Transcript for:
Kisah Ya'juj, Ma'juj, dan Al-Al-Idrisii

Penduduk di sekitar pegunungan biasanya memukul kunci pintu besi 3 kali dalam sehari. Setelah itu, mereka menempelkan telinganya ke pintu itu untuk mendengarkan reaksi dari balik pintu itu. Ternyata, mereka mendengar gemah teriakan dari dalam. Ya'juj dan Ma'juj atau Gog and Magog adalah dua suku yang akan muncul pada akhir zaman.

Mereka dikisahkan memiliki kekuatan sebagai perusak dan penghancur kehidupan di bumi. Dan mereka akan berperang melawan Nabi Ishak alaihissalam beserta pasukannya di Bukit Tursina. Kemunculan suku ini merupakan salah satu tanda besar kiamat menurut keyakinan umat muslim. Kisah tentang kaum ini terdapat juga dalam ajaran agama Yahudi dan kitab kejadian umat Kristen.

Ya'jud dan Ma'jud juga muncul dalam banyak mitologi dan cerita rakyat di banyak negara. Di antaranya adalah legenda rakyat Britania Raya dan Irlandia. Sampai saat ini, keberadaan dinding tersebut masih menimbulkan banyak teka-teki. Namun ada satu peta yang dibuat oleh seorang ahli geografi muslim pada abad ke-12 yang menuliskan wilayah tembok Ya'juj dan Ma'juj. Muhammad al-Al-Idrisii, atau yang biasa dikenal al-Al-Idrisii.

Beliau bernama lengkap Abdullah Muhammad bin Abdullah bin Al-Idrisi Asyarif. Dan Al-Al-Idrisii inilah orang pertama yang berhasil membuktikan kalau bumi itu berbentuk bulat. Meskipun sekitar tahun 500 sebelum masehi, Pitagoras, seorang filsuf Yunani pernah berkata demikian, iya bumi berbentuk bulat, tapi itu hanya dalam bentuk pemikiran.

Nasab al-Al-Idrisii juga masih punya garis keturunan dari Nabi Muhammad SAW. Al-Al-Idrisii lahir di Ceuta, Afrika Utara pada tahun 1100 Masehi dan merupakan keturunan para penguasa di Maroko yang jika dirunut berasal dari jalur Hasan bin Ali, cucu baginda Nabi SAW. Di kalangan ilmuwan barat, beliau dikenal sebagai ahli geografi. terutama berkat penemuan gelobe atau peta dunia dalam versi baru yang dikenal luas hingga hari ini.

Bahkan Al-Al-Idrisii disebut sebagai ahli geografi paling menonjol di abad pertengahan. Pemikiran Al-Al-Idrisii yang melahirkan gelobe berasal dari kemampuannya dalam mengukur garis bujur dan garis lintang. Al-Al-Idrisii melakukan hal itu hanya dengan menggunakan papan gambar semacam peta dunia yang disebut sebagai lauhul tarsim. Al-Al-Idrisii menempuh pendidikan di Cordoba, Sepanyol, yang pernah menjadi pusat peradaban Islam pada abad ke-9 Masehi. Sejak dini, Al-Al-Idrisii sudah tertarik dengan ilmu bumi.

Saat beranjak dewasa, beliau pergi ke berbagai tempat di dunia, termasuk Afrika, Asia Kecil, yang sekarang wilayah Turki, Perancis, Inggris, dan tentunya Sepanyol, yang kala itu menjadi salah satu pusat peradaban Islam. Ketertarikannya terhadap geografi membuat Al-Al-Idrisii melakukan banyak cara untuk mengumpulkan data dari seluruh dunia. Hal yang sering dilakukan, selain mengunjungi garis pantai di berbagai tempat di Eropa dan Afrika, adalah bertanya kepada setiap pedagang dan orang-orang dari negeri lain.

Petualangan Al-Al-Idrisii ke berbagai belahan dunia membuat namanya semakin populer di kalangan navigator laut hingga perencana militer di Eropa. Kemampuan dan kemasyuran Al-Al-Idrisii kemudian menarik minat Raja Roger II atau Roger II dari Sicilia yang ingin memiliki peta dunia. Al-Al-Idrisii memenuhi undangan Raja Roger II dan diberi tawaran untuk membuat sebuah peta dunia yang komprehensif.

Semua kebutuhan Al-Al-Idrisii akan ditanggung sepenuhnya oleh sang Raja. Meskipun tidak langsung menerima tawaran itu, Al-Al-Idrisii kemudian menyanggupi permintaan tersebut dengan syarat dokumen sejarah kaum muslimin di Sicilia sebelum pemerintahan Raja Roger tidak dihapus. Butuh waktu hingga 15 tahun bagi Al-Al-Idrisii untuk bisa membuat peta dunia yang akurat.

Dia membuka banyak catatan geografis yang disusun oleh ilmuwan-ilmuwan pendahulunya. Al-Al-Idrisii memadukan dengan data-data pribadi yang dia kumpulkan selama bertahun-tahun. Beliau akhirnya berhasil membuat peta dunia dalam bentuk bulat, dengan bola perak yang memiliki berat 400 kg dan diameternya 80 inci. Bola dunia atau yang kemudian dikenal sebagai globe tersebut terdapat 7 benua dengan bagian bumi sebelah utara berada di bagian bawah.

Untuk mempermudah penggunaan membaca globe yang dia buka, Al-Al-Idrisii menyusun buku panduan berjudul Kitab Al-Rujari atau The Book of Roger sebagai penghormatan kepada Raja Roger dari Sicilia. Buku tersebut menjelaskan secara detail bagian-bagian dari bumi seperti struktur daratan hingga perairan. Nah, dari peta yang digambar oleh Al-Al-Idrisii ini, ada satu bagian yang menarik. Di bagian peta di wilayah yang tampaknya terletak di timur Laut Kaspia, terdapat gambar sebuah tembok yang memanjang, yang di dalam tembok itu ada tulisan Ya'juj dan Ma'juj dalam tulisan Arab.

Namun tidak jelas itu ada di wilayah mana, tapi terlihat di peta tersebut bahwa lokasi Ya'juj dan Ma'juj berada di pulau paling ujung di dunia. Yang jadi pertanyaannya adalah, bagaimana bisa Al-Al-Idrisii menyisipkan lokasi tembok Ya'juj dan Ma'juj itu di sana? Apakah beliau pernah ke sana? Di dalam kitab yang ditulis oleh Al-Al-Idrisii sendiri yang berjudul Nuzhat Al-Mustak, dikisahkan di sana ada seorang pengembara yang pernah melihat langsung tembok Ya'juj dan Ma'juj itu. Jadi pada suatu malam, Khalifah Al-Watsik Bilah bermimpi dalam tidurnya.

Di dalam mimpi itu, beliau melihat dinding pembatas yang mengurung yakjuj dan makjuj itu telah hancur dan jebol. Karena mimpi itulah, akhirnya beliau mengutus sebuah tim ekspedisi yang dipimpin oleh Salam Tarjuman, yang merupakan seorang pengembara terkenal asal Turki. Dalam kitab itu dituliskan, Sang Khalifah membekali salam tarjuman dengan 5.000 dinar dan 10.000 dirham sebagai uang tambahannya, atau setara dengan lebih dari 30 miliar rupiah. Kemudian, Khalifah juga mengutus 50 pemuda berbadan kuat untuk menemani salam tarjuman dalam perjalanan tersebut. Masing-masing dari pemuda itu diberikan uang 1.000 dirham dan biaya hidup selama satu tahun.

Selain itu, Khalifah juga memerintahkan agar rombongan ekspedisi menyesuaikan pakaian mereka dengan pakaian penduduk yang hendak didatangi. Khalifah juga memberikan 200 ekor keledai untuk membawa perlengkapan dan air. Rombongan salam tarjuman berangkat dari Samarok atau Irak menuju wilayah Armenia. Di situ dia menemui Ishak bin Ismail, penguasa Armenia.

Dari Armenia, dia berangkat lagi ke wilayah utara, ke daerah-daerah Rusia. Dia membawa surat dari Ishak bin Ismail ke penguasa Sarir, lalu ke Rajalan, lalu ke penguasa Fadlan. Penguasa Fadlan mengutus lima penunjuk jalan untuk membantu Salam Tarjuman untuk sampai ke pegunungan Yakjuj dan Makjuj. Selama 27 hari, rombongan Salam Tarjuman mengarungi puing-puing daerah Basjarat. Ia kemudian tiba di sebuah daerah yang luas, yang bertanah hitam dan berbau sangat busuk.

Selama 10 hari, Salam Tarjuman dan rombongan melewati daerah yang menyesakan itu. Dia kemudian tiba di wilayah berantakan dan tak berpenghuni. Penunjuk jalan mengatakan kepada Salam Tarjuman bahwa daerah itu adalah daerah yang dihancurkan oleh Ya'juj dan Ma'juj pada zaman dahulu. Selama 6 hari, berjalan menuju daerah tembok Ya'juj dan Ma'juj. Daerah itu berpenghuni dan berada di balik gunung tempat Ya'juj dan Ma'juj berada.

Salam Tarjuman kemudian pergi menuju pegunungan Ya'juj dan Ma'juj. Sesampainya di kawasan itu, di sana, dia melihat pegunungan yang terpisah oleh lembah. Luas lembahnya sekitar 150 meter. Lembah ini ditutup tembok berpintu besi sekitar 50 meter.

Di sana, Salam mendapati tembok itu sudah retak. Dia sempat mencungkil bagian tembok yang retak itu dengan pisaunya, mengambil sebagian serpihannya untuk diperlihatkan kepada Khalifah Al-Watsik. Gambaran Salam Tarjuman tentang tembok dan pintu besi itu disebutkan detail dalam kitab Nuzhat Al-Mustak pada halaman 934-938.

Al-Al-Idrisii juga menceritakan bahwa menurut cerita salam tarjuman, penduduk di sekitar pegunungan biasanya memukul kunci pintu besi 3 kali dalam sehari. Setelah itu, mereka menempelkan telinganya ke pintu itu untuk mendengarkan reaksi dari balik pintu itu. itu ternyata mereka mendengar gemah teriakan dari dalam hal itu menunjukkan bahwa dibalik pintu itu betul-betul ada makhluk jenis manusia yang konon itu adalah ya Juj dan makjuj al-idrisi juga menceritakan bahwa salam tarjuman pernah bertanya kepada penduduk sekitaran pegunungan apakah ada yang pernah melihat Ya'juj dan Ma'juj. Mereka mengaku pernah melihat gerombolan orang di atas tembok penutup itu.

Lalu tiba-tiba, ada angin badai kencang yang bertiup dan melemparkan mereka kembali ke dalam tembok. Penduduk-penduduk itu melihat ukuran tubuh mereka sangatlah pendek. Setelah itu, salam tarjuman dan rombongan pulang melalui Taras atau Kazakhstan, kemudian Samarakan atau Uzbekistan, lalu ke kota. Terima kasih.

dan kembali ke istana Al-Wazik di Samarok, Irak. Ia kemudian menceritakan dengan detail hasil penelitiannya kepada Sang Khalifah. Total waktu perjalanan salam menurut catatan Al-Al-Idrisii berlangsung selama 28 bulan. Perjalanan mencari tembok memakan waktu 16 bulan, sedangkan perjalanan kembali memakan waktu 12 bulan. Sedangkan total waktu tempuh perjalanan salam, menurut perkiraan Emery Van Donzel dan Andrea Smith adalah 6.281 km.

Selain itu, ekspedisi ini juga memakan korban yang tak sedikit. Tak lama setelah ekspedisi itu, Khalifah Al-Wazik wafat pada usia muda yaitu 32 tahun. Berjarak sekitar 60 tahun sejak perjalanan Salam Tarjuman, Khalifah Abasyiah ke-18, Al-Muqtadir, yang berkuasa tahun 908-932 Masehi, juga mengirimkan ekspedisi ke utara menuju kerajaan Bulgar di daerah Volga, yang sekarang masuk wilayah Rusia.

Ekspedisi ini dipimpin oleh Ahmad Ibn Fadlan pada tahun 921 Masehi sebagai respon atas permintaan bantuan mereka dan juga untuk mendakwakan Islam. Ibn Fadlan memberikan laporan sangat menarik tentang keadaan wilayah di utara kekhalifahan Islam itu. Literatur perjalanan ini dikarang langsung oleh Ahmad Ibn Fadlan yang menjadi perwakilan dari khalifah dinasti Abasyiah al-Muqtadir Bilah untuk memenuhi permintaan penguasa wilayah Slavik. yang bernama Al-Mushi ibn Bultuar yang ingin mengerti lebih jauh tentang agama Islam dan syariatnya sekaligus meminta dinasti Abasyiah untuk membangunkan benteng maupun masjid di wilayahnya.

Rombongan perwakilan terdiri dari Ahmad ibn Fadlan bersama beberapa ahli fikih, ahli perjalanan, dan rombongan pengawalnya yang bertolak dari Baghdad pada bulan Safar 309 Hijriyah. Dan perjalanan itu ditempuh selama kurang lebih 3 tahun. Salah satu cerita menarik dalam perjalanan itu, dia mengidentifikasikan orang-orang yang posturnya setinggi pohon kurma, bermata biru, berkulit biru, berambut kemerahan.

Dia mendapat informasi bahwa orang-orang tersebut adalah Ya'juj dan Ma'juj. Dari ekspedisi Salam Tarjuman dan Ibn Fadlan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa dinding yang dibangun Zulkornain itu bukanlah mitos belaka. Tembok itu memang nyata adanya.

Para ahli sejarah menyimpulkan bahwa letak tembok Ya'juj dan Ma'juj itu berada di Ngarai Daryal, di dekat sungai Terek, Georgia. Ngarai sendiri diartikan sebagai sebuah lembah yang memiliki sisi dinding pegunungan yang terjal. Untuk mencapai lembah itu, hanya ada satu jalan yang mengarah ke sana. Lorong ini dibangun oleh tentara Georgia dan dipugar kembali oleh Rusia pada tahun 1850-an.

Sejak dulu, Lorong Darial ini dikenal untuk tujuan menjelajah atau disebut sebagai Gerbang Alan atau Gerbang Kaukasia. Ada juga yang menyebutkannya sebagai Gerbang Iberia. Para sejarawan menemukan dinding yang cukup sempit di Bukit Kaukas atau Pegunungan Kaukasus. Keadaan bukit itu sangatlah curam dan membentang dari Laut Hitam hingga Laut Kazwain. Bukit Daryal secara umum belum terusik oleh manusia.

Kondisinya masih utuh dan mempunyai bentuk berlapis-lapis. Kondisi alam Bukit Kaukas ini adalah daerah sempit yang curam dan membentang luas antara Laut Kazwain dan Laut Hitam dengan panjang kira-kira 1200 km. Di daerah itu, terdapat satu timbunan tinggi yang terbuat dari besi bercampur tembaga. Itulah timbunan besi yang menyumbat lubang besar yang ada di sana. Penduduk dekat wilayah itu juga takut untuk mengusik tempat itu karena pernah mendengar cerita turun-temurun tentang keberadaan kaum perusak itu.

Pada abad ke-11, ada seorang leksikografer asal Irak yang bernama Mahmud bin Hussein bin Muhammad Al-Kazari atau Mahmud Al-Kazgari, yang membuat sebuah buku berjudul Kamus Turki yang di dalam buku itu ada gambar sebuah peta yang sangat aneh. Di ujung kanan peta itu ada tulisan Ya'juj dan Ma'juj yang kemungkinan letaknya di selatan daerah Tibet. Peta ini sangat minim informasi, sehingga banyak peneliti yang menyangka bahwa itu hanya merupakan interpretasi dari Al-Qasgari saja.

Atau mungkin memang terletak di wilayah Tibet. Bagaimana menurut kalian? Wallahu'alam bisawab Semoga kisah ini bermanfaat Lebih dan kurangnya mohon dimaafkan Yang benar, datangnya dari Abdullah SWT Khilaf atau keliru itu Datangnya dari saya pribadi sebagai manusia biasa Sampai ketemu di kisah-kisah seru yang penuh makna selanjutnya Saya akhiri Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh