Transcript for:
Sejarah Dinasti Fatimiyah

Assalamu'alaikum warahmatullahi ta'ala wabarakatuh Alhamdulillah Assalatu wassalamu'ala rasulillah Sayyidina wa maulana Muhammad ibn abdillah Wa ala alihi wa ashabihi wa man tabi'ahudahu wa wala Amma ba'du Para sahabat, para teman-teman yang dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta'ala Dinasti Fatimiyah berdiri pada tahun 297 Hijriyah atau 910 Masehi dan berakhir pada tahun 567 Hijriyah atau 1100 Masehi 171 Masehi yang pada awalnya itu hanya merupakan sebuah gerakan keagamaan yang berkedudukan di Afrika Utara dan kemudian berpindah ke Mesir Dinasti ini dinisbatkan kepada Fatimah Az-Zahra, putri dari Nabi Muhammad SAW dan sekaligus istri dari Khalifah Sidina Ali bin Abi Talib RA dan juga dinasti ini mengklaim dirinya sebagai keturunan garis lurus dari pasangan Ali bin Abi Talib dengan Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah SAW Namun masalah nasab keturunan Fatimiyah ini masih dan terus menjadi perdebatan antara para sejarawan. Dari dulu hingga sekarang belum ada kata kesepakatan diantara para sejarawan mengenai nasab keturunan ini. Hal ini disebabkan beberapa faktor. Diantaranya, pertama pergolakan politik dan mazhab yang sangat kuat sejak wafatnya Rasulullah SAW. Faktor yang kedua, ketidakberanian dan keengganan keturunan Fatimiyah ini untuk mengiklankan nasab mereka. karena takut kepada penguasa ditambah lagi penyembunyian nama-nama para pemimpin mereka sejak Muhammad bin Ismail hingga Ubaidillah Al Mahdi dinasti Fatimiyah beraliran Syiah Ismailiyah dan didirikan oleh Sa'id bin Hussein As-Salamiyah yang bergelar Ubaidillah Al Mahdi Ubaidillah Al Mahdi berpindah dari Suriah ke Afrika Utara karena propaganda Syiah di daerah ini mendapat sambutan baik terutama dari suku Barber Ketama Dengan dukungan suku ini, Ubaidillah Al Mahdi menumbangkan Gubernur Agelabiyah di Afrika Rustamiyah Kharaji di Tahart dan Idrisiyah Fes dijadikan sebagai bawahan Pada awalnya Syiah Ismailiyah tidak menampakkan gerakannya secara jelas. Baru pada masa Abdullah bin Maymun yang mentransformasikan ini sebagai sebuah gerakan politik keagamaan dengan tujuan menegakkan kekuasaan Faltimiyah. Secara rahasia, ia mengirimkan misionaris ke segala penjuru wilayah Muslim untuk menyebarkan ajaran Syiah Ismailiyah. Kegiatan inilah yang pada akhirnya menjadi latar belakang berdirinya dinasti Faltimiyah. Pasca kematian Abdullah bin Maimun Tampuk pimpinan dijabat oleh Abu Abdullah Al-Hussein Melalui propagandanya, ia mampu menarik simpati suku Khitamah dari kalangan berber yang bermukim di daerah Qagble untuk menjadi pengikut setia. Dengan kekuatan ini, mereka menyeberang ke Afrika Utara dan berhasil mengalahkan pasukan Ziyadatullah selaku penguasa Afrika Utara saat itu. Syiah Ismailiyah mulai menampakkan kekuatannya setelah tampuk pemerintahan dijabat oleh Said Ibn Hussein. al-Islamiyah yang menggantikan Abu Abdullah al-Hussein di bawah kepemimpinannya Syiah Ismailiyah berhasil menaklukkan Tunisia sebagai pusat kekuasaan Daulah Aglabiyah pada tahun 909 Masihi Said inilah memproklamasikan dirinya sebagai imam dengan gelar Ubaidillah al-Mahdi Said mengaku dirinya sebagai putra Muhammad al-Habib seorang cucu imam Islam Namun kalangan ahlus sunnah berpendapat bahwa Said berasal dari keturunan Yahudi