Transcript for:
Pandangan Mahasiswa Tentang Karir

Hai material girl banget jadi nggak bisa nih tinggal-tinggal di pinggir kota karena bakal menyusahkan aku juga sebagai remaja muda yang cukup fana ya jadi gue masih memandang gengsi itu suatu hal yang penting ya Jadi selama itu ngasih banyak duit gue realistis aja sih yang penting gue bisa makan bisa minum bisa ngidupin keluarga banget Halo, kenalin nama aku Karina Permata Putri. Aku dari Universitas Geja Mada, jurusan Management, dan sekarang umur aku 21 tahun. Nama gue Dilan, umur gue 21 tahun di tahun ini. Gue kuliah di Universitas Indonesia, jurusan Ilmu Aktuaria. Nama aku Carolina Diakui Lera, umur 19 tahun, dari Universitas Prasetya Mulia, jurusan Branding. Perkenalkan, nama gue Ricky, nama lengkapnya Richie Tegar Perkasa, umur gue itu 20 tahun. Terus jurusan gue itu ilmu komputer, universitasnya di Universitas Indonesia. Halo, kenalin aku Angelo Mario Wijoyo, panggilannya Angelo. Sekarang usianya di tahun ini bakalan 22 tahun. Terus di Institut Teknologi Bandung, jurusannya Teknik Industri. Terima kasih. Karena gue dulu ngikutin cita-cita gue, gue kuliah di satu jurusan di Bandung, teknik kimia. Tapi gue sadar kalau peluangnya itu lebih gede di jurusan lain, jadi gue pindah akhirnya. Jadi itu berdasarkan pengalaman hidup gue. Kalau aku sih jujur cita-cita aku masih sangat relevan dan attainable, yaitu untuk menjadi salah satu atasan di sebuah perusahaan yang ternama. Jadi menurut aku cita-cita itu harus banget tercapai gitu, insya Allah. Amin. Oke, kalau aku sendiri sih memang pingin dari dulu cita-citanya punya perusahaan sendiri sih. Soalnya aku lebih seneng yang punya perusahaan sehingga lebih fleksibel kerjanya dibanding yang harus kerja office-office terus. Kayak lebih nggak suka lah, kayak lebih ownership kalau punya perusahaan sendiri gitu. Oke, kenapa gue pengen jadi pemimpin di perusahaan orang lain itu? Karena dari dulu gue tuh bukan tipe orang yang jack of all trades, tapi gue tuh sukanya spesial di satu bidang. Jadi gue pengennya memfokusin di satu bidang aja dan jadi jago di bidang itu. Oke, jadi aku memilih punya atasan yang demanding tapi terus berkembang karena aku emang anaknya bisa kerja di under pressure. Jadi menurut aku nggak apa-apa sih demanding asal aku terus berkembang dan bisa mencapai tujuan-tujuan aku ke depannya. Gue banyak denger cerita-cerita kalau misalnya kalau lo kerja itu yang penting lo dapet bos yang baik nih. Kalau lo salah berkembang itu lo bisa berkembang dari mana aja nih, dari lingkungan lo, lo belajar sendiri. Yang penting lo punya bos yang baik jadi lo bisa enak lah di kantor, environment-nya enak. Jadi menurut aku pencapaian setiap orang berhasil atau tidaknya itu tergantung ya, jadi gak ada standarisasi. Jadi menurut aku yang paling penting bukan cuma life balance, tapi menurut aku malah work-life balance sih. Oke alasan gue membeli itu tuh karena sebenarnya pengalaman gue dari kecil. gue gak bisa milih yang sebelahnya karena gue belum tau rasanya gimana tapi semenjak pengalaman gue semenjak SMA gitu sebenernya gak terlalu berat juga walaupun mengorbankan waktu bermain soalnya apa yang gue capai itu kayak it's worth the effort gitu loh jadi kayak gue dapetin recognize dari orang-orang sekitar gitu jadi kebanggaannya tuh bisa ngalahin waktu bermain yang gue potong gitu gue gitu sih Jadi aku memilih gaji kecil tapi bekerja di kota karena jujur aku anaknya material girl banget, jadi nggak bisa nih tinggal-tinggal di pinggir kota karena bakal menyusahkan aku juga. Nah