Transcript for:
Sejarah Kerajaan Mataram Islam

pada tahun 1586 Sutawijaya mendirikan Kerajaan Mataram Islam dan mengangkat dirinya sebagai Panembahan Senopati ing alaga sayidin panatagama kerajaan ini melewati masa keemasannya di bawah pemerintahan Sultan Agung tahun 1613 sampai tahun 1645 Selamat datang di saluran YouTube Taksaka Seta Saya harap anda dalam keadaan baik dan siap untuk menyelami sejarah yang terjadi di masa lalu yang menarik bersama kami di sini kami akan menjelajahi berbagai topik sejarah dan berbagi kisah-kisah sejarah yang luar biasa jangan ragu untuk berinteraksi melalui kolom komentar dan jangan lupa untuk tekan tombol subscribe agar tetap terhubung dengan konten-konten menarik di masa mendatang mari kita mulai petualangan ini dan saya harap anda menikmati setiap momennya pada suatu zaman di akhir abad ke-16 bermula kisah Epic Sebuah kerajaan yang dipahat oleh tangan kuat Panembahan Senopati atau yang dikenal sebagai Danang Sutawijaya kerajaan ini adalah Mataram Islam yang menjulang megah di tengah-tengah pesisir Yogyakarta meski sempat mengalami perpindahan penting ke Surakarta namun keberadaan Mataram Islam tak bisa dilepaskan dari bayang-bayang kolonial Belanda yang membawa konflik dan pengaruhnya yang kuat berdirinya Kerajaan Mataram Islam bermula dari peristiwa dramatis ketika Panembahan Senopati atau Danang Sutawijaya membantu Sultan hadiwijaya atau yang lebih dikenal sebagai zakat Tingkir mengalahkan area Penangsang Sutawijaya adalah putra dari Ki Ageng pemanahan seorang kepercayaan utama Sultan hadiwijaya pada awal abad ke-16 Sutawijaya dan Ki Ageng pemanahan bersatu dengan sultan hadiwijaya untuk memadamkan pemberontakan Arya Penangsang di Demak setelah keberhasilan ini Sultan hadiwijaya memutuskan untuk mendirikan kerajaan baru bernama Kerajaan Pajang yang berpusat di sekitar Surakarta sebagai bentuk penghargaan atas bantuan mereka dalam menumpas pemberontakan tersebut Sultan hadiwijaya memberikan hutan mentaok kini dikenal sebagai Kotagede Yogyakarta kepada Ki Ageng pemanahan wilayah ini kemudian menjadi kadipaten di bawah naungan Kerajaan Pajang pada saat yang sama Sutawijaya diangkat sebagai anak angkat oleh Sultan hadiwijaya karena belum memiliki keturunan namun pada tahun 1575 Sutawijaya mengambil alih peran ayahnya Ki Ageng pemanahan yang telah meninggal dengan gelar Senopati ing ngalaga yang berarti Panglima di medan perang setelah mengambil alih Sutawijaya berupaya untuk melepaskan diri dari pengaruh kerajaan pajang yang kemudian memicu konflik antara kedua pihak tak Berapa lama kemudian Sultan hadiwijaya jatuh sakit dan akhirnya meninggal upaya pembebasan Mataram menjadi semakin memungkinkan karena Kerajaan Pajang terjebak dalam konflik internalnya sendiri pada tahun 1586 Sutawijaya mendirikan Kerajaan Mataram Islam dan mengangkat dirinya sebagai Panembahan Senopati ing alaga sayidin panatagama kerajaan ini melewati masa keemasannya di bawah pemerintahan Sultan Agung tahun 1613 sampai tahun 1645 sebelum akhirnya pecah menjadi dua pada pertengahan abad ke-18 pada tahun 1584 seorang pahlawan besar Panembahan Senopati dengan berani mengumumkan berdirinya Kesultanan Mataram Islam di wilayah yang saat ini dikenal sebagai Yogyakarta atau lebih tepatnya alas mentaok saat itu pajang masih belum mengakui eksistensi Kesultanan Mataram Islam namun nasib berpihak pada Mataram ketika Kesultanan pajang akhirnya runtuh pada tahun 1587 dan secara resmi mengakui keberadaan Kesultanan Mataram Islam Panembahan Senopati sang arsitek dibalik Kesultanan Mataram Islam kemudian memakotai dirinya sebagai raja pertama dengan gelar yang megah senapati ing alaga sayidin panatagama tahun 1587 sampai tahun 1601 pusat pemerintahan Mataram Islam didirikan di bekas alas mental yang diberi nama Kotagede atau Kotagede yang kini menjadi salah satu ikon Yogyakarta kepemimpinan Panembahan Senopati tidak hanya membebaskan Mataram dari cengkraman pajang tetapi juga menjadi tonggak penting dalam sejarah kesultanan ini puncak kejayaan Mataram Islam datang pada masa pemerintahan Sultan Agung hanyakrakusuma yang memerintah dari tahun 1613 hingga 1645 masehi Sultan Agung berhasil memperluas wilayah kekuasaannya di Jawa dan memberikan dampak besar dalam berbagai bidang dalam ekonomi Sultan Agung memberikan tanah kerajaan kepada petani dan membangun Forum Komunikasi sebagai sarana pengembangan ekonomi di samping itu ia memperkenalkan pajak yang adil yang tidak membebani rakyat pada bidang agama Islam Sultan Agung menerapkan hukum Islam di Mataram Islam Ia juga menciptakan kalender Jawa pada tahun 1633 yang menggabungkan unsur Saka dan Hijriyah menjadi bukti perkembangan budaya Islam yang pesat di masa pemerintahannya Sultan Agung juga mengembangkan seni dan budaya ia mendukung berbagai jenis tarian gamelan dan seni pertunjukan wayang yang berkembang pesat Selain itu karya sastra seperti serat sastra gending juga mengalami perkembangan di luar Yogyakarta namun seperti yang sering terjadi dalam sejarah kejayaan tidak selalu abadi Mataram Islam mengalami kemunduran setelah kekalahan Sultan Agung dalam usahanya merebut Batavia perekonomian yang terkuras karena perang berdampak merugikan penduduk Mataram Islam setelah Sultan Agung wafat Putra Sultan susuhunan Amangkurat pertama memerintah dan menjadikan Pleret sebagai pusat pemerintahan tapi campur tangan VOC verenida OST Indische company perusahaan Hindia Timur Belanda mulai mengacaukan keadaan perang antara Pakubuwono I melawan Amangkurat ketiga akhirnya pecah kemenangan Pakubuwono II mengakibatkan pecahnya wilayah Mataram Islam dan dengan itu dimulailah Era dinasti Pakubuwono di Mataram di bawah pengaruh Belanda Mataram Islam terjerat dalam konflik internal yang mengarah ke perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari tahun 1755 perjanjian ini menghasilkan pembagian Mataram menjadi dua bagian kesultanan ngayogyakarta dan kasunanan Surakarta inilah akhir dari masa kejayaan Mataram Islam yang tetap meninggalkan jejak sejarah yang mengagumkan dan perjalanan yang penuh dengan warna-warni dinamika politik dan budaya tetapi seperti banyak Saga sejarah kisah ini juga memiliki babak gelap yang pada akhirnya mengarah pada perpecahan yang meruntuhkan kesatuan Mataram menjadi dua kerajaan yang berdiri sendiri pada tanggal 13 Februari tahun 1755 kasunanan Surakarta Hadiningrat dan kasultanan ngayogyakarta Hadiningrat 2 entitas yang lahir melalui perjanjian Giyanti agar masalah yang menjadi benih perpecahan ini adalah konflik internal yang mendalam di Mataram konflik melibatkan tiga figur Utama susuhunan pakubuwana 2 Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said yang juga dikenal sebagai Pangeran Sambernyawa konflik ini berawal dari pengangkatan Pangeran Prabowo suyoso bergelar pakubuana 2 anak kedua dari Amangkurat ke-4 sebagai raja baru Mataram Islam namun Raden Said yang merupakan Putra sulung dari Amangkurat ke-4 Pangeran Arya Mangkunegara memperjuangkan haknya sebagai pewaris tahta Mataram Islam konflik semakin memanas karena keputusan pakubuwana 2 Untuk memindahkan ibukota kerajaan dari kota Sura ke Surakarta pada tanggal 17 Februari tahun 1745 situasi mencapai titik klimaks ketika Raden Mas Said bergabung dengan Pangeran Mangkubumi untuk merebut Tahta yang kemudian semakin menyebar buruk Kesehatan pakubuana 2 setelah kematian pakubuwana 2 Pangeran Mangkubumi segera mengangkat dirinya sebagai raja baru Mataram Islam tetapi VOC verenida OST Indische company atau perusahaan Hindia Timur Belanda ikut campur dalam konflik ini dengan mengangkat Raden Mas surjadi Putra pakubuana 2 sebagai raja Mataram Islam dengan gelar Pakubuwono 3 hal ini memicu Raden Mas Said dan Pangeran Mangkubumi untuk melancarkan serangan terhadap VOC dan pakubuwana 3 VOC secara licik mengadu domba memanfaatkan perselisihan antara Raden Mas Said dan Pangeran Mangkubumi pada tahun 1752 selanjutnya VOC berunding dengan Pangeran Mangkubumi dengan janji untuk memberinya setengah wilayah kekuasaan Mataram yang dipegang oleh pakubuwana 3 pada tanggal 22-23 September tahun 1754 VOC mengundang pakubuwana 3 dan Pangeran Mangkubumi untuk berunding bersama membahas pembagian wilayah Kesultanan Mataram Islam hasilnya mereka mencapai kesepakatan dalam bentuk perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari tahun 1755 salah satu poin penting dalam perjanjian ini adalah pembagian wilayah Kesultanan Mataram Islam menjadi dua kasunanan Surakarta menguasai wilayah bagian timur Sungai Opak sementara kasultanan ngayogyakarta menguasai wilayah bagian barat Sungai Opah perjanjian Giyanti tidak hanya menandai akhir dari Kesultanan Mataram yang bersatu tetapi juga merupakan tonggak penting dalam sejarah jawa meskipun Mataram terpecah kedua entitas yang muncul dari perjanjian ini tetap memiliki peran penting dalam perkembangan budaya politik dan sejarah pulau Jawa Terima kasih telah menonton video kami di saluran YouTube taksakata kami harap anda menikmati cerita sejarah yang kami bagikan jangan lupa untuk selalu mendukung saluran kami dan aktifkan pemberitahuan agar tidak ketinggalan video menarik lainnya sampai jumpa di petualangan kisah-kisah sejarah selanjutnya salam pecinta sejarah dari taksakata