sehingga dinasti yang didirikannya pada awalnya disebut dinasti Obaidillah. Sementara menurut Ibn Khaldun, Ibn Asir dan Filip Kahiti berpendapat bahwa Said memang berasal dari garis keturunan Fatimah Putri Nabi Muhammad SAW yang bersambung garis keturunannya hingga Hussein bin Ali bin Abi Talib. Ubaidillah merupakan khalifah pertama daulah Fatimiyah yang memerintah selama lebih kurang 25 tahun antara tahun 904 sampai 934 Masehi dalam masa pemerintahnya Al Mahdi melakukan perluasan wilayah kekuasaan ke seluruh Afrika, meliputi Maroko, Mesir, Multa, Alexandria, Sardinia, Korsika, dan Belerik. Pada 904 Masehi, kekhalifahan Al Mahdi mendirikan kota baru di pantai Tunisia yang diberi nama Kota Mahdiyah yang didirikan sebagai ibu kota pemerintahan. Di Afrika Utara, kekuasaan mereka segera menjadi besar. Pada tahun 909 Masehi, mereka dapat menguasai dinasti Rustamiyah dan Tahir, serta menyerang Bani Idris di Maroko. Pekerjaan Daulah Fatimiyah yang pertama adalah mengambil kepercayaan umat Islam bahwa mereka adalah keturunan Fatimah binti Rasulullah dan istri dari Ali bin Abi Talib daulah Fatimiyah memasuki era kejayaan pada masa pemerintahan Abu Tamim ma'abu Daud yang bergelar Al-Mu'iz yang berkuasa pada tahun 953-997 Masih Al-Mu'iz berhasil menaklukkan Mesir dan memindahkan pemerintahan ke Mesir. Pada masa ini, rakyat merasakan kehidupan yang makmur dan sejahtera dengan kebijakan-kebijakan untuk mensejahterakan rakyatnya. indikatornya adalah banyaknya bangunan fisik seperti masjid, rumah sakit, peminapan, jalan utama yang dilengkapi lampu dan pusat perbelanjaan pada masa ini pula berkembang berbagai jenis perusahaan usahaan dan kerajinan seperti tenunan keramik perhiasan emas dan perak peralatan kaca ramuan dan obat-obatan kesuksesan lainnya adalah dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan besarnya minat masyarakat kepada ilmu pengetahuan mendapat dukungan penguasa dengan membangun Darul hikmah pada tahun 1005 masehi dan perguruan tinggi al-azhar yang sebelumnya adalah bangunan masjid yang mengajarkan ilmu kedokteran fikih, tawhid, albayan, bahasa Arab, mantik, dan sebagainya. Kita lanjut membahas tentang perkembangan dan kemajuan dinasti Faltimiyah. Pada masa pemerintahan Faltimiyah, persoalan agama dan negara tidak dapat dibisahkan. Agama dipandang sebagai pilar utama dalam menegakkan negara. Mereka akan daulah atau negara. Untuk itu, pemerintah Fatimiyah sangat memperhatikan masalah keberagamaan masyarakat meskipun mereka berstatus sebagai warga negara kelas 2 seperti orang Yahudi, Nasrani, Turki, dan Sudan. Menurut Muhammad Ali, majoritas khalifah Fatimiyah bersikap moderat Bahkan penuh perhatian terhadap urusan agama non-muslim Sehingga orang-orang Kristen Kopti Armenia tidak pernah merasakan kemurahan dan keramahan selain dari pemerintahan muslim Banyak orang Kristen seperti Al-Barmaki yang diangkat jadi pejabat pemerintah dan rumah ibadah mereka dipugar oleh pemerintah. Akan tetapi kemurahan hati yang ditampilkan Khalifah Fatimiyah terhadap orang Kristen. Kristen tidak urung menimbulkan isu yang negatif Al-Muiz yang dikenal dengan kewaraan dan ketakwaannya diisukan telah murtad, mati sebagai orang Kristen dan dikubur di gereja Abu Sifin di Mesir kuno namun Menurut Syekh Hassan Isu tersebut tidak benar Sebab tidak