Jika kita lihat sekilas, bola ini terlihat seperti bola logam biasa. Tapi dari sifat yang dimilikinya, jelas ini bukan hal yang biasa. Bola logam yang berukuran satu kepala tangan ini disebut dengan Demon Core atau Inti Iblis. Yang memiliki kemampuan untuk membunuh orang bahkan tanpa ada gerakan atau ledakan apapun. Oke teman-teman, kali ini kita akan membahas kisah menarik lagi di dunia fisika dan kali ini ceritanya masih ada kaitannya dengan nuklir seperti yang ada di video sebelumnya.
Ini adalah kisah dari Demon Core. Demon Core adalah sebuah bola logam yang terbuat dari bahan utama plutonium-239. Bahan yang sering digunakan dalam bahan bakar fisinuk. Ukuran dari Demon Core ini hanya 9 cm dan beratnya 6 kg Jadi ukuran sebenarnya ini sangat-sangat kecil cuma segenggam tangan aja Tapi benda sekecil ini diam-diam sangat mematikan Dua orang ilmuwan meninggal dunia karena Demon Core ini Meskipun bola ini tidak meledak sama sekali Bahan yang sama dengan ukuran yang seru Udah digunakan dalam percobaan peledakan bom atom yang pertama di Trinity Test Juga dalam peledakan bom di Nagasaki, Jepang Dan memang sebenarnya Demon Core ini yang akan kita bahas ini Sebenarnya adalah bahan yang disiapkan untuk bom atom Amerika yang ketiga yang akan diledakkan Nah jadi konteksnya gini Di tahun 1945 Amerika telah berhasil membuat bom atom Tanggal 6 Agustus 1945, satu bom atom diledakkan di kota Hiroshima, Jepang Tanggal 9 Agustus, bom lainnya diledakkan di kota Nagasaki, Jepang Dan disini Amerika sebenarnya sudah punya rencana untuk meledakkan bom atom yang ketiga di kota Tokyo tanggal 19 Agustus Kalau-kalau nanti Jepang masih belum menyerah di perang dunia ini Tapi ternyata setelah pengeboman di Hiroshima dan di Nagasaki, Jepang udah menyerang. Sehingga bom yang ketiga ini, bom yang udah disiapkan ini, nggak jadi diledakkan.
Dan kemudian inti bom atomnya diambil lagi dan dibawa ke Amerika di Manhattan Project untuk digunakan sebagai bahan penelitian. Inti bom inilah yang kita sebut sebagai Demon Core. Penelitian yang dilakukan pada Demon Core ini berkaitan dengan sifat pada reaksi nuklir, yaitu kondisi kritis untuk terjadi reaksi. Jadi gini, reaksi nuklir adalah reaksi yang terjadi pada skala inti atom.
Jadi ketika ada suatu atom yang tidak stabil lalu ditumbuh dengan neutron, maka inti atom tersebut akan pecah menjadi atom yang lain sambil melepaskan energi. sambil melepaskan neutron yang lain. Neutron yang terbentuk ini ada potensi untuk lepas, ada potensi untuk kemudian diserap, atau ada juga potensi untuk kemudian menumbuk atom lainnya sehingga atom lain nanti akan pecah dan menghasilkan neutron lagi.
Jika jumlah neutron yang dihasilkan semakin sedikit, kondisi ini disebut dengan subkritikal atau subkritis. Jadi kondisinya akan stabil karena reaksinya nanti akan berhenti. Jika jumlah neutron yang dihasilkan terus konstan, kondisi ini disebut dengan kondisi kritikal, kondisi kritis.
Ada pun jika jumlah neutron yang dihasilkan semakin banyak seiring dengan reaksi yang terjadi, kondisi ini disebut dengan kondisi super kritikal, super kritis. Pada kondisi super kritikal, karena neutron yang dihasilkan dapat memecah atom lain dan kemudian menghasilkan neutron lainnya lagi hal ini akan memicu pelepasan energi yang besar pada bom atom bagian inti bomnya dipicu untuk mencapai kondisi super kritis atau bahkan super duper kritis dengan cara ditekan atau dikompres dengan cepat sehingga reaksi nuklirnya terjadi dalam waktu singkat dan dilepaskan energi dalam jumlah yang sangat-sangat besar. Nah di sini para peneliti ingin untuk meneliti kondisi superkritikal dengan tanpa mengompres inti plutonium ini. Yang kemudian eksperimen ini secara tragis membunuh dua orang fisikawan yang secara terpisah meneliti terkait dengan hal ini.
Tragedi yang pertama terjadi pada fisikawan Harry Devlian pada 21 Agustus 1945. Pak Harry ini melakukan eksperimen kondisi superkritikal dengan cara meletakkan bahan yang dapat memantulkan neutron di sekitar Demon Core. Ini adalah reka ulang kejadian yang dilakukan oleh Pak Harry. Di sini...
Dia meletakkan tumpukan bahan tungsten karbida yang dapat memantulkan neutron Sambil mengamati jumlah neutron yang dihasilkan Semakin banyak reflektor yang diletakkan Berarti kan makin banyak nih neutron lepas yang dipantulkan kembali Dan dari neutron yang memantul ini ada potensi untuk kena demon core-nya lagi Jadi semakin banyak maka semakin dia bisa terpicu sampai pada Kondisi super kritis Jadi disini Pak Heri perlahan Naruh reflektornya di sekitar demon core Coba ditumpuk di sampingnya Sedikit demi sedikit Ditumpuk, tumpuk, tumpuk Sambil terus memperhatikan alat ukur Radiasinya Nah aslinya, sialnya Ketika Pak Heri ini naruh batang reflektor Ketika pas lagi numpuk-numpuk ini Ada satu batang Yang kemudian gak sengaja Jatuh dan mengenai Demon core Ketika jatuh ini, maka neutron yang dihasilkan akan terpantul secara langsung. Dan kondisi ini memicu Demon Core berubah ke kondisi super kritis. Dan melepaskan energi radiasi yang besar.
Pak Heri tentu kaget. Jadi dia langsung refleks ngambil batang reflektornya pakai tangan. Dan di waktu itu, secara kasat mata, semuanya kayak baik-baik saja.
Ya tangannya... Sempet kerasa kayak sakit ya, tapi nggak kelihatan luka. Masalahnya, 25 hari kemudian, Pak Heri meninggal dunia. Dimana kondisi tangannya yang tadi mindahin batang reflektor, mengalami kondisi luka yang sangat parah.
Karena sel-selnya mati. Tambahan konteks, ketika Demon Core ini mencapai kondisi super kritis, Demon Core-nya ini nggak yang langsung meledak seperti bom atom ya, temen-temen. Karena kondisi super kritisnya ini masih kecil, jadi dia hanya melepas energi radiasi yang besar aja. Ya bukan cuma sih, ya memang melepas radiasi energi yang besar meskipun ini nggak kelihatan. Pak Heri mengalami dosis radiasi sebesar 510 rem dari radiasi neutron dan gamma.
Dimana dosis di atas 300 rem adalah dosis radiasi yang sudah sangat mematikan. Setelah kejadian ini, pihak pengelola Manhattan Project melakukan evaluasi proses eksperimen, di mana eksperimen seperti yang dilakukan oleh Pak Heri ini tidak boleh lagi dilakukan secara sendiri. Jadi pas eksperimen ini, Pak Heri sendirian cuma diawasi oleh satu penjaga dari jauh.
Dan penjaga ini berkata, Nggak langsung meninggal dunia seperti Pak Heri, tapi Pak Pengawas ini beberapa tahun kemudian mengalami leukemia dan meninggal 30 tahun kemudian. Sebenarnya nggak bisa dipastikan apakah ini berkaitan langsung dengan akibat kejadian itu, meskipun kemungkinan itu ya tetap ada. Singkat cerita, prosedurnya diperbaiki. Dan setahun kemudian... Percobaan yang serupa dilakukan lagi oleh ilmuwan yang lainnya.
Tapi, bahkan dengan perbaikan SOP, ketika proses eksperimen ini sekarang sudah dilakukan oleh banyak orang, Demon Core ini lagi-lagi memakan korban. Dan ini bahkan bisa dibilang agak lebih konyol. Ya emang cukup konyol lah ya untuk kejadian yang kedua ini. Pada eksperimen yang kedua ini, tokoh utamanya adalah fisikawan bernama Louis Slotin. Dimana berbeda dari percobaan sebelumnya yang menggunakan bahan blok-blok tungsten yang disusun di sekitar Demon Core, Pak Slotin ini menggunakan bahan reflektor berupa penutup berbentuk setengah bola dari bahan beryllium.
Setengah dari penutupnya ada di bawah dan setengahnya ada di atasnya. Nah disini pengukurannya dilakukan dengan mendekatkan jarak dari penutup bagian atas dan bagian bawahnya. Dimana semakin dekat maka Demon Core-nya ini akan ada di kondisi kritis. Dan jika sampai keduanya bahkan sampai menempel Demon Core ini nanti akan berada pada kondisi super kritis.
Jadi untuk mencapai kondisi kritis tapi yang gak sampai super kritis, artinya gak yang sampai menempel, disini dikasih semacam genjalan antara tutup bagian atas dan bagian bawah. Tapi kemudian Pak Slotin punya ide agar lebih gampang melakukan pengamatan ketika Demon Core ini mendekati kondisi kritis, dia melakukan eksperimen dengan cara menahan penutup atasnya pakai op... Ya gimana ya Temennya Pak Slotin di kesempatan lain bilang Kalau kamu terus-menerus melakukan eksperimen Pake cara seperti itu Tahun depan kamu pasti udah mati Dia diingetin seperti itu temen-temen Karena saking gak amannya metode yang digunakan Tapi Slotin gak menghiraukannya Jadi dia masih melakukan eksperimen dengan cara yang sama. Karena cara ini menurutnya adalah cara yang lebih efektif untuk mengamati efek ketika mendekati kondisi kritis dengan lebih mudah. Sialnya, di hari kejadian, obengnya Pak Slotin meleset, penutup bagian atas dan bagian bawah nempel, dan sepersekian detik kemudian, Demon Core ini mencapai kondisi super kritis.
Karena penutupnya menutup Demon Core ini secara penuh, maka reaksi yang dihasilkan energinya jauh lebih besar daripada kejadian yang sebelumnya. Demon Core ini menghasilkan radiasi energi yang lebih besar sampai menghasilkan cahaya warna kebiruan. Pak Slotin Reflect langsung melepas penutup atas ini pakai tangannya. Dan di sini Pak Slotin udah langsung sadar, mati ya. Di waktu itu, secara kasat mata tidak ada luka yang dihasilkan.
Tapi seperti kejadian sebelumnya, beberapa hari kemudian banyak luka yang muncul di sekujur tubuh Slotin. Karena radiasi energi yang sangat besar yang dihasilkan oleh Demon Core ini. Sampai nilainya mencapai 1000 rem.
Banyak sel-sel di dalam tubuhnya Pak Slotin ini yang rusak. Organ-organ tidak berfungsi secara maksimal. Dan intinya tubuhnya udah rusak. Dan hasilnya 9 hari setelah kejadian Pak Slotin meninggal dunia. Pada saat kecelakaan itu ada 7 orang lain yang ada di dalam ruangan.
Dan dari beberapa orang itu orang yang mengalami radiasi cukup besar beberapa tahun kemudian mengalami kanker leukemia dan anemia. Kecelakaan pada Demon Core yang kedua ini kemudian lagi-lagi membuat pengelola Manhattan Project ini melakukan evaluasi dari prosedur eksperimen yang dilakukan. Eric DeGlian dan Louis Slotin ini keduanya adalah orang yang sama-sama berjasa besar dalam pengembangan bom atom Amerika.
Karena mereka juga terlibat dalam pengembangan dan pengujian bom atom yang sudah berhasil dibuat. Tapi sayangnya... Setelah bom-bom itu berhasil dibuat Mereka justru meninggal dunia ketika melakukan penelitian lanjutan dari bahan tersebut Meskipun inti tersebut sama sekali tidak meledak Pada akhirnya penelitian pada Demon Core ini dihentikan Lalu Demon Core-nya dilebur dan digunakan pada beberapa penelitian dan percobaan nuklir yang lainnya