Masyarakat Jawa dikenal sebagai masyarakat yang memiliki berbagai macam kearifan lokal yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Salah satunya adalah sistem peruboh, yaitu sistem pengelolaan bambu secara tradisional dari proses penebangan hingga pengawetan. Inilah Pak Sadiman, seorang pria berusia 88 tahun yang mengabdikan diri sebagai petani. Dia tinggal bersama istrinya di dosun Jetes, Rakitan, Bayak, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Pak Sadiman adalah satu-satunya orang yang masih mempraktikkan sistem beruhu di desa ini.
Rumahnya tampak sederhana, namun masih menunjukkan kekokohannya. Rumah hasil warisan dari orang tuanya ini dibangun menggunakan kayu dan bambu yang dikelola dengan sistem berukur. Kewan rumah ini, namanya kayu caking bunuh. Jangan lupa untuk menikmati rumah ini, dan juga untuk membeli joket.
Mungkin tidak akan ada joket yang lebih baik. Jangan lupa untuk membeli joket. Jika tidak ada joket, mungkin tidak akan ada rumah ini.
Jika tidak ada joket, mungkin tidak akan ada rumah ini. Tidak ada tengah minggu, tidak ada volume minggu. Mungkin lebih tinggi lagi, mungkin.
Mungkin jadi ini pasangnya lebih besar. Jadi mungkin minggu dipasang, mungkin itu masuk. Ini mungkin, sing sing dikau.
Mungkin saya muda-muda, mungkin terlalu. Kami menganggap ini adalah sebuah perubahan. Kami membutuhkan jalan untuk mencapai kembali ke Tengah.
Kami menganggap ini adalah sebuah perubahan. dan mengatakan, Rana Tumba, ini, ini mengurut Pak, Ini datang dari perjalanan, nanti akan berjalan. Nanti ini, saya ingin membuatnya lebih jauh.
Nah, di tengah ini, itu saja. Terus, dua-duanya, ya, akan berjalan. Nanti, kita akan menemukan, ini kita akan menemukan. Ini, mungkin, banget. Maka, ini, kita harus menjaga hukumnya, untuk membuatnya lebih baik.
Untuk menjaga. Jadi kami mengurangi keburusan. Nah, itu meratang pering. Itu meratang pering itu diantara kita. Nah, sehingga umurnya itu terlalu tua.
Namun, bukaan ini juga sudah setahun saja. Ini memangnya, umur setahun itu sudah. Paling umurnya, rupanya...
Jadi, saya mengatakan kepada mereka, kita harus menjaga hati kita, hati kita adalah bosa. Bosa itu bukan hanya buku, tapi juga bintang. Bintang itu sangat sulit.
Jadi, saya mengatakan kepada mereka, mereka harus memiliki kemampuan. Nah, ini pun, di Tiongkok, ini, menggunakan ini, ini, di antara umur 100-100 tahun. Ini, menggunakan ini, pun, 30-an, pun, pun, 30-an, juga, selama ini, ini, agak ganti, setinggi-setinggi, nah, dikawal.
atau tetap ngedekuman itu, gak ada yang nunggu. Di kanan itu gak ada. Ini yang dikandalkan adalah Tata, Pengere, Belanda, Tata, dan itu juga, itu.
Jadi ini, ini cuma yang dikandalkan, ini katanya juga, ini yang dikandalkan. Kedek ini, ini bukan dikandalkan. Ini di kanan itu, ini.
Dan, dan, tak jika le, bu, raya, raya itu, ini, cemara, ini, buatan, apa, ini raya, ini, tak jika, ini, itu, temap, ini, paman, sapa, ini, pamping, Tapi ini bukan damai-damai, ada di situ. Ini memang duduk, jadi kalian jadi aling-aling atau apa. Salah satu filosofi hidup masyarakat Jawa adalah Nganggu Seng Ditandur, Nandur.
Singdi Enggong. Menggunakan yang ditanam, menanam yang digunakan. Filosofi tersebut tercermin dalam perilaku mereka ketika melakukan sistem perubuh ini.
Dimana masyarakat menanam dan menggunakan bambu untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Sistem rubuh dimulai dari proses penebangan, pengeringan, perendaman, dan penyimpanan. Zaman dulu ini, yang ngedok pengen namanya Ndutbu. Nah, zaman tadi, buat yang ngerti, Ndutbu kalau ngedok, ngedok pengen.
Namping ini, Ndutbu paling buatan umurnya 3 tahun. 3 tahun ini, dia udah milih. Paling dekat dengan umur saya, saya masih masih dekat dengan umur saya.
Saya masih dekat dengan umur Kami menggunakan bumbu ini untuk menghidupkan orang. Seperti ini, ini adalah bumbu. Ini adalah bumbu yang kita gunakan untuk berdoa.
Ini adalah bumbu yang kita gunakan untuk menghidupkan alam. Jika ada yang mengajar, saya akan beri dukungan kepada mereka. Jika mereka tidak mempercaya, saya akan beri dukungan kepada mereka.
Saya akan memberi dukungan kepada Kami menggunakan kondisi yang terbaik untuk membuatnya lebih baik. Ini adalah kondisi yang terbaik. Kondisi ini adalah kondisi yang terbaik.
Ini adalah kondisi yang terbaik. di tempat yang dianggap sebagai kubat. Kadangnya, ngadek-ngadek itu lama kita tidak tahu.
Ini pun biar, tujuh jejak, lana jejak itu, madi ini, tolong kita. Kalau tidak dikoyak, dikoyak dengan kandung. Kalau dikoyak dengan kandung, mungkin akan terbentuk.
Tapi tidak terbentuk. Ini tidak ada. Ini Bambu atau kayu yang sudah dikeringkan kemudian direndam selama minimal dua bulan.
Namun jika menginginkan hasil yang baik, bisa direndam selama beberapa bulan. Waktu ini, tanggung ini, tanggung ini menggantung tuyangan. Nah, kalau setahun tidak bisa. Tati ini juga resiko, nah subuh ini juga.
Jika tidak, maka tidak bisa diberikan kepadanya. Ini adalah sebuah bursa. Bursa ini tidak hanya untuk si om, si kula, si anggota, ini juga untuk bursa narap. Ini juga untuk bursa keting.
Tapi ini tidak hanya untuk bursa yang berapa berat. Tapi ini juga untuk bursa yang lebih besar. Ini tidak hanya untuk bursa yang lebih besar, ini juga untuk bursa yang lebih besar, yang lebih besar di tengah. Ini juga untuk bursa yang lebih besar.
Kami berdua berdua, kami berdua berdua, kami berdua berdua, kami berdua berdua, kami berdua berdua, kami berdua berdua, kami berdua berdua, kami berdua berdua, kami berdua berdua, kami berdua berdua, kami berdua berdua, kami berdua berdua, kami berdua berdua, kami berdua berdua, kami berdua berdua, kami berdua berdua, kami berdua berdua, kami berdua berdua, kami berdua berdua, kami berdua berdua, kami berdua berdua, kami berdua berdua, kami berdua berdua, kami berdua berdua, kami berdua berdua, kami berdua berdua, kami berdua berdua, kami berdua berdu Ini aku bayangkan, percaya. Dari taris ini, berarti enak. Garing, berarti aku berpaks.
Aku bilang, jalan ini magel. Magel ini, makanya, bosok, bosok ini, bosok. Ini nak garing itu, makanya.
Tapi, mereka tidak akan mengangkat kekuatan. Mereka Kami memiliki tahanan. Tahanan sehingga kita bisa berjaya.
Jadi, kita bisa berjaya. Ini adalah satu hal. Kita membuatnya dengan potongan. Di dalam itu, kita bisa membuatnya dengan memotongan.
Dari dulu, ini di Baman itu, dari dulu ini saya menggunakan, ini saya berusok di sini. Jika saya tidak, ini saya berusok. Berusok, saya tidak bisa berusok.
Ini saya berusok. Gak boleh patok, saya kuat. Kami berdua berdua, kami Jadi, ini juga bergantung pada kita.
Jika kita tidak memiliki kemampuan, kita akan memiliki kemampuan untuk membuatnya lebih baik. Ini juga bergantung pada kita. Ini juga membuat kita lebih kuat.
Pada saat Pamaning mengatakan bahwa kita harus memiliki kemampuan untuk membuatnya lebih baik. Jika kita tidak memiliki kemampuan, kita harus memiliki kemampuan untuk membuatnya lebih baik. Jadi, ini juga bergantung pada kita. Jika kita tidak memiliki kemampuan, ini juga bergantung pada kita. Ini juga bergantung pada kita.
Kayu atau bambu yang sudah diangkat dari air, kemudian dicuci, dan disimpan di tempat yang teduh, dan terhindar dari panas matahari langsung. Tomato itu memandang selera. Dan kalau kita mengalirkan itu, resikonya lebih tinggi dan lebih kuat.
Nah ini sudah cukup untuk memandang. Dan itu nanti di Kumbaya. Di Kumbaya nanti. Ketika mereka mengambil pecah, mereka tidak bisa mencari.
ini tidak dipercaya, atau langsung dipercaya. Hai sayangnya walaupun sistem berubah itu terbukti mampu menjaga kelestarian alam ternyata praktek ini sudah banyak ditinggalkan oleh masyarakat dengan alasan ekonomi dan kemudahan saat ini biasanya orang hai hai Menebang bambu itu tanpa menggunakan pranobam mongso atau tanpa menggunakan waktu yang tepat. Asal butuh langsung tebang, asal butuh langsung dihidang. Untuk tren sekarang seperti itu. Yang perlu kita ajung jempol adalah...
Jika bambu itu masih banyak di sekitar kita, sumber-sumber air yang ada di lingkungan kita itu lebih mudah kita dapat. Atau banyak sumber air yang kita dapat. Tapi, untuk... Akhir-akhir ini, masyarakat sudah mulai kehilangan atau mulai kebingungan bagaimana mendapatkan sumber air yang sepanjang tahun itu bisa kita memanfaatkan air sebaik-baiknya.
Orang tua kita mewariskan sumber daya alam yang kaya dan asri. Maka kewajiban kita adalah menjaga dan mewariskannya kepada anak cucu kita. Menjaga lingkungan adalah bentuk pengabdian diri kepada Tuhan dan wujud kasih sayang terhadap generasi yang akan datang. Mari! Kita jaga agar anak-anak kita bisa menyatu dengan alam, dengan bahasa dan sendiri.