ada sejarawan yang menyebutkan seperti itu Dan hanya cerita karangan atau khurafat Yang sengaja dienduskan oleh orang-orang yang tidak senang kepadanya Termasuk dari sisa-sisa penguasa Abbasiyah Yang sengaja ingin melemahkan kekuatan dinasti Fatimiyah Sementara itu Agama yang didakwakan Fatimiyah adalah ajaran Islam Menurut pemahaman syiah Islamiyah yang ditetapkan sebagai mazhab negara. Untuk itu, para misionaris daulah Fatimiyah sangat gencar mengembangkan ajaran tersebut dan berhasil meraih pengikut yang banyak sehingga masa kekuasaan daulah Fatimiyah dipandang sebagai era kebangkitan dan kemajuan mazhab Islamnya. Meskipun para khalifah berjiwa moderat, akan tetapi terhadap yang tidak mengakui ajaran syia islam Ma'iliyah langsung dihukum bunuh. Pada tahun 391 Hijriyah, Khalifah Al-Hakim membunuh seorang laki-laki yang tidak mau mengakui keutamaan atau Fadilah Ali bin Abi Talib. Dan di tahun 395 Hijriyah, Al-Hakim juga memerintahkan agar di masjid, pasar dan jalan-jalan ditempelkan tulisan yang mencelah para sahabat Nabi Na'udzubillah, Suma'a Na'udzubillah. Jelasnya peranan agama sangat diperhatikan sekali oleh penguasa untuk tujuan mempertahankan kekuasaan. Buktinya, sikap tegas Khalifah Fatimiyah terhadap orang yang tidak mau mengakui madhab Ismailiyah dapat berubah apabila sikap seperti itu dapat berakibat munculnya instabilitas negara. Al-Hakim misalnya, agar terjalin hubungan yang baik dengan rakyatnya yang berpaham sunni. Khalifah Fatimiyah yang bernama Al-Hakim mulai bersikap lunak dengan menetapkan larangan mencelas sahabat khususnya Khalifah Abu Bakar dan Umar. Al-Hakim juga membangun sebuah madrasah yang khusus mengajarkan paham sunni, memberikan bantuan buku-buku bermutu sehingga warga syiah merasa senang sebab merasakan tengah hidup di kawasan sunni. Sikap yang diambil para Khalifah Fatimiyah Fatimiyah tidak sekejam yang dilakukan Abdullah As-Saffah yang berusaha mengikis habis siapa-siapa pengikut Bani Umayyah di masa awal kekuasaannya. Dalam hal ini para khalifah Fatimiyah memberlakukan masyarakat secara sama selama mereka bersedia mengikuti ajaran syiah Ismailiyah yang merupakan masyarakat. Ketidaksenangan Khalifah Fatimiyah terhadap Abbasiyah tidak menunjukkan dalam bentuk kekerasan. Hanya saja Khalifah Fatimiyah melarang menyebut-nyebut Bani Abbasiyah dalam setiap khutbah Jumat dan mengharamkan pemakaian jubah hitam serta atribut Bani Abbasiyah lainnya. Pakaian yang dipakai untuk khutbah adalah berwarna putih. Meskipun Al-Mu'iz menuntaskan pemberontakan. Akan tetapi, ia akan selalu menempuh jalan damai terhadap para pemimpin dengan para gubernur dengan menjanjikan penghargaan kepada yang bersedia menunjukkan loyalitasnya. Banyak diantara para gubernur yang bersedia mengikuti madhab Islam. Padahal mereka sebelumnya adalah gubernur yang diangkat khalifah Abbasiyah Sikap mereka ini juga dilakukan oleh penganut Yahudi dan Nasrani Mereka bersedia masuk Islam dan menganut mazhab Ismailiyah ketika mereka ditawarkan memegang jabatan tertentu di dalam pemerintahan Tindakan tegas dalam bentuk pemberian hukum bunuh baru dilakukan terhadap orang yang menolak paham Ismailiyah Dalam bidang administrasi, pemerintahan tidak banyak berubah. Sistem administrasi yang dikembangkan Khalifah Basiyah masih terus saja dipraktekan. Khalifah menjabat sebagai kepala negara, baik dalam urusan keduniaan, maupun dalam urusan spiritual ia berwenang mengangkat sekaligus menghentikan jabatan-jabatan di bawahnya selain itu sakralisasi khalifah yang muncul di masa pemerintahan nabaziyah masih tetap dipertahankan yang indikatornya dapat dilihat dari gelar yang disandang para khalifah fatimiyah seperti al-muiz dinillah, al-aziz billah, al-hakim bi amrillah dan sebagainya Ada tiga hal yang dapat disoroti mengenai perkembangan dan kemajuan yang dicapai pada masa dinasti Fatimiyah berkuasa. Yakni pertama, kemajuan administrasi pemerintahan. Pengelolaan negara yang dilakukan dinasti Fatimiyah ialah dengan mengangkat para menteri. Dinasti Fatimiyah membagi kementerian menjadi dua kelompok. Pertama kelompok militer yang terdiri dari tiga jabatan pokok, yaitu pejabat militer dan pengawal khalifah, kalau sekarang pas pampres. petugas keamanan, resimen-resimen. Yang kedua adalah kelompok sipil yang terdiri atas kodi, hakim dan direktur pencetakan uang, ketua dewan yang memimpin pengajian, inspektur pasar, pengawas pasar, pengawas jalan, timbangan dan tekaran, lalu bendaharawan negara, menangani bayi tulmal atau sekarang BUMN, kepala urusan rumah tangga raja, petugas pembaca Al-Quran dan sekretaris berbagai departemen. Selain pejabat, Pusat di setiap daerah terdapat pejabat setingkat gubernur yang diangkat oleh khalifah untuk mengelola daerahnya masing-masing Administrasi ini dikelola oleh pejabat setempat Kemudian perkembangan yang kedua adalah penyebaran faham syiah Ketika Al-Mu'iz berhasil menguasai Mesir Di kawasan ini berkembang empat jenis perkembangan mazhab fitih, yaitu mazhab Imam Maliki, Imam Hanafi, Imam Shafi'i, dan Imam Hanbali. Sedangkan Al-Mu'iz sendiri menganuk mazhab syiah. Dalam menyingkapi hal ini, Al-Mu'iz mengangkat hakim dari kalangan sunni dan kalangan syiah. Akan tetapi, jabatan-jabatan penting diserahkan kepada ulama syiah, sedangkan ulama sunni hanya menduduki jabatan rendahan. Pada tahun 973 Masehi, semua jabatan di berbagai bidang politik, agama, dan militer dipegang oleh Syiah. Oleh karena itu, sebagian pejabat Fatimiyah yang sunni beralih ke Syiah supaya jabatannya meningkat. Di sisi lain, Al-Mu'iz membangun toleransi agama sehingga pemeluk agama lain seperti Kristen diperlakukan dengan baik dan diantara mereka diangkat menjadi pejabat istana. Dari Dari Mesir, dinasti Fatimiyah tumbuh semakin luas sampai ke Palestina. Dan kemudian propaganda Syia Ismailiyah semakin tersebar luas melalui sebuah gerakan agen rahasia. Perkembangan yang ketiga adalah ilmu pengetahuan. Dinasti Fatimiyah memiliki perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan. Fatimiyah membangun Masjid Al-Azhar yang akhirnya di dalamnya terdapat kegiatan-kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan. Sehingga berdirilah Universitas Al-Azhar yang nantinya menjadi salah satu perguruan Islam tertua yang dibanggakan oleh ulama sunni. Al-Hakim berhasil mendirikan Darul Hikmah. Perguruan Islam yang sejajar dengan lembaga pendidikan Kordofa dan Bagdad. Perpustakaan Darul Ulum digabungkan dengan Darul Hikmah yang berisi berbagai buku ilmu pengetahuan Beberapa ulama yang muncul pada saat itu adalah Ada ulama Muhammad At-Tamimi, ahli fisika dan kedokteran Ada Al-Kindi, ahli sejarah dan filsafat Ada An-Nu'man, ahli hukum dan menjabat sebagai hakim Ada Ali bin Yusuf, ahli astronomi Dan juga ada Ali Al-Hasan bin Al-Khaithami Beliau ahli fisika dan optik. Di samping itu, kemajuan bangunan fisik sungguh luar biasa. Indikasi-indikasi kemajuan tersebut dapat diketahui dari banyaknya bangunan-bangunan yang dibangun berupa masjid-masjid, universitas, rumah sakit dan penginapan megah. Jalan-jalan utama dibangun dan dilengkapi dengan lampu warna-warni. Dalam bidang industri telah dicapai kemajuan besar khususnya yang berkaitan dengan militer seperti alat-alat perang. kapal dan sebagainya kemudian kita lanjut membahas tentang puncak kejayaan dinasti Faltimiyah sepanjang kekuasaan Abu Mansur Nizar Al-Aziz yang berkuasa tahun 975-996 Masehi kerajaan Mesir senantiasa diliputi kedamaian Ia adalah khalifah Fatimiyah yang kelima dan khalifah pertama yang memulai pemerintahan di Mesir. Di bawah kekuasaannya lah dinasti Fatimiyah mencapai puncak kejayaannya. Nama sang khalifah selalu disebutkan dalam khutbah-khutbah jumat di sepanjang wilayah. Kekuasaannya yang berbentang dari Atlantik hingga Laut Merah, juga di masjid-masjid Yaman, Mekah, Damascus, bahkan di Mosul. Kalau dihitung-hitung, kekuasaannya ini meliputi wilayah yang sangat luas. Di bawah kekuasaan kekhalifah, Kekhalifahan Mesir tidak hanya menjadi lawan tangguh bagi kekhalifahan Abbasiyah di Bagdad, tapi bisa dikatakan bahwa kekhalifahan itu telah menenggelamkan penguasa Bagdad dan ia berhasil menempatkan kekhalifahan Fatimiyah sebagai negara Islam terbesar di kawasan Mediteratimur. Halazis menghabiskan 2 juta dinar untuk membangun istana yang dibangun menyaingi istana dinasti Abbasiyah. Musuhnya yang diharapkan akan dikuasai setelah Bagdad berhasil diterpelukan. seperti pendahulunya ia pun melirik wilayah Sepanyol tetapi khalifah Cordoba yang percaya diri itu ketika menerima surat yang pedas dari Raja Fatimiyah memberikan balasan tegas dengan berkata engkau meremehkan kami karena kau telah mendengar tentang kami jika kami mendengar apa yang telah dan akan kau lakukan kami akan membalasnya bisa dikatakan bahwa diantara para khalifah Fatimiyah yaitu khalifah al-aziz adalah khalifah yang paling bijaksana dan paling murah hati dia hidup di kota Cairo yang mewah dan cemerlang dikelilingi beberapa masjid, istana, jembatan dan kanal-kanal yang baru serta memberikan toleransi yang terbatas kepada umat Kristen sesuatu yang tidak pernah mereka rasakan sebelumnya sikap dan perilakunya ini tidak pelak lagi dipengaruhi oleh wazirnya yang beragama Kristen yang bernama Isa bin Nathir dan istrinya yang beragama Kristen asal dari Rusia, ibu dari anak laki-laki dan pewarisnya Al-Hakim. Ini adalah saudara perempuan dari dua bangsawan keluarga Melkis yang berkuasa di Iskandaria dan Yerusalem. Menurut Harun Nasution, dalam masa kejayaan ini tergores sejarah yang menunjukkan kegemilangan Fatimiyah bahwa salah satu golongan sekte Syiah yang bernama Qoramitoh. atau Karmesien yang dibentuk oleh Hamdan Ibn Kermet di akhir abad 9 menyerang Mekah pada tahun 951 Masehi dan merampas Hajar Aswad dengan mencurinya selama 20 tahun Hal ini disebabkan mereka meyakini bahwa Hajar Aswad adalah merupakan sumber takhayul Gerakan ini menentang pemerintahan pusat Bani Abbas Namun Hajar Aswad akhirnya dikembalikan oleh Bani Fatimiyah setelah didesak oleh Khalifah Al-Mansur pada tahun 951 Masehi. Lanjut membahas tentang masa kemunduran dan runtuhnya dinasti Fatimiyah. Gejala-gejala yang menunjukkan kemunduran dinasti Fatimiyah telah terlihat di penghujung masa pemerintahan Al-Aziz. Namun, baru kelihatan wujudnya pada pemerintahan Al-Muntasir yang terus berlanjut hingga berakhirnya kekuasaan dinasti Fatimiyah. pada masa pemerintahan Al-Adid pada tahun 567 Hijriah atau 1171 Masehi. Adapun faktor yang menyebabkan kemunduran dan runtuhnya dinasti Fatimiyah dapat diklarifikasikan kepada faktor internal dan eksternal. Faktor Internal Yang paling signifikan dalam menghantarkan kemunduran dinasti Fatimah adalah dikarenakan lemahnya kekuasaan pemerintah. Menurut Sejarawan Ibrahim Hasan, para khalifah tidak lagi memiliki semangat juang yang tinggi seperti yang ditunjukkan para pendahulu mereka ketika mengalahkan tentara barber di Kairawan. Kehidupan para khalifah yang bermewah-mewah merupakan penyebab utama hilangnya semangat untuk melakukan ekspansi. Selain itu, para khalifah kurang cakap dan memerintah sehingga roda pemerintahan tidak berjalan secara efektif. Ketidak efektifan ini dikarenakan khalifah yang diangkat banyak yang masih berusia relatif muda sehingga kurang cakep dalam mengambil kebijakan. Tragisnya mereka ibarat boneka di tangan para wazir karena peranan wazirnya. Al-Aziz begitu dominan dalam mengatur pemerintahan. Fenomena ini muncul pasca wafatnya Khalifah Al-Aziz. Setelah Al-Aziz wafat, ia digantikan putranya bernama Abu Mansur Al-Hakim yang pada saat pengangkatannya masih berusia 11 tahun. Kebijakan dalam pemerintahnya sangat bergantung pada keputusan gubernur bernama Barjawan yang meskipun pada akhirnya dihukum al-Hakim karena penyalahgunaan kekuasaan. Bukti lain ketidakcakapan khalifah adalah munculnya perlawanan orang Kristen berhadapan penguasa. Perlawanan ini muncul dikarenakan orang Kristen tidak senang dengan maklumat al-Hakim yang dianggap menghilangkan hak-hak mereka sebagai warga negara. Maklumat tersebut berisikan tiga alternatif pilihan yang berat bagi orang Kristen. Masuk Islam atau meninggalkan tanah air atau berkalung salib sebagai simbol kehancuran. Setelah Al-Hakim wafat, ia pun digantikan putranya bernama Abu Hashim Ali yang bergelar Al-Zahir. Pada saat pengangkatannya, Az-Zahir masih berusia 16 tahun dan kebijakan pemerintahan berada di tangan bibinya bernama Siti al-Mulk. Sepeninggalan bibinya, Az-Zahir menjadi raja boneka di tangan para wazirnya. Pengangkatan khalifah dalam usia relatif muda masih terus berlanjut hingga masa akhir pemerintahan daulah Fatimiyah. Bahkan khalifah ke-13 yang bernama Al-Faiz dinobatkan pada saat masih balita, namun keburu meninggal dunia sebelum berusia dewasa. Sementara khalifah terakhir bernama Al-Adid dinobatkan di saat berusia 9 tahun. Faktor lain diperparah oleh peristiwa alam, wabah penyakit dan kemarau panjang, sehingga sungai Nil kering. Ini menjadi sebab terjadinya perang saudara. Lalu, Penyebab kehancurannya lagi itu setelah meninggalnya Abu Thamim Ma'ad al-Muntasir dan digantikan oleh anaknya yang bernama al-Musta'il. Akan tetapi Nizar, itu anaknya Abu Thamim Ma'ad yang tertua, melarikan diri ke Iskandaria dan menyatakan diri sebagai khalifah. Nah, oleh sebab ini Fatimiyah terpecah menjadi dua. Selain itu, faktor internal lainnya sebagai penyebab kehancuran dinasti Fatimiyah adalah persaingan dalam memperoleh jabatan di kalangan wazir. Pada masa Khalifah Al-Adid sebagai Khalifah terakhir misalnya. Terjadi persaingan antara Abu Suja Shawar dan Dargam untuk merebutkan jabatan wazir yang akhirnya dimenangkan oleh Dargam. Karena sakit hati, Shawar ini meminta bantuan Nur din Az-Zangki untuk memulihkan kekuasaan. jika berhasil ia berjanji untuk menyerahkan sepertiga hasil penerimaan negara kepadanya tawaran ini diterima oleh Nuruddin lalu ia mengutus pasukan di bawah pimpinan syirkuh dan keponakannya yang bernama Solah Bahudin al-Ayyubi pasukan ini mampu mengalahkan dergam sehingga syawar kembali memangku jabatan wazir dan memenuhi janji kepada Nuruddin perebutan kekuasaan di tingkat wazir ini merupakan awal munculnya kekuasaan asing yang pada akhirnya mampu merebut kekuasaan dari tangan dinasti Fatimiyah dan membentuk dinasti baru yang bernama Ayyubiyah lalu kehancuran yang kedua sebab-sebabnya karena faktor eksternal Nah, ada pun faktor eksternal yang menjadi penyebab runtuhnya dinasti Fatimiyah adalah menguatnya kekuasaan Nuruddin Az-Zangki di Mesir. Nuruddin ini adalah gubernur Syria yang masih berada di bawah kekuasaan Bani Abbasiyah. Popularitas Nuruddin Az-Zangki menonjol pada saat ia mampu mengalahkan pasukan salib atas permohonan khalifah Az-Zahir yang tidak mampu mengalahkan tentara salib tentara Kristen. Dikarenakan rasa cemburunya Nuruddin ini kepada Syirkuh yang memiliki pengaruh kuat di istana, dianggap sebagai saingan yang akan merebut kekuasaannya sebagai wazir. Shawar melakukan perlawanan. Agar mampu menguat kekuasaannya, Shawar meminta bantuan tentara Salabiyah atau tentara Salib dan menawarkan janji seperti yang dilakukannya terhadap Nuruddin. Tawaran ini diterima King Almerik. selaku Panglima Perang Salib dan melihatnya sebagai suatu kesempatan untuk dapat menaklukkan Mesir. Pertempuran pun pecah di Pelusium dan pasukan Syirkuh dapat mengalahkan pasukan Salib. Sawar sendiri dapat ditangkap dan dihukum bunuh dengan memenggal kepalanya atas perintah Khalifah Fatiminya. Dengan kemenangan ini, maka Syirkuh dinobatkan menjadi wazir pada tahun 565 Hijriah atau 1117 Masehi. Setelah Syirkuh ini wafat, jabatan wazir diserahkan kepada Salahuddin Al-Ayubi. Selanjutnya, Salahuddin Al-Ayubi mengambil kekuasaan sebagai khalifah setelah Al-Adid wafat. Dengan berkuasanya Salahuddin, maka diumumkan bahwa kekuasaan daulah Fatimiyah berakhir dan membentuk dinasti Ayubiyah serta merubah orientasinya dari paham syiah ke paham sunni. Khalifah Fatimiyah berakhir pada tahun 1936. tahun 567 Hijriyah atau 1117 Masehi. Untuk mengantisipasi perlawanan dari kalangan Fatimiyah, Salahuddin al-Ayyubi membangun benteng bukit Mokattam dan dijadikan sebagai pusat pemerintahan dan militer. Yang kini, bangunan benteng tersebut masih berdiri kokoh di kawasan pusat Misrol Kotim, atau Mesir Lama, yang terletak tidak jauh dari universitas dan juga dekat dengan perumahan mahasiswa Asia di Otamia. Demikian. Sejarah singkat tentang berdiri dan hancurnya dinasti Daulah Fatimiyah Semoga memberikan kita pelajaran atau wawasan yang berharga Wallahu'alamu'bisawab Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh