Dalam nyata, Surabaya kini tak terlalu ramah. Gelapnya di tengah kurungan doli, suramnya dalam pusaran kemalangan, ironi perempuan di kota pahlawan. Ini jadi sekarang gudang ya bu?
Iya. Dulunya? Aquarium. Memang disini PSK-nya ada 600, tapi kan belum tentu setiap malam lapu semuanya.
PSK tetap jadi korban hanya sebagai sapi perahan. Berapapun tarif yang dipasang ke tamu oleh para maklar itu, si PSK hanya dapat 150. Surabaya, tempat dimana aku hidup. Peran perempuan begitu vital disini.
Dalam sejarah maupun konteks hidup masa baru. Kota Surabaya juga kerap menyebut pujian perihal ramahnya kota ini terhadap perempuan. Tapi, bagaimana dalam nyata?
Aku Sivana Arga, ini Dolly, salah satu sudo dari kota Surabaya. Selamat datang di Authenticity District. Sekarang aku lagi ada di Doli, sebuah tempat yang secara nama cukup terkenal di Surabaya. Tapi kalau kita lihat penampakannya siang ini, aku gak yakin ia bakal dikenal atau gak secara keseluruhan.
Apakah tempat ini akan lebih berasa secara maksimal kalau kita kelilingin siang hari gini? Gang Doli siang ini jauh dari memori dan bayangan lama aku soal prostitusi. Aku nggak ngeliat itu sekarang. Sejauh ini yang aku lihat justru geliat ekonomi UMKM yang lebih berasa secara maksimal. Ya, siang ini dan kelihatannya.
Karena sebelum kesini, aku sebenarnya denger kabar lain soal Doli. Fakta lain yang mungkin akan kita temukan di waktu dan lain kesempatan. Assalamualaikum, Bu Ati. Selamat pagi, saya Zeva.
Jadi Bu Ati ini salah satu pengurus dari UMKM Wisma Barbara. Betul ya Bu. Ini lagi ada kegiatan apa Bu?
Ini kita lagi memproduksi sleeper hotel. Ini bisa produksi sampai berapa banyak Bu sehari? Kalau teman-teman sehari bisa 500 pasang. 500 pasang ya?
Saya jam 9 sampai jam 4 sore. Tapi tergantung orderan yang masuk. Tergantung orderan yang masuk. Ini ada berapa pekerja bu disini? Sebenarnya disini ada berapa pekerja.
Tapi disini ada 18 anggota pekerja, karena kita kelompok kan. Kalau omset kira-kira sehari atau sebulan bisa sekitar berapa? Kalau omset sih, kalau sleeper hotelnya kan tergantung dari hotel.
Tapi Alhamdulillah kita sudah 70 hotel yang sudah bekerja sama dengan kita. Ini jadi sekarang gudang ya Bu? Iya. Dulunya?
Akwarium? Shorlum. Kan mungkin Mbaknya udah pernah denger kan, di Wisma ini mungkin terbesar. Paling besar, iya.
Muat berapa gitu Bu? Kalau sepengetahuan saya, saya kan jadi... warga sekitar itu ada 600 600 tamat dan mungkin bisa lebih penghuninya kan karena mereka kan juga ada ada yang pelayannya ada apa-apanya gitu tapi untuk ini Memang di lantai ini sebagai showroomnya. Nanti emaknya bisa keliling kita lihat. Boleh, boleh, boleh.
Ayo. Setiap lantainya kita ada cerita sendiri dari setiap lantainya. Asik.
Oke. Jadi sekarang lantai dua ini apa Bu? Kalau dulu waktu masih buka, ini apa? Sebagai tempat apa?
Kamar? Bukan, bukan. Dulu ini kayak barnya. Bar? Oh ada barnya.
Mungkin dulu... belum masuk ke kamar kita istirahat dulu di sini ada barnya berarti bisa nyatain diply dulu ya kan baru di atas kamar Nah iya bu itu lift ya? Iya Jadi katanya itu Wisma Barbara ini salah satu, eh salah satu, satu-satunya yang ada liftnya Iya mungkin karena ini terbesar, mungkin juga terbanyak Takutnya dari pengunjung di saat fly atau apa Paling pakai tangga, ada jatuhnya kan repet juga Tapi sekarang udah gak berfungsi ya? Gak berfungsi Sekarang ini di lantai 4, ini dibuat apa Bu?
Rencananya untuk food court kan. Food court? Iya.
Terus kenapa kok? Tapi kurang tahu kenapa nggak jadi. Tapi yang dulu ini memang kamar.
Kamar-kamar ya? Kamar-kamar, kan bisa dilihat. Bekas kamarnya, berarti ukurannya mungkin segini-segini ya? Iya, mungkin. Oke.
Ini kita masuk di lantai 5, dan ini contoh-contoh kamar-kamarnya, mungkin biar kita tahu. Itu? Iya.
Betonnya itu? Itu contohnya. Oh, kasurnya ya, yang anti bunyi. Tapi ada bednya, jangan dipikir itu aja. Sakit ya?
Iya. jadi ini mungkin agak luas sih sebetulnya bisa jadi dua gitu iya mbaknya udah bisa berimajinasi kan mengenai kamar dan situasinya bisa berimajinasi, tapi ibunya kayaknya kok tau banget emang dulu perannya perannya itu apa disini kok tau sampe? enggak, dulu kan saya dari warga terdampaknya dulu dulu rumah saya kan di belakang sini di belakang sini itu mbak-mbaknya yang kerjanya di sini ngekos di tempat saya gitu jadi mereka bercerita Terus bapak juga RW wilayah sini. Tiap malam itu kan setiap Wisma itu wajib beli kondom.
Kalau tiap malam itu jadi ada kontrolan. Tamunya berapa, terus habis kondom berapa. Memang di sini PSK-nya ada 600, tapi kan belum tentu setiap malam laku semuanya. Tapi setiap malamnya itu ada dua puluhan lah, dua kros.
Oh, sebanyak itu ya? Tapi kan setiap satu wanita bisa melayani berapa orang. Jadi kita pagi harinya itu kayak bantu survei gitu loh.
jadi didampingi sama dinas kesehatan dari Pukismas dikontrol juga ya sama? kan soalnya dulu itu kan penyakit AIP tapi kan Raja Lela jadi tetap dikontrol dari pihak Pukismas gitu Oke di lantai 6 ini, kita ke lantai 5? 5, oh iya masih ada lantai 6 ya? Iya lantai 6, terus ada lagi rooftopnya Oh ada rooftopnya juga?
Tapi kita gak bisa kesana Jangan lah, udah Kok-kok yang aneh, oh nusin dulu Itu loh mas, nangduhur ya Iya Soalnya kan banyak kejadian aneh disini. Oh gitu, gak bisa ke atas? Jangan lah.
Yaudah, turun aja dulu. Apa kabar Bang Jarwo? Bang apa mas? Bang Jarwo, saya usaha TMP Bang Jarwo.
Oke, siap. Kesibukan di sini berasa banget ya tadi. Apa aja sih yang diproduksi di sini? Nah, kami mulai usaha TMP mulai 2014. Mulai penutupan doli, awalnya 3 kilo, alhamdulillah sekarang 25. kilo ya perhari ya perhari di distribusikannya ya Alhamdulillah dari pemerintahan kota dari tasin-tasi semua itu dari Sampol PP Limas dinas-dinas sebuah terus kota mata sawah yang kemarin itu semua saya yang ikut order di sana itu di satu bulannya bisa sampai 3000 piece satu bulan itu kalau yang ditelah di pasar tradisional itu ada ada juga kalau pasar terbesarnya di pasar tradisional ini di pasar jarak itu baru di pasar pakis di pasar dokupang itu pesanan online juga ada ya sekarang yang kemarin dari selama setelah pandemi ini hari pihak pemerintah ada efekan itu yang membeli biaya pemerintah aplikasi itu Alhamdulillah ya muka-muka M1 Sarung Rabaya itu ada manfaatnya Dulu saya ikut penolakan penutupan doli, awalnya saya ikut jualan kopi di doli.
Di jalan jarak situ? Iya, doli itu. Sudah 15 tahun jualan doli itu. Berarti dulu jual kopinya waktu doli masih jaya ya, masih buka? Iya, omisinya 45 juta dulu.
Soalnya jarga kopi di luar sana itu masih seribu, tapi di doli sudah lima ribu. di 4 kali lipatnya itu mbak, harga kopi sana jadi itu mungkin jadi alasan ya kenapa Bang Jarwo menolak waktu doli Mau ditutup itu? Ya menolak sih.
Yang alasannya ya satu, gak dapat kompensasi. Gak dapat kompensasi cuma Mujikaris sama PSK. Sedangkan nasib-nasib Pekal-Pekal di sana ini.
Di kampung saya sini ikut semua jualan di lokalisasi Doli. Emang rumahnya Bang Jarwo sama Doli berapa jauh? Gak sampai, paling 500 meter.
500 meter aja? Gak sampai. Oh gak sampai. Gak sampai.
Emang warga sekitar juga mengarah usahanya? Ke Doli gitu ada apa aja? Usaha apa aja sih?
Kalau warga sini kebanyakan ada yang buka kios, rokok, minum-minuman, jualan nasi, tukang pakir, tukang cuci, laundry, semua mengandungkan ekonomi di lokalisasi Doli. Soal penutupan waktu Doli tutup kemarin, apa aja upaya-upaya yang dilakuin sama orang-orang sekitar? Itu yang gencatnya itu 2012. Ada isu dari Provinsi Jatimur bebas penutupan.
Lokalisasi Doli harus ditutup. PKPKL akhirnya kami gerakan untuk penolakan untuk Pak Doli. Nah itu saya gerakan satu PKPKL.
Aku diajak teman saya, Tivis itu, teman QSD, namanya Pokemon. Akhirnya, iya namanya Pokemon, Mbak. Teman QSD. Akhirnya itu masih kurang kuat. Akhirnya mengajak, mengundang tokoh masyarakat, RT, RW, lalu Mucikari, lalu Nupeska, Makelar itu digabungkan jadi satu, menjadi gerakan front pekerja lokalisasi, namanya FPL.
Ya kami juga ada latihan demo. Ada latihannya? Iya, dipacet selama 3 hari.
Oh dipacet? Iya, itu yang bayar di Gunmo-Gunmo itu. Cara-caranya, bentrok gimana, gitu. Gimana cara nanti yang diculik, pulisi, reserse, itu udah tau.
Ini kejadian yang penuntut waktu kemarin itu. Ketangkap 29 orang. Ternyata sampaian apa enggak?
Belum. Enggak ya? Saya pakuan komando aja.
Oh. Di titik-titik-titik, sampai-sampai komando. Sama HP itu, aku di posisinya di ganglet bari pasar, depan pasar itu, jalan-jarak, lalu dia bang, wah, itu mah, udah chaos, di nukupang, waduh, kalau chaos, dikone chaos, jadi ini duk nyerahkan diri dulu, duk sabar dulu, chaos, akhirnya tanggal 29, akhirnya 3 orang dari tersangka. Kalau yang waktu burun, waktu Bang Jarwa jadi burun itu, apa yang Bang Jarwa pikirin saat itu? mau kok bisa tiba-tiba jadi yang tempe itu tadi jadi gue saat itu saya sembunyi di di Duarjo, di Malang, di Menowo nah saat itu aku bingung Pas posisi istri saya itu ya juga mau pulang ke desa saat itu.
Akhirnya saya itu bingung, akhirnya di Sitarjo, kan sebelum saya itu ikut usaha tempe. Saya sembunyi di sana, akhirnya saya pas numpang tidur di sana, akhirnya ikut bantu, akhirnya dapat belajar itu. Nah, saat itu, dari pas saya berani pulang itu pas P21-nya dari kejasaan. Sekarang kan usaha tempe Bang Jarwo ini sudah berkembang ya?
Iya. Yang dibenaknya Bang Jarwo, usaha yang sekarang sama kenangan yang dulu, apa yang Bang Jarwo pikirin? Kalau yang jualan kopi dulu, itu uangnya banyak, Pak.
kami uangnya dapat, omsetnya bisa 50 juta uangnya ya, akhirnya ya itu pengaruh lingkungan itu lah habis-habis, abis-habis ngampang lho, besok dapat lagi, besok dapat lagi kalau jualan tempe ini lebih baroka, mbak misalnya nggak ada pengaruh-pengaruh lingkungan stabil gitu ya lebih baroka ini ya bisa mengistirahati warga-warga sini oke Lagi aku juga jadi panggil sama Narada Dijalisan Nara Sumber. Alhamdulillah hidup lebih nikmat ini. Alhamdulillah.
Kalau dari dulu itu, ya wess hidupnya kayak kelelahan. siang tidur, malam sampai pagi hidupnya seperti manusia biasa hari ini, hari ini, besok, besok tidak seperti kelawar itu mbak jadi kemudian sekarang hidup seperti normal, seperti orang-orang itu kerja, malam tidak bisa tidur tapi berkah berarti ya Alhamdulillah ya, doli sekarang ya dari kampung masyian menjadi kampung penuh manfaat sekarang Selamat siang pak, boleh kenalan? Selamat siang, nama saya Sutrisno. Pak boleh dijelasin sedikit, apa itu, rumah batik Putrajaya, sentra batik Putrajaya? Ya, pada awalnya sentra batik ini sebagai sarana untuk edukasi.
untuk belajar batik. Di balik itu semua juga sebagai wadah sebuah komunitas batik yang khususnya buat ibu-ibu warga Petajaya, pada umumnya warga Surabaya. Yang di situ mewadai tentang warga yang mau belajar batik, juga warga yang sudah bisa belajar batik, kepingin mendalami sebuah batik lagi.
Itu bisa di sini. Kalau fungsi yang lain, rumah batik ini sebenarnya juga tempat berbagi informasi tentang usaha batik. Itu pun terbagi macam-macam, ada yang kita bisa berbagi info tentang adanya pameran, pameran yang diadakan sama pemerintah kota, pameran yang diadakan dari keluran atau kecamatan, kita bisa berbagi info untuk kita bisa berjualan bersama-sama.
Siapa yang mengelola tempat ini Pak? Yang mengelola yang pasti pemerintah kota lewat dinas kooperasi UMKM dan perdagangan. Pada saat itu ada terjadi penutupan dan warga di sini. Ini dibina untuk berlatih bermacam-macam pelatihan dan salah satunya pelatihan batik. Dan dari situ saya sebagai warga binaan juga karena biasanya saya suka menggambar akhirnya saya lebih suka dengan kreasi batik ini.
Daerah ini kan dikenal sebagai daerah prostitusi ya, apakah ada mantan PSK yang jadi pengrajin batik juga disini? Ya dulu ada sih, cuman balik lagi ke masalah perut. dan ekonomi. Kalau dulu kan tinggal membalikkan tangan bisa dapat duit. Dan tidak bisa dipungkiri.
Kalau dulu kan perputaran duit di sini bisa ratusan juta. Kalau sekarang kan udah normal kayak kampung-kampung sebelah. biasa. Jadi pada saat itu ada sih 1-2 PSK yang coba menggeluti ini. Nah, tapi dasarnya batik itu suatu keterampilan yang membutuhkan kesabaran.
Dan kesabaran itu bisa dibagi dua juga. Kesabaran bikin batik juga kesabaran untuk menjual batik. Sikap mereka dulu waktu penolakan sama sikap mereka sekarang yang mantan-mantan PSK itu gimana Pak? Kalau penolakan, awalnya sih masih banyak penolakan.
Penolakan penutupan maksud saya? Iya, penolakan penutupan masih banyak karena beradaptasi itu kan susah. Lagian banyak pikiran dia.
Sekarang udah kita rasakan selama ini kita nyaman-nyaman dengan keadaan seperti itu. Terus pada saat itu... Ada suatu peraturan untuk menutup yang kita nyamanin itu.
Jadi mau gak mau penolakan untuk sementara. Ngomong soal penolakan penutupan, Bapak sendiri dulu termasuk yang menolak atau gimana Pak? Saya termasuk yang netral posisinya.
Karena saya menyadari juga, saya dalam kawasan sini ya sedikit lah mengait sejiki, tapi sedikit. Tapi saya sadar, karena demi kebaikan. Terus kayak anak-anak kecil. Situasi di sekitar sini dulu kayak gimana Pak?
Dan sekarang apa bedanya? Dulu yang pasti ya bisa diberatkan dengan istilah dugem, dunia gemerlap. Karena di sini dulu lebih dapat.
Istilah wisata cinta. Oh, oke. Begitu. Jadi, yang pasti surganya para pria di sini dulu. Baik.
Tapi nerakanya para anak-anak. Kenapa itu? Karena para prianya pasti nyanyi, pasti full musik, pasti suka-suka lah.
Bisa mengganggu kelanjutan anak-anak kecil. Dan Alhamdulillah, mungkin dari efek-efek yang seperti itu, sekarang lebih tenang. Tapi bisa buat anak-anak untuk berlangsungan hidup. Harus belajar.
Ya, yang pasti kamu dulu dan kamu sekarang pasti beda loh mbak. Boleh kalau banyak ingin lihat-lihat. Boleh? Boleh, silahkan.
Oke, panggol yuk. Sekarang kita jalan-jalan nukit ya Pak ya? Ya, seperti ini dulu bekas Wisma.
Oh ini bekas Wisma? Dulu sekarang sudah seperti ini, bisa jadi bagus. Dan ini dulu Wisma juga, sekarang lebih bermanfaat untuk istilahnya bisa memberi pengetahuan warga-warga.
Kalau ini, sama. Sama, ini juga Wisma semua. Ya, sebagian ada rumah tangga.
Cuma yang Wisma dulu, dulu kan banyak kamar-kamarnya. Sekarang, karena udah kebentuk kamar, sekarang... yang lebih dikosin. Jadi dikos-kosan? Iya, dikosin rumah tangga atau bujang.
Sekarang lebih seperti ini, dulu rame, banyak musik dan lain-lain. Jadi sepanjang gang ini semuanya pesta gitu juga kalau malam? Kalau malam. Pasti dulu ya kalau laki-laki suka banget lah.
Kalau kesini ya? Apa sih yang gak bisa dijual di kawasan sini? Saya punya pemikiran yang macam-macam. Pada saat itu, saya jual stiker diding buat suhias kamar-kamar. Sama menggiasi skin HP-nya, yang gak skin itu.
Iya, sama nail skin. Sama kuku, nebel-nebelin biar gimana lah. Ya lumayan lah, dari situ penghasilan lumayan lah.
Sekarang kan udah 8 tahun ya kurang lebih, doli, jarak, dan sekitarnya tuh ditutup. Perasaan Bapak tentang realita yang ada tuh kayak gimana? Sebenarnya ya, kita lebih...
dan harus menerima kenyataan seperti itu. Karena pada dasarnya nasib tetap di dalam kita sendiri. Dan setelah penutupan itu, mungkin suatu hal yang lebih baik.
Karena lebih ramah lingkungannya. Kampung yang lain aja, yang normal aja bisa berjalan damai. Masa kita gak bisa? Mau gak mau kita harus sesuai realita aja. Tentu saja Dolly bukan representasi penuh dari kota Surabaya secara keseluruhan.
Tapi Dolly merupakan gambaran kecil yang merefleksikan masalah perempuan di kota Surabaya. Ada ironi di sini. Menurut kabar dan berita, nasib perempuan Surabaya tampak baik. Tapi dalam data, nasib perempuan Surabaya tampak lebih problematik.
Sekitar orang yang berdomisili di Surabaya jika merujuk data Badan Pusat Statistik Surabaya tahun 2020. Dari jumlah itu, diantaranya laki-laki. Jumlah itu lebih rendah dibanding perempuan yang tercatat Rasio itu berarti dari setiap 100 penduduk perempuan. di Surabaya ada 98 penduduk laki-laki. Dengan jumlah itu, perempuan Surabaya mampu memainkan peran setara dengan laki-laki dalam menggerakkan ekonomi kota. Data pemerintah kota Surabaya mencatat hampir 50% ekonomi kerakyatan Surabaya hari ini digerakkan perempuan.
Peran mereka menyebar ke banyak sektor, mulai dari kuliner, perfeksi, fashion, hingga kegiatan ekonomi kreatif lain. Di sisi lain, kemalangan juga menimpa perempuan. Data Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polrestabes Surabaya mencatat, kasus kekerasan dalam rumah tangga yang mengorbankan perempuan jadi yang paling banyak terjadi. Angka mengkhawatirkan itu konsisten selama 3 tahun belakangan, terhitung sejak 2019 hingga 2021. Selain kekerasan yang mengancam, perempuan Surabaya juga rentan terhadap HIV. Penularan yang ironisnya terjadi lewat hubungan badan antara mereka dan suami.
Data terakhir tahun 2021, tercatat 323 kasus HIV di Surabaya. Ini merupakan angka tertinggi di Jawa Timur. Penularan didominasi laki-laki dengan 73%. Sementara perempuan tercatat di angka 27%. Bagian paling ironis, 18,9% perempuan itu adalah perempuan atau ibu rumah tangga yang tertular lewat hubungan badan dengan suami mereka.
Arief, boleh sampai dan perkenalkan diri dulu? Saya Nur Arief, jurnalis di Surabaya, 21 tahun di harian pagi memorandum, itu koran kriminal terbesar di Jawa Timur, kemudian 2 tahun terakhir ini di... Harian Diswi Mas Arief boleh tolong diceritakan sedikit tentang investigasi yang Mas Arief lakuin kemarin sama Ika Setikosa Jadi kebetulan tahun 2021 kalau tidak salah saya menemukan fenomena ada kehidupan masih ada kehidupan di Doli yang kehidupan kehidupan jadi Doli kita identik dengan prostitusi Jadi kalau saya ngomong Doli masih hidup berarti ya prostitusinya walaupun secara resmi oleh Pemkot Surabaya sudah ditutup 2014 tapi ternyata kehidupan itu masih lanjut saya sempat mengibaratkan pada teman-teman IK STIKOSA AWS bahwa dulu lokalisasi itu ibaratnya tubuh Bukan hanya ibu manusia, lokalisasi adalah bentuk fisiknya, prostitusi adalah jiwanya. Sekarang menurut saya, Dolly sudah seperti hantu. Karena fisiknya sudah tidak ada, tapi rohnya masih ada.
Dan itu benar-benar ada. Lokalisasi Doli itu sebetulnya ada dua lokalisasi dengan dua kelas yang berbeda tapi berhimpitan. Yang disebut lokalisasi Doli itu hanya ada di satu gang, Kupang Gunung Gang Lebar.
Itu hanya satu gang. Itu aja sebetulnya yang disebut gang doli. Tapi karena ini termasuk kawis satu, kelas satu, maka area seluruhnya yang...
Biasanya disebut lokalisasi jarak. Lokalisasi jarak itu satu paket sebetulnya. Doli jarak itu sebetulnya satu paket. Yang dulu Wisma paling besar, Wisma Barbara. Yang satu-satunya Wisma di Asia Tenggara yang dilengkapi dengan lift lah mungkin.
Sekarang jadi yang dibeli oleh Pemkot Surabaya untuk home industry sepatu sama sandal. Itu Wisma terbesar. Dan itu lokasi doli ya itu.
Aku tahu nih, Sampaian punya buku, judulnya apa mas? Surabaya Butuh Lokalisasi Nah itu bisa cerita sedikit tentang buku 3-4 tahun lalu, itu buku pertama Jadi sebetulnya buku itu tidak membahas khusus tentang Dolly Jadi buku itu isinya 16 IC, 16 IC kriminal. Itu membahas mulai lokalisasi doli, mulai bisnis narkoba, mulai penipuan, mulai pembunuhan yang tidak terungkap, judi. miras, macam-macam penipuan investasi, jadi ada 16, perampokan bank, jadi di situ bicara banyak kejahatan, tapi dari timku dulu, ketua IKAS di Kosawe itu menyarankan dari 16 orang ini, 16 item tulisan ini harus ada satu yang dijagukan, yang terpilih adalah Surabaya butuh lokalisasi, tapi sebetulnya bukan pada fungsi sahwatnya, Sebetulnya di dunia kejahatan itu lokalisasi itu ada di awal dan di akhir kejahatan Jadi di sebuah rumah musik, di sebuah karaoke, di sebuah tempat minuman keras di lokalisasi Meja ini sedang minum, ada beberapa orang sedang minum Meja ini bisa jadi mereka sedang merencanakan kejahatan Minum-minum sambil besok kita ngerampok mana ya Oh, di meja sebelah kita ada orang juga yang sedang pesta miras.
Bedanya mereka merayakan kemenangan, merayakan keberhasilan, tadi saya nggak bisa ngerampok. Oh, sudah sesudah. Sudah, sudah berhasil dan mereka menutup aksi kejahatannya dengan pesta miras.
Dengan fungsi itu, beberapa teman kepolisian dulu... Itu banyak menemukan pelaku-pelaku kejahatan di situ. Banyak.
Waktu peluncuran buku aku menghadirkan mantan kanit jahatan Ras Polesta Abes. Dan dia mengakui bahwa apa yang tak terangkan kata dia itu benar. Bahwa ada anggotanya yang memang sengaja dipangkalkan di situ. Kalau mama pengen ngetes apakah Doli masih hidup atau enggak, Doli masih ada atau enggak, ya tinggal.
Tinggal lewat aja jalan di situ. Di atas jam 8, jam 9 sudah mulai muncul. Semakin malam semakin vulgar. Jadi kalau pengen membuktikan ya tinggal jalan pelan saja.
Di sekitar jalan pelan saja. Nanti akan dikode juga. Kita jalan pelan sudah banyak yang udah melambekan tangan. Atau mas, mas, mas. nyari teman atau apa, kode-kodenya kode biasa yang mudah dipahami oleh siapapun.
Biasanya mereka sih siap koleksi foto. Kalaupun memang kita mau cek, cek real enggaknya, kita bisa minta dia diantar ke tempat kos mereka. Kalau cocok ya monggo, kalau tidak cocok ya enggak.
Biro itu hanya rumah masnya, hanya sama pungpalan sampai di pungpul. Tapi kalau cocok pun bisa eksklusinya juga bisa di tempat kos si perempuan itu kadang ada yang bisa, atau di tempat lain, di sekitarin situ banyak kamar-kamar yang disewakan hanya untuk eksklusi. Kalau stoknya di sana nggak cocok, mereka bisa jadi guide.
Ya sudah ya memang memang wisata sahuan memang. Kita tinggal tunjuk, kami sempat punya guyonan, disana orangnya baik-baik. Gak kena diajak mampir, ngobrol sedikit diajak nginop. Beberapa kali pulisi nantuk juga yang suami jual istrinya untuk terisam juga ada. Padahal lokalisasi enggak ada.
Kalau dulu lokalisasi ada, apakah ada? Suami-suami yang menjual istrinya, ya kemungkinan besar ada. Dulu ada.
84 Baru saya kepikiran bikin festival rock. Jadi saya udah mulai memikirkan regenerasi musisi buat yang muda. Seperti saya, gabung dalam Darah Puspita.
Darah Puspita ada Titi Hamzah. Titi Hamzah, enggak ada Darah Puspita. And I'll show you what I got against the man on the radio