menurut aku gaji kecil nggak apa-apa tapi kan income kita banyak ya, mungkin dari investasi, dari ya banyak kok investasi proper. seperti saham dan lain-lain. Jadi menurut aku gaji kecil ya biasa aja lah, yang penting kita jadi material girl kita. Kalau aku sendiri milih gaji besar di pinggir kota soalnya aku tipe orang yang kalau misalnya udah habis kerja, tapi mendingan kayak balik kos-kosan, balik tempat tinggal, langsung tidur. Jadi kayak mau di pinggir kota, mau di tengah kota itu sama aja. Apalagi kalau di pinggir kota itu kita bisa lebih eksplor hal baru kan, kayak banyak hal-hal yang menarik di pinggir kota dibandingkan yang tengah kota. Bahkan tengah kota itu kayak nggak senengnya macet banget, itu yang paling nggak seneng. Oke, jadi alasan gue ngelakuin, alasan gue milih hal ini karena jujur gue tuh gak punya hal yang begitu apa, yang gak gue sukain, gak begitu punya. Jadi gue bisa fleksibel ngambil bidang apapun itu. Pengalaman dari masa kecil juga. Jadi selama itu ngasih banyak duit, gue realistis aja sih. Yang penting gue bisa makan, bisa minum, bisa ngidupin keluarga. Walaupun gue gak suka kan nanti ada cara buat gue rekreasi lah buat menghibur diri gue. Jadi realistis aja sih kalau gue. Menurut aku kerja enjoy itu sangat penting ya. Karena aku emang passionnya ini di marketing. Jadi aku enjoy di marketing. Aku pengen menghasilkan duit banyak dari emang passion yang aku sukai gitu. Jadi jurusan yang aku pilih sekarang emang bener-bener menggambarkan diri aku. Apa yang aku sukai, apa yang aku passion. Jadi aku ngelakuinnya maksimal gitu. Setelah dipikirkan berdasarkan pengalaman orang lain yang emang udah punya pengalaman di kantor ternama atau ya brand-brand ternama, aku ngeliat emang ada beberapa hal yang gak bisa, gak cocok aja gitu, maksudnya bukan gak cocok. Maksudnya ada yang mereka bahkan willing to give up all of the facilities untuk mengejar apa yang ia suka. Jadi menurut aku mungkin hal itu juga akan terjadi ke depannya. Karena sebenarnya nama kan sebenarnya cuma gengsi kan. Jadi kayak udah gak apa-apa kita gak perlu mikirin gengsi, yang penting kan kita nyaman, kita seneng. Dan kalau misalnya kayak gitu kan hasilnya juga bakalan jauh lebih baik daripada kalau misalnya kita di tempat ternama tapi ter-pressure, bukan ter-pressure sih, tapi gak cocok, cekcok terus, marah-marah terus kan gak asik ya. Sebagai remaja muda yang cukup fana ya, jadi gue masih memandang gengsi itu suatu hal yang penting ya. Apalagi untuk membangun portfolio diri. Jadi menurut gue kayak kita kerja di perusahaan yang kenamaan itu gengsinya naik dan kita bisa bangun portfolio dengan bagus gitu. Dan dia ya ke depannya ya. bisa aja pindah ke perusahaan sendiri atau nanti pindah ke perusahaan yang kurang terkenal, tapi kita udah punya portfolio yang bagus gitu. Oke, jujur aku pernah bahas ini sih sama keluarga aku. Jadi mereka selalu bilang, jangan mentang-mentang sayang sama keluarga, tapi malah ngesampingin pekerjaan. Pokoknya kayak mereka bilang mereka cari uang banyak-banyak, mereka ngerusahain cari dana untuk aku, untuk aku kuliah, untuk aku. bisa mengejar cita-cita aku. Jadi mereka mikir kalau misalnya ada pekerjaan, pekerjaan dulu nanti pasti ada waktu luang untuk keluarga. Jadi kayak capai dulu cita-cita kamu, kita di sini bakal jadi support sistem kamu. Oke, jadi kenapa gue milih keluarga itu sebenarnya kebalikannya dari Karina. Karena menurut gue itu kalau misalnya dari internal gue, dari keluarga gue itu aja mungkin agak berantakan, misalnya karena gue nggak terlalu care, itu malah jadinya mempengaruhi mental gue dan kemudian cara kerja gue ke depannya. Jadinya otomatis pekerjaan gue juga bakalan ancur dan semuanya bakalan ancur. Yang memotivasi gue untuk ngejar pendidikan tinggi itu pertama dari jurusan gue sendiri. Suplaya masih dikit banget nih, tenaga kerja masih dikit. Jadi kalau gue bisa lulus dengan baik dan gue bisa kontribusi gitu ke negeri ini, gue yakin sih kalau tenaga gue itu bakal dipakai banget nantinya. Jadi itu yang memotivasi gue. aku punya banyak support dan resource juga yang bisa aku optimalkan, baik dari diri aku sendiri ataupun keluarga aku, dan fasilitas sekolah dan lain-lain yang sebenarnya bisa banget berpengaruh ke orang-orang. Motivasi gue untuk mengejar pendidikan itu tentunya... Maksudnya buat mengangkat derajat keluarga gue, karena jujur gue sendiri bukan dari keluarga yang ternama gitu. Ya gak kekurangan, gak kelebihan, tapi berkecukupan. Cuma gue sendiri sering ngeliat orang tua gue yang kecapean gitu kayak, aduh gak tega nih ngeliat. Pengennya nanti buat ngangkat derajat mereka juga, biar nanti masa-masa tua mereka tuh terjamin dan hidup bahagia gitu sih kalau gue. Keluarga aku emang bukan dari keluarga yang pendidikannya tinggi, jadi mereka emang ngerahin semua tenaga mereka, waktu mereka untuk nyokohin aku tinggi-tinggi. Jadi intinya aku gak mau ngecewain mereka. Soalnya dari orang tua itu mereka backgroundnya mereka itu kan cuma lulusan SMA, tapi mereka itu bisa ngulihain aku sampai sekarang dan kayak aku pengen banget ngebanggain mereka berdua itu motivasi terbesar aku biar bisa kuliah tinggi-tinggi. Ekspektasi aku di dunia pekerjaan sebenarnya lebih ke environment-nya sih. Aku takut aja gitu dunia pekerjaan itu nanti environment-nya toxic, terus kayak saling pressure satu sama lain. Jadi ekspektasi aku sebenarnya di dunia kerja aku itu kerjanya enjoy, saling kolaborasi satu sama lain, dan juga salah satu... Satunya yang ekspektasi aku juga pasti high salary sih, karena aku juga pengen financial freedom di bawah umur 30 tahun. Yang gue ekspektasi di dunia kerja nanti sih beda banget sama apa yang gue pelajarin di kuliah sama sekolah, karena gue udah denger banyak cerita nih, kayak apa yang gue pelajarin di sekolah. sekolah atau kuliah itu yang kepake dikit banget kayak lo harus belajar banyak lagi di dunia kerja karena practical sama theoretical itu beda banget aku nggak punya ekspektasi yang spesifik banget sih tentang dunia pekerjaan cuman aku berharap banget apa yang aku kerjain nanti tuh nggak cuman administratif tapi pekerjaan yang bener-bener bisa memberikan dampak bagi banyak orang nah mungkin aku berharapnya ntar di dunia kerja kita nggak yang terlalu terpatok dengan standar Kita bisa mengeksplor diri kita sebebas mungkin di dunia pekerjaan kita nantinya. Ekspektasi gue kayaknya nanti bakalan ada banyak kerja sama cross division yang gue harap bakal seru sih, semoga bakal dikit perdebatannya. Setelah mengikuti Lazada After Class, banyak banget pengalaman yang aku dapetin disini. Salah satunya adalah gimana cara aku menemukan suatu core masalah dari sebuah kasus gitu. Harus mikir tanpa kotak. Kalau juri-juri ngomong, lo harus mikir di luar kotak. Menurut gue itu salah. Lo harus mikir tanpa kotak. Tapi ternyata kalau lo dikasih objektif A dan lo mau solusi dari B, C, D sampai Z, itu lo bisa banget. Dan itu nggak dilarang di dunia kerja. Pengalamannya tuh jauh lebih banyak daripada ekspektasi aku sih. Ternyata banyak banget orang yang jauh lebih pintar. jauh lebih kreatif