Assalamualaikum Wr. Wb Kali ini kita akan mempelajