Disinilah Wak Dendels berencana untuk membangun sebuah mega proyek yang bisa menghubungkan pulau Jawa bagian barat ini ya dengan Jawa bagian timur. Nek Pie caranya ini harus terhubung kata dia. Hai wassalamualaikum wr. wb terima kasih sudah klik video ini oke jadi di malam rabu ini aku akan membawakan kembali satu cerita sejarah tentang pembangunan jalan dari Anyer hingga Panarukan yang saat ini kita kenal sebagai Jalan Pantura. Pembangunan jalan ini bisa dibilang menjadi satu-satunya mega proyek pada masa itu dan proyek ini diperakarsai oleh Gubernur Batavia yang ke 36 yang bernama Herman William Dendels, sehingga jalan tersebut juga dikenal sebagai Jalan Raya Dendels.
Mega proyek ini wak sering sekali disebut sebagai salah satu genosida. Atau penghilangan nyawa besar-besaran dalam sejarah kolonialisme di Indonesia karena memakan korban hingga 12 ribu nyawa warga pribumi pada saat pembangunan proyeknya. Dan selain katanya memakan korban dalam jumlah banyak, para warga pribumi ini juga diketahui bekerja secara rodi atau bekerja tanpa diupah sepeserpun. Tapi, apakah benar demikian? Betulkah itu?
Nah disini lah, di video ini selain membahas tentang peristiwanya, aku juga akan membahas Pro kontra fakta-fakta yang memang muncul di masyarakat tentang megaproyek ini Wak ya. Jadi tanpa berlama-lama kita langsung masuk aja ke ceritanya. Check it out!
Oke Wak, sebelum aku masuk ke inti ceritanya, pertama-tama aku mau ceritain sedikit tentang profil William Dandles dan awal mulanya dia sampai ke Hindia Belanda Wak ya karena memang kan ternyata alasan dia datang ke sini itu menjadi sumber tercetusnya megaproyek Jalan Anjir sampai Panarukan Tadi tuh kan ato jalan pantura tadi tuh kan. Nah jadi Wak Herman Willem Dendels atau yang dikenal sebagai Dendels ini lahir di kota Hetem, Belanda pada tanggal 21 Oktober 1762. Sejak remaja Dendels ini sudah menunjukkan bibit-bibit keberaniannya Wak. Di usianya yang... yang baru saja menginjak usia 18 tahun, dia terlibat sebagai pemberontak yang melawan William V. Siapa William V nih Nadia?
Dia adalah kepala eksekutif terakhir di Belanda. Dalam upaya untuk mempertahankan wilayah Amsterdam Wak. Nah akibat pemberontakan itu, Dendels ini sempat melarikan diri ke Perancis.
Karena dia kan memberontak sama si ketua eksekutif di Belanda tuh kan. Tapi walaupun dia ini sempat lari ke Perancis Wak, setelah dia tumbuh dewasa, Dendels pun akhirnya tetap balik lagi nih ke kampungnya, ke Belanda. Nah setibanya di Belanda dia berada di Perancis Wak.
Bergabunglah ini dengan tentara Republik Batavia di Belanda pada tahun 1795. Dan FYI Wak, Republik Batavia ini semacam negara tandingan yang sengaja dibuat untuk menentang kebijakan pemerintah William V tadi tuh Wak. Dan gak lama setelah Dendles bergabung di dalamnya, dia pun didaulat menjadi Lieutenant General dan ikut terlibat dalam menyusun undang-undang dasar Belanda. Bayangin lah Wak, seorang Lieutenant ini yang terlibat bikin undang-undang negara berarti kan dia berpengaruh kali di sana ya kan Wak.
Tapi akhirnya tahun 18... 18.000 Pada tahun 1800 ini Dandles memilih untuk mengundurkan diri Dari jabatannya setelah dia Merasa kecewa pada dirinya sendiri Yang dianggap kurang sigap dalam menangani Serangan Inggris dan Rusia ke Belanda Waktu itu Wak Mengundurkan diri ini dia dari late gen tuh kan Singkat cerita walaupun memang udah Tidak berstatus sebagai late gen lagi Kisah perjalanan Dandles ini gak berhenti Disitu aja Wak Tidak lama kemudian di masa itu dia ini akhirnya dipercayalah sama pemerintah Perancis untuk dikirim ke Hindia Belanda. Kemana nih?
Ke Indonesia. Eh kok bisa nah dia pemerintah Perancis yang nyuruh Dendels ke Hindia Belanda? Kan Dendels bukannya orang Belanda, dia kan bukan orang Perancis.
Nah jadi wak kisah kedatangan Dendels ke Hindia Belanda atau ke Indonesia ini bermula ketika kerajaan Belanda ditaklukkan oleh Perancis di bawah komando Napoleon Bonaparte tahun 1806. Nah setelah itu, Setelah menaklukkan Belanda, Napoleon ini mendirikanlah itu Kingdom of Holland dan menunjuk adiknya yang bernama Louis Napoleon sebagai Raja Belanda yang baru nih. Dan karena Belanda sedang dikuasai oleh Perancis, maka daerah-daerah jajahan Belanda termasuk Indonesia secara otomatis pindah tangan juga dong ke Perancis, iya kan? Dan menjadi wilayah kekuasaannya Louis Napoleon juga sebagai Raja Belanda yang baru.
Nah pada saat itu nih, pada saat si Louis Napoleon ini berkuasa, nah disinilah Wak dia panggil. Dendels dan meminta Dendels untuk kembali lagi bergabung sebagai anggota militer karena memang kan sebenarnya pada saat itu Dendels ini pro kali sama Perancis kan Wak ingat kalian tadi aku bilang apa? dia ini kan sempat kabur ke Perancis waktu dia memberontak sama William V nah dari situlah hubungan dia dengan Perancis pun jadi besti, jadi dekat dan tidak hanya sebagai anggota militer Wak Louis ini bahkan langsung mendaulat Dendels sebagai Gubernur Jenderal Batavia menggantikan Gubernur Jenderal sebelumnya yang bernama Albertus Weiss Bener-bener nih kan, kenapa Louis milih Dandles?
Karena Louis tau betul nih bahwa Dandles adalah sosok yang sangat revolusioner, nekat dan juga pemberani. Nah karena karakter dan latar belakang Dandles ini lah, Louis pun, Louis Napoleon ini pun langsung memberikan Dandles tugas utama. Di sana yaitu melindungi Pulau Jawa dari serangan tentara Inggris. Dah Dendels kamu pergi ke sana, pergi kamu ke Pulau Jawa.
Jangan sampai pulau itu diambil sama Inggris. Loh kenapa dia si Louis Napoleon Nyuru Dendels ini lindungi pulau Jawa? pulau Jawa karena Wak pada masa itu pulau Jawa ini adalah satu-satunya daerah jajahan Belanda yang belum jatuh ke tangannya Inggris maka disuruh jaga nih pulau Jawa nih sama Louis di tangan Dendels singkat cerita berangkat lah ini Dendels Wak dari Eropa pada tanggal 18 Februari tahun 1807 setelah dia belayar kurang lebih selama 10 bulan dalam perjalanan yang menantang dan juga penuh hambatan Dendels akhirnya berlabuh lah itu di Pelabuhan Anyer ujungnya pulau Jawa tuh nah sesampainya di Anyer Dendels Dandles pun lanjut melakukan perjalanan darat menuju ke Batavia.
Tunggu bentar. Sesak nafas aku, Svi. Tunggu bentar, Wak. Bintang suara Anadiatu. Belum sembuh lagi.
Maaf ya, Wak. Maaf aku belum bisa menjaga kesehatan dengan baik. Maaf kalau dirasa tidak. Ya, Wak. Sorry, sorry.
Pelan-pelan aja, Wak. Pelan-pelan. Tapi kalian tahu kan, penyakit aku. Kalau misalnya aku pelan-pelan ngomongnya, aku lupa abis mau ngomong apa.
Jadi sesampainya Dandles dianyar, Wak. Bener. Dendels pun harus melanjutkan perjalanan darat lagi menuju ke Batavia atau ke Jakarta yang memang pada saat itu sudah menjadi pusat pemerintah Hindia Belanda. Nah tapi Wak selama menempuh perjalanan ke Batavia dari anjirnya lagi-lagi Dendels menemui hambatan.
Masih belum hilang ini capeknya mengarungi perjalanan laut selama berbulan-bulan itu Dendels masih harus melalui perjalanan darat yang sangat-sangat berat dan juga terjal dimana ternyata jalan utama yang menghubungkan menghubungkan Anyer ke Batavia ternyata betul-betul rusak parah menurut catatan sejarah wak jalan itu tampak seperti jalan bekas peperangan karena apa karena terbak terdapat banyak sekali lubang-lubang yang berasal dari hantaman peluru meriam selain belubang-lubang dahsyat kali lubangnya memang jalanan ini juga tergata tergenang air hujan wa sehingga sangat sulit sekali dilalui oleh kereta kuda dan reska negeri tak udah waktu itu kan ada mobil loh nah melihat keadaan tersebut dan wajib pun langsung berpikirlah bahwa infrastruktur di pulau Jawa ini sangat sangat buruk dan tidak layak. Macem mana mau berperang lawan Inggris kalau kayak gini jalan aja rusak parah. Kata Dendels dalam hati waktu itu.
Itulah pertama kali dia ngeh kalau oh jalan ini jelek kali nih kata dia. Nah singkat cerita setelah menempuh perjalanan darat selama kurang lebih 5 hari Dendels pun akhirnya sampai di Batavia tanggal 5 Januari 1808. Pada saat itu Dendels ini secara resmi didaulat sebagai apa? Sebagai gubernur Hindia Belanda yang ke-30.
Nah setelah resmi menjabat Dendels pun mulai melakukan upaya-upaya lagi untuk bisa mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris. Visi pertama dia kan itu kan menjaga Pulau Jawa. Nah upaya pertama Dendels pada saat itu adalah meningkatkan jumlah tentara. dengan merekrut personil dari berbagai suku di Nusantara, Wak. Di Nusantara loh ya.
Orang-orang awak yang direkrutnya. Nah kebiasaan ini kan bisa dibilang sangat unik kan, Wak. Kenapa?
Karena kan biasanya petinggi-petinggi Belanda pada saat itu, Wak, tidak pernah merekrut warga lokal nih untuk dijadikan anggota militer. Karena apa? Karena mereka nggak mau warga kita atau warga pribumi pada saat itu punya ilmu dan juga kemampuan militer. Kalau mereka udah ada pinter pada jagoan semua, kita diserang balik nih. Waktu itu nggak ada yang mau merekrut orang lokal, Wak.
Tapi Daneless sama sekali tidak menghafal. khawatirkan hal itu. Alah, alah udah gak apa-apa lah. Aku gak peduli mau peribumi, mau bukan.
Yang penting wilayah aku nih sekarang aman dari serangan Inggris. Dah, direkrutlah warga-warga lokal nih. Nah, selain memperkuat anggota militer, Wak Dendels ini juga memerintahkan pembangunan pabrik-pabrik persenjataan yang pada saat itu disuruhnya berpusat di Semarang sama Surabaya. Anggota militer dipertambah, pabrik senjata udah dibuat nih.
Harusnya kan udah cukup kuat lah itu kan dalam tanda kutip kan. Tapi Wak, hal itu dirasa belum cukup untuk Dendels. Disinilah Wak Dendels. Dendels berencana untuk membangun sebuah mega proyek yang bisa menghubungkan pulau Jawa bagian barat ini ya. Dengan Jawa bagian timur.
Nek pie caranya ini harus terhubung. Kata dia. Awalnya waktu itu Dendels ini memang merencanakan pembangunan jalan itu dimulai dari ujung barat. Wicis tadi tuh anjir tuh.
Sampai Surabaya aja wak. Sampai gak ke tengah-tengah. Agak sana dikit lah.
Pokoknya gak sampai ujung kali. Tapi di dalam prosesnya wak. Akhirnya dia memutuskan. Dahlah sikat aja lah. Bablas aja langsung.
Jadi diperpanjang lah proyek itu sampai ke. ke ujung timur Jawa yaitu mana Panarukan jalan inilah yang kemudian kita kenal dengan istilah jalan apa jalan Anyer Panarukan atau sekarang Jalan Pantura atau sebelum Jalan Pantura dulu namanya Jalan Dendels sorry-sorry jadi Jalan Anyer Panarukan Jalan Dendels kalau nggak salah ada lagi Itu jalan apa? Ada jalan-jalan apa sampai akhirnya berubah nanti jadi jalan Pantura. Ya, tapi yang paling dikenal kali yaitu jalan Anjar Panarukan, jalan Dendel, sama jalan Pantura.
Dan disini lah Wak, proses pembangunan jalan ini atau proses pembangunan megaproyek ini dikenal menyimpan banyak sekali kisah-kisah kelam dan menyedihkan. Nah disini kisah apa aja itu masuk. Jadi wak, proses pembuatan megaproyek ini dimulai pada tahun 1808. Pembangunan jalan ini bermula ketika Dendlesu terinspirasi oleh Imperium Romawi yang membangun sebuah jalan raya bernama Surcus Publicus, namanya FYI. Surkus Publikus ini merupakan jalan raya yang secara khusus dibuat dengan tujuan untuk mengakomodasi urusan administratif negara yang memang disalurkan secara estafetwa dari satu provinsi ke provinsi lain. Nah Dendels pun berniat untuk meniru pembangunan itu dengan tujuan untuk bisa apa?
Untuk mempermudah mobilitas pasukan Belanda di Pulau Jawa. Sehingga apabila nanti Inggris datang menyerang, Dendels ini bisa langsung itu, langsung mengerahkan seluruh pasukannya dalam waktu yang lebih singkat lah gitu Wak. Nah selain karena alasan militer tadi, Dendels ini juga membangun jalan tersebut dengan tujuan ekonomi. Yaitu untuk bisa membantu penduduk-penduduk dalam mengangkat, mengangkut komoditas pertanian mereka ke mana? Ke pelabuhan.
Buhan keanyar biar lebih mempermudah lagi tuh. Nah dia tuh akhirnya berdasarkan dua alasan tersebut, tepatnya pada bulan Mei tahun 1808, Dendels pun mulai mengerahkan ribuan tenaga kerja yang semuanya merupakan rakyat pribumi, khususnya dari Jawa Tengah dan Jawa Timur aja. Eh kenapa Jawa Barat nggak dibawa Nadia? Nah karena Wak katanya orang-orang yang tinggal di Jawa Barat itu secara khusus, ditugaskan oleh Dendels untuk tetap menanam kopi yang memang hasilnya wajib diserahkan kepada Belanda.
Karena kebetulan pada saat itu, saat itu, kopi ini adalah komunitas yang sangat diminati kali di Eropa wak pada abad 18 tua, makanya Dendels bilang sama mereka, udah khusus buat kalian warga Priangan atau warga Jawa Barat gak usah ikut-ikutan ini ngerjain mega proyeknya, kalian tanam saja kopi sebaik-baiknya, kalian urus saja kopi itu sebanyak-banyaknya, oke kata mereka, eh kata si Dendels, jadi yang diajak cuma warga Jawa Tengah dan warga Jawa Timur, nah singkat cerita proses pembangunan jalan raya ini pun dimulai wak, karena jalan yang akan dibangun ini sangat panjang, mencapai serigula 1100 km maka otomatis proyeknya pun dilaksanakan secara bertahap lah ya kan pada masa awal pembangunan ya waktu tipik startnya ada di mana dianyar setelah anjar lanjutlah keserang serang ke Tangerang Tangerang ke Jakarta Jakarta baru ke Bogor ini tak pertama nih tak pertama memang baru sampai Bogor aja Wak Apakah saat itu nih wae pada tahap pertama ini Dendels hanya meminta tenaga raja untuk membenahi garis bawahi membenahi jalan yang rusak di sepanjang anjar sampai ibu Bogor. Jadi saat itu mereka ini belum diminta untuk betul-betul membangun jalan raya baru Wak ya. Karena jalan dari Anyar ke Bogor itu sebenarnya sudah ada.
Tapi karena kondisi jalannya rusak parah kan alhasil para pekerja itu hanya diminta untuk memperbaikinya saja. Memperbaikinya, mengembalikannya seperti semula gitu. Tapi sebenarnya di bagian ini juga ada beberapa sumber yang kasih informasi yang berbeda Wak.
Ada yang bilang kalau pada saat itu tuh mereka ini bukan memperbaiki jalan sebenarnya Nadia. Mereka tuh melainkan menyambungkan jalan-jalan kecil hingga menjadi sebuah jalan raya yang bersebut. besar katanya ada juga kayak gitu tapi dalam pokoknya tahap satu kayak gitu dan setelah jalan raya dari Anyarama Bogor ini rampung dibenahi diperbaiki barulah itu ak Dendel selanjut meminta para pekerja ini untuk membangun jalan raya lagi dari Bogor sampai ke Surabaya animasi tahap kedua nih wa nah disinilah bisa dibilang tahap pembangunan yang kedua ini betul sangat berat karena pekerja betul-betul harus memulai membangun jalan ini dari nol kalau dari Anjar sampai Bogor itu kan mereka hanya membenahi jalan aja kan, kalau dari Bogor sampai Surabaya mereka tuh pada masa itu masih full hutan wak jadi para pekerja ini harus memangkas membabat hutan terlebih dahulu sebelum akhirnya bisa membangun jalan disana macemana lah itu prosesnya wak emang harus dimulai dari nol? udah dilakukan sama mereka kan sab sab sab sab dan setelah proses babat hutan ini selesai, barulah mereka mulai membangun jalan dari ini Tahap 2an ya dari Bogor ke Sukabumi, Cianjur, Bandung, Sumedang, Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, Kendal, Semarang, Demak, Kudus, Rembang, Tuban, Gresik dan akhirnya sampai lah itu dimana?
Surabaya. Sepanjang itu wae itu mereka mulai dari nol semua tuh. Dan setelah melalui proses yang sangat susah payah itu akhirnya pembangunan jalan tahap 2 dari Bogor ke Surabaya selesai.
Nah disini Disinilah Wak setelah sampai di Surabaya sebenarnya proyek ini tuh udah dianggap hampir selesai sama Dendeles. Karena memang kan Dendeles hanya menargetkan pembangunan jalan ini awalnya tadi sampai mana? Sampai Surabaya aja kan?
Yang kayak aku bilang tadi itu anjir. Tapi di saat yang sama ternyata Dendels ini sempat melihat bahwa daerah timur tempatnya di Panarukan itu di sana tuh daerah penghasil komoditas gula sama ikan nila loh which is komoditas yang memang sangat diminati oleh Belanda selain kopi wak ya. Di situlah dia bilang ah tanggung kali ini apa sekalian aja proyek kita bebasin sampai Panarukan ya kata dia. Dan selain alasan tadi wak di saat yang sama Dendels ini juga merasa khawatir sebenarnya apalagi nanti kalau misalnya tiba-tiba Inggris ini datang menyerang mereka lewat selat samudera. Nggak hanya lewat selat Sunda aja selat Sunda udah ada nih jalan anjir kan.
Nanti kalau misalnya mereka nyerangnya lewat selat samudera gimana? Akhirnya itulah pada bulan September 1808 Dendels pun secara resmi memutuskan bahwa oke proyek pembangunan jalan tadi jangan berhenti di Surabaya aja. Kita lanjutkan ayo ke Panarukan. Nah inilah baru masuk tahap 3 Wak ya.
Tahap 1 Anyer Bogor, tahap 2 Bonyur Surabaya, eh Bonyur pura Bogor Surabaya, tahap 3 Surabaya Panarukan. Dan untuk memuluskan rencananya yang ketiga ini Wak Dendels pun menugaskan gubernur wilayah timur yang bernama Fritz Rottenbahler sebagai penanggung jawab di tahap ketiga ini. Di bawah kepimpinannya Firtz ini para pekerja mulai membangun jalan lagi mulai dari Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan terus ke Probolinggo hingga baru terakhir di Panarukan nah buat saya akhirnya wak mega proyek mereka ini mega proyek pembangunan jalan 1100 km selesai 3 tahun cuma waktu Dan sebenarnya wak pada saat pembangunan megaproyek ini berlangsung tentunya para pekerja ini sering sekali menemui berbagai hambatan kan wak misalnya saja pada saat mereka memasuki wilayah Sumedang wak pembangunan jalan ini sebenarnya sempat terhenti karena kondisi alam yang memang sulit ditemukan Dan untuk mengatasi hal itu, Dandles pun sampai harus mendatangkan tenaga militer agar bisa membantu para pekerja yang lagi kesusahan ini. Dan setelah masalah di Sumedang teratasi, bukan berarti hambatannya selesai di situ aja Wak.
Ketika para pekerja sampai di Semarang, lagi-lagi mereka menemui hambatan yang jauh lebih serius lagi, yaitu daerah yang akan mereka bangun jalan ini ternyata masih dipenuhi sama rawa-rawa. Alhasil sebelum dibangun jalan, para pekerja pun harus terlebih dahulu melakukan apa? Hai pengurukan di rawa-rawa itu dan perlu kalian ingat woi lupa peluk kuyatnya dari awal tadi semua proses pembangunan pada saat itu masih tradisional Wak masih tradisional termasuk proses pengurukan rawanya masih tradisional jangan kalian pikir mereka ada traktor mereka ada apa Beko dan tak apa-apa Gak ada alat berat waktu itu Gak macam zaman sekarang Pake tangan mereka tuh semua Nah balik lagi soal pengurukan tadi Karena pengurukan tadi tuh ternyata gak mudah Wak Menurut catatan sejarah Di momen itu ada ribuan pekerja yang jatuh sakit Akibat apa?
Capek dan Dan juga lapar. Tapi meskipun memang banyak korban berjatuhan. Pembangunan ini sama sekali gak berhenti disitu aja. Dendels terus memaksa mereka untuk tetap melanjutkan pengerjaan proyek tersebut.
Dan singkat cerita. Saat para pekerja akhirnya sampai di Madiun. Yang udah selesai lah ini soal Semarang kan.
Sampai di Madiun. Hambatan yang mereka hadapi kali ini bentuknya berbeda lagi Wak. Kalau tadi hambatannya dari segi alam yang memang susah ditembus. Waktu mereka nyampe Madiun.
Ternyata hambatannya berasal dari pemberontak. Rontakan yang dipimpin oleh Bupati Madiun kala itu yang bernama Raden Rangga. Dimana pada saat itu dikatakan Raden Rangga ini mengerahkan pasukannya untuk bisa melakukan perlawanan terhadap Dendels.
Raden Rangga merasa daerah kekuasaannya ini terganggu dan dia juga menganggap bahwa Dendels ini sudah menginjak-injak harkat martabat rakyat. Nah di sisi lain Dendels pun gak terima pula dibilang kayak gitu. Dia gak terima juga dengan perlawanan tersebut. Akhirnya dia juga langsung mengerahkan pasukan persenjataannya untuk bisa melawan balik Raden Rangga.
Dan... Dan selang beberapa lama kemudian perlawanan Raden Rangga pun akhirnya bisa diatasi sama Dendels. Nah selesai nih masalah Madiun kan.
Dan setelah situasi aman proyek pembangunan jalan pun dilanjutkan lagi. Hingga itu akhirnya selesai di wilayah Panarukan pada tahun 1811 tadi. Nah disini nih Wak.
Setelah mega proyek Anyar Panarukan ini secara resmi dianggap selesai. Ternyata ada nih banyak sekali teori dan juga pro kontra yang menyelimuti proyek tersebut. Bahkan juga.
Teori-teori dan pro kontra itu juga masih menjadi perbincangan hangat sampai sekarang woy Nah penasaran apa saja pro kontranya masuk yuk yuk ayo Yang pertama soal jumlah pekerja woy Jadi memang pembangunan jalan dari Anyer sampai Panarukan ini kan disebut-sebut menelan korban sebanyak Eh korban jiwa sebanyak 12 ribu orang kan aku pun terkejut waktu tau loh Nah karena data itulah woy banyak kali pihak yang berpendapat bahwa Pangunan Jalan Anjar Panarukan ini merupakan pembunuhan besar-besaran atau genosida terhadap rakyat peribumi. Makanya dianggap Dendros ini kejam kali ya kan sama kita. Nah tapi Wak disini seorang sejarawan bernama Asfi Warman justru mengatakan sebaliknya.
Dari informasi yang kami dapat, Asfini berpendapat bahwa sebenarnya total korban yang berjatuhan pada proses pembangunan Jalan Dendels ini tidak diketahui secara pasti berapa. Jumlah 12.000 korban yang disebutkan tadi itu belum tentu benar. Karena apa? Karena angka itu bersumber dari buku-buku berbahasa Belanda yang ditulis oleh lawan politiknya Dendels. Sehingga sangat mungkin sekali data yang mereka cantumkan tadi ya sudah dimanipulasi.
untuk apa? Untuk sengaja menjatuhkan dendels. Ada pendapat yang bilang kayak gitu, Wak. Selain jumlah pekerja, Wak, yang kedua adalah tidak sepenuhnya mega proyek ini kerja rodi, loh. Selain pro kontra terkait jumlah pekerja, ada juga kontroversi terkait sistem pengupahan.
Jadi, Wak, menurut penelitian yang dilakukan oleh sejarawan Universitas Indonesia yang bernama Joko Marihandono, pembangunan jalan anjir panarukan ini tidak sepenuhnya berupa kerja rodi atau kerja tanpa upah. Nggak, loh. Menurut Pak Joko Wak, untuk urusan pengupahan ini, deh. Dendels itu sudah meminta Direktur Jenderal Keuangan yang bernama Van Isseldijk agar menyiapkan dana sebesar 30 ribu ringgit.
Nah nominal inilah yang nantinya akan menjadi upah pekerja. Eh kok ringgit? Nah dia bukan rupiah dan FI juga nih buat kalian yang belum tahu. Ringgit itu memang pernah digunakan sebagai mata uang Hindia Belanda.
Satu ringgit itu kalau nggak salah pada saat itu senilai 2,5 rupiah. Ada dananya kok, ada. Upah untuk mereka itu ada.
Nah uang itu kemudian diserahkan ke mana? Ke Bupat. Dati masing-masing wilayah untuk diteruskan ke siapa? Ke pekerja-pekerja mereka. Tapi sayangnya di sini upah itu dikabarkan.
Kata Pak Joko nih wak ya. Dikabarkan tidak pernah sampai ke tangan para pekerja. Dengan kata lain apa? Upah itu malah dikorupsi sama para bupati waktu itu.
Jadi katanya yang korupsi itu justru bupati-bupatinya sendiri wak. Orang-orang pribumi sendiri. Mereka yang gak ngasih upah.
Orang Dendels ngasih kok dari itu tuh tadi ha. Dari yang orang keuangan itu cair 30 ribu ringgit tuh. Dan padahal nih wak ya. Pokoknya kalau misalnya uang itu tidak dikorupsi, menurut penelitian yang dilakukan sama Pak Joko, Dendels ini diketahui membayar upah per orang itu mulai dari 4 ringgit sampai 10 ringgit kala itu.
Tergantung tingkat kesulitan yang tukang-tukang ini kerjakan. Semakin sulit jalan itu dibangun, maka upah yang dikasih juga semakin tinggi. Dan upah segitu tuh memang standarnya bayar segitu loh Wak. Dan nggak cuma soal upah aja. Disebut juga bahwa Dendels ini juga pernah memberikan tunjangan berupa beras sama garam kepada para pekerjaannya.
Tapi sampai ke tangan mereka? Nggak, katanya. Nah tapi Wak, walaupun awalnya...
Awalnya Dendels ini masih mampu untuk membayar upah para pekerja. Ternyata pada saat memasuki wilayah Cirebon, Dendels kehabisan uang nih Wak. Karena kebingungan, akhirnya Dendels pun mengumpulkan seluruh bupati di pantai utara Jawa itu untuk terlibat dalam proyek pembangunan ini.
Dendels bilang, wahai bupati-bupati sekalian. Apapun yang terjadi, pembangunan jalan ini harus tetap lanjut ya. Tapi saya udah gak punya duit lagi nih, kata Dendels.
Nah terus anda maunya gimana nih Pak Dendels, kata bupati-bupati nih. Ya terserah kalian, pokoknya kalian tetap harus maunya. dia akan tenaga kerja. Gimana caranya itu urusan kalian yang penting pembangunan jalan ini harus jadi. Kalau sampai gagal, nyawa kalian yang jadi taruhannya.
Ya, kata Dendels. Nah rupanya wak, ancaman Dendels ini cukup buat para bupati itu takut. Sehingga apa? Sehingga mereka semua terpaksa setuju untuk tetap memperkerjakan rakyatnya secara sukarela.
FYI buat kalian yang belum tahu pada masa Ternyata rakyat ini dianggap menumpang di tanah milik bupati atau pemerintah lokal sehingga para warga ini diwajibkan membayar upah dalam bentuk uang atau hasil panen. Tapi gegar ada kesepakatan sama Dendels tadi, akhirnya... Akhirnya pembayaran upeti tersebut wajib digantikan dengan tenaga untuk bisa membangun jalan Raya Dendels.
Jadi udah disini rakyat tuh gak perlu bayar tempat tinggal mereka pake uang atau pake hasil panen lagi. Pake tenaga kalian aja bangun jalan ini ya kata bupati itu. Itu berarti ketika pembangunan jalan ini sampai di Cirebon, barulah disitu mereka mulai bekerja tanpa diberi upah sama sekali wae. Baru dari Cirebon ini. Pun itu sebenarnya kayak sistem barter kan mereka gak usah bayar uang tinggal lagi, mereka kasih tenaga aja kayak gitu.
Tapi kasian juga. gak dibayar ya. Dan yang agak ngeselin disini ini Wak, para pekerja megaproyek ini kan kebanyakan orang Indonesia kan.
Warga pribumi ya kan. Bahkan mereka ini juga dipaksa dan ada masanya mereka ini gak dibayar ya kan. Tapi kalian tau Wak, katanya nih ya setelah pembangunan jalan Anjer Panarukan itu selesai, secara mengejutkan jalan itu hanya boleh dilalui oleh pihak Belanda, Jawa, hal ini terjadi kan, nah kayak yang aku bilang di awal tadi, pihak Belanda ini kan sengaja menjadikan jalan raya Anjer Panarukan sebagai apa? Sebagai akses untuk mempermudah urusan administrasi dan militer mereka. mereka ya kan.
Jadi yang diuntungkan disini balik-baliknya lagi mereka-mereka aja Wak. Peribumi tidak disuruh bangun aja gak boleh jalan situ. Tapi Alhamdulillahnya seiring berjalannya waktu entah karena memang pihak Belanda ini terketuk pintu hatinya atau mungkin ada alasan lain nih Wak ya.
Beberapa waktu kemudian akhirnya mereka memperbolehkan para pejabat peribumi duluan yang untuk melewati jalan tersebut. Bahkan pada akhirnya ya itu para warga juga... diizinkan untuk melewati jalan itu awalnya gak boleh wak gak boleh, awak yang bangun Tuhan dan saat ini setelah 200 tahun berlalu sejak proyek tersebut pertama kali dibangun, kita masih bisa menikmati manfaat pembangunan jalan dendam yang saat ini juga dikenal sebagai Jalan Pantura. Yaitu jalan apa? Jalan utama yang menghubungkan Jawa Barat hingga Jawa Timur.
Nah siapa nih yang kalau mau dibelebaran pasti lewat jalan sana? Nah itu waktu dulu bangunnya penuh perjuangan kali. Oke wak jadi itu tadi cerita tentang kisah yang berhasil kami kumpulkan tentang pembangunan Jalan Dendels atau Jalan Anjar Panarukan pada tahun 1808-1811. Meskipun pembangunan itu memang akhirnya berdampak positif bagi kita semua, jujur aku ngerasa... Terasa gak adil lagi nih ketika tahu bahwa banyak sekali korban yang berjatuhan dalam proses pembangunannya.
Ya gimana Belanda macam memetik hasil dari kerja keras, darah, serta keringat warga pribumi kan Wak? Itu yang kita kesel lah Wak sama Belanda kan. Udah lah waktu itu mereka nguasai kekayaan.
analam kita, masih pula dipaksa rakyat kita ini buat bangun proyek sebesar itu lah, gak diupah pula, kalau memanglah itu betul mereka gak dibayar gara-gara uang yang dimakan sama pejabat-pejabat waktu itu, ondeh-mandeh macemana lah sekarang goya, apa balasan yang dikasih Allah nih, semoga diampunilah dosa kalian sama Allah, amin. Dan berkat perjuangan warga pribumi pada kala itu, kita semua bisa merasakan dampak positif dari pembangunan jalan Dendels sampai hari ini. Gimana menurut kalian cerita ini Wak? Kalian ada di sisi pro Dendels atau kontra sama Dendels?
atau di tengah-tengahnya nih dan apalagi informasi yang kalian tau soal pembangunan megaproyek ini yang tidak aku sebutkan di video boleh tolong ditambahin aja di bawah dan aku juga mohon maaf kalau misalnya ada informasi yang keliru atau kurang tepat disini, kalian boleh juga perbaiki semua di kolom komentar di bawah kita tukar-tukar informasi wak ya Oke, jadi sekian dulu videonya. Terima kasih banyak yang sudah menonton. Kalau kalian suka video ini, klik like-nya. Jangan lupa komen di bawah untuk keadaan dan saran-saran untuk video selanjutnya.
Jangan lupa nyalain notifikasinya supaya kalian tahu kalau aku upload video baru. And as always, jangan lupa untuk klik tombol subscribe supaya kalian sama-sama tahu informasi menarik dan menegangkan dari channel aku. See you next video, Wak. Bye. Tangan aku sakit.