🗣️

Wawancara Sejarah Pak Harto dan Reformasi

Apr 24, 2025

Catatan Wawancara dengan Bapak Harmoko

Pendahuluan

  • Wawancara oleh Retno Santiastuti mengenai peristiwa Mei 1998.
  • Narasumber: Bapak Harmoko, mantan Ketua DPR/MPR RI.

Awal Mula Pemilihan Pak Harto

  • Oktober 1997: Ulang tahun Golkar, permintaan untuk Pak Harto menjadi presiden untuk ketujuh kalinya.
  • Pertimbangan: Konstitusi dan keputusan dalam organisasi Golkar.
  • Pak Harto dicalonkan oleh semua fraksi di MPR.
  • Aspirasi masyarakat di internal Golkar untuk memilih Pak Harto kembali.

Tragedi Mei 1998

Aspirasi Masyarakat

  • Tiga aspirasi yang muncul:
    1. Reformasi total.
    2. Pengunduran diri Presiden Soeharto.
    3. Sidang Istimewa MPR.
  • Tanggapan DPR: Mengadakan konsultasi dan menyampaikan aspirasi kepada Presiden.

Pertemuan dengan Presiden

  • Tanggal 5 Mei: DPR diundang untuk konsultasi.
  • Pak Harto menyatakan akan memimpin reformasi dan menyerahkan keputusan pengunduran diri kepada fraksi-fraksi.
  • Tidak ada respons terhadap usulan Sidang Istimewa MPR.

Pernyataan DPR

  • Tanggal 18 Mei: DPR mengeluarkan pernyataan mendorong Pak Harto untuk mengundurkan diri.
  • Tanggal 20 Mei: Mahasiswa meminta informasi tentang tanggapan Presiden terhadap pernyataan DPR.
  • DPR menunggu respons dari Presiden, ada deadline hingga Jumat.

Pengunduran Diri Pak Harto

  • Tanggal 20 Mei malam: Pak Harto memutuskan untuk mengundurkan diri setelah mengetahui menteri-menterinya mengundurkan diri.
  • Tanggal 21 Mei: Konsultasi dengan pimpinan DPR, mengumumkan pengunduran diri.
  • Wakil Presiden Habibie dilantik dan mengucapkan sumpahnya di depan Mahkamah Agung.

Proses Pengunduran Diri

  • Pak Harto menyatakan tidak lagi menjadi presiden dan meminta pimpinan DPR untuk menjaga bangsa.
  • Diskusi mengenai kemungkinan Sidang Istimewa MPR tidak dilakukan karena situasi yang cepat berubah.

Kesimpulan

  • Pak Harto mengundurkan diri secara konstitusional sesuai dengan Pasal 8 UUD 1945.
  • Wawancara berakhir dengan ucapan terima kasih dari Retno Santiastuti kepada Bapak Harmoko.