dan jauh lebih entertaining dibandingkan tata cara pemikiran aku. Untuk sekarang ini kan teman-teman gue banyak dari kayak manajemen, bisnis, marketing. Nah dari situ gue tuh tau kalau oh ternyata jurusan mereka tuh melajarin hal ini, oh ternyata hal yang kayak gini yang gue sebelumnya gak tau kalau itu tuh ada tuh ternyata dipelajarin sama mereka. Yang pertama itu harus bisa bekerja sama dengan anggota baru, kayak meskipun kita baru kenal kita harus bener-bener bisa bekerja. Terus yang kedua itu kita harus mengerjakan semua hal itu dalam waktu yang sempit lah. Itu salah satu challenge yang mungkin bisa menggambarkan dunia kerja nantinya. Dan yang ketiga itu, kita harus benar-benar, yang ekspektasi aku di awal di dunia kerja, kita harus benar-benar out of the box dan kita harus mengeksplore diri kita masing-masing. Setelah ikut Lazada After Class ini, gue jadi tau kalau ternyata harus ada kerjasama yang sinergis antara berbagai divisi. Jadi gue itu nggak bisa kerja sendiri, gue harus kenal teman divisi lain biar bisa tektokannya lebih enak. Dan banyak banget sih yang bisa gue ambil dari sini. Ya tentu saja, soalnya salah satu case nya sendiri kan logistik dan memang salah satu hal yang aku minati terkait supply chain juga dan itu benar-benar ngasih gambaran apalagi waktu kita datang ke warehouse nya itu, oh ternyata gini kayak perjalanan barang kita. di logistiknya Lazada Lazada After Class benar-benar memberikan aku ekspektasi, gambaran nih tentang ekspektasi aku tentang dunia kerja karena sebelumnya aku gak tau kan dunia kerja itu gimana nah setelah ikut Lazada After Class karena kita juga shootnya itu di kantor Lazada jadi aku jadi bisa melihat nih oh ternyata environment di Lazada itu gini ternyata environment di industri e-commerce itu gini jadi aku lebih tergambar sih gimana cara mereka berkomunikasi cara mereka menyelesaikan masalah itu bisa terlihat di sini jadi dari Lazada After Class sendiri itu... gue jadi tau juga tentang dunia pekerjaan. Kenapa? Karena tuh sebenarnya konsepnya kan mirip-mirip ya. Jadi gue tuh dikasih kasus, terus juga gue nyesel kasusnya nih sesuai dengan solusi-solusi yang gue paparkan. Terus nanti ada nih orang-orang yang bakal dengerin solusi gue terus nanti kritisin gue, yaitu atasan gue kalau di dunia pekerjaan. Jadi ini cukup banget menggambarkan tentang gimana kondisi dunia kerja pada umumnya. Terus selain itu, dari pengerjaannya, itu kayak dapet banyak banget pelajarannya. Setelah ikut Lazada After Class, jujur aku jadi ngeliat banget sih ternyata dunia pekerjaan itu kayak gimana gitu. Kan pada saat itu juga emang langsung dapet insight dari para expert gitu. Waktu itu tuh kalau misalnya aku bikin solusi marketing, berhubung aku lumayan sering bikin karena mata pelajaran aku adalah branding, aku tuh kayak bikin yang keren-keren aja gitu, yang penting keren, yang penting bisa awarenessnya keren. Tapi sebenarnya nggak semudah itu gitu, karena kalau misalnya mau bikin yang keren-keren doang semua orang bisa. Tapi kalau misalnya mau bikin yang keren dan... impactful itu harus dipikirkan secara matang gitu. Ketika nanti di pekerjaan nanti aku tuh harus banget bisa memahami apa yang mereka mau supaya nanti hasil pekerjaan aku baik dan supaya akan terbentuk keefektifan lah atau win-win solution baik untuk aku ataupun untuk atasan aku nanti. Halo teman-teman, saksikan kami di channel Youtube Lazada Indonesia. Untuk info tentang karir dan kesempatan beasiswa dari Lazada, kamu bisa follow at live at lazada.id Terima kasih. Terima kasih.