Hadis adalah sumber kedua dalam Islam setelah Al-Quran. Bicara tentang hadis tidak mungkin kita bisa lepas dari jasa Imam Bukhari, penyusun kitab hadis paling suhih yaitu Al-Jami'a Suhih yang kemudian lebih dikenal dengan Suhih Bukhari. Imam Bukhari adalah ulama ahli hadis yang paling masyur dan sangat terpercaya.
di antara para ulama hadis sejak dulu hingga saat ini. Sebagian menyebutnya dengan julukan Amirul Mu'minin fil Hadis, yaitu pemimpin orang-orang beriman dalam hal ilmu hadis. Hampir semua ulama di dunia ketika mengambil hadis Nabi Muhammad SAW merujuk kepada riwayat Imam Bukhari. Pada tanggal 13 Syawal tahun 1904 Ijriyah atau 21 Juli tahun 810 Masehi, sejarah mencadat dalam tinta emas dalam peradaban Islam, telah lahir seorang bayi laki-laki selepas sholat jum'ah yang oleh ayahnya diberi nama Muhammad. Bayi ini telah dikenal oleh dunia Islam dengan nama Imam Bukhari sebagai orang nomor wahid dalam disiplin keilmuan hadis.
Beliau lahir di kota Bukhara yang terletak di sebelah tengah negara Uzbekistan. Nama lengkap Imam Bukhari adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardisbah Al-Ju'fi Al-Bukhari Imam Bukhari dibesarkan di keluarga ulama yang sangat menyunjung ilmu dan adab Demikian pula suasana ibadah dan ketakwaan keluarganya Ayah Imam Bukhari yang bernama Ismail bin Ibrahim Dikenal sebagai seorang ulama hadis di Bukhara Dan merupakan murid dari Imam Malik bin Anas, Hamad bin Zaid, dan Abdullah bin Mubarak Beberapa ulama dari Irak menceritakan riwayat hadis dari ayah Imam Bukhari. Ismail, ayah Imam Bukhari juga merupakan seorang pebisnis. Ia termasuk orang yang kaya, namun sangat berhati-hati dalam menjaga hartanya agar tidak tercampur dengan harta yang subahat, apalagi haram. Aku tidak mengetahui bahwa di antara hartaku satu dirhambun yang haram maupun subahat, kata Ismail saat sakit menjelang wafat.
Sang ayah wafat ketika Imam Bukhari masih kecil, sehingga Imam Bukhari menjadi anak yatim. Kendati demikian, di bawah pengasuhan sang ibu yang ahli ibadah, Muhammad bin Ismail atau Imam Bukhari tumbuh menjadi anak yang soleh dan mencintai ilmu. Masa-masa kecil Imam Bukhari diralui dengan rasa pilu. Ketika beliau dan sekeluarga ditimpa cobaan oleh Allah berupa meninggalnya sang ayah, Imam Bukhari kecil kehilangan penglihatannya sehingga menyebabkan beliau buta.
Dalam menghadapi situasi tersebut, sang ibu tidak pernah mengenal kata menyerah dalam bermunajat kepada Allah agar penglihatan sang putra dikembalikan. Sehingga pada suatu malam, sang ibu bermimpi bertemu dengan Nabi Ibrahim. Dalam mimpi tersebut, Nabi Ibrahim berkata, Wahai ibu, sesungguhnya Allah telah mengembalikan pengelihatan putramu, karena tabahnya engkau serta menajatmu yang tidak putus kepada Allah.
Setelah mendengar ikhwal mimpi tersebut, sang ibu pun segera terjaga dari tidur dan mendapati sang putra telah dikembalikan pengelihatannya. Imam Bukhari terlahir dari seorang ulama yang sangat alim dalam ilmu hadis. Maka tak ayal setelah sang ayah wafat, Imam Bukhari mewarisi kecintaan ilmu hadis sepeninggal ayahnya.
Kejeniusan Imam Bukhari telah terlihat sejak belia. Ia telah hafal Al-Quran pada usia 10 tahun dan banyak menghafal hadis tanpa mencatat. Di usia belia, sewaktu belia masih belajar di kutab hingga asyar, Imam Bukhari tidak langsung pulang.
Saat teman-temannya pulang untuk bermain, ia meneruskan membaca dan belajar. Semangatnya menuntut ilmu sungguh luar biasa. Dan lebih luar biasa lagi, kecerdasan yang Allah anugerahkan kepadanya. Dalam sekejap, Imam Bukhari bisa menghafal apa yang dibacanya.
Pada usia 11 tahun, Imam Bukhari sudah menghafal banyak hadis beserta sanatnya, sehingga dengan mudah ia bisa mengoreksi ketika ada kesalahan hadis yang ia dengar. Suatu hari ada yang membacakan hadis, Sofyan dari Abu Az-Zubair dari Ibrahim. Imam Bukhari yang mendengar hadis tersebut langsung mengingatkannya, Wahai Abu Fulan, sesungguhnya Abu Az-Zubair tidak meriwayatkan dari Ibrahim. Mendengar itu, orang tersebut malah menghadik Imam Bukhari.
Jika engkau memiliki catatan asli, bukalah catatanmu, kata Imam Bukhori. Orang itu kemudian mengambil catatannya, dan ternyata memang benar. Memang tertulis Az-Zubair, tetapi bukan Abu Az-Zubair.
Engkau benar, nak? Lantas siapakah perawi itu? Kata pria tersebut menyadari kekeliruannya.
Imam Bukhori pun menjawab dan membatalkan catatannya. Dia adalah Az-Zubair bin Adi. Kemudian, pada usia yang relatif cukup muda, Imam Bukhari telah menghafal Mus'ad Abdullah bin Mubarak serta Kitab Karyawaki.
Tidak hanya hafal, beliau juga memahami maksud perkataan dua ulama itu dalam kitab-kitab tersebut. Menginjak usia 16 tahun, Imam Bukhari melaksanakan ibadah haji bersama sang ibunda dan saudaranya. Setelah selesai menunaikan ibadah haji, Ibu dan saudaranya kembali ke Kampung Halaman.
Sedangkan Imam Bukhari memutuskan untuk menetap di Makkah untuk mempelajari ilmu hadis kepada ulama-ulama tersohor di Makkah. Antara lain guru-guru beliau adalah Al-Imam Abu al-Walid Ahmad bin al-Ashiroqi, Abdullah bin Zaid, Ismail bin Salim as-So'iq, Abu Bakar bin Abdullah bin Zubair, dan Al-Alam al-Humaydi. Pada tahun 212 Hijriah, ketika usia beliau memasuki umur 18 tahun, setelah merasa cukup mempelajari ilmu di Makkah, Imam Bukhari melanjutkan perilahnya ke kota Madinah. Di kota nabi tersebut, Imam Bukhari berguru kepada beberapa ulama, terutama ulama Tabi'ut Tabi'in yang masih hidup. Di antara guru-guru beliau di Madinah adalah Ibrahim Al-Mundir, Muttarif bin Abdullah, Ibrahim bin Hamzah, dan Abu Sabit Muhammad bin Ubaidillah.
Selama di Madinah, Imam Bukhari tidak hanya belajar, tetapi beliau juga melesaikan dua kitab karya tulisnya, yaitu kitab Qutoya As-Sahabah wa Tabiin dan kitab At-Tarih Al-Kabil. Kedua kitab tersebut ditulis oleh Imam Bukhari di Rautah yakni makam Rasulullah. Dan saat menulis kitab tersebut, umur beliau baru genap 18 tahun. Setelah dirasa cukup di Madinah dan ketika berusia 19 tahun, Imam Bukhari melanjutkan rilahnya menuju kota Basrah. Di Basrah, Imam Bukhari berguru kepada Abu Asim al-Labil, Syofan bin Isa, Badir bin Sabit al-Mahbar, Harami bin Imarroh, Afan bin Muslim, Muhammad bin Sinan, dan beberapa ulama lainnya yang setara dengan mereka dan satu tobakoh atau tingkatan dengan mereka.
Lihlah berikutnya adalah ke Kofah. Di antara guru-guru Imam Bukhari yang termasuk di kota Kofah adalah Abdullah bin Musa, Abu Nu'aym bin Ya'qub, Ismail bin Aban, Hasan bin Arabi, Khalid bin Al-Mujalid, dan Syed bin Hafiz. Kemudian ketika memasuki usia 20 tahun, Imam Bukhari rilah ke Bagdad. Pada waktu itu, Bagdad merupakan pusat pemerintahan dinasti Abasyia, sehingga banyak ulama berdiam di kota tersebut. Salah satu guru Imam Bukhari di Bagdad adalah Imam Ahmad bin Hambal.
Namun karena kondisi keamanan yang mulai tidak stabil karena fitnah-fitnah dari golongan mutazilah, Imam Ahmad menyarankan Imam Bukhari untuk segera keluar dari Bagdad. Syam adalah kota yang dituju oleh Imam Bukhari dalam melanjutkan perilahnya. Di kota ini, Imam Bukhari banyak menimba ilmu hadis kepada para syah dan imam.
Di antaranya adalah Yusuf Al-Fariyabi, Abu Ishaq bin Ibrahim, Adam bin Ilyas, Abu Liyaman Al-Hakam bin Nafiq, dan Hayawah bin Surai. Setelah Syam menjadi kota singgah setudirilahnya, lantas Imam Bukhari melanjutkan perjalanannya ke Mesir. Di sana, beliau berguru kepada ulama terkemuka Uthaman bin Asoik, Said bin Abi Maryam, Abdullah bin Soleh, dan Ahmad bin Soaib. Dalam perjalanannya mencari ilmu, selain daerah-daerah yang telah disebutkan, Imam Bukhari juga pernah berkelana ke daerah jajirah Arab, Kurosan, dan daerah-daerah sekitarnya seperti Maroko, Balkh, dan Harah dalam mengumpulkan hadis. Dari rihlah atau pengembaraannya yang sangat panjang ini, Imam Bukhari memiliki guru yang sangat banyak.
Beliau pernah berkata, Aku menulis hadis dari 1080 guru dan mempelajari lebih dari 600 ribu hadis. Mereka semua adalah para ulama ahli hadis yang telah menghafal hadis. Sejak muda, Imam Bukhari telah melakukan perjalanan panjang untuk mengumpulkan hadis syohih. Mujahadahnya demi mendapatkan hadis sangat luar biasa.
Bahkan, beliau pernah menempuh perjalanan hingga sebulan demi mendapatkan sebuah hadis syohih. Beliau berguru kepada 1080 ulama, mulai Tabi'ud, Tabi'in, hingga para ulama yang seusia dengannya. Dari mereka semua, Imam Bukhari telah menghafal ratusan ribu hadis.
Syah Ahmad Farid menuliskan, Imam Bukhari telah menghafal... 200.000 hadis, 100.000 diantaranya adalah hadis shohreh. Dari 100.000 hadis yang shohreh, Imam Bukhari menyarinya dengan sangat ketat.
Dan sebagaimana kita tahu, syarat yang menjadikan Imam Bukhari dalam menentukan hadis shohreh memang paling ketat jika dibandingkan dengan hadis shohreh dengan syarat ulama lainnya. Dari 100.000 hadis sohih yang dihafalnya, akhirnya terbitlah karya monumental Imam Bukhari, yaitu Jami'a Sohih, yang memuat 7.275 hadis sohih, yang kemudian populer dengan sebutan Kitab Sohih Bukhari. Kitab Sohih Bukhari sudah diuji dan diatur dalam berbagai babab, sehingga mampu menjadi dasar atau sistem yurisprudensi yang lengkap.
Kitab Al-Jahmi'al-Suhih sangat dihormati kalangan muslim sunni dan dianggap sebagai salah satu kitab dengan koleksi hadis yang paling otentik selain dari Imam Malik dan Suhaim Muslim, karya Imam Muslim yang notabene merupakan muridnya. Sebagian besar ulama'sunni menganggap kitab Al-Jahmi'al-Suhih sebagai yang kedua setelah Al-Quran dalam hal keaslian. Keilmuan dan kecerdasan Imam Bukhori telah diakui oleh para ulama sejak usianya masih muda.
Ketika masuk ke suatu kota, bukan hanya kaum muslimin secara umum yang menyambutnya, bahkan terkadang para ulama ingin mengujinya. Misalnya, saat Imam Bukhori mencari seorang muslim, Al-Bukhari datang ke Bagdad, para ulama ahli hadis berkumpul. Mereka hendak menguji keiluman Imam Bukhari dengan mengancak 100 hadis.
Hadis yang sudah diajak urutannya itu lalu dipercayakan kepada 10 ulama. Masing-masing akan membawakan 10 hadis. Ketika Imam Bukhari tiba, mereka mengundangnya ke dalam forum yang dihadiri oleh banyak ulama.
Kemudian, salah satu ulama tampil membaca 10 hadis acak, lalu menanyakan kepada Imam Bukhari. Kemudian Imam Bukhari menjawab, saya tidak tahu. Berikutnya, ulama kedua membacakan 10 hadis secara acak Lalu menanyakannya Imam Bukhari kembali menjawab, saya tidak tahu Demikian seterusnya hingga 10 ulama itu selesai Banyak ulama ulama yang sempat meremehkan Imam Bukhari karena hanya menjawab saya tidak tahu namun anggapan mereka segera sirna saat Imam Bukhari sesaat kemudian membacakan seluruh hadits itu dengan membetulkan susunannya sehingga semua menjadi hadits yang benar yang lebih menakjubkan adalah Imam Bukhari bisa mengingat 100 hadits itu tanpa mencatatnya sehingga 10 ulama yang mengujinya takjub dengan keilmuan Imam Bukhari ulama lainnya yang hadir pada forum itu pun hanya menggeleng kepala melihat Imam hadits yang sangat jenius di depan ke depan mereka kemudian ketika memasuki sebuah kota dan Imam Bukhari menyampaikan ceramah kaum muslimin pasti menyambutnya dengan penuh antusias jumlah jamaahnya bisa mencapai puluhan ribu orang bahkan ketika di Baghdad pengajian Imam Bukhari dihadiri oleh 20.000 orang Keilmuan Imam Bukhari juga terlihat dari betapa banyak muridnya yang menjadi ulama.
Murid Imam Bukhari diperkirakan berjumlah 90.000 orang. Di antara murid-murid Imam Bukhari yang masyur dan menjadi ulama besar adalah Imam Muslim, Imam Tirmidhi, Imam Nasai, Imam Ad-Daromi, Ibn Khuzaimah, serta banyak ulama besar lainnya. Terima kasih telah menonton Sungguh benar firman Allah tentang hakikat ulama Mereka pun hanya yang ilmunya tinggi Tetapi ketinggian ilmunya semakin menambah rasa takut kepada Allah Bukan hanya khawf, tetapi juga khosyah Allah berfirman dalam Quran Surat Fatir ayat 28 Bismillahirrahmanirrahim Innama yasha'allahu min ibadihil ulama Sesungguhnya, yang takut kepada Allah diantara hamba-hambanya hanyalah ulama Ibadah, juhur dan warah Imam Bukhari sungguh patut kita teladani. Beliau pernah sholat jamaah juhur di perkebunan, lalu beliau sholat badiah yang cukup panjang. Setelah selesai sholat badiah, beliau meminta temannya untuk melihat apa yang ada di balik bajunya, karena beliau merasa ada yang menggigitnya.
Rupanya ada 17 petas gigitan serangga. Temannya bertanya, mengapa engkau tidak membatalkan sholatmu, kan cuma sholat sunnah. Imam Bukhari menjawab, Aku sedang membaca surat dan aku tidak suka memutusnya hingga akhir surat. Ulama berkelar suai khulmu hadisin ini terbiasa sholat malam 13 rokaat, yaitu sholat tahajud dan sholat witir sebagaimana hadis shohih yang beliau riwayatkan.
Demikian pula, beliau mengamalkan hadis-hadis shohih lainnya menjadi bukti kegigihannya dalam mengikuti sunnah. Pada bulan Ramadan, setiap malam Imam Bukhari khatam Al-Quran dalam sholatnya. Di pagi hari, beliau membaca surat.
10 Juz, siangnya 10 Juz dan sebelum berbuka puasa 10 Juz sehingga dalam bulan Ramadan beliau khatan 60 kali Selain terkenal sebagai ulama alih hadis Imam Bukhari juga produktif dalam menulis kitab Karya Imam Bukhari sangatlah banyak, mulai dari kitab-kitab hadis hingga sejarah dan fikir. Kitab-kitab karya Imam Bukhari diantaranya adalah Al-Jami'al-Shuhrih atau Shuhrih Bukhari Adam al-Mufrad At-Talih al-Kabil At-Tarih Al-Awsad At-Tarih As-Shawir Khulqu Af'al Al-Ibad Ad-Du'afa As-Shawir Jus'u Al-Yadain Jus'u Al-Qari'ah Khulfa Al-Iman Kitab Al-Kunnah Al-Masbud Firul Walidain Al-Ashribah Al-Wihdan Qodoya As-Shahabah Wa Tabiin At-Tafsir Al-Kabir Al-Hibbah Di penghujung usianya, Imam Bukhari mendapatkan ujian yang kemudian ia lalui dengan penuh kesabaran. Diriwayatkan oleh Abu Bakar bin Munir bin Khalid bin Ashkar, beliau berkata, Khalid bin Ahmad al-Zahuli, seorang amir di daerah Bukhara, menyuruh utusan untuk bertemu Imam Bukhari. Utusan tersebut menyampaikan pesan Sang Amir yang berisi, agar Imam Bukhari bersedia membawa kitab Al-Jami'at Tarih dan kitab-kitab yang lainnya, agar membacakannya untuk Sang Amir dan mengajar anak-anaknya secara khusus. Menyikapi perintah tersebut, Imam Bukhari menolak.
Beliau berprinsip, ilmu itu mulia dan tidak boleh terhina meskipun di depan penguasa. Ilmu harus didatangi, bukan mendatangi. Apalagi jika mengorbankan kaum muslimin sehingga mereka tercegah tidak bisa mendapatkan ilmu karena hanya mengajar anak-anak penguasa. Dengan penolakan Imam Bukhari, Sang Amir merasa tersinggung. Kemudian, dia menggunakan Haris bin Abi al-Waroko untuk memfitnah Imam Bukhari.
Sehingga sang imam terpaksa keluar meninggalkan kampung halamannya. Belum genap sebulan sang imam meninggalkan kampung halamannya, Allah menunjukkan murkanya kepada orang-orang yang memusuhi Imam Bukhari. Khalid bin Ahmad sendiri tertimpa musibah berupa lengser dari jabatannya dan terhina masuk penjara.
Sedangkan Haris bin al-Waroko mendapatkan bencana yang tidak terkira. Setelah meninggalkan kampung halamannya, Imam Bukhari menuju sebuah perkampungan di daerah Samarkand yang bernama Bahkratang. Di tempat tersebut, terdapat beberapa kerapat Imam Bukhari yang berdomisili, sehingga sang imam tinggal bersama mereka.
Namun tidak lama kemudian, beliau jatuh sakit dan akhirnya wafat. Imam Bukhari meninggal pada malam Sabtu saat malam Idul Fitri di waktu sholat Isha. Kemudian jasadnya dikumpulkan hari itu juga setelah sholat duhur.
Beliau wafat pada tahun 256 Hijriah dalam usia 62 tahun. Abdul Wahid bin Ahmad Attawar Wisi berkata, Dalam tidur, aku melihat Rasulullah berdiri menunggu seseorang bersama rombongannya. Kemudian aku berkata, Ya Rasul, apa yang membuat anda menunggu di sini? Beliau menjawab, Aku sedang menunggu Muhammad bin Ismail al-Bukhari. Selang beberapa hari, aku mendapatkan kabar bahwa Imam Bukhari meninggal dunia.
Kemudian aku perhatikan mimpiku. Ternyata, waktu Imam Bukhari wafat, itu adalah waktu aku menjumpai Rasul dalam mimpiku. Sungguh, Imam Bukhari merupakan ulama yang sangat luar biasa pengabdian dan perjuangannya dalam agama ini, khususnya dalam bidang ilmu hadis, sehingga memudahkan generasi sekarang dalam mengambil hadis sebagai rujukan setelah Al-Quran.
Semoga Allah meninggikan derajat beliau dan menempatkan di tempat yang terbaik. Amin.