apalagi malam hari ini temanya sebenarnya tentang diri kita jadi malam hari ini kita membahas salah satu insting yang ada dalam diri kita Karena ini sifatnya insting, kalau dalam bahasa agama itu dekat dengan fitrah, kondisi alami yang sudah ada dalam diri kita. Tapi kalau kita tidak mengelolanya dengan baik, dia bisa jadi masalah. Nah... Sering saya bilang pendidikan kita itu fokusnya masih positivistik, masih pada akal dan banca indera. Sementara alat-alat kita yang lain jarang dibahas, termasuk insting ini.
atau naluri masih ada lagi nurani hati, kolep masih ada lagi intuisi belum lagi imajinasi kita masih punya perangkat yang jarang kita garap malam hari ini kita belajar satu tentang insting, itu pun satu aspek saja Hanya sedikit orang yang melihat dengan mata kepala sendiri dan merasakan dengan hati sendiri. Kamu tidak berani melihat sendiri, tidak berani merasakan sendiri. Menyesuaikan diri dengan baik dalam masyarakat yang sakit, itu bukan ukuran kesehatan. Maksudnya beliau apa? Kita kan sering pakai alasan adaptasi.
Kita kan kan harus beradaptasi, Pak. Kita kan harus menyesuaikan diri, Pak. Iya sih, kalau yang kamu adaptasi, sirkelmu sirkel yang sehat. Masyarakatmu masyarakat yang memang baik. Tapi kalau kelompokmu kelompok yang negatif, kalau temenmu toksik semua, lah ngapain kamu beradaptasi?
Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahirrahmanirrahim Wabihi nasta'inu ala umurid dunya waddin Allahumma sholli wa shollim wa barik ala habibina wa syafiina sayyidina wa maulana Muhammadin wa ala alihi wa ashabihi wa mandabi'ahum bi ihsanin ila yaumiddin. Amma batu. Bismillah, mari kita lanjutkan belajar lagi. Malam hari ini kita masih ada di tema menata diri, mengarahkan diri. Mari kita tata dulu niatnya, nah waitunya tetap ilmunya.
Jadi bukan rame-ramenya Semoga juga bukan karena ingin nonton saya Buat apa kalian nonton saya? Ada yang jauh lebih mulia dari itu yaitu ilmu jadi malam hari ini kita membahas salah satu insting yang ada dalam diri kita karena ini sifatnya insting, kalau dalam bahasa agama itu dekat dengan fitrah kondisi alami yang sudah ada dalam diri kita tapi kalau kita tidak mengelolanya dengan baik, dia bisa jadi masalah nah Malam hari ini kita belajar salah satu jenis insting yang dikenal sebagai hurt insting. Hurt insting itu kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia itu biasanya insting atau dorongan jiwa, hurt itu kawan. atau kumpulan jadi dorongan jiwa kita untuk bersosialisasi untuk hidup bersama orang lain jadi ini salah satu insting kita, salah satu dorongan jiwa kita tidak perlu belajar, otomatis kita punya dorongan itu, itu insting sama kayak dorongan jiwa untuk menikah, dorongan jiwa untuk dan lain sebagainya insting itu ada yang mengkategorikan tiga Selain heart instinct, ada self-preservation instinct, ada race preservation instinct Selain dorongan untuk berkelompok berkerumun, ada dorongan untuk menjaga diri kita Makanya dalam diri kita ada beberapa aspek yang muncul begitu saja Misalnya Naluri untuk Mencari makanan Naluri untuk Melindungi diri Tidak ingin diganggu Naluri untuk ingin tahu Orang yang ingin tahu itu kenapa Biar saya selamat Ada banyak hal yang harus saya ketahui Ini self preservation Termasuk Sifat agresif Agresif kadang-kadang kita Awas jangan ganggu saya Itu sebenarnya defense kita Itu kan dorongan jiwa untuk self-preservation itu otomatis sudah kalau ada orang mau mukul kalian, tangannya baru mengangkat saja, kalian sudah ancang-ancang kenapa?
dorongan jiwa mau, ini ada ancaman dari luar ini self-preservation termasuk dorongan jiwa untuk makan Mencari makan itu dorongan Tidak perlu pakai diskusi Begitu perutmu lapar, kamu tetap bergerak Mencari makanan Jadi tidak perlu Kamu pakai seminar, Pak Perut saya kok kerucuk-kerucuk ya Pak Ini memahaminya pakai Tidak perlu teori apa ya, filsafat apa ya, tidak capek-capek begitu, pokoknya ayolah lapar, ayo makan saja, ngantuk ya tidur saja. Ini namanya self-preservation instinct. Termasuk menghindari, dari rasa sakit, rasa tidak enak. Jadi kita itu ingin nyaman, ingin enak. Maka kita secara tidak sadar punya kecenderungan menghindar dari rasa tidak enak.
Pingin sih ikut ngaji filsafat, tapi ternyata teman saya yang paling saya benci sudah berangkat duluan. Males, mau ke sana, lihat wajahnya saja sudah mules aku misalnya. Kamu terus tidak jadi berangkat.
Kenapa? Kamu ingin nyaman. Jadi itu salah satu dorongan jiwa.
Namanya self-preservation instinct. Ada lagi lebih luas, yaitu race preservation instinct. Ini dimiliki setiap orang yang berhubungan dengan kelestarian makhluk yang namanya manusia. Jadi kita itu sebagai pribadi durasi hidup.
Hidup kita terbatas, tapi ada dorongan dalam jiwa kita agar hidupnya manusia itu berlanjut terus. Ini namanya race preservation instinct. Dorongan seksual, yang cowok suka dengan yang perempuan, yang laki-laki senang dengan yang perempuan. Ini dorongan jiwa, kalian apa pernah belajar? Saya ini laki-laki, berarti saya harus senang perempuan.
Cara? senang, enggak ada. Otomatis saja rasa suka itu muncul. Itu yang disebut insting.
Jadi, sek itu ya dorongan langsung. Jadi, kalian enggak perlu, Pak saya harus belajar detail ini Pak. Enggak harus begitu.
Dorongan itu ada. Makanya ngapain kamu ngumpulin video-video banyak itu. Nanti kalau ditanya alasannya, lho Pak ini kan saya harus belajar Pak. Harus banyak rujuan Pak.
Masih banyak hal lah. Jadi alasanmu saja Itu mungkin bisa jadi alasan Kenapa sih kamu kok suka sekali video-video gitu Jangan-jangan kamu salah mengaktualkan Dorongan Seksualitas dalam dirimu Agama ngasih tuntunan Kalau memang tidak kuat, ya menikahlah Kalau memang, kalau hadisnya Nabi itu kan, kalau menikah tidak mampu, ya puasalah. Pak tambah susah, Pak sudah ditahan tidak bisa menikah, ditahan tidak boleh makan.
Maksudnya itu mungkin semacam pengalih perhatian daripada kamu mikir gitu-gitu terus mending mikir lapar ya nanti makan apa. Jadi ini secara psikologis mungkin ke situ, kalau kamu sedang lapar kan sudah pikiranmu diajak ke situ. itu tidak bisa.
Yang dipikir lemes sudah kamu pikir makan. Ini race preservation. Tiba-tiba saja nanti kalau kalian punya anak begitu sayangnya sama anakmu. Meskipun kalian tidak pernah kursus parenting Tidak pernah ikut pelatihan Jadi orang tua yang baik yang begini yang begitu Insting itu muncul sudah dalam dirimu Meskipun yang sek tadi kalian gak ikut pendidikan sek yang gimana kan banyak itu sekarang model-model gitu Saya yakin kalian sudah bisa Jadi meskipun nanti mungkin ada cara-cara yang lebih manusiawi atau yang gimana ya monggo saja Tapi dorongan itu ada Jadi yang laki-laki suka yang perempuan dalam rangka apa?
Berketurunan Makanya mungkin belakangan banyak ya isu-isu Pak sekarang anak muda hari ini itu banyak lho Pak yang gak mau menikah Mungkin dorongan untuk menikah itu tertimbun karena kalian punya kegelisahan ini, kegelisahan itu Tapi dorongan segitu gak bisa kita timbun Itu terlalu banyak pasti ada. Mungkin yang tidak menikah, nanti nyari pelampiasan yang lain. Tapi ini namanya fitro, insting.
Kita pasti punya itu. Tinggal, makanya bahasa kita malam hari ini mengontrolnya. Mengontrol itu bukan berarti mematikan, tapi mengarahkannya agar membawa pada kemanfaatan atau kemaslahatan hidup.
Nah, jadi ini di antara sisi diri kita yang jarang dibahas. Sering saya bilang pendidikan kita itu fokusnya masih positivistik, masih pada akal dan banca indah. sementara alat-alat kita yang lain jarang dibahas termasuk insting ini atau naluri masih ada lagi nurani hati kolep masih ada lagi Belum lagi intuisi Belum lagi imajinasi Kita masih punya perangkat yang jarang kita garap Malam hari ini kita belajar satu Tentang insting Itu pun satu aspek saja Yaitu heart instinct Insting sosial Insting kerumunan Baik, apa sih heart instinct itu?
Ini kalau pakai definisi Heart instinct itu dorongan alami manusia Juga hewan-hewan Untuk mengikuti tindakan atau perilaku kelompoknya secara kolektif Jadi ada dorongan dalam jiwa kita Untuk menyesuaikan Hidup dengan kelompok kita Jadi Lu kelompok saya kok jalan semua Ke utara, yuk saya harus ke utara Berarti Kelompok saya kok ikut jalan ke selatan semua, ya saya harus ke selatan. Ini hurt instinct, jadi dorongan jiwa sosial dalam diri kita. Wah teman-teman kok ikut ngaji filsafat semua ya, tinggal saya yang beli.
Terus kalian gelisah. Ah saya harus ikut saja. Begitu kalian ikut. Meskipun sebenarnya kalian mungkin tidak terlalu senang.
Kamu nyaman. Karena sekarang kamu ada di kelompokmu. Ini yang disebut heart instinct. Jadi naluri kelompok. Oke.
Makanya ini disebut fitroh, karena setiap orang pasti punya dorongan itu. Kalian beda sendiri kan tidak mau. Tidak enak kelihatan terkucil, tersisi, tidak sama dengan yang lain, itu menggelisahkan. ingin sama saja seperti yang lain, seperti orang lain.
Baik, jadi ketika kita menyesuaikan diri dengan banyak orang, ketika kita memutuskan sesuatu, tapi sebenarnya itu bukan mau kita, tapi maunya kelompok kita. Dan kita nyaman dengan itu, meskipun Mungkin dalam banyak hal kadang-kadang kita tidak cocok, tidak setuju, tapi tidak apa-apalah. Pokoknya keputusannya orang banyak, saya ikuti. Ini namanya heart instinct. Dulu pernah kita membahas kebenaran, ada kebenaran itu yang sifatnya objektif, ada kebenaran itu yang sifatnya subjektif, ada kebenaran itu yang sifatnya intersubjektif.
Nah, dalam kerumunan, dalam kawanan, dalam kelompok, ini kebenarannya sifatnya intersubjektif. Sifatnya kesepakatan. Begitu kita sepakati Ya dia jadi kebenaran Yuk untuk kos-kosan kita Misalnya kalau kuliah Pakai baju hitam-hitam terus yuk Nah ini namanya kebenaran pakai baju hitam Itu namanya intersubjektif Kalau sudah intersubjektif berarti sudah disepakati Kalau ada yang tanya Apa dalilnya kamu pakai hitam-hitam Tidak ada hubungannya dengan dalil Ini kesepakatan Karena apa?
Karena ranahnya ranah hidup bersama Ranah sosial Kenapa kok ada begitu? Karena ada dorongan dalam jiwa kita Untuk hidup bersama orang lain Kalau kita hanya mengandalkan kebenaran subjektif-subjektif saja Kemungkinan konfliknya besar Dan itu tidak nyaman Tidak enak kan kalau hidup itu masing-masing egois Subjektif-subjektif Padahal kita Ada di ruang yang sama Akhirnya dibuatlah kesepakatan-kesepakatan bersama Ini yang disebut intersubjektif Nah, dorongan jiwa berarti Heart instinct itu Kenapa dorongan jiwa ini muncul? Nah, ini ada beberapa alasannya Alasan pertama untuk keberlangsungan hidup. Jadi kita itu dalam banyak aspek tidak bisa sendirian.
Bahkan ada yang menjelaskan dalam kelompok hewan tertentu berkelompok itu lebih memperbesar kemungkinan survive. Ini contohnya misalnya kambing yang banyak. Misalnya ada Ada harimau datang, itu kan kemungkinan selamat kita besar.
Karena kita tidak tahu nanti kambing yang mana yang diterkam harimau. Tapi kalau kamu sendirian, satu-satunya ketemu harimau, ya mesti kamu siapa lagi yang kena. Nah ini insting kerumunan.
Di tengah orang banyak, saya bisa selamat. Jadi aman, kayak kalian itu tuh cowok-cowok kadang ngumpul bareng-bareng Terus mungkin ada cewek lewat terus suit-suit Begitu ceweknya noleh, siapa yang tadi suit-suit? Diam semua, bukan saya Kamu selamat, coba kamu sendirian Mesti ketahuan bahwa itu kamu Nah itu logika sederhana Kenapa kerumunan kadang-kadang menyelamatkan Jadi, itu alasan pertama.
Jadi, instingmu jalan. Ini cara untuk aman apa? Ngabung dalam kelompok.
Biar tidak kelihatan kamu beda sendiri. Tapi kalau kamu sendirian, ada apa-apa, yuk kamu yang diserah. Siapa lagi kalau bukan kamu?
Wang adanya cuma kamu. Kayak saya tadi ngajar ada mahasiswanya ngantuk, salah satu cuma saya enggak lihat, tiba-tiba ada yang menguap keras sekali, wah gitu. Terus ayo siapa tadi yang menguap, diem semua.
akhirnya selamat semua. Karena saya tidak bisa tahu dalam kerumunan itu tadi siapa. Dan mungkin mahasiswanya kompak, ini tidak usah bilang siapa, pokoknya ada di antara kita.
Kerumunan itu kadang-kadang menyelamatkan. Bareng-bareng, ya sederhananya bisa saling melindungi. Yang kedua, perlindungan dan keselamatan. Saling melindungi, karena kita bareng-bareng. Bersama-sama jauh lebih kuat daripada sendirian.
Dalam senang maupun dalam sedih. Kayak iklan rokok itu, tidak ada kamu tidak rame, tidak enak, tidak senang. Kalau kamu ada, aman sudah. Kalau ada apa-apa, Kita bisa saling lempar tanggung jawab.
Jadi, ah bukan saya, kan ada kamu buat apa. Itu kayak, mungkin kalau kalian mudik pulang kampung terus ibumu marah-marah, ayo enggak ada yang mau nyapu. Itu kan kalian kalau saudaranya banyak berkelompok.
kamu dong, kamu dong ibumu capek ini harus dimarahi satu-satu ya capek, tapi kalau kamu pas sendirian di rumah yang nyampu siapa, yang buang sampah siapa, mau tidak mau ya kamu nah, itu alasannya, kenapa banyak orang itu lebih safe, lebih aman Yang ketiga, resikonya jadi minimal. Barang berat, kalau dijinjing bareng-bareng jadi ringan. Barang ringan, kalau tidak dikerjakan, ya tidak selesai.
Tapi kalau banyak temannya, lebih enak. Pekerjaan satu, kalau kalian berdua jadinya setengah-setengah. Pekerjaan satu, kalian bersepuluh, ya sepersepuluh semuanya.
Lebih ringan, lebih enak. Itulah kenapa muncul secara naruriah insting untuk berkelompok. Baik, kalian misalnya Mungkin kalau yang datang padamu Misalnya tiba-tiba ada yang menyerangmu Satu, misalnya anjing Kalian mungkin masih berani Alah anjing satu aja nyari kayu Kamu kejar-kejar balik Tapi begitu anjing sepuluh Yang lari kamu Dia sedang bersama Kawan-kawannya Itulah Resikonya jadi lebih Minimal Baik Cuma teman-teman Ini tadi kan masih sifatnya positif, enak ya punya teman banyak, enak ya punya banyak pendukung.
Sampai di titik ini masih aman. Tapi pada saatnya dari hurt instinct bisa lahir namanya hurt mentality. Atau kadang-kadang disebut mob mentality.
Mental kerumunan. Kalau ini mob mentality. mulai agak kita harus hati-hati.
Mental kerumunan itu apa? Ada beberapa penciri. Yang pertama mental kerumunan itu, kalian sudah tidak mau berpikir lagi, yang penting ikut saja teman-teman. Ikut saja kelompok saya.
Kalian hanya niru saja. Nah ini sudah hurt mentality. Temanmu tadi saya kasih contoh ya Temanmu ke utara kamu ikut ke utara Temanmu ke selatan kamu ikut ke selatan Alasannya apa enggak tahu Itu kan kayak Film-film Humor zaman dulu ya Kayak film Don't Know Kasino indra itu Ada satu meja orang Yang satu ngasih roti Ditiru kasih roti, kasih daging Ditiru kasih daging, dikasih apa Ditiru kasih apa, kamu hanya Niru saja, gak ngerti alasannya Begitu begitu mau kamu makan, ternyata orang yang kamu tiru ngasih makan anjing di bawah.
Itu kan tidak nyambung, kamu ikut saja karena tidak tahu tujuannya, kamu manut saja, ternyata arahnya tidak seperti yang kalian bayangkan. Jadi mengikuti kelompok tanpa berpikir, tanpa mempertimbangkan kelompokmu sedang apa, tujuannya apa, mereka melakukan itu alasannya apa, yang penting mereka melakukan saja, kamu ikut melakukan. Kalau tiba-tiba saya noleh ke kanan, Sambil lihat ke atas Sebagian besar mesti ikut saya Lihat ke atas Tanpa sadar Tiba-tiba Pak Faiz noleh Lihat ke atas Nah Itu cirinya manusia Terpengaruh oleh kelompoknya sehingga akhirnya dia hanya ikut-ikutan saja Berarti kalian mulai kena hurt mentality ini Yang kedua, cirinya orang hurt mentality, melakukan apapun kalian memerlukan validasi atau persetujuan orang lain. Atau setidaknya menghindari tidak dinilai negatif oleh orang lain Ini ciri kedua Kadang pakai baju saja kalian mikirnya ini nanti teman-teman komentar enggak ya Senang ya dengan yang saya pakai Saya suka sih baju ini tapi nanti jangan-jangan ada yang komen Nanti jangan-jangan ada yang enggak Suka, ini pertimbangan-pertimbangan seperti ini salah satu ciri bahwa kalian mulai tenggelam dalam kerumunan kalian mulai hilang, dirimu sendiri sudah tidak ada yang yang Selalu jadi pertimbanganmu adalah pendapatnya orang lain, pikirannya orang lain, komentarnya orang lain.
Berarti kalian sudah mulai hurt mentality. Pak teman-teman saya itu sekarang pakai jeans. semua, celananya tidak ada yang pakai sarung, padahal saya senangnya pakai sarung tapi kan, kalau nanti saya pakai sarung sendirian, nanti saya dianggap tidak update dianggap, wah terus akhirnya kamu memaksakan diri pakai jin dan kamu merasa sangat tidak nyaman dan tersiksa nah ini contoh, berarti kamu terkena sindrom hurt mentality mentalmu sudah mental kerumunan kamu tidak berani mengekspresikan keinginanmu sendiri karena kuatir nanti kalau saya ekspresikan nanti diketawain nanti dikomentari jelek nanti dapat jempol ke bawah nanti pokoknya pertimbanganmu itu semua berarti kamu sudah mulai tenggelam dalam kerumunan yang ketiga biasanya tanpa berpikir panjang kita menyesuaikan dengan yang dipikirkan atau dilakukan Banyak orang.
Hari ini trennya apa? Kita ikut ke sana. Tidak pakai mikir.
Ini berarti kita sudah terjebak dalam herd mentality. Kalau kita sudah masuk dalam kelompok, kitanya hilang. Yang tersisa adalah kelompoknya.
Makanya dalam filsafat itu dulu kita pernah belajar Martin Heidegger. Boleh dicari rekaman filsafatnya. Dia bilang manusia itu ada dua jenis.
Yang pertama manusia kategori Dasen Yang kedua manusia kategori Dasman Dasen itu manusia yang otentik Dia bisa jadi diri dirinya sendiri mengekspresikan, menyampaikan, mengaktualkan apa yang ada di pikirannya. Tapi ada manusia yang kategori dasman, yang dia tenggelam dalam realitas, tenggelam dalam kerumunan. Dirimu, dirinya tidak ada, orang dasman itu, yang ada kerumunannya.
Pencirimu tidak ada. Pencirimu adalah penciri kelompokmu. Kalian tidak unik. sama sekali, orang tidak menganggap kehadiranmu karena tidak memberi efek apa-apa ibarat main film kalau kalian dasman itu kalian pemain figuran tidak penting hanya jadi background ya biar adegannya kelihatan natural lengkap kalian dihadirkan, tapi kalian bukan pemeran utama nah ini menyakitkan kan pemain kalau kalian main film kok cuma 5 menit bagian lewat saja itu pun dipotong, wajahnya tidak kelihatan pas ngadep sana misalnya itu mengerikan hidup yang seperti itu nah itu namanya dasman baik bahkan teman terdekatmu juga kadang-kadang lupa namamu, itu lebih ngeri lagi sopo-sopo tadi dosenmu juga lupa namanya siapa gitu, kalau ketemu lu dulu mahasiswa saya ya iya pak gitu iya pak Oke, coba kalau kamu ketemu gurumu atau dosenmu yang lama itu mesti, kalau kalian tidak sangat istimewa, beliau lupa namamu. Saya sering itu, Pak saya dulu mahasiswanya, ya pura-pura ingat saja.
Oke. Padahal lupa Kenapa bisa begitu? Karena selama ini mungkin saya mengingatnya Yowis pokoknya kamu temannya ini tau Saat kelas sama ini tau Nah yang namanya saya sebut itu biasanya dia yang Otentik karena itu berkesan.
Jadi kalau kamu misalnya ketemu siapa dari masa lalumu terus bukan kamu yang diingat, tapi temanmu, oh kamu temannya ini, berarti yang diingat temanmu, bukan kamu. Berarti kamu pemain figuran tadi. Jadi kamu tidak terlalu penting bagi dia. Baik, kita lanjutkan ya.
Jadi, kalau kalian sudah punya ciri-ciri ini, berarti kalian sudah kena penyakit Hurt Mentality atau Mop Mentality. Ada quotes menarik tentang Hurt Mentality. Mentality ini dari filosof yang dulu juga pernah kita bahas, Artul Sobhanawo Kata dia, kita mengorbankan 3 per 4 dari diri kita untuk jadi seperti orang lain Nah, kita enggak Menerima diri kita apa adanya, tapi kita modif diri kita dengan parameter orang lain. Apa enggak boleh Pak saya bergaya, bermode? Boleh, tapi ya sesuai idealmu saja.
Jangan menggadekan dirimu dengan bersandar pada pikirannya orang lain. Jadi kita jarang sepenuhnya jadi diri kita, kita selalu mengambil benchmark orang lain. Makanya kata Sobhanawar kita mengorbankan tiga perempatnya, berarti yang otentik dari diri kita tinggal seperempatnya.
Ya entah dalam hal apa, tapi ini menunjukkan kita memang tenggelam. Kita tidak unik, tidak mengaktualkan apa yang kita inginkan. Bahkan kata Einstein, saya kutip itu terkenal sekali kuat jari beliau, hanya sedikit orang yang melihat dengan berat. dengan mata kepala sendiri, dan merasakan dengan hati sendiri.
Kamu tidak berani melihat sendiri, tidak berani merasakan sendiri. Temanmu yang satu bilang, wah ngaji filsafat itu asik loh, yang sini iya enak sekali loh. Tiga, empat, lima temanmu bilang begitu.
Kamu sebenarnya mau bilang, tidak enak, bosan saya, ngantuk saya. Kamu tidak berani. Wah kalau nanti saya bilang seperti itu, jangan-jangan teman-teman ngambuk saya, wah kater. tro kamu, andeso kamu, berarti kamu SDM rendah kamu, jadi kamu takut.
Kamu takut digituin, makanya kamu terus tidak berani bilang, begitu kamu ditanya gimana menurutmu? Ya hebat kok, luar biasa kok, karena kamu tidak berani bilang apa adanya. Jadi kritiknya Einstein kita jarang mau melihat dengan mata kita sendiri, merasakan dengan hati kita sendiri. Kita gadaikan mata dan hati kita ke kelompok kita, teman-teman kita, orang-orang di sekitar kita. Itulah situasi kita hari ini banyak Kita tidak bisa jadi diri kita sendiri Padahal semua yang kita lakukan nanti kita pertanggung jawabkan sendiri Kalau bahasa Al-Quran kan Jadi setiap orang membawa bebannya sendiri-sendiri, dia tidak akan menanggung bebannya orang lain.
Sementara kita harus menanggung beban kelakuan kita perilaku. lagu kita, yang itu sebenarnya bukan kita hanya niru orang lain bayangkan pahitnya, saya sering mengilustrasikan begini, kalau kalian ikut petunjuknya orang kemudian tersesat itu kan pahitnya luar biasa, manggelnya luar biasa sudah tidak berinisiatif hanya ikut-ikutan, itu pun tersesat tapi seandainya kalian jalan sendirilah, bismillah semoga nyampe ternyata tersesat itu kan mungkin ya kecewa, tapi kecewanya tidak sebesar ketika kalian sudah pasrah, sudah percaya ternyata juga masih disesatkan nah itu pentingnya kita jadi diri kita sendiri Ada lagi satu quote, ini tokoh dulu belum lama, bulan lalu kita bahas ya, Jiddu Krishnamurti, kata beliau, menyesuaikan diri dengan baik dalam masyarakat yang sakit itu bukan ukuran kesehatan. Maksudnya beliau, kita kan sering pakai alasan adaptasi, kita kan harus beradaptasi, kita kan harus menyesuaikan diri.
Kalau yang kamu adaptasi Circle-mu circle yang sehat Masyarakatmu Masyarakat yang memang baik Tapi kalau kelompokmu kelompok yang negatif Kalau temenmu toksik semua Lah ngapain kamu beradaptasi Pak temen saya itu pak Grup cerewet semua pak Kalau tidak cerewet tidak dianggap circle-nya Berarti kan saya harus latihan cerewet Nah ini maksudnya Kirisina murti Menyesuaikan diri dengan baik Dengan masyarakat yang sakit Itu namanya bukan ukuran kesehatan Jadi adaptasi Menyesuaikan diri, ya menyesuaikan diri Tapi perhatikan juga Kalian beradaptasi pada apa? Menyesuaikan diri untuk apa? Pak, anak muda hari ini Itu kalau terlalu soleh itu rasanya tidak update pak Ya harus ada nakal-nakalnya dikit lah pak anak masa kini kok ya terlalu alim, ngerokok tidak, ngopi tidak, nongkrong tidak, misalnya kan banyak di sidiq begitu. Ya dilihat dulu, kalau memang circle-nya isinya senegatif itu, ya ngapain kita beradaptasi? Harusnya kan dibalik yang negatif-negatif tadi, yang mengadaptasi kalian.
Mereka yang meniru kalian, bukan kalian yang niru mereka. Ini rumus yang terbalik. Makanya kata Krishnamurti, Anda, itu bukan ukuran hidup yang sehat. Iya, memang kita harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan masyarakat kita, tapi ayo dipastikan.
dulu lingkungan dan masyarakatnya sehat. Kalau lingkungan dan masyarakatnya tidak sehat, sehatkan dulu, baru kita saling beradaptasi. Karena kalau tidak, nanti kita semua jadi rusak.
Bareng-bareng rusak. Baik, kita lanjutkan ya Terus Inilah tanda ringkasnya Yang tadi kita sebut Hurt Mentality ya Kita jadikan Jadi peniru kita tidak berani mengaktualkan, mengekspresikan keinginan kita, mengungkapkan pendapat kita kalau kita merasa itu tidak cocok dengan masyarakat kita, circle kita, kelompok kita. Dan yang ketiga kita akan segera mengubah pendapat kita kalau kita merasa ah ini tidak cocok, tidak sesuai dengan kelompok saya.
Kalau kalian punya tiga ini berarti kalian sudah terjangkiti hurt mentality. Hurt instinct tadi manusiawi, manusia punya dorongan sosial. Tapi kalau hurt instinct itu tidak terkendali menjadi hurt mentality, mentalitas kerumunan, kalian sedang kehidupan. Hilangkan dirimu sendiri.
Di tengah kerumunan. Istilah herd itu kan kadang semacam kawanan binatang. Itu kan kelompok.
Jadi kalau ada misalnya kambing, satu lapang. Itu kan kalian tidak peduli mana yang lebih ganteng, mana yang sepokoknya kambing semua kan gitu saja Satu-satu dari kambing itu tidak dihargai Ketika kalian di kerumunan juga begitu Kalau kalian berkumpul misalnya anak-anak yang sukanya genjreng-genjreng dan lain sebagainya sampai malam Padahal kalian tidak ikut genjreng-genjreng tetap orang akan menganggap kalian suka genjreng-genjreng Kenapa kelompokmu? Jadi ini tanda tiga ini ya, nanti setelah ini pulang coba dicek Saya punya tiga gejala ini Kalau kalian punya tiga gejala ini, mulai perbaiki diri, evaluasi diri Karena berarti kalian sedang pelan-pelan memudar dirimu, kamu sedang hilang Otentisitasmu sedang melemah Oke, sekarang setelah ini kita jelajahi beberapa teori-teori biar kalian lebih kaya. Paling tidak kan sekarang sudah tahu maksudnya herd mentality itu.
Ada beberapa teori yang relate dengan kondisi herd mentality tadi. Ini untuk teman-teman mungkin yang ingin melanjutkan penelitian. Yang pertama ada teori namanya social identity theory. Ini yang punya namanya Henry T. Fowle dan John Turner Jadi ini menjelaskan akarnya antara lain dari head mentality Jadi kelompok kita, masyarakat kita Jadi dunia sosial kita Itu kan dunia tempat kita mengidentifikan Kasih diri.
Pak, saya mahasiswa UIN, Pak. Saya, Pak, orang Jawa, Pak. Saya, Pak, NO, Pak, atau saya, Pak, Muhammadiyah, Pak.
Ini kan sirkel-sirkel sosial kita, yang di situ kita mengidentifikasi diri. Nah setelah itu biasanya kalau kita sudah identifikasi diri, kita berupaya sekeras mungkin untuk memenuhi identitas tempat kita berafiliasi. saya orang Jawa ya berarti harus menetapi kejawaannya dong saya Madura ya berarti harus melestarikan Maduranya dong segalanya harus serba Madura saya Saya orang Indonesia, yang mana ke Indonesia. Ini diksi-diksi semacam ini, ini bagian dari social identity theory. Sebenarnya manusiawi saja seperti itu.
Nanti ada istilah in group dan out group. Saya Jawa berarti saya bukan Sunda misalnya Nah berarti yang harus saya hidupkan Karakter kejawaan bukan kesundaan Kesundaan out group Kejawaan in groupnya Ini manusiawi, tapi begitu kita lupa mengontrolnya, bisa saja terus jatuhnya tadi jadi hurt mentality tadi. Kita justru kehilangan...
diri kita yang otentik kadang-kadang mungkin kita tidak setuju saya anggota kelompok ini tapi pikiran kelompok ini yang begitu saya tidak setuju sebenarnya tapi mau bagaimana lagi kan resiko sudah ada di situ, jadi kamu mau protes tidak berani, mau menyampaikan gagasanmu, kritikmu, kamu tidak berani khawatir dikucilkan dari kelompokmu kalau sudah sampai di titik ini, berarti yang tadi manusiawi normal saja, sudah mulai tidak normal kalian sudah mulai kehilangan dirimu Biasanya terus muncul label bener salah, pokoknya kelompokku harus saya bela, bisa-bisa mati-mati ya. Nah ini kalian sudah mulai terjebak dalam hurt mentality. Kalian sudah mulai tidak kritik. Kalian sudah mulai tidak mampu mengekspresikan maumu sendiri Mengaktualkan keinginanmu sendiri karena afiliasi sosialmu Sesuai identitasmu Yang tadi sudah kamu rumuskan di awal Nah ini teori pertama ya Nanti coba kalian cek teori ini bisa kalian pakai Untuk menganalisis fenomena yang mana di sekitar kita Ketika mungkin ada orang-orang tertentu yang tenggelam dalam identitas kelompoknya Sehingga dia hidup secara tidak kritis Sehingga dia bahkan kehilangan dirinya Bahkan menyatakan ketidaksadaran tidak setujuan saja, tidak berani, khawatir dikucilkan oleh kelompoknya. Baik, ini teori pertama.
Social Identity Theory. Yang kedua, ada teori, ini dari tokoh namanya Robert Sial, dini beliau punya teori social proof teori social proof teori ini menyatakan bahwa kalau kita ingin berlaku sesuatu benar salahnya kita ambil, kita simpulkan dari apakah orang lain juga melakukan sesuatu ini atau tidak ini namanya social proof teori, jadi teori ini menyatakan seseorang melihat tindakan banyak orang sebagai panduan orang-orang bagaimana ya, oh orang-orang sekarang bikin twitter semua, biasanya Ya sudah kalau begitu saya harus bikin akun Twitter misalnya. Ini contoh, ini namanya social proof theory.
Dasar berpikirnya apa? Kalau itu dilakukan orang banyak berarti benar. Kalau orang banyak melakukan itu berarti itu yang pas.
Kayak kalian kalau nyari restoran, misalnya nyari warung. Kalian tidak tahu warung enak atau tidak enak itu yang mana. Biasanya kalian nyari ukuran apa?
Yang paling penting. paling rame. Padahal sekarang kadang-kadang warung-warung itu sangat paham logika ini.
Makanya banyak warung yang nyewa aktor-aktor untuk nongkrong di warungnya kelihatan rame, kadang-kadang di depan warung itu banyak motor parkir, di dalam tidak ada orangnya Kesannya kayak banyak sekali yang sedang makan di situ. Kadang-kadang ada yang duduk-duduk di situ banyak sekali. Dan kamu senang, wah ini banyak yang nongkrong di situ. Berarti enak. Ini yang disebut social proof theory.
Kalau banyak orang melakukan itu, berarti itu baik. Berarti itu enak. Berarti itu bagus.
Jadi kebenarannya banyak orang, kamu anggap pasti benar. Nah ini problem. Jadi misalnya kamu di kelas Sebagian besar temenmu Bilang bahwa kuliah itu Tidak perlu rajin-rajin amat dapat apa Terus kamu ikut Kalau begitu saya harus sekali-sekali bolos Biar seperti temen-temen yang lain Keliatannya mereka enjoy saja Berarti senang banyak bolos itu Nah ini namanya social proof Jadi Kalian memutuskan sesuatu Dasarnya adalah Keputusan orang lain lain.
Ini sebenarnya juga menunjukkan kalian bukan dirimu, kalian hilang sebenarnya. Jadi ini yang disebut mentalitas kawanan, hurt mentality. Buktinya sesuatu benar ya karena diikuti banyak orang, karena viral, karena booming, karena apa istilahmu hari ini, karena hype, karena hype berarti itu benar.
Banyak orang kok ngeshare ini, kemungkinan ini benar. Makanya ada yang bilang hoax itu ketika diulang, ulang-ulang, pada akhirnya akan dianggap benar. Bahkan yang bikin hoax sendiri akan merasa itu benar, padahal dia yang tadinya bohong loh.
Dia tahu benar bahwa dia yang bikin dan itu bohongan. Tapi ketika diulang-ulang terus rasanya kayak itu memang benar. Bahkan oleh yang bikin sendiri. Ini dahsyatnya sosial proof. Baik nanti kita lihat ya efek-efeknya Tapi ini teori kedua Silahkan kalau ada teman-teman perlu Teori ini bisa dipakai untuk Skripsi, tesis, atau disertasi Ada fenomena namanya Social proof Teori kedua, teori ketiga Teori ketiga ini Salomon As Teorinya bunyinya Conformity Theory Ini menarik Beliau ini melakukan eksperimen yang nanti dikenal sebagai as-lain eksperimen.
Jadi nanti ada misalnya ya, ada banyak orang yang sama-sama diteliti. Dari sekian banyak yang diteliti itu sebenarnya sebagian besar itu sewaan dia. Jadi penelitiannya, itu yang gambarnya saya sisipkan itu untuk meleh garis.
Jadi yang... Garis yang satu itu kira-kira sama dengan garis nomor berapa di yang kanan Garis A atau B atau C Kalian mungkin normalnya kalian akan bilang itu tetap C yang cocok Tapi dia melakukan eksperimen begini Sebelum peserta beneran Di depan yang ngantri itu peserta sewaan Yang peserta sewaan ini diminta milih yang keliru Jadi orang pertama, harusnya C, di orang pertama bilang, oh garis ini cocok dengan A. Yang kedua bilang lagi, iya ini cocok dengan A. Tiga, empat, lima orang di depannya bilang ini cocok dengan A. Kamu ragu-ragu sudah.
Padahal semula kamu yakin itu pasnya dengan saya. Tapi begitu, lima orang di depanmu bilang, jangan-jangan saya salah lihat. Jangan-jangan saya sudutnya tidak pas. Jangan-jangan ini... rahasianya, tidak sesederhana kelihatannya, teman-teman yang di depan yang pinter, yang ngerti rahasianya bilang, itu kamu ragu sudah dengan dirimu akhirnya mungkin yang biar aman seperti yang lain lain lah tak jawab.
Yang berbeda A sajalah misalnya. Tadi A semua kok AY lah. Akhirnya kamu ikut yang lain.
Kenapa melihat yang lain sebelumnya milih A. Ini yang disebut confirmity teori. Kamu melihat sebelumnya melakukan Kenapa kamu ikuti? Jadi, individu akan cenderung mengikuti pendapat mayoritas.
Mungkin di bawah sadarmu ada suara, salah juga tidak apa-apalah, yang penting temannya banyak. Tidak hanya saya yang keliru, yang di depan tadi berarti nanti salah semua berarti. Nah ini confirmity teori.
Jadi kita cenderung mencari konfirmasi dari pikirannya orang lain. Padahal mungkin pikiran kita sendiri. Sudah benar Tapi begitu Banyak orang bilang begitu Kamu mengkerut sudah Wah jangan-jangan pendapatku ini yang salah Jangan-jangan pandanganku yang keliru Banyak orang bilangnya begitu Saya jamin misalnya ya Kalian Ini contoh awur-awuran Kalian punya pacar yang tidak terlalu cakep Tapi begitu jalan kemana-mana, ada yang bilang, wah cakep sekali wacarmu. Yang di sana bilang, wah cakep sekali wacarmu. Lama-lama, 3, 4, 5 kali mungkin kamu yakin.
Cakep beneran berarti wacar saya ini. Itu namanya confirmity theory. Dan ini kadang yang mengkhawatirkan. Karena apa? Bangsa kita itu kadang-kadang dikenal suka bahasa basi.
Ya kan, kalian pulang kampung, ketemu tetanggamu 5-10, tiap kali ketemu, lama gak ketemu, tambah ganteng aja. Nanti tetangga yang lain, oh iya tambah cakep saja. Lama-lama kamu merasa, berarti aku ini cakep beneran ya. Padahal mungkin tetanggamu bahasa bahasi saja, biasa kalau ketemu.
Ini yang disebut confirmity teori. Otak kita punya kecenderungan seperti itu. Kita lanjutkan ya, jadi ini teori ketiga.
Ada banyak fenomena lahir karena confirmity teori. Nanti Solomon As punya istilah normatif social influence. Apa normatif social influence itu? Tekanan untuk mengikuti norma kelompok karena takut dihakimi atau takut dikucilkan Kalian misalnya, saya ingin jawab postingan itu, tapi begitu saya jawab nanti saya diserbu orang banyak oleh netizen. Akhirnya kamu diam saja atau ikut saja dengan postingan yang sudah ada.
Itu namanya normatif social influence. Tekanan untuk mengikuti norma kelompok karena kita takut nanti dihakimi atau dikucilkan. Ngomong apa sedikit, berarti kamu sekarang sudah. Udah bukan kelompok kita ini. Mikirmu begitu.
Itu ngeri bagi kita kalau dituduh begitu. Akhirnya kita lebih milih jalan aman. Diam saja.
Nanti kalau ditanya ya saya setuju saja lah. Karena kita takut dikecualikan. Oleh kelompok kita sendiri.
Teori ketiga. Ada lagi teori keempat. Terima kasih.
Teori keempat ini isinya adalah The Individuation Theory. Ini dari tokoh Gustave Libon. Jadi apa di individuasi teori?
Kata dia begini, dalam satu kelompok besar atau kerumunan, individu seringkali kehilangan rasa identitas dan tanggung jawab pribadi, sehingga mengarah pada perilaku yang biasanya tidak mereka lakukan. Akhirnya apa? Mereka melakukan sesuatu sesuai yang dilakukan oleh kerumunan.
Kemudian termasuk hal-hal yang negatif-negatif. Ini yang disebut crowd psikologi. Sederhananya begini, ketika dalam kerumunan, makanya teorinya namanya de-individuation. Ketika dalam kerumunan, itu seringkali kita kehilangan keperibadian kita mengikuti kerumunan. Mungkin disini banyak teman-teman yang sering ikut demo ya Waktu bareng-bareng temenmu di jalan Wah kalian bisa teriak-teriak bisa melakukan apa Bisa mukul-mukul, bisa banting-banting, bisa mecah-mecah, yang itu tidak terbayangkan olehmu.
Ternyata aku bisa se-brutal itu ya. Padahal kalau sendirian itu se-jinak itu. Kenapa bisa begitu?
Karena kamu sedang ada di kelompokmu. Itu yang disebut deindividuation teori. Jadi begitu kamu masuk ke tengah kelompokmu, pribadimu bisa berubah 180 derajat.
Menyesuaikan dengan kondisi kelompokmu. Ini kadang-kadang orang menyebutnya crowd psychology. Psikologi kerumunan.
Ya seperti tadi loh, kamu berani suat-suat ada orang lewat, itu kalau pas bareng-bareng temenmu. Kalau pas sendirian, ketemu langsung kamu deg-degan mesti. Ngomong aja grogi. Ada orang lewat di suit-suit, kamu didatangi beneran ngapain suat suit naksir, itu kamu deg-degan mesti grogi. Kalau sendirian, tapi begitu banyak teman, kamu bisa tambah menggila.
Jadi ternyata kuncinya masuk di kelompok. Kita bisa berubah. Kadang orang menyebutnya psikologi masa. Mungkin kalian pernah lihat Kadang video tertentu Misalnya ada Orang jahat ditangkep oleh Masa Itu kalian mungkin kaget Masa kok begitu ganasnya Begitu sadisnya Kadang hanya Cope tatuannya maling motor Itu bisa dipukuli bareng-bareng Dibakar sampai Melihatnya ngeri Tapi waktu kejadian psikologinya memang berubah Kenapa dia ada di circle Kelada di kelompok Bareng-bareng Makanya kita menyebutnya Kalau di Indonesia kan ada istilah Di masa Hati-hati kamu jangan jadi orang jahat Kalau sudah di masa kamu habis Ketemu masa Ketemu kelompok Itu sudah Pribadinya sudah tidak normal semua Sudah Yang semula begitu lembutnya Bisa begitu ganasnya Yang semula sangat manusiawi Bisa Tiba-tiba jadi brutal Jadi sadis Itulah crowd psychology Jadi terjadi namanya De-individuation Teori Makanya Psikologi waktu kita sendiri-sendiri Itu mungkin berbeda dengan Psikologi waktu kita berkelompok Yang kita bisa berubah drastis Sewaktu-waktu Baik, sekarang mulai kita renungi hidup kita. Makanya agama itu senantiasa menyuruh kita muhasabah, mengevaluasi.
Karena dinamika diri kita itu luar biasa. Tidak sesederhana yang kita bayangkan. Mungkin kita merasa baik-baik saja, karena selama ini belum pernah mengalami pengalaman-pengalaman tertentu. Pada saatnya mungkin saya tidak nyamin kalian sempat.
baik dirimu hari ini selama ini kalian aman-aman saja karena belum pernah dikecewakan orang mungkin saja tiba-tiba kalian dikecewakan orang, saya tidak nyamin responmu masih sebaik ketika kamu belum dikecewakan Oke ya, ya enak saja sih kalau kita ceramah, kalau kita sedang tausia bilang yang sabar ya ujian dari Allah itu segampang itu ceramah, tapi melaksanakannya enggak sesimpel itu kemarin Waktu ceramah bilang sabar-sabar begitu diusili temennya, ngamuknya tiga kali lipat orang biasa. Baik kan kadang-kadang begitu, wah saya doakan kamu masuk neraka sampai akar paling bawah. Itu kan betapa sadisnya kita ternyata.
Baik, kita mengalami deindividuation. Teori kelima. Ini dari Daniel Kahneman dan Amos Versky Namanya Dual Process Theory Di teori kelima ini ada konsep begini pikiran kita itu punya dua sistem sistem yang pertama berpikir cepat otomatis sistem yang kedua Berpikir lambat, serius, mendalam, sengaja. Untuk menjalankan sistem yang kedua itu biasanya kita perlu waktu menyendiri. Begitu kita masuk dalam kelompok yang berjalan adalah sistem yang pertama.
Hidup sehari-hari kita itu lebih banyak dikendalikan oleh sistem yang pertama, yang cepat, yang segera, kadang-kadang pakai dasar biasanya begitu. Hidup kita sebagian besar yang pertama, kadang kita menyebutnya autopilot. Jalan begitu saja, kita tidak pernah mikir kok. Ya ngaji ini ya otomatis saja tiap rebuh ke sini, nanti setelah ini pulang, nongkrong sebentar, terus tidur, setelah tidur bangun, setelah itu ke kampus, terus ngopi, terus ini, otomatis saja. Dan kamu tidak melakukannya secara sadar, sehingga kalau ditanya detail, kamu jawabnya susah.
Ayo minggu lalu hari rebuh kamu makan malamnya di mana, itu kadang lupa. Ya kan, kamu kadang-kadang kamu ngajinya di sudut mana juga lupa. Kenapa begitu? Karena kita lebih banyak autopilot.
Dua hari yang lalu pagi-pagi kamu bangunnya jam berapa? Lupa sudah, datanya kecampur dengan tiga hari yang lalu, empat hari yang lalu, minggu lalu. Kenapa? Kalian tidak melakukannya secara sadar serius.
Jadi yang banyak bekerja itu sistem pertama. Yang autopilot saja. Cirinya gampang lah, kalian sering kaget. Eh tiba-tiba sudah seminggu.
Ya kan? Ah cepat sekali ya Minggu depan sudah waktunya tugas Kelompok saya Itu menunjukkan kamu tidak menikmati Waktumu Semuanya berjalan autopilot saja Sudah Itu sistem yang pertama Dalam kelompokmu juga begitu Biasanya rujuan sistem yang pertama Itu ya kelompok Kalau ditanya kalian bilang kok itu dilakukan Ya memang biasanya begitu Baik Sistem yang kedua ini yang jarang kita lakukan Jadi biasanya yang kedua ini momen-momen kita menarik diri sebentar Bermuhasabah, merenungi menghitung apa yang sudah kita lakukan selama ini Apa yang harus kita lakukan selanjutnya Ini momen sistem kedua yang bekerja Hurt mentality lahir dari sistem yang pertama. Biasanya karena kita males mikir mendalam, enaknya sudah rutin saja jalan ikut saja yang lain.
Ini logik dari teori dual process. Jadi ada dua proses Mulai sekarang coba kita perhatikan ya Oh ini sedang bekerja proses kedua Ah yang saya lakukan tadi itu proses pertama dan seterusnya Baik Ada lima teori ya Lumayan lumayan lah nanti kalau ada yang perlu untuk tesis atau skripsi, kalian bisa ngambil salah satu, yang cocok kalau memang obyeknya tentang heart mentality, baik, kita lanjutkan ya, Efeknya Heart mentality itu Ya memang seperti saya bilang tadi Karena ini sumbernya adalah Instinct Naluri manusia Tentu saja Ada unsur positifnya tetapi memang kalau sudah jadi mentalitas, hurt mentality itu banyak sekali problem-problemnya efek negatifnya Itu kalau dirinci ya beberapa hal itu negatifnya apa? Yang pertama kita hidup dalam tekanan kecemasan. Orang yang ada di wilayah hurt mentality itu sehari-harinya dia merasa dikejar-kejar oleh validitas sosial. Dia takut kalau dalam kecemasan.
tidak diakui oleh kelompok. Maka melakukan apa saja, dia selalu, nanti orang-orang setuju tidak ya? Orang-orang cocok tidak ya?
Tidak ada yang protes tidak ya? Jadi kamu was-was terus. Mau ngaji pakai kopi, Biasanya kamu mikir bolak-balik, saya mau ngaji filsafat Pakai kopiah enak enggak ya, Pak Fais aja enggak kopiahan Teman-teman enggak ada yang kopiahan Maksud saya kopiahan sendiri, nyaman enggak ya Nanti dianggap anak paling soleh saya, ngeri aku Pikiranmu sendiri, kamu gelisah sendiri, puyeng sendiri Terlalu banyak pertimbangan Saya disuruh Jadi narasumber besok Ini enaknya pakai badai atau pakai Baju koko atau pakai jas ya Nanti kalau pakai koko saja Pantes enggak ya Kamu kan sering begitu pikir dan mulut tidak jelas, stres karopediwe.
Karena khawatir dianggap jelek oleh orang lain. Kuncinya kan di situ. Kamu khawatir dianggap jelek oleh orang lain. Akhirnya kamu... melakukan penyesuaian-penyesuaian conformity.
Sudahlah, saya bawa tiga-tiganya lah, baju, bawa koko, bawa badik, bawa jas, nanti di lapangan tak lihat kalau banyak pakai badik, ya aku ganti badik. Kalau banyak yang pakai koko, ya aku pakai koko. Sudahlah, aku mau pakai kopiah, tapi tak taruh di tas dulu, nanti lihat situasi kalau banyak temannya, ya tak pakai kopiahnya kalau enggak.
Jadi kamu ruwet sendiri akhirnya. Jadi kamu tidak nyaman di mana-mana, karena kamu takut dikomentari orang. Semoga malam hari ini tidak ada yang mau ngantuk saja, takut.
Ngantuk saya sebenarnya, nanti jangan-jangan ada paparazinya, jangan-jangan ada itu. Jadi kamu berjuang mati-matian untuk menahan ngantuk. Takut komentarnya orang itu saja, bukan takut ilmunya kemarin, Kelewatan tidak ada pertimbangan itu sih. Kamu cuma takut nanti dilihat temanmu malu di komentari jelek. Itu saja.
Kadang-kadang nendang gelas itu pun pikiranmu kemana-mana. Ini mesti pikirannya teman-teman negatif. negatif semua ini tentang gelas ini padahal temenmu ya cuek semua paling temenmu ala kamu nendang sendiri kamu beresin sendiri kemarin dipikirannya kan cuma itu tapi pikiranmu aneh-aneh Wah ini nanti besok mesti semua ngelirik saya ini mesti semua itu jadi kalian merasa semua orang melihatmu komentari kamu kalian masuk ke gam mau menuju rumah kosmo itu pun sepanjang jalan kalian merasa semua orang melihatmu Oh ini mesti nonton saya semua ini Ada yang salah enggak ya Baju saya, ada yang salah enggak ya Sepatu saya, saya kelihatan kayak gimana sih Jadi kalian Merasa kayak orang paling penting Di dunia yang semua orang akan Ngomentari kamu Ini efeknya apa Hurt mentality Tadi Efek kedua Tentu saja hurt mentality Itu kalian kehilangan identitas Kehilangan Hilangan otentisitas.
Bahkan tadi depersonalisasi. Harusnya pribadimu itu lembut tapi bisa begitu ganasnya. Itu namanya depersonalisasi. Kalian kadang.
Kamu heran sendiri, aku kok bisa sejahat itu ya? Aku kok bisa sekurang ajar itu ya? Tidak terbayangkan orang sebaik saya kalau ngomong tiba-tiba keluar magi-magi yang sedasat. Kamu heran sendiri.
Itu namanya kamu teralinasi, kamu asing, menganggap dirimu sendiri asing. Terjadi apa? Depersonalisasi.
Dulu saya enggak begitu loh ya, kok saya bisa. Ini juga efeknya... mentaliti, kita kehilangan otentisitas, karena kita terlalu banyak berkompromi dalam kelompok kita kemudian tentu saja depresi dan rendah diri karena kita selalu membanding-bandingkan dengan orang lain di kelompok kita saya kondak seperti teman saya yang itu ya, kondak sama dengan tokoh yang ini dan lain sebagainya kemudian kita juga akhirnya mengalami ketergantungan pada validasi sosial, keterlibatan dalam hal-hal yang sebenarnya kita tidak setuju ini juga menyiksa saya sebenarnya tidak mau melakukan lakukan itu, tapi kalau tidak saya lakukan saya dikucilkan oleh masyarakat ini menyiksa kita itulah efek negatifnya hurt mentality, meskipun tentu saja ada unsur positifnya yaitu, kalau kita menyesuaikan diri dengan kelompok kita merasa aman, kita merasa didukung, ada rasa kita bagian dari kelompok akhirnya kita lebih percaya diri lebih merasa tenang itu positifnya cuma sedikit tapi negatifnya banyak dan hal-hal kunci semua baik jadi semoga sudah ditangkep pesan utama heart mentality malam hari ini oleh teman-teman bahwa kita sering ada di situasi ini kita lihat ke isu yang berbeda lebih luas sehubungan dengan herd mentality.
Ada tesis menarik, hubungannya apa herd mentality dengan sistem sosial, sistem politik yang kita kenal namanya demokrasi. Demokrasi itu kan suara terbanyak. Nah, ada hubungannya apa?
Tentu saja ada positif, ada negatifnya. Ada pandangan begini, yang pertama, hurt mentality itu berhubungan dengan mayoritas, minoritas. Kalau dalam demokrasi Dalam demokrasi kan pendapat mayoritas Itu dianggap sebagai suara yang paling benar Suara yang sah Akhirnya apa?
Kadang-kadang muncul hurt mentality. Kapan hurt mentality muncul? Ketika kita misalnya mau milih seseorang. Pilkada atau presiden. Kita cenderung mengikuti opininya orang banyak.
Ini hurt mentality. Jadi kalau kita punya mentalitas kerumunan. Misalnya waktunya pemilu. Kita akan milih bukan pilihan kita sendiri. Tapi pilihannya orang yang kita amati.
anggap mayoritas saya mau milih calon ini sih tapi teman-teman saya milihnya calon itu semua jangan-jangan saya yang kurang update infonya, sudahlah saya ikut yang lain saja jadi mentalitas kerumunan agak kurang menguntungkan dalam demokrasi karena orang tetap tidak mengekspresikan kemauan dirinya tapi yang penting mayoritas saja sebagian besar orang itu ya saya kesitu Nah ini salah satu aspek Nanti kalian boleh mendiskusikannya Terus seperti apa Solusi jalan keluar Atau mungkin ada perspektif yang berbeda Yang kedua Kalian Kalau pemimpinnya punya mentalitas populis, populis itu hanya mencari suara terbanyak saja. Populasi terbesar saja Biasanya mereka akan memanfaatkan Head mentality ini Pokoknya yang dibela selalu mayoritas Kenapa? Biar dia selalu dapat suara terbanyak Ini agak riskan kalau kemudian sampai menyingkirkan, menyisihkan, mendiskriminasi yang suara kecil, suara minoritas. Jadi logiknya semoga tidak populis. bisa lanjut ke yang ketiga pengabian terhadap minoritas kalau sudah pemimpin harusnya adil ini aspek kedua nanti kapan-kapan kita bahas lebih dalam Apa itu populisme Kemudian Heart mentality juga Bisa melahirkan polarisasi Kenapa?
Karena sentimen kelompok Tambah kuat Setiap orang terikat oleh Kelompoknya sendiri-sendiri Akhirnya apa? Sentimennya tambah kuat Keterikatannya tambah kuat Kita semakin tersegmentasi Kita semakin terfragmentasi Pecah-pecah Semakin tidak terbuka Kita semakin tertutup Ini namanya polarisasi Nah ini tesis silahkan nanti teman-teman dikaji lebih dalam ya Karena ini saya mancing saja Efeknya head mentality dalam situasi yang kita sebut demokratis Oke kita lanjutkan Baik teman-teman semoga ini terakhir enggak ada masalah lagi ya ya kita kontrol her mentaliti kita solusinya cuma tiga tapi ini tiga ini proses panjang yang pertama Mari kita kenali diri kita ndak masalah kok orang itu mengikuti Logika kelompoknya, gaya hidup kelompoknya, tapi putuskan itu secara mandiri, sadar, kritis, sesuai diri kita Berarti bekalnya adalah pengenalan diri kita, tidak sekedar mengikuti Yang kedua, beranilah beropini Menurutmu ini baik enggak? Menurutmu itu bagus enggak?
Berani beropini Bagus sih menurut saya, baik sih Anda enggak terlalu menurut saya Beropini saja, beda dengannya yang lain enggak apa-apa Di situ nanti Jadi akar Keunikanmu, keberadaanmu Yang tadi kita pakai istilah dasen Jadi bentuk Opini, kemudian Beranilah untuk Memegang teguh nilai-nilaimu, bertindak sesuai keyakinan kita. Jangan mau kompromi kalau untuk nilai-nilai yang luhur, yang utama, yang baik, yang benar. Kalian harus berani, enggak.
Itu viral sih, tapi ini bertentangan dengan prinsip saya, maka enggak akan saya ikuti. Semua orang begitu sih, tapi saya enggak begitu. Karena saya punya value ini yang harus saya pertahankan, maka enggak saya ikuti. Ini jalanmu untuk mengontrol herd mentality Jadi dengan ini kalian akan tegak sebagai dirimu Kalau semua orang menghadap ke sini, jadilah satu-satunya yang menghadap ke sana Maka semua orang akan melihatmu Tapi yang di sana kamu bisa hilang di tengah kerumunan Dirigen itu, leader itu di depan Jadilah leader dengan cara apa?
Menunjukkan bahwa kamu beda Kamu punya prinsip, kamu punya pendirian Tidak sekedar ikut-ikutan saja Makanya ada istilah, ada quotes yang menarik Be heard, not heard Membacanya sama, meskipun tulisannya beda Jadi punya yang sama-sama hurt, be hurt, not hurt. Jadilah orang hebat, hurt itu kan terdengar. Kalau kamu orang hebat, kamu masyur, terdengar.
Jangan jadi kerumunan saja. Kalau kamu jadi kerumunan saja, kalau bahasa Arab itu, wujuduhu kaadamihi, keberadaanmu seperti tidak adanya dirimu. Jadi engkau hadir tapi tidak ada nilainya, tidak dianggap. Jadi begitu kamu datang, temanmu bilang, Allah biar saja dia mau datang yang monggo, tidak datang yang monggo, tidak ada efeknya.
Nah itu berarti kamu bahaya, kamu sedang lenyap, kamu sedang tidak dihitung suaramu. Maka be heard, not heard. Terakhir semoga teman-teman tidak lupa kalimat ini dari Kanjeng Sunan Gali Joko.
Angeli ananging ora keli. Mengalirlah, ikuti perkembangan zaman, tetapi jangan tenggelam, jangan lenyap. Tetaplah jadi dirimu yang punya value, yang punya pendirian.
yang unik, yang berani menyatakan apa keinginanmu mewujudkan cita-citamu, versi dirimu tidak hanya mengalir saja mengikuti kelompokmu mengikuti sekelilingmu tapi yuk tentu saja kalian harus mengikuti perkembangan zaman anggeli, mengalirlah nanging ora keli tapi jangan sampai kamu tenggelam Ini mungkin menurut saya quote yang paling pas untuk malam hari ini Karena tadi ya, hurt instinct, dorongan untuk bersosialisasi, berkelompok itu natural alami Tapi jangan berlebihan, kita harus bisa mengontrolnya Ayo kita mengalir mengikuti hurt instinct, tapi jangan jatuh pada hurt mentality Jangan tenggelam, jangan kehilangan diri kita termasuk di dunia digital