain soal itu. Jadi penyakit tanaman dapat menurunkan kualitas dan kuantitas.
Tadi jelas, kualitasnya itu berkurang. Kalau pergi ke pasar atau pergi ke supermarket, beli buah, beli sayur yang ada gejala penyakitnya, pasti tidak akan laku. Belum lagi menurunkan, kuantitasnya berkurang. Di lapangan yang kena penyakit tertentu, tanamannya... akan berkurang jumlah produksi atau produk yang dihasilkan.
Yang penting adalah deposit untuk tanam pertanaman berikutnya. Ingat akan siklus atau daur hidup dari patogen. Kalau patogen tular tanah, itu pasti daur hidupnya akan tunggal, mono. Tapi patogen yang tular udara bisa berkali-kali.
Yang tular tanah inilah yang akan dapat menjadi... bisa menetap di dalam tanah dalam jangka waktu lama dan dapat menjadi penyebab pada tanaman berikutnya. Meskipun sudah dirotasi, fusarium itu mampu bertahan di dalam tanah tanpa ada tanaman inang lebih dari 10 tahun dengan kedalaman paling dalam 50 cm di bawah perungkaan tanah. Kalau sudah seperti itu, sukar untuk menghilangkan fusarium dari dalam tanah.
Meskipun sudah dirotasi, sudah diberokan, fusarium akan bisa bertahan karena mampu membentuk struktur tahan yang dikenal dengan nama plamidospora. Ini beberapa jamur tular tanah yang lain seperti sklerotium, risoktonia, itu mampu membentuk sklerotium yang bisa bertahan di dalam tanah. Kemudian juga menurunkan nilai estetika.
Tadi dikatakan Ibu Heni. Sekarang booming tanaman hias. Ketika ada tanaman hias yang terkena penyakit ada bercak, hilang estetikanya, hilang keindahannya. Apalagi juga kalau akan belanja dan sebagainya.
Kemudian yang jelas menurunkan pendapatan petani karena penyakit. Dan berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Ini dampak tidak langsung.
Atau dampak langsung juga bisa. Karena ada beberapa jamur. yang menghasilkan toksin yang terikut di dalam biji, misalnya pada jagung, pada kacang tanah, misalnya aflatoxin dari aspergillus flavus, itu bisa terikut dan bisa dimakan oleh manusia, karena kita tidak tahu.
Mungkin ada adik mahasiswa pernah makan kacang tanah yang tidak dikupas kulit arinya, kulit luarnya jelas dikupas, kulit arinya tidak dikupas, kemudian dimakan. Ada yang merasakan rasanya agak pahit. Kalau itu dikupas, kacang tanah warnanya putih tapi ada warna coklat atau warna kuning, apakah juga ikut termakan? Jangan-jangan itu adalah akibat toksin yang dihasilkan oleh aflatoxin.
Karena jamur Aspergillus clavus suka pada produk tanaman yang banyak mengandung lemak. Jadi kesehatan manusia terganggu. Belum lagi penggunaan pesticida kimia yang tidak beraturan. yang terus-menerus dipakai, itu juga dapat terikut di dalam produk tanaman. Dapat juga menjadi residu di tanah.
Dapat juga terikut di dalam darah petani. Padahal kita tahu, petani itu tidak pernah periksa atau tes di laboratorium tentang darah. Belum pernah ada. Meskipun...
Kalau ditanya apakah petani suatu saat atau suatu ketika pernah pusing tiba-tiba, keringat dingin keluar, pasti kalau ditanya seperti itu untuk petani padi atau petani yang sayur, pasti akan bilang iya. Dan itu adalah tanda-tanda keracunan pesticida. Belum lagi yang nampak jelas adanya alergi pada kulit, pada mata, kemudian adanya perubahan.
dan sebagainya. Ketika tahun sekitar 2006 atau 2004 itu, saya membantu petani ginseng di Dieng. Cerita mereka ketika mereka menyemprot, yang menyemprot ibu-ibu, bukan bapaknya.
Dan ada ibu yang juga sedang mengandung, ada ibu yang sedang menyusui. Dan itu pasti akan terikut di dalam air susu. Akan berpengaruh kepada kandungannya.
Banyak kasus. tentang kimia yang berpengaruh terhadap kesehatan manusia bahkan sampai cacat bayi yang dilahirkan. Ada yang bisa browsing di internet tentang itu.
Jadi banyak kasus ini. Belum lagi produk pertaniannya tidak laku dijual, khususnya produk perkebunan itu yang banyak diekspor. Kalau produk hortikultura atau pangan, jarang atau sedikit sekali yang diekspor. baru kemarin produk pangan jagung yang diekspor. Tapi produk perkebunan, ada kakao, kopi, minyak sawit, pala, dan cengkeh, itu diekspor.
Dan kalau ketahuan di dalamnya ada residu, ditolak. Yang terakhir sebelum pandemi, itu adalah teh dari Jawa Barat, itu ditolak di Inggris karena ada residu atroquinone, insektisida. Kalau sudah ditolak, mau dibawa pulang juga rugi.
Akhirnya dijual ke negara lain dengan harga murah dan tidak menutup, tidak cocok dengan modal yang dikeluarkan. Belum lagi yang lain. 2013 saya mendapatkan kata dari Direktur Perlindungan Perkebunan.
Itu banyak sekali komoditas Indonesia yang ditolak di berbagai negara karena banyak residu kimia di situ. Itu. Jadi kasus ini akan sangat... penting sekali kalau kita tidak mengerti tentang dasarnya. Ini kesehatan, tadi bahaya kelaparan, pengubah polusi, keperdagangan kepada industri berbasis pertanian.
Penyakit fusarium yang menyerang atau yang melanda pada tanaman pisang di Lampung. Menghilangkan tanaman pisang sebagai dasar pembuatan keripik pisang. Akhirnya keripik pisang tidak bisa berproduksi dengan normal, harus mendatangkan dari luar. Ini industri yang berbasis pertanian, belum lagi yang lain.
Jadi banyak itu. Ini beberapa contoh penyakit kisah kira tidak akan asing. Ini untuk tanaman hortikultura, ada penyakit karat kopi, lanas pada kentang, kemudian penyakit fusa layu panama, dan perkebunan nanti juga ada banyak.
Ini hanya contoh saja. Dan kita tahu bahwa perkembangan penyakit... itu ditasarkan pada segitiga penyakit atau limas penyakit dengan adanya waktu. Kalau sementara ini, tanaman budidaya itu banyak kasus karena lingkungannya sudah berubah, kemudian tanamannya juga diatur, sehingga akan banyak kasus seperti itu.
Beberapa penyakit virus, ini contohnya. Misalnya tobeco, mosaic virus, tanaman inangnya, gejalanya. dan beberapa sifat tambahan. Ini beberapa penyakit virus. Nanti bisa dibaca sendiri.
Kemudian beberapa penyakit karena bakteri. Ada Sedomonas Solanacearum, Rastonia, Santomonas, Erwinia, dan seterusnya. Kemudian penyakit karena jamur. Ada Vitoktora, Hemelia, Ustilago, dan banyak juga yang lain.
Banyak kasus itu. Semuanya itu sekarang di konsep untuk pengelolaan penyakitnya secara terpadu. Artinya memadukan semua cara yang sesuai, yang kompatibel, sejak dari pengelolaan tanah sampai panen, untuk mengendalikan itu. Dan kalau dilihat dari segitiga pengelolaan penyakit terpadu, pengendalian hayati, ini yang penting di bawah.
harus dijasari oleh pengendalian LTI. Artinya di sini penggunaan kimia tidak dilakukan di awal, tapi di akhir ini penggunaan kimia di sini. Dari sini kita akan melihat yang sisi sebelah kanan, pencegahan avoidance monitoring.
Ini penting perananya di dalam pengelolaan penyakit terpadu. Oleh karena itu, kita akan melihat bahwa monitoring atau pemantuan dan deteksi dini itu tidak bisa dipisahkan satu ke satu. Di mana ada kegiatan monitoring, pasti akan dilakukan juga dengan deteksi dini atau deteksi awal penyakit.
Nah, inilah dasar dari mengapa kita harus memantau, mengapa kita harus memonitor tanaman. Nanti kita akan melihat di situ. Jadi untuk ini diperlukan bekal yang cukup, bekal tentang pengenalan gejala.
Bekal tentang pengenalan lingkungan, entah itu curah hujan, tinggi tempat, dan macam-macam naungan. Ini dibutuhkan di situ untuk dapat kita memantau dan sekaligus mendeteksi penyakit apa dan berapa besar di situ. Untuk itu kita akan melihat sekarang ke arah monitoring atau pemantauan.
Saya lebih suka menggunakan kata... Bahasa Indonesia pemantauan Itu berasal dari suku bahasa Minang, Pantau Pantau itu bahasa Minang, bahasa daerah Minang Diangkat menjadi pengganti kata monitor Atau monitoring, pemantauan Kalau kelihatan lahan di sini, lahan pisang Ini kami ambil ketika dalam masa pandemi Saya diundang ke Cipanas untuk mendeteksi tentang penyakit layu fusarium di tanaman pisang Cavendish. Kalau kita melihat perkebunan seperti ini, memonitor dari atas, akan nampak bagaimana pertumbuhannya, akan nampak bagaimana masalah yang ada. Kalau diperhatikan ada gejala di sini, lubang-lubang. Kalau ini rata semua, tapi ada lubang di sini.
Berarti itu adalah kasus nanti akan dijumpai masalah di situ. Kita bisa memantau itu. Ini pisang Cavendish di situ.
Kemudian nenas yang kami ambil di Lampung, di Geri Giant Pineapple di sana. Kalau kita bisa melihat hamparan luas memantau, karena kita tidak menggunakan alat, misalnya drone untuk memantau, tapi kita biasa saja melihat dari kejauhan, maka kita akan dapat mencumpai permasalahan di situ. Dan permasalahan tidak hanya penyakit biotik, tapi juga penyakit abiotik.
Ini yang terjadi. Nah, pemantauan itu... adalah suatu cara, suatu proses untuk mengumpulkan data. Data tentang OPT, data tentang musuh alami, data tentang iklim, data tentang tanaman, data tentang semua aspek budidaya yang dilakukan dari petani atau pekebun atau yang mengelola pertanaman itu, kapan tanaman itu ditanam. lalu apa varitasnya, bagaimana pengolahan tanahnya, kemudian bagaimana pemubukannya, jenis bubuknya apa, kapan diberikan, kapan diulang.
Nah itu semuanya data itu dibutuhkan untuk mengambil keputusan kalau ada masalah di situ, keputusan pengendalian. Jadi cakupannya sangat luas, pemantauan. Tidak hanya data yang digunakan sebagai laporan, tapi juga... Data digunakan sebagai evaluasi dan perencanaan untuk proses atau kegiatan berikutnya. Ini yang harus dimengerti bahwa pemantuan itu sangat penting di sini.
Pemantuan juga akan memanfaatkan data peramalan cuaca, data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana. BNPP, itu juga bisa kita peroleh, misalnya soal perubahan iklim kemudian soal kebakaran hutan, mungkin hutan terbakar, tapi di samping hutan ada tanaman budidaya, nah data itu kita butuhkan di dalam pemantauan jadi ini adalah sesuatu dasar untuk dapat mengelola hama penyakit terpadu dengan efektif ini yang dilakukan untuk pemantauan. Jadi pemantauan punya peran penting untuk mendapatkan umpan balik.
Apa yang sudah dilakukan? Semua tanaman sudah ditanam. Kemudian kalau tidak dilakukan pemantauan, kita tidak akan dapat melihat apa yang dapat kita peroleh dari tanaman itu. Apakah tanamannya dapat tumbuh dengan sempurna, dapat tumbuh dengan sehat, apakah lingkungan tanaman juga tumbuh dengan sehat, tidak ada masalah, apakah dilakukan aktivitas atau tindakan budidaya yang lain, dan sebagainya. Nah kalau tidak ini menjadi umpan balik kita, oh harusnya seperti ini.
Ini pemantauan. Kemudian menentukan pengelolaan yang sesuai. Kalau sudah dipantau, kemudian ditemukan sesuatu masalah di lapangan.
kita lalu berpikir apa yang bisa dilakukan di situ. Nanti kaitannya dengan deteksi. Jadi teknik atau cara pengelolaan berdasarkan pemantauan itu yang diharapkan. Apakah cukup dicabut?
Apakah harus ditebang, dipangkas? Apakah harus dibenamkan ke dalam tanah atau dibakar? Atau cukup disemprot saja? Jadi pengelolaannya akan disesuaikan dengan hasil pemantauan.
Kemudian untuk mengidentifikasi masalah dan penghambat jelas. Ini jelas sekali. Kalau selama ini kita bekerja dengan tanaman, kita berharap tanamannya tumbuh subur, tumbuh sehat. Dan kita tidak ingin tanaman terkena masalah.
Bagaimana kita bisa tahu tanaman tidak terkena masalah? Harus dengan pemantauan. Di situ kita akan dapat mengidentifikasi, kenapa tanaman tidak tumbuh dengan sehat?
Mengapa daunnya mengecil? Mengapa daunnya berpercak kuning dari tepi? Tapi daunnya berpercak kuning dan ukurannya mengecil. Mengapa tanaman layu?
Ini masalahnya. Jadi bisa dilakukan identifikasi masalah. Dari situ kita akan dapat melakukan pengelolaannya nanti.
kemudian mengidentifikasi potensi keberhasilan. Kalau sudah ditanam seperti itu, kemudian kita lihat, oh ternyata nanti... diprediksi setelah panen 3 bulan atau sekian waktu akan dihasilkan produk sekian dengan melihat, dengan memantau kondisi tanaman. Jadi ini yang jelas. Kemudian berikutnya perannya adalah transformasi input ke output.
Apa yang sudah diberikan di tanaman? Berapa banyak pupuk yang sudah diberikan di tanah? atau di tanaman disemprotkan, berapa banyak tindakan lain, pesticida misalnya.
Lalu apa yang diharapkan hasilnya? Kita akan bisa memprediksi di situ. Kemudian mengukur perkembangan tanaman, jelas. Lalu mengukur tanggapan dan reaksi awal.
Ini yang nanti ke arah deteksi dini nanti, dan menentukan pembuatan keputusan. Pemantuan perannya sangat penting di situ. Dan pemantuan ini tidak hanya dilakukan untuk pertanian, tanaman, juga untuk kegiatan proses yang lain.
Jadi kalau saya ingat, kalau ikut mata kuliah dasar-dasar manajemen, itu ada lima prinsip seorang manajer harus tahu. Yang pertama, planning, perencanaan. Kemudian yang kedua, organizing, pengaturan tenaga kerja.
Yang ketiga adalah aktualisasi pelaksanaannya. Yang keempat ini adalah monitoring atau controlling. Jadi perlu dikontrol, perlu dimonitor, dipantau. Apapun pekerjaan, apapun kegiatan yang dilakukan, semuanya membutuhkan ini. Karena dengan ini akan dapat dilakukan pengambilan keputusan.
Mau lanjut atau tidak? Yang ini. Nah, pemantauan untuk penyakit tanaman dibedakan antara pemantauan penyakit tanaman karena patogen tular udara, nanti juga patogen tular tanah, dan beberapa...
Caranya ini untuk pemantauan patogen tular udara itu menggunakan banyak cara. Dapat juga kita memasang perangkap spora. Dapat juga kita memasang...
menempatkan media kalau kita akan mendapatkan seporah udara. Ini beberapa cara. Jadi banyak hal yang bisa dilakukan. Yang jelas dengan adanya cara untuk memantau, kita akan dapat menentukan bisa atau tidak tanaman ini diselamatkan. Dapat atau tidak masalah ini dihambat, tidak tersebar ke tempat lain.
Jadi kalau kita melihat tanaman terong, solanum melongena ini, kita akan dapat melihat ini kalau kena seperti ini, itu kira-kira panennya bagaimana ya? Seberapa besar panen yang dilakukan? Kita pantau tanamannya. Ini mungkin sudah terlambat karena tidak ada pemantauan sejak awal.
Tahu-tahu tanamannya sudah seperti ini, terkena virus komini. Gunakan juga cara untuk memantau penyakit daun dengan menggunakan skala. Skala itu macam-macam, ini hanya contoh saja.
Bagaimana kita dapat menentukan ini skor 1, skor 5, skor 2, dan seterusnya. Kita bisa menentukan itu. Untuk tiap penyakit itu akan berbeda.
Untuk tanaman juga sama akan berbeda. Ini juga sama, bisa dilihat untuk tanaman capek. Kalau sudah seperti ini, akan sangat sukar sekali untuk ditentukan mau dicabut atau mau terus dengan melihat atau mengukur tanaman yang ada di lapangan dengan kondisi yang seperti itu dari hasil pemantauan kita.
Untuk patogen tular tanah, ini harus ditentukan pertama. adalah tanamannya, kemudian patogennya, lalu tanahnya, dan lingkungan. Dari kondisi ini, tanaman kita sudah tahu.
Ternyata tanaman dikotil, katakanlah. Dan kita tahu bahwa tanaman dikotil itu lebih mudah terserang patogen tular tanah daripada tanaman monokotil. Makanya seringkali kalau... Masalahnya di lapangan itu karena patokin pilar tanah dan pada tanaman di gotel.
saran rotasi tanaman yang dilakukan adalah dengan tanaman monokotil, misalnya jagung. Kemudian patogennya, kita harus tahu. Tadi sudah saya sampaikan contoh, fusarium itu dapat hidup sampai kedalaman 50 cm di permukaan, dari bawah permukaan tanah.
Dan dapat bertahan lebih dari 10 tahun. Nah, ini yang harus dilakukan. Kemudian faktor tanah.
Tanah dengan kondisi tanah. jenis androsol dengan tanah lotosol atau potosol itu akan berbeda untuk kehidupan patogen di dalam tanah. Karena akan terkait dengan pH, akan terkait dengan kandungan nutrisi di dalam tanah.
Kita ingat kalau untuk jamur patogen itu lebih suka pada pH asam, pH rendah. Untuk bakteri suka pada pH tinggi. Kalau seperti itu kita akan sudah tahu kalau tanah androsol itu seperti apa.
Kalau tanah potosol itu seperti apa. Itu seperti apa? Itu akan tahu. Kemudian faktor lingkungan. Sekarang ini sedang musim hujan.
Saya tidak tahu di Semarang, tapi di Purwokerto sedang musim hujan. Dan kondisi hujan seperti ini akan memungkinkan patogen untuk berkembang. Baik itu patogen tular udara, dan lebih khusus patogen tular tanah. Lebih mudah menyebar tanaman jahe, gajah, yang ditanam di kemiringan. akan mudah sekali hancur karena satu saja tanaman jahe yang di ujung atas itu terkena bakteri Restonia solanacearum.
Karena hujan, bakteri akan tersebar, sehingga akan menyebabkan semua tanaman. Ini contoh dari pemantauan itu. Jadi di sini akan bisa dikelompokkan pemantauan itu menjadi tiga metode. Metode absolut.
metode relatif dan indeks populasi. Kita melihat tanaman pisang. Ketika melihat tanaman pisang, ada satu tanaman yang petubuhnya berbeda. Kemudian kita pantau itu, kita dekati. Nanti di deteksi awal, di deteksi dini, kita akan melihat apa yang terjadi dengan tanaman pisang seperti itu.
Kemudian pada tanaman bawang. Kalau gejalanya seperti ini, kita sudah akan bisa mendatangi, oh ini karena itu. Karena itu yang dimaksud, itu butuh pengalaman, butuh pengetahuan tambahan kita tentang apa saja yang terjadi pada tanaman bawang. Apa saja yang terjadi pada tanaman pisang dan tanaman lain. Kalau seperti ini mungkin karena fitur torak pada tanaman bawang.
Kemudian pada tanaman kentang. Kalau kita pantau seperti ini. Ini kenapa di pojok sebelah sini.
Beda dengan pertumbuhan tanaman yang lain. Kemudian pada tanaman bawang juga di dataran tinggi, karena menggunakan musa. Kalau dataran rendah jarang menggunakan musa.
Kaitannya dengan erosi. Kita pantau seperti ini. Nanti kita akan temukan lubang-lubang yang ini ada masalah.
Ini tanamannya kecil, beda dengan yang lain tanamannya segar. Ini bermasalah dari patogen tular tanah, bukan tular udara. Ini juga sama dari patogen tular tanah dengan masalahnya. Dan nenas, ketika dilihat ternyata ada yang berwarna coklat daunnya.
Ini juga patogen tular tanah. Metode absolut dari pemantauan tadi itu memperkirakan kepadatan populasi patogen sebagai tingkat per unit area tanaman. Jadi satu tanaman terkena berapa persen, gejala yang nimbun berapa persen dari patogen.
Kemudian kalau itu tular tanah, kita ambil sampel tanah, berapa kepadatan. di satu tanaman itu dengan luas tanaman tertentu. Ini yang terkenal. Jadi, penghitungannya itu bisa langsung ke tanaman, bisa langsung per baris tanaman, atau bisa langsung per area tanaman, per unit tanaman. Nanti pengambilan sampelnya dapat digunakan secara diagonal atau secara guruf W atau siksa.
Misalnya, ada keuntungan dari metode absolute ini, karena jangkauannya dapat luas. Dan kita dapat menentukan perilaku patogen dan efisiensi pengambilan sapel Prediksinya juga lebih mudah datanya Dengan melihat seperti itu maka kita dapat menentukan dengan kondisi cuaca tadi Kalau tidak ditangani pasti akan menyebar dengan cepat Nah ini dibutuhkan sumber daya manusianya Jadi kita harus tahu betul tentang sifat tanaman kita harus tahu betul tentang patogennya dan sebagainya. Ini metode absolut. Kemudian ke metode relatif.
Jadi perkiraan aktivitas populasi patogen per unit usaha atau waktu tidak diimbangi dengan unit area tanaman. Jadi beda dengan yang metode absolut tadi. Jadi lebih banyak data yang... dipakai atau banyak data yang diperoleh dengan metode aksol dibandingkan dengan metode relatif. Cuma ini lebih efisien karena hanya faktor biologis patogen dan faktor lingkungan ini yang dijadikan.
Jadi bagaimana patogen, kita sudah tahu kalau patogen bakteri akan lebih mudah menyebar melalui air, tanah dibandingkan patogen jamur. Selain itu, patogen bakteri juga punya sifat dan sebagainya yang bisa dilakukan. Jadi itu yang bisa dilakukan. Jadi ini yang membedakan.
Kemudian dengan indeks populasi, ini memperkirakan bagaimana patogen itu menginfeksi secara langsung dari populasi. Artinya... Berapa persen tanaman terseram, berapa persen terjadi pengguguran daun, buah rusak, dan sebagainya. Ini ke arah situ. Ini juga mudah diterapkan, tidak membutuhkan banyak reksa.
Bisa langsung melihat hasilnya. Nah, kaitannya dengan metode absolut tadi, ke arah pengambilan sampel tanah, ini merupakan kunci pemantauan. Kalau kita akan memanfaatkan patogen tular tanah. Jadi pengambilan sampel tanah harus tepat untuk patogen target.
Ingat bahwa patogen di dalam tanah itu beragam. Tetapi kalau kita dapat mengenali patogen yang kita harapkan, yang menjadi target kita, kita akan menentukan, oh ini ketika ditumbuhkan untuk... dengan metode TPC, Total Rate Counting, kita akan melihat, oh ini patogennya. Kemudian kita bisa menghitung dengan pengenceran berseri.
Oleh karena itu, pemilihan teknik pengambilan sampel untuk pengujian lapangan pertimbangan penting. Kalau kita akan menanam di lahan yang baru, sebaiknya tanah itu diambil sampel untuk diuji. Apakah di dalam tanah mengandung... patogen atau tidak.
Jadi ini tentang pengambilan sampel. Jadi pengambilan sampel dilakukan dengan banyak cara, dan biasanya sampelnya akan disatukan. Biasanya sampelnya, standarnya seperti huruf W, dari ujung, ujung, ujung, kemudian dihasilkan sampel.
Ini bagaimana pengambilan sampel ini dilakukan, baik untuk patogen jamur atau untuk nematoda. Kebanyakan menggunakan ini. Pengambilan sampel itu tergantung. Jadi bagaimana jarak yang minimum dari setiap tanaman, setiap sampel, kemudian bagaimana sifatnya untuk nematoda, bagaimana untuk deteksi jamur, kemudian...
bagaimana hubungannya dengan tanaman di atasnya, dan seterusnya. Memang yang paling ideal nanti pemeriksaannya adalah dengan menggunakan biologi molekuler. Tetapi dengan cara sederhana kita akan dapat menentukan apakah di dalam tanah mengandung atau terdapat sejumlah patogen tertentu. Dari hasil penelitian yang pernah saya lakukan, fusarium itu kalau... Jadi kami mendeteksi daerah yang endemis fusarium, itu setiap gram tanah itu sudah 1 konidium fusarium.
Jadi 1 konidium fusarium per gram tanah sudah dapat menyebabkan penyakit. Apalagi kalau per gram tanah dijumpai lebih dari 1 konidium. Misalnya itu. Jadi ini ke arah pengambilan sampel.
Nah hasil pemantuan... dapat ditentukan untuk setiap kombinasi. Jadi kita mengambil data dari hasil identifikasi dibandingkan dengan pustaka tentunya, kemudian baru kita tentukan jumlahnya dan jenis patogennya.
Data ini akan digunakan penting untuk pengelolaan tanaman, untuk mengimplementasikan PHT, data hasil pemantauan. Agar risiko atau dampak yang dihasilkan oleh masalah itu tidak besar. Tetapi dapat diatasi di sini. Sehingga ini yang mendorong adopsi PHT lebih besar oleh petani.
Hanya sayang, PHT sekarang tidak ada lagi SL-nya. Tidak ada sekolah lapang PHT. Yang ada adalah penerapan PHT. Karena dianggap petani sudah semua sekolah lapang.
Padahal ini hanya dilakukan... di tanaman pangan, khususnya padi. Belum di tanaman kedelai, belum di tanaman kacang tanah, apalagi di tanaman sayur.
Jadi ini yang mendorong PHT untuk terus dikembangkan di berbagai jenis komoditas. Nah, teknologi untuk pengelolaan patogen tular tanah itu menjadi yang utama terdepan. Karena kita ingat patogen tular tanah sukar untuk dikendalikan kalau tanahnya sudah terkena.
Seperti tadi saya sampaikan, patokin tular tanah dapat bertahan hidup di dalam tanah dalam waktu yang lama, meskipun tanahnya diberokan atau dikosongkan dari tanaman, atau dirotasi, tetap patokin tular tanah bisa dijumpai. Modernisasi. Pemantauan dengan menggunakan alat, misalnya drone, itu akan menjadi satu hal yang sangat penting sekarang ini.
Untuk bisa melihat dari atas daerah mana atau tempat mana dari suatu perkebunan yang luas bermasalah. Karena kalau ditetangi dari bawah akan sangat terkendala oleh jalan, oleh fluktuasi atau ketinggian tempat, dan sebagainya. Kemudian terkait dengan pertanian presisi, itu juga sama.
Hasil pemantauan akan dapat digunakan untuk dapat mengurangi input pupuk, input pesticida kimia, dan akan menempatkan pupuk dan pesticida kimia pada takaran dan pada ukuran yang pas, namanya presisi, akurat. Sehingga hasilnya akan tetap dapat dipertahankan. Kemudian...
remote sensing, penginderaan jarak jauh juga dapat dilakukan untuk memantauan. Tetapi biasanya ini akan dilakukan untuk pertunan yang sangat luas. Misalnya kelapa sawit. Ini akan dilakukan dengan cara ini. Kalau hanya sekedar padi, hanya sekedar tanaman pangan yang luasnya juga bisa kita tahu, kita bisa melakukannya dari darat, tidak dari udara.
Ini pemantauan. Nah, kemudian kita berhenti ke deteksi dini. Deteksi dini itu merupakan langkah penting dalam kita menentukan penting atau tidaknya penyakit atau gejala dari penyakit yang muncul di tanah kaitannya dengan kesediaan pangan.
Dan deteksi dini ini biasanya dilakukan di tahap awal ketika terjadi perubahan pertumbuhan tanaman. Kadang-kadang kita harus menentukan identifikasi cepat atau deteksi dininya itu di lapangan. Belum sempat dibawa ke laboratorium. Ini kasus yang kami temui ketika ikut pertemuan Kongres Fitopatologi di Makassar, kemudian dibawa ke perkebunan jeruk Pamelo di sana. Petani jeruk itu sudah mengeluh.
Tanah-nanya layu. Dan saya sudah tahu bahwa itu layu karena jamur besar. Terus saya tanya kepada mahasiswa yang ikut, tahu tidak kamu deteksi dini tentang penyakit ini?
Tidak tahu, itu harus dibawa ke laboratorium. Padahal jarak dari kebun ke laboratorium sangat jauh. Dan ketika di laboratorium juga tidak langsung ditangani. Bisa disimpan dulu, atau besok baru ditangani.
Kemudian dibuatkan media, ditumpukan, butuh waktu lagi. Mungkin waktu yang dibutuhkan tidak cukup satu minggu, mungkin bisa dua minggu. Nah selama dua minggu tanamannya di lapangan diapain? Dia akan mati tanaman di sana.
Karena gejala ini. Lalu saya tunjukkan, coba potong, lihat perubahan di bekas potongan. Mereka baru tahu. Jadi deteksi dini akan baik, akan lengkap informasi yang diperoleh jika dilakukan di lapangan, tidak dibawa ke laboratorium.
Memang nanti akan ada deteksi yang selanjutnya dibawa ke laboratorium jika memang tidak bisa diteteksi awal di lapangan. Ada beberapa hal yang ingin kami tambahkan sebagai pengalaman di sini. Sebelum itu, kita harus tahu peran deteksi dini untuk pengambilan keputusan segera. Karena tidak bisa ditunda.
Saat itu juga harus dilakukan. Apakah dicapu, apakah dibiarkan, hanya dipangkas saja, atau bisa disembuhkan dengan penyemprotan kimia, nabati, hayati, atau yang lain. Kemudian deteksi dini juga untuk menyebar ke tanaman lain di sebelahnya. Atau kalau satu area sudah kena seperti tadi, gambar pada terong yang terkena virus Gemini, apakah itu tidak menyebar ke tanaman terong sebelahnya? Itu harus dicegah.
Jadi dapat mencegah penyebaran Papagen. Kemudian melindungi tanaman lebih awal. Tidak menunggu.
Jadi seperti tadi kasus di lapangan untuk jeruk pamelo, itu langsung diatasi di situ. Karena kita sudah tahu penyebabnya. Tidak perlu dibawa ke laboratorium. Terlalu jauh dan butuh waktu lama.
Padahal tanaman tidak bisa dihambat pertumbuhannya. Seperti sekarang dalam masa pandemi, manusia bisa dihambat, artinya tidak boleh keluar, menjaga jarak, kemudian... harus memakai masker, manusia dapat.
Tapi tanaman tidak bisa. Tanaman dikatakan, jangan berhenti dulu, jangan tumbuh dulu, tumbuh karena ada pandemi. Atau patogennya, jangan penyerang dulu nanti, kami nggak boleh ke lapangan, jaga jarak.
Tidak bisa seperti itu. Makanya ini yang kesempatan paling tepat untuk dapat mendeteksi sepi alfa agar kondisi itu dapat diatasi. Kemudian deteksi dini dapat mengurangi kerusakan hebat.
Andai kan tadi petani terong dapat memonitor lebih awal tanamannya ketika dijumpai hanya satu daun yang bergejala kuning, langsung diatasi dan tidak akan mengakibatkan kerusakan yang begitu besar pada seluruh tanaman ini. Nah akibatnya akan dapat mengurangi biaya operasional. pembelian pesticida kimia, atau meng-hire atau menyewat tenaga kerja, itu juga akan berkurang.
Kalau itu bisa diatasi lebih awal. Sehingga kerusakan atau penurunan produksi dapat dijaga dengan adanya deteksi dinik. Tapi ini umumnya jarang dilakukan. Tahu-tahu tanamannya sudah rusak, tahu-tahu tanamannya sudah bergejala. sehingga berkurang.
Makanya deteksi dini harus bersamaan dengan monitoring, dengan pemantauan. Tidak bisa dipisah, saya mau deteksi saja, atau saya mau memantau saja, tidak butuh deteksi. Bukan seperti itu, tapi harus berjalan. Jadi seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan, tapi dapat dibedakan.
Ini deteksi cepat untuk membedakan layu antara layu jamur, layu nematoda, Layu bakteri. Kalau layu jamur, itu tanamannya layunya setempat. Artinya satu tanaman tidak menyebar ke tempat lain. Dan gejalanya di tanaman itu, terutama pada daun yang tua, kemudian menjalar ke daun yang muda, dan itu butuh waktu lama. Sedangkan bakteri cepat menyebarnya dari ujung daun ke bawah.
Gejalanya nanti seperti... tersiram air panas. Nematoda Dari pagi layu, sore segar. Waktu layunya untuk jamur itu lambat. Bakteri cepat, nematoda lambat.
Sebaran kelayuannya pada jamur, pada satu hamparan, itu lokal setempat. Kalau bakteri itu merata. Apalagi kalau musim hujan, sudah hancur semua tanaman layu karena bakteri.
Kemudian nematoda juga merata. Kejalannya, Kalau jamur itu ada warna kuning, perubahan warna. Kalau bakteri tidak. Kalau nematoda ada gejala tapi langsung kering gejalanya, daunnya. Kalau bakteri seperti air panas karena gejala layu bakteri itu dari ujung daun, dari titik tumbuh, kemudian menyebar ke bawah.
Tapi kalau dari jamur itu dari bawah ke atas. Dan nematoda itu langsung semuanya kena. Kemudian kalau mendeteksinya dengan dipotong, kemudian dicelupkan ke air yang jernih, dan ditunggu beberapa saat. Kalau jamur tidak ada aliran masa, bakteri ada, nematoda tidak ada.
Kemudian bekas potongannya dilihat. Kalau ada lingkaran berwarna coklat, itu karena jamur. Tapi kalau ada titik coklat di tengah, itu karena bakteri.
Kalau tidak ada bekasnya, itu karena nematoda. Jadi deteksi ini akan sangat bermanfaat hanya untuk menentukan ini karena jamur, bakteri, nematoda. Bukan untuk mendeteksi nematoda apa, bakteri apa, atau jamur apa.
Kalau jamur bisa ditentukan itu pasti fusarium. Nematoda bakteri juga bisa ditentukan, itu rastonia, solanacea. Nematoda belum bisa. Jadi deteksi cepat ini akan membantu kita, khususnya petani. di dalam mengambil keputusan, mau diapakan.
Andai kan saat itu ketika kami dengan para mahasiswa berkunjung ke jeruk pamelo, perkebunan jeruk pamelo di Makassar sana, dan mahasiswa tahu itu harus seperti ini, harus dipotong, dilihat, oh itu karena jamur. Maka saat itu juga akan diputuskan harus seperti apa, diapakan tanaman itu. Dicabut, atau cukup bisa diberikan trichoderma di tanahnya, atau?
Bagaimana supaya tidak menular ke tanaman lain? Tetapi sayangnya, pengetahuan ini tidak ada, tidak dipunya. Sehingga terlambat penanganannya. Dan itu bukan deteksi cepat, itu deteksi biasa. Yang butuh waktu berhari-hari, butuh pekerjaan besar sampai menemukan penyebabnya.
Padahal kalau untuk petani, tidak butuh nama. jamurnya. Tidak butuh nama bakteri atau nematode.
Tapi yang mereka perlukan adalah apa yang bisa dilakukan. Ini dari sisi cepat yang bisa dilakukan untuk itu. Gejalanya kita bisa lihat layu jamur itu setempat menguning daunnya. Ini pada tomat. Tapi layu bakteri itu bisa seragam di sini.
Dan itu layunya dari atas ke bawah. Seperti tersiram air panas. Ini bakteri, dan warnanya tidak ada kuning.
Biasanya warnanya hijau kusam. Itu sama seperti kalau mendeteksi layu penyakit moko pada pisang. Itu jangan dideteksi dari daun tua, tapi dari pucuk.
Lihat perubahan warna daun dibandingkan daun tanaman sehat. Warnanya akan lebih kusam, tidak cerah. Ini sama.
Sedang ini layu nematoda. Jadi hancur tanamannya, merata. karena nematoda.
Ingat, nematoda bergerak lebih cepat meskipun tidak ada air beda dengan jamur atau bakteri. Sehingga dia bisa menghasilkan luasan yang lebih besar kerusakannya. Dari deteksi tadi kunjungan ke perkebunan pisang, ternyata setelah didekati, layunya itu dari tepi daun.
Dimulai dari daun tua. Ini daun muda, daun tua, kemudian daun kedua setelah tua, ketiga setelah tua, dan keempat setelah tua. Dan menguning dari tepi. Jelas ini adalah fusarium. Kalau kita sudah kenal, kita akan mengatakan cepat.
Itu karena fusarium, oxysporum, forma spesialis kupense, penyakit layu panama. Jadi dari kejauhan atau ketika kita sudah mendekat, deteksi cepat dari sini. kita sudah tahu itu, jadi tidak perlu lagi dipotong, diambil sampel di bawah kalau polibrium.
Kalau kita sudah kenal. Tapi kalau kita belum kenal, hanya sekedar tahu dan untuk memastikan, ambil santun, enggak masalah. Bawa ke laboratorium. Baru kita tumbuhkan di medium PDA, dan kita deteksi.
Itu butuh waktu. Tidak cukup dari 2 minggu, mungkin bisa lebih. Kalau terjadi kontaminasi dan sebagainya.
Kemudian ini ketika di perkebunan bawang tadi, yang kosong-kosong. Saya deketi, oh ternyata ada daun bawang yang meliup-liup. ini penyakit moler pada bawang karena fusarium juga.
Jadi deteksi dini bisa dilakukan seperti itu. Kita sudah kenal. Makanya kenali dulu, baru kita tahu. Ini karena penyakit apa? Karena fusarium.
Kemudian nenas tadi di perkebunan nenas. Yang luas tadi, ada warna coklat. Ini warna coklat.
Kemudian didekati. Kemudian ternyata warna coklatnya dari... Dasar, artinya dari titik tumbuh.
Dan ini mudah dicabut. Kemudian cium. Kalau dicium bau busuk, berarti karena bakteri.
Tapi kalau dicium bau nenas, bau tanaman nenas, itu karena jamur. Dan biasanya akan sangat sukar. Ini sangat mudah dicabut. Sehingga deteksi cepat DCCD ini, ini karena erwinia. Atau sekarang berganti nama menjadi dikea.
Erwinia chrysanthemum. menjadi DKA, namanya. Jadi ini deteksi cepat yang bisa dilakukan.
Kita sudah tahu betul. Kalau ada tanaman nenas yang coklat daunnya, kemudian dicabut mudah, dan dicium bau busuk, itu karena bakteri. Diteksi.
Kalau untuk petani, tidak butuh tadi nama. Tapi yang tahu bagaimana. Tapi kalau untuk ilmu, pengetahuan, kita harus tahu ini. Ini... Bakteri apa itu bisa dideteksi di laboratorium.
Nah, perkembangan teknik deteksi dini itu sangat maju, sangat berkembang sekarang ini. Khususnya metode yang tidak kontak dengan tanaman. Jadi kita tidak datang langsung ke lokasi. Artinya kalau nanas itu kan daunnya saling menutup dan berduri. Kita tidak akan sampai ke tengah.
karena tidak efisien. Jadi gunakan alat nanti, dapat memantau dalam wilayah yang sangat puas untuk mengudahkan perlindungan tanaman. Berbagai bentuk penginderaan jauh telah diperkenalkan. Yang dikelaskan dalam bentuk sensor spektrum inframerah tampak dan dekat.
Kedua dalam fluoresensi dan sensor thermal. Ketiga dalam sistem radar aperture sintetis. dan deteksi cahaya dan jangkauan.
Ini beberapa fitur, beberapa jenis penginderaan jauh untuk deteksi dini penyakit. Beberapa fitur yang diharapkan ada di deteksi dini di alat-alat itu pertama adalah parameter optik fluorescensi dan thermal. Kemudian yang kedua, lanskap berbasis gambar.
Dan yang ketiga... terkait dengan kesesuaian habitat. Kita melihat ini, yang pertama.
Sebelum kesana, bahwa kunci deteksi biologi molekuler jamur itu dimulai dari deteksi dan koleksi di sini. Kemudian masuk ke identifikasi. Ditumbuhkan, kemudian biokultur, langsung diambil ke DNA. baru kita menemukan sini DNA.
Jadi urut-urutannya seperti itu. Yang biasa dilakukan, kalau kita belum tahu apa penyebabnya, karena mungkin masih asing, atau mungkin itu baru pertama kali muncul, selama ini tidak muncul. Kalau misalnya cari OPTK A2, atau A1, kemudian muncul, kemudian menjadi OPTK A2, dan ketika OPTK A2 sudah banyak.
menjadi OPT biasa. Ini dimasukkan di sini. Langkah-langkah untuk ke arah molekular genetika. Jadi saluran diagnostik untuk fitopatogen ini dimulai dari sini. Kemudian ditentukan apakah biotik atau abiotik.
Kalau abiotik, langsung diidentifikasi saat itu. Kemudian biotik, diidentifikasi. Kalau itu kita bisa, kalau tidak, kemudian... ke mikroskop.
Lalu ada hasilnya. Kalau hasilnya lengkap, kita berikan. Kalau tidak, baru ke molekuler.
Jadi tidak langsung ke molekuler, tapi kita ikuti tahap-tahap deteksi seperti itu. Baru, kalau tidak dapat, dilakukan secara biasa visual dengan mikroskop ke molekuler. Banyak kasus yang bisa dilakukan secara biasa kalau kita biasa melihat di mikroskop. Molekuler itu nanti. Ini inovasi teknologi deteksi penyakit tanaman.
Pertama kita melihat metode molekul dan serologi. Ada PCR, ada ELISA, dan sebagainya. Kita sudah tahu.
Beberapa perbedaan karakter. PCR, kemudian dengan ELISA, kemudian dengan imunofluorescence, dan dengan sitometri aliran. Kemudian A. Ini CFU itu adalah colony forming unit Atau unit pembentuk koloni Batas deteksi Ini adalah 10 pangkat 3 sampai 10 pangkat 4 Colony forming unit per mililiter Semuanya hampir sama Kecuali ELISA ini membutuhkan 10 pangkat 5 Kalau 10 pangkat 3 masih belum bisa berredaksi Ini sekian Keuntungannya untuk PCR Mudah dioperasikan, portable, matang umum Ada keterbatasannya, pembatasannya di sini.
Kemudian FIS juga sama, ini ke arah hibridasi fluorescence, kepekaannya sangat tinggi, ini pembatasannya. Kemudian ELISA, Enzyme-Linked Immunosorbent Assay, ini butuhkan deteksinya sekian, biayanya rendah, kemudian kepekaannya rendah. Kemudian ke immunofluorescence, ini batas deteksinya tinggi, kepekaannya, kemudian pembatasannya adalah fotopleaching, dan sitometri aliran ini sama.
Jadi masing-masing punya keuntungan, punya perbedaan antara teknik yang satu dengan teknik yang lain. Dan ini sangat tergantung dari seberapa cukup kita untuk mendeteksi itu. Apakah cukup sampai di situ?
Kalau lebih panjang lagi, lebih... Dalam lagi baru kita gunakan yang lebih bagus. Kita melihat sekarang ke platform sensor untuk pemantauan di lapangan. Ini menggunakan sensor spektroskopi impedansi elektrokimia. Ini juga berguna untuk tanaman dan untuk mendeteksi dini virus dan patogen tanaman.
Tekniknya sederhana, menguntungkan untuk analisis di lapangan. cepat responsinya dan portable. Ini contohnya perangkatnya untuk deteksi. Jadi menggunakan portable, ini kita akan bisa mendapatkan data untuk impedensi. Kemudian sensor hibridisasi DNA, itu berdasarkan karbon.
Dan sangat bagus untuk mendeteksi virus. Ini sudah bisa dilakukan untuk contohnya virus. citrus tristesa dengan DNA non-specific. Juga bisa untuk bakteri, bakteri dan jamur patogen. Kemudian yang kedua adalah analisis senyawa organik volatil untuk deteksi patogen.
Jadi kita tidak mendeteksi patogen secara langsung, tapi kita deteksi senyawa volatil dari tanaman. Metabolit sekunder tanaman itu akan berpengaruh, akan naik atau tinggi atau tidak. itu dapat digunakan untuk mendeteksi patogen yang terjadi. Jadi biomolekul dan metabolit dengan tekanan kuat tinggi, titik rendah, dan berat molekul rendah. Ini sifat dari volatil tanaman atau senyawa yang mudah menguap untuk tanaman.
Dan ini berfungsi penting untuk pertumbuhan dan macam-macam. Jadi senyawa volatil ini sangat penting. Ini juga penting untuk Deteksi tanaman, kita dapat mencium bau harum tanaman karena senyawa foletil yang dikeluarkan.
Infeksi patogen dapat mengakibatkan senyawa foletil ini lepas atau berkurang ketajamannya, berkurang kandungannya. Dengan mengukur senyawa foletil ini kita akan dapat mendeteksi patogennya. Sehingga dengan ini maka akan... cepat tergedeksi dan kepekaannya lebih tinggi, tidak memerlukan reagen kimia Deteksi ini secara tradisional berbasis kromatografi gas spektrofotometri masa, GCMS. Kemudian lebih maju lagi menggunakan electric nose.
Dan ini dapat mencium. Nose itu seperti hidung, dapat mencium tentang senyawa foletel. Jadi ini meniru penciuman manusia. Dapat diaplikasikan secara luas pada tanaman pertanian dan kebutanan.
dapat memantau hama, memantau kualitas makan hamanya, kemudian ke patuginnya nanti. Kelemahannya itu sangat terganggu oleh atmosfer tentunya. Ini contohnya.
Jadi ini akan termakan, kemudian senyawa volatil akan hilang. Sehingga kita dapat mendeteksi senyawa volatil yang keluar. Sehingga kita dapat menentukan, oh ini karena hama. Ini karena patogen. Ini menggunakan fingerprinting berbasis smartphone dari volatile daun, ini juga dapat dilakukan.
Banyak inovasi baru dari ini, dari menggunakan smartphone Android dan sebagainya untuk dapat mendeteksi tentang penyakit busuk daun karena vitoptera infestan pada tanaman gendang misalnya. Dan seterusnya, ini beberapa contoh saja. Nanti akan bisa lah. Kemudian yang ketiga tentang perangkat berbasis mikrofluid untuk aplikasi patogen tanaman.
Jadi dengan menggunakan cairan kimia, sehingga akan dapat mendeteksi dan memantau lingkungan dan mengontrol keamanan pangan. Alatnya sangat portable juga. mudah dibawa dan deteksinya melalui metode fisik, kimia, dan biokimia. Nah, fitopatologi sudah memanfaatkan itu untuk mendeteksi spesies dari fitotora.
Dan ini digunakan untuk menentukan ini fitotora spesiesnya apa. Apakah almifora, apakah infestan, apakah yang lain. Jadi ini hampir mirip dengan PCR. Kemudian ini alatnya, jadi menggunakan chip mikrofluida, kemudian ini hasilnya nanti akan diketahui ini karena vitoptera sinamomi, vitoptera oligandrum, vitoptera ultimum, dan seterusnya. Kemudian yang penting diketahui dari alat ini adalah karena menggunakan dibantu oleh laser solid state berwarna hijau selama hibridisasi.
Ini contoh mikrofluida untuk bakteri juga. Kemudian sensor yang dapat dipakai dan dukungannya dalam pemantauan waktu nyata atau real time. Jadi beberapa alat yang dipakai sudah disesuaikan dengan kondisi yang ada. Jadi dengan menggunakan kombinasi kering-panas, kering-dingin, salinitas panas, salinitas dingin, dan cekaman apiotik lainnya.
Dan cekaman ini sangat berpengaruh terhadap tanaman yang tumbuh. Sehingga tanaman di dalam respon cekaman itu akan memunculkan hal-hal yang aneh. Misalnya daunnya mengecil, berkeriput, dan sebagainya. Nah, sensor ini akan dapat... dapat memantau dan mengendalikan aspek tersebut.
Keuntungannya membantu manajemen pertanian. Sensor harus cukup kecil, sesuai, dan ringan. Tidak merusak tanaman, dan fleksibel.
Ini yang penting. Sehingga dengan adanya sensor ini, akan dapat melacak bukaan stomata, misalnya. Dan kita tahu bahwa stomata itu merupakan... lubang alami, tempat keluar masuknya metabolit sekunder tanaman, dan juga masuknya patogen tanaman.
Jadi kita dapat mengukur di situ. Ini alatnya. Jadi ditempatkan baterai di sini, kemudian ada sensor, kemudian diamati, lalu nanti akan muncul bentukan seperti ini. Informasi penting ini... kami sebut, saya lampirkan sumbernya, nanti bisa dapat dilacak di sumber itu untuk dapat melihat.
detail atau rinci dari alat sensor atau teknik baru di dalam deteksi dini patogen tanaman, penyakit tanaman. Jadi ini berpain sensor. Evaluasinya sangat bagus sehingga dapat merekam informasi semuanya termasuk penggunaan air, lalu informasi dampak dari serangan patogen, dan sebagainya. Dan sensor ini sangat kecil, dapat dipakai mendeteksi, dan punya keunggulan. Tapi di samping itu juga ada kelemahannya, yaitu biasanya kurang spesifik dalam hal aktivitas fisiologi tanaman.
Misalnya dalam kondisi stres. Ini sensor tidak bisa berfungsi dengan baik. Sehingga dengan ini akan dapat dipakai untuk dapat membantu mendeteksi tanaman. Kemudian tentang...
Internet of Things dan teknologi pengendiraan jauh. Teknik ini juga dapat dipakai untuk mendeteksi awal berjidini patogen tanaman dengan menggunakan nanoteknologi. Dan banyak kasus termasuk juga ke pertumbuhan peluduk, perubahan iklim, kesulitan makan, dan sebagainya itu akan dapat dideteksi dengan menggunakan ini. Jadi IOT, Internet of Things.
Gambaran ini, gambaran Internet of Things, itu merupakan aplikasi dari teknologi baru, teknologi informasi dan komunikasi dari penggunaan penginderaan jauh, cloud, dan sebagainya untuk membantu petani memantau kondisi lapangan. Jadi dapat memantau... dapat juga mendeteksi dengan dukungan teknologi tinggi di lapangan. Memang ini akan banyak dilakukan di negara pertanian negara maju. Sedangkan di negara kita, Indonesia jarang atau belum pernah dilakukan seperti ini.
Tapi ini untuk mengantisipasi. Siapa tahu para mahasiswa punya ide dengan melihat ini. Membuat alat untuk mendeteksi.
Atau menggunakan deteksi ini yang biasa digunakan untuk virus misalnya. apakah digunakan untuk bakteri dan sebagainya. Dan digunakan robotik.
Jadi ini dapat dipakai untuk pembibitan, pengelolaan tanaman, mengalati gulma, dan sebagainya. Ini representasinya. Jadi nanti akan ketemu di sini. Dan dengan menggunakan konsep penginderaan jauh, maka... kita akan dapat mengetahui objek dan lingkungan yang sesuai dengan sensor tadi.
Apakah dibantu dengan satelit dan sebagainya. Dan ini banyak dipakai dalam pertanian presisi. Kita belum pernah menggunakan cara ini atau pertanian presisi belum pernah dilakukan di kita. Tapi banyak dilakukan di negara-negara maju, di negara-negara dengan teknologi atau pertanian bahannya yang terbatas.
itu menggunakan cara ini. Beberapa hal yang dapat dibantau, ini misalnya propagul patogen, degradasi klorofil, kemudian gangguan fotosintesis, lalu penuaan, perubahan kerapatan taju, dan perubahan laju transpirasi. Ini dapat dideteksi dengan penggunakan ini. Ini hanya untuk mendeteksi misalnya ini karena gangguan patogen, tapi tidak. bisa menentukan ini patogennya apa.
Apakah karena jamur, apakah karena bakteri, tidak. Tapi hanya mendeteksi ini. Tapi ini sudah cukup untuk dapat membantu mengatasi permasalahan tanaman di lapangan.
Sehingga tanaman tidak akan jauh rusak, jauh atau berlanjut kerusakannya, dan dapat diatasi. Jadi ini contohnya pemantauan patogen silela fastidiosa. Jadi akan membentuk spektrum pita untuk sensitivitasnya. Juga membentuk model dinamikal untuk deteksi silela. Kemudian lab on a drone.
Ini juga hal baru yang dapat dilakukan untuk deteksi. Ini kombinasi teknologi penginderaan dan robotika. memungkinkan pengujian dalam penerbangan cepat dengan konektivitas ponsel cerdas. Kemudian...
dapat menghilangkan pemborosan waktu karena pengumpulan dan analisis sampel. Jadi tidak perlu lagi waktu yang dibutuhkan untuk menganalisis sampel di laboratorium. Memungkinkan tangkap darurat dan perawatan lapangan skenario bisa dibuat dengan menggunakan drone quadcopter misalnya.
Ini akan dapat ditentukan. Jadi teknologi smartphone dapat berkontribusi dalam diagnosis. lebih akurat, cerdas, dan portable dapat dibawa kemana-mana.
Apalagi smartphone kita sudah demikian maju, dan gambarnya juga bagus. Ini dapat dilakukan. Jadi teknologi ini membuka jalan kita untuk dapat mendeteksi cepat di lapangan. Sehingga permasalahan di lapangan akan segera dapat diatasi. Ini contohnya menggunakan lab on a drone.
Jadi alatnya drone ini. kemudian akan diterbangkan, akan menghasilkan citra seperti ini. Kemudian pengelolaan hama penyakit cerdas iklim. Ini pendekatan deteksi dini yang menggunakan berbagai disiplin ilmu.
Tidak hanya menggunakan ilmu fitomatologi, tapi juga menggunakan ilmu iklim. Dan ini penting. untuk diterapkan di petani, penyuluh, peneliti, pemangku kepentingan, dan macam-macam. Karena dengan kondisi iklim kita dapat mendeteksi penyakitnya yang tumbuh seperti itu, penyakit yang muncul. Dadan dapat mengatasi keterbatasan dari alat-alat yang lain.
Konektivitas misalnya tidak mungkin ke lapangan karena hujan, karena banjir, karena panah longsor, kita dapat seperti ini. Jadi pengelolaan hama. penyakit cerdas iklim, ini dapat dilihat dari skema ini. Jadi dengan adanya fungsi support dari berbagai hal, baik itu dari peneliti, dari penyuluh, kemudian pemangku kepentingan, kemudian dari petani, ini akan dapat diambil kesimpulan dan diambil hasil seperti itu. Jadi, Monitoring dan deteksi dini itu merupakan bagian utama dalam PHT yang tidak dapat dibisah, tidak dapat dibidaka, tidak dapat dibisah tapi dapat dibidaka, dapat hanya bersatu.
Dan penting perananya di dalam mengambil keputusan pengelolaan penyakit dan hama di lapangan. Nah, sistem yang sekarang ada itu masih sangat... perlu ditingkatkan, perlu diperbaharui dengan sistem yang tepat dan akurat. Untuk itu dibutuhkan pelatihan, dibutuhkan pendampingan, dan dibutuhkan terus mengenal dari gejala, dari penyebabnya, dari semua faktor iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Dan dengan adanya monitoring dan deteksi tinggi, itu akan dapat menghemat biaya produksi.
Karena kita dapat mencegah kita tidak akan membeli bahan-bahan kimia dan sebagainya. Dan ini akan mendukung ke pertanian berkelanjutan atau sustainable agriculture. Saya kira itu yang bisa kami sampaikan cukup panjang.
Dan saya tidak tahu apakah dapat ditangkap, tapi akan bisa didiskusikan. Dan ada satu quote, Kata penutup yang ingin saya sampaikan berdasarkan pemilihan pengalaman saya, tantangan jangan dihindari. Adanya tantangan, jangan bersembunyi.
Tetapi tantangan harus diselesaikan dengan sentuhan inovasi dan kreativitas. Karena akan diubah menjadi peluang. Ini yang perlu saya sampaikan. Sehingga kita punya rasa optimis meskipun tantangan ada, tapi kita akan bisa optimis karena tantangan dengan adanya inovasi dan kreativitas. akan menjadi peluang demikian saya bisa sampaikan informasi ini siapa tahu nanti akan banyak hal yang bisa ditanyakan, terima kasih banyak untuk atensi kami sampaikan kembali kepada moderator, terima kasih baik, terima kasih luar biasa Prof. Lukas ini dari peran monitoring dan deteksi dini untuk khususnya untuk Hai penyakit ya ya sangat-sangat menarik karena mengbeda dengan hama ya nyakit tidak terlihat hai hai Dan dari awal Prof. Lukas menyampaikan ini, saya rasanya kayak tertekan itu.
Pertanian kita serangannya banyak sekali. Dari penyakit yang bisa datang dari segala arah, ternyata setelah sampai ke belakang, ternyata banyak inovasi-inovasi yang bisa digunakan untuk mengatasi. Saya kira kuot dari Prof. Lukas luar biasa. Ini tantangan harus diberi sentuhan dengan inovasi sehingga menjadi peluang.
Sangat luar biasa. Mudah-mudahan pencerahan dari Prof. Luka bisa sampai ke kita semua, baik dosen, mahasiswa maupun alumni kita. Saya kira kita sudah sampai pada acara tanya-jawab. Kita diskusi. Kita waktunya sampai jam 12 ya, masih ada waktu untuk diskusi sekitar 18 menit.
Baik, untuk sesi pertama dari diskusi ini akan saya ambil tiga penanyaan dulu. Mungkin ada beberapa yang sudah menanyakan lewat chat ya. Ya, bisa. Bentar, ini di chat sudah ada yang bertanya.
Ya, bentar, ini ada Novi. Ada pertanyaan dari Novi Nusulul. Ini saya mohon untuk Novi, sudah menyampaikan lewat chat, tapi saya ingin Novi ini on-cam kemudian menyampaikan secara langsung ke Prof. Lukas.
Itu Novi, silakan Novi. Novi, bisa on cam? Baik, mic-nya terkendal.
Baik, ini saya bacakan saja untuk pertanyaannya. Yang mana? Ini ya?
Oh, sudah ada di BPPT. Baik. Ini Prof Lukas, ini dari Novi, dari Angkatan... 2019 ini menanyakan penyakit lodoh atau dumping of oleh patogen bungi fusarium pada tanaman hortikultura, misalnya cabai dan tomat. Apakah ada kegiatan pencegahan atau deteksi dini yang mungkin bisa dilakukan untuk mengantisipasi hal tersebut?
Karena dalam lapangan saya sering melihat gejala penyakit tersebut yang tiba-tiba layu atau rebah di... persemean, sehingga tanaman tersebut gagal untuk tumbuh vegetatif dan mati yang juga berakibat pada output petani. Ini pertanyaan dari Novi Nusurul.
Mungkin satu persatu bisa ditanggapi langsung saja Prof, daripada kita Menerang pempertanyaan. Satu ini bisa ditanggapi. Logas.
Baik, Pak Karno. Jadi penyakit dumping off atau penyakit lodoh atau panggit rebah semai oleh pabrikan fusarium itu dapat dideteksi lebih awal. Deteksinya dapat dilakukan dengan melihat apakah faktor yang menyebabkan fusarium itu muncul. Apakah karena penggunaan pupuk kandang? apakah penggunaan benih, atau apakah karena kelembapan tinggi karena ada naungan, itu juga bisa dilakukan.
Yang penting adalah media yang akan dipakai, itu harus dideteksi di ini, diambil sampel, dideteksi apakah masih ada fusarium di dalamnya atau tidak. Itu yang bisa dilakukan. Jadi cek dulu medianya, kalau sempat. di deteksi di laboratorium, kemudian dilihat apakah... pengambilan sampelnya harus tepat.
Apakah ada di dalam sampel media tanah dari tanam untuk pesemean itu, ada fusarium atau tidak. Kemudian gunakan pupuk kandang yang matang. Jangan pupuk kandang yang setengah matang atau apalagi mentah. Yang matang itu tandanya tidak berbau, seperti warna tanah, dan remah tidak lengket, tapi remah. Ini berarti pupuk kandangnya sudah matang.
sudah siap untuk dipakai. Karena hukum kandang juga berpengaruh terhadap kuncinya patogen untuk rebah semai. Itu, Pak. Baik, Prof. Lukas.
Ini untuk Novi ya. Jadi deteksi dinginnya itu balik lagi ke medianya. Karena pusarium itu akan mampu tinggal di dalam tanah dalam waktu yang lama. Kalau pernah rebah kemudian... digunakan lagi, nanti akan berulang lagi.
Kemudian juga gunakan bubuk kandang yang sudah masak untuk menghindari adanya gusarium di media. Jadi kasus-kasus ini banyak terjadi, sudah disemai seminggu kemudian pada rebah semua. Jadi kita harus pas-pada dengan media tanam yang digunakan.
Hai itu Novi baik kita lanjutkan untuk penanyaan kedua bisa di-display lagi enggak yang kedua ya masih widya Ningrum agro 20 angkatan 2020 tanaman memiliki fase kritis yang berbeda-beda tetapi bagaimana waktu yang untuk deteksi tanaman berdasarkan fase kritisnya. Apakah harus dilakukan sebelum fase kritis? Kegiatan pengendalian setelah deteksi nantinya didasarkan pada faktor ekonomi agar petani tidak rugi. Jadi hasil deteksi yang seberapa untuk tidak dilakukan pengendalian oleh petani. Ini nampaknya kayak ambang...
Batas dan ambang ekonomi di Hama yang ditanyakan Prof Lukas. Bapak, Prof Lukas. Untuk Asih, fase kritis tanaman itu fase kritis dalam hal apa? Dalam hal mudah terserang patogen atau dalam hal perubahan yang terjadi? Kalau fase kritis mudah terserang patogen, apa jenis patogennya yang di situ?
Itu yang harus kita cek. Misalnya kalau untuk perubahan dari vegetatif ke generatif tanaman, itu banyak patogen yang menyerang itu patogen ke arah tular benih atau ke arah buah. Misalnya seperti patek antragnosa.
Itu adalah fase kritisnya pada saat duna. Nah deteksi dini itu harus dilakukan ketika tanaman berbunga. Jadi pada saat itu, apakah pada bunga itu bunganya sehat atau tidak? Kelopak bunganya lengkap atau tidak?
Ada gejala busuk atau tidak? Ini yang perlu dilakukan. Sehingga dari situ kita akan dapat mencegah untuk terjadinya.
gejala setelah terjadi melewati fase tersebut. Fase kritis tanaman kedelai untuk serangan karat adalah daun masa vegetatif ke arah generatif tapi pada daun tua, bukan pada daun muda. Itu juga harus disikapi di situ.
Sehingga ketika tanaman itu sudah bisa melewati atau sedang melewati masa kritis, kita lakukan sesuatu. Tidak dibiarkan, sehingga kita akan dapat mencegah. Nah, pengendalian yang bisa dilakukan yang tidak berdampak ekonomi pada petani, seafal mungkin dilakukan.
Jadi ketika sudah menemukan, langsung dilakukan pengendalian. Tidak menunggu ketika sudah terjadi ledakan atau epidemi. Itu akan menyebabkan meningginya faktor ekonomi yang harus ditanggung oleh petani. Jadi di awal itu akan mengurangi kejala atau mengurangi pengeluaran untuk pengendalian. Ini yang harus dilakukan.
Jadi monitoring atau pemantuan sejak awal, sejak tanam, kemudian berkala entah 2 hari sekali, atau 3 hari sekali, atau 1 minggu sekali, ini akan menentukan jalannya, akan menentukan penyebabnya, kemudian langsung ditangani. Tidak menunggu. Sehingga itu akan mengurangi pengeluaran bidang ekonomi.
Ini Pak. Baik. Jadi seperti disampaikan di...
Presentasi dari Prof Lukas tadi, deteksi dini kalau bisa diselesaikan di lapang. Jangan sampai menunggu dibawa ke laboratorium sampai satu minggu, kemudian tanaman semua mati. Nah, ini harus actionnya harus segera di lapang. Nah, untuk bisa menjadi seperti itu, ternyata tidak gampang. Ini harus melalui jam terbang yang tinggi itu Prof Lukas.
Kalau mahasiswa memang ketemu kasus-kasus seperti itu, itu masih butuh waktu lama untuk menjadi seperti Prof. Lukas. Begitu melihat harus dilakukan tindakan ini, itu. Nah itu namanya butuh waktu.
Oke, itu asli. Saya kira menarik ya. Ini pandangan dari mahasiswa itu seperti itu. Ini harapannya nanti asli di dining room itu bisa berjalan. menjadi expert seperti Prof Lukas juga nantinya.
Ada yang Raisen? Danang, ini dari alumni Prof Lukas. Danang Adrian, saya ini bekerja di PTPN 7 Bandung.
Silakan danang kalau bisa on cam untuk menyampaikan langsung ke Prof Lukas. Silakan danang. Oke, terima kasih Pak Carlo atas kesempatannya Pak.
Suara saya terdengar? Sudah terdengar. Terima kasih atas presentasinya Prof Lukas. Dari tadi saya kebetulan juga...
Sambil kegiatan di lapangan, saya sambil dengerin kuliah dari Prof. Lukas. Nah, ada beberapa pertanyaan yang mohon izin Prof, saya ingin tanyakan. Sekaligus ada juga beberapa hal yang ingin saya klarifikasi.
Terkait dengan tadi Prof menyampaikan bahwa ada kejadian kontaminasi satu zat, yaitu anthraquinone, yang terjadi di tanaman teh Jawa Barat. Khususnya itu betul, itu betul terjadi. Itu terjadi di perusahaan kami, itu terjadi di PTPN. Memang pada waktu itu kejadiannya itu sekitar tahun 2019 sampai 2020. Memang pada saat itu stok-stok teh itu ditolak karena adanya kontaminasi dari antrakuinon. Namun yang mau saya klarifikasi adalah sebenarnya kandungan antrakuinon ini itu terkontaminasi bukan dari pesticida, melainkan itu dari kontaminasi dari gulma yang ikut terpetik, Prof. Jadi khususnya untuk...
famili-famili melas nomase atau impatiens basamika dan lain-lain itu yang menyebabkan adanya kontaminasi antrakuinon di teh yang telah diolah seperti itu Prof lalu untuk pertanyaan yang ingin saya sampaikan yaitu yang pertama begini Prof, saya coba menyampaikan dari sudut pandang industri soalnya Pengendalian hama terpadu atau pengendalian hama secara menyeluruh itu pandangan dari skala industri adalah pada dasarnya konsepnya mengacu pada ambang batas ekonomis yang mana berarti ketika adanya suatu deteksi ini terkait dengan baik itu hama maupun penyakit maupun nematoda atau mungkin kita bicara tentang patogen saja ketika ditemukan suatu patogen di satu blok atau suatu areal itu berarti Kami harus berpikir bagaimana cara pengendaliannya itu yang paling efisien, paling ekonomis, dan memang itu gejala patogennya itu memang benar-benar yang telah melewati ambang batas ekonomis. Nah, melihat dari apa yang telah Prof. paparkan, bahwasannya itu tadi saya lihat dari deteksi dininya itu memang yang katakanlah itu sudah high tech, yang saya tangkap adalah itu memang membutuhkan banyak biaya untuk instalasinya. Kemudian... Timbulah suatu paradoks ketika ingin mengatasi suatu permasalahan yang berkaitan dengan batas ekonomis.
Juga membutuhkan biaya pengendalian yang tidak murah, atau biaya deteksi dini yang tidak murah. Mungkin seperti itu Prof. Mungkin dari Prof ada tanggapan bagaimana sebaiknya untuk inovasi terkait dengan PHT, terkait dengan pengendalian halaman terpadu ini, yang lebih bisa masuk ke skala industri Prof. Khususnya bagi saya yang kebetulan saat ini saya sedang ada di perkebunan P. Lalu yang kedua, Yang kedua adalah, jadi patogen yang saya alami, kendala yang saya alami di perkebunan pesawat ini, itu adalah adanya serangan dari jamur blister blight atau exobasidium vexans.
Nah, memang ini gejalannya itu memang sporadis, dan itu bisa muncul di satu titik yang bahkan kami belum bisa memprediksi. Akan muncul di... Di blok yang sebelah mana?
Di, adik? Habis ini? Nah, yang ingin saya tanyakan untuk, jadi yang ingin saya tanyakan lebih ke arah forecastingnya, Pak, eh, Prof, forecasting terkait dengan kemungkinan terjadinya munculnya gejala serangan baru, khususnya untuk blister blight itu sendiri, untuk eksplobasidium vexans di tanaman.
Seperti itu, Prof. Mohon maaf untuk pertanyaannya mungkin terlalu banyak. Terima kasih. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Wa'alaikumussalam. Itu yang pertama tadi klarifikasi ternyata dari Gulma. Kemudian pertanyaannya ada dua, mau nggak? Baik. Terima kasih, Mas Danang.
Terima kasih untuk klarifikasinya karena saya dengar dari informasi ini dari Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat dulu. Dan saya juga tidak tahu apakah Aturkuinon itu dari pengendalian teh, kemudian terikut ternyata ini dari Gulma. Terima kasih untuk informasinya.
Kemudian kalau untuk pengendalian menggunakan ambang batas, itu sudah terlambat kalau untuk deteksi dini. Jadi sebelum kita tidak akan menggunakan ambang batas, begitu sudah muncul gejala langsung diatasi, tidak menunggu sampai sekian persen dan sebagainya. Ini yang terjadi.
Memang kalau untuk di perkebunan yang luas kayak teh, ini memang sangat susah untuk menentukan gejala muncul. Karena kita pengamatannya terbatas. Dan mungkin kalau dititipkan kepada para pemetik teh juga mereka tidak sempat mengamati. Seperti itu. Jadi yang dapat saya sarankan adalah tidak menggunakan ambang untuk mengendalikan secara dini.
Karena pengendalian dini akan sangat menghemat semuanya. Menghemat dana, menghemat waktu. waktu menghemat tenaga.
Jadi bukan itu. Untuk pengendalian yang murah, kemarin saja, hari Selasa saya baru memberikan materi tentang inovasi baru untuk pengendalian penyakit tanaman. Itu ada beberapa cara.
Kalau untuk skala luas perkebunan yang bisa dilakukan, saya menyarankan menggunakan metabolit sekunder dari agensi hayat. Menurut dikit enggak apa-apa ya? Bukan menggunakan spora, karena spora sangat terkendala oleh cuaca, oleh suhu dingin, oleh hujan.
Tapi metabolit sekunder dari spora, dari jamurnya, entah itu dari trichoderma, entah itu dari glukladium, atau dari bakteri pseudomonas, atau basilus, atau dari entomopatogen, bifuria, atau metarisium. Itu ambil metabolitnya, baru kita semprotkan. Kita semprotkan ke tanaman.
Jadi... Ini teknologi yang murah, yang mudah, dan skala industri. Bisa dibuat dalam jumlah besar dengan harga murah karena menggunakan limbah. Jadi limbah yang digunakan kemarin saya sarankan bisa menggunakan air cucian beras, menggunakan limbah tahu, limbah tapioca, air cucian kedelai, atau limbah lainnya yang banyak mengandung karbohidrat.
Untuk jamur, kalau untuk bakteri menggunakan kaldu. Kaldu tidak hanya dari daging, tapi juga dari bekicot, dari keong, dari tikus, dari apa saja yang bisa menghasilkan kaldu. Ini sangat murah, sehingga akan bisa disemprotkan. Kalau itu masih dalam tahap peremajaan, siramkan di tanah.
Tapi kalau sudah dalam tanaman di lapangan, semprotkan. Tapi penyemprotannya harus dari bawah daun, dari nozzle-nya yang ke atas. Karena harus masuk melalui stomata.
Sehingga dapat memperkuat daun. Termasuk bagaimana cara mengendalikan cacar daun. Ini dapat dilakukan dengan cara itu. Memang saya belum pernah meneliti di teh, tapi di kakao sudah pernah, kemudian di pala sudah pernah, lalu lada sudah pernah.
Semuanya bisa dilakukan dengan itu tadi. Forecasting untuk blister bright itu dapat digunakan cuaca. Entah misalnya dalam satu minggu terjadi hujan terus-menerus atau kabut turun.
terus-menerus kita bisa mendeteksi blister blight akan muncul. Atau jarak tanam, kerapatan tanam yang menimbulkan kelembapan tinggi, itu juga sama. Jadi coba, karena masing-masing daerah akan berbeda forecastingnya. Teh yang ditanam di Pangalengan dengan teh yang ditanam di Tambi juga mungkin akan berbeda untuk itu. Belum lagi kaitannya dengan varietasnya.
Gimana, Danang? Ini nampaknya banyak solusi dari yang kamu hadapi di lapang ini. Penggunaan metabolit sekunder nampaknya punya prospek yang besar untuk industri ini, Danang. Kamu nanti bisa undang Prof. Lukas ini untuk menyelesaikan kasus-kasus di Perkebunan 7, PTPN 7. Kemudian tadi Ambang batas itu konsepnya itu untuk hama.
Ternyata untuk penyakit kalau melihat ambang batas itu sudah terlambat. Begitu muncul gejala kita nunggu jumlahnya 5, 2 hari sudah berlebihan. Jadi ambang ekonomi memang itu konsepnya untuk hama. Sampai saat ini masih digunakan untuk pengelolaan hama.
Untuk penyakit ternyata... sudah sangat terlewat. Baik, terima kasih Danang. Saya kira luar biasa.
Ini langsung kasus yang real di PTPN seperti apa. Saya kira Prof. Lukas juga punya tambahan pengetahuan juga dari kasus di PTPN ini. Baik, terima kasih Danang. Oke, untuk...
Ini waktunya agak mundur sedikit, enggak apa-apa ya? Prof. Lukas. Ini menurut waktu sudah habis ini. Tapi kita mundur sedikit.
Karena banyak yang ingin diketahui. Terima kasih. Oke, yang berikutnya Pak Budiadi. Pak Budiadi ada pertanyaan. Oh, mana Mbak?
Pak Budi ada enggak? Oh, ada rapat. Jadi Pak Budi, ada sesuatu nampaknya ada rapat ya.
Baik, ini saya ingin menyampaikan satu pertanyaan juga sehubungan dengan kasus-kasus penelitian penyakit pada level mahasiswa provokas. Banyak mahasiswa yang merancang penelitian menggunakan inokulan-inokulan, itu mereka itu harus membuat inokulannya, kemudian disemprot. ke tanaman penelitiannya.
Ini bahaya nggak ini? Kalau inopulan itu lepas ke lingkungan, pemimpin itu juga harus ekstra hati-hati untuk mengatasi itu. Gimana untuk kasus-kasus seperti itu, Prof. Dukas?
Ini banyak kasus, karena mahasiswa banyak yang penelitian merencanakan dengan penyakit. Dan ini... permasalahannya muncul pada saat harus memperbanyak inokulannya itu. Gimana, Bro? Baik, Pak Karno.
Jadi ini juga sama yang kami hadapi di sini juga sama. Kita harus bisa membedakan inokulannya itu berasal dari tular tanah atau tular udara. Kalau tular udara tidak ada masalah.
Tapi kalau tular tanah itu yang bermasalah karena bisa bertahan di dalam tanah. Jadi kalau tular udara tinggal nanti kalau sudah selesai tinggal dipakar saja atau dipendam ke dalam tanah, habis sudah. Tidak ada masalah. Dan juga kalau kita takut aliran airnya untuk irigasi juga harus diatur jangan sampai ke lahan tetangga.
Kemudian gunakan juga tanaman pagar, border untuk dapat mencegah angin untuk menular juga dapat dilakukan. Jadi ada banyak cara yang bisa dilakukan. Tapi yang penting cek inokulanya itu tular tanah atau tular udara. Kalau tular tanah, jangan sampai diaplikasikan karena akan berpahan di dalam tanah. Ya, saya kira kita juga harus ekstra hati-hati, karena banyak di kundip ini, banyak penelitiannya mengarah penyakit itu.
Dan kalau kita mengandalkan serangan penyakit di lapang, ini juga menjadi tidak menentu. Ya, kalau ada serangan. Kalau tidak, penelitiannya gagal.
Ini banyak suka-dukanya penelitian dengan... penyakit tanaman. Betul, Pak. Sampai sekarang banyak yang merancang itu dan pada saat pelaksanaannya menjadi ragu-ragu pada saat harus membuat inokulannya.
Sekarang kita harus hati-hati inokulannya kalau tularnya lewat tanah, ini bisa membahayakan karena bisa bertahan di tanah dalam jangka waktu yang lama. Bahkan tadi saya dengar sampai 10 tahun. Betul. Itu pusarium. Pusarium bisa bertahan sampai 10 tahun.
Saya kira ini sangat menarik. Orang pertanian harus tahu hama dan penyakit. Kalau untuk memupuk itu gampang dipelajari. Tapi untuk melengkapi diri harus tahu hama dan penyakit. Ini pesan untuk mahasiswa.
Ilmu ini sangat penting. Kita bisa menumbuhkan dengan bagus, tapi dua minggu bisa mati semua karena serangan dari bakteri. Ini harus diantisipasi.
Baik, luar biasa sharing dari Prof. Lukas. Mudah-mudahan yang disampaikan ini membekas di benak dari mahasiswa-mahasiswa kita. Dosen kita, terutama Bu Bintang ini juga kayaknya mendalaminya penyakit juga ini.
Ini dosen baru kita dari BN juga mendalaminya ke penyakit. Baik, saya kira kita cukupkan sharing dari Prof Lukas. Maaf, boleh saya menjawab beberapa pertanyaan di chat publik secara cepat? Masih ada ya? silakan Prof. Lukas pertanyaan dari Nidakul Hasanati tentang dari ilmu komputer IPB tentang question answering system apakah untuk deteksi penyakit seberapa efektif ini sangat tergantung dari sumbernya, kalau sumbernya itu betul-betul tahu dan pas memberikan informasi untuk dibuat sistem jawab itu, itu bisa efektif.
Tapi ingat bahwa masing-masing tanaman punya masalah sendiri. Patogen satu dapat menyerang lebih dari satu tanaman. Dan gejalanya juga kadang-kadang berbeda. Sehingga ini yang sangat memungkinkan aplikasi tersebut kurang efektif.
Mungkin kalau hanya ditujukan kepada satu jenis tanaman saja, Misalnya sistem untuk tanaman cabai. Informasi yang diberikan di situ semua jenis penyakit yang muncul di cabai. Itu kalau ditanya dan memberikan jawaban itu pasti akan lebih efektif. Kemudian dari Nuno, Angkatan 2019, Nuno Kusmi Tanning Room, tentang penyakit bawang merah, anu pada bawang merah, itu sering diguyur hujan, kemudian kalau musim kemarau. panas, menyiram.
Apakah hal tersebut merupakan salah satu usaha pencegahan yang efektif untuk hama gerandong. Hama gerandong itu spodoptera exigua. Saya kira bisa saja karena biasanya hama itu akan menyerang pada kondisi panas atau musim kemarau. Kalau musim hujan, dia tidak akan, dia akan bersembunyi.
Cuma jangan sampai hal ini menjadi hal utama, tapi harus diimbangi dengan tindakan lain. Misalnya dengan pemasangan light trap, atau yellow trap, dan sebagainya untuk merangkap imago-nya, itu mungkin akan dibarengi, akan lebih efektif daripada hanya menyiram tanaman saja. Itu saya kira yang lain sudah terjawab. Silahkan.
Kembalikan ke Pak Karni. Baik. Terima kasih, Prof. Lukasini, untuk nunung.
Ini untuk Hama, nanti pertanyaannya untuk Prof. Andi ya. Topiknya saat ini adalah penyakit patogen. Tapi enggak apa-apa, sudah disampaikan.
Saya kira kita sudah dua jam diskusi ini, luar biasa. Ini memang kita secara reguler untuk mengundang dari pakar-pakar. di bidang ilmu yang kita diskusikan, tahun ini kita mau mengundang siapa, tahun besok siapa, itu kita secara rutin mengundang baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Ya ini kali ini kita yang dari dalam negeri, dari UNSUD dan UGM, nanti dua minggu lagi kita undang yang dari luar negeri, dari Taiwan. Mudah-mudahan semuanya ini bisa memperluas wacana kita semua, terutama mahasiswa-mahasiswa yang di prodi kita di agro-ekoteknologi. Saya kira sharingnya luar biasa. Kita beri aplaus ke Prof. Lukas. Luar biasa.
Terima kasih Prof. Lukas. Baik, untuk selanjutnya kita kembalikan lagi. lagi ke MC Mbak Bintang mohon dilanjut lagi baik maturnun akarno juga provokas hadirin sekalian demikian untuk sesi pertama kuliah dosen tamu pada pagi hingga siang hari ini kami ucapkan terima kasih banyak kepada Prof Lukas yang telah berkenan untuk berbagi ilmu kepada kami semua melalui virtual meeting pada pagi hingga siang hari ini.
Kami persilahkan kepada Prof. Lukas atau bila berkenan untuk hadir pada sesi selanjutnya. Hadirin sekalian, sesi kedua dengan Prof. Andi Trisional akan kami mulai pada pukul 1 siang setelah istirahat. Kami persilahkan kepada hadirin untuk dapat beristirahat hingga pukul 1 siang dan sampai jumpa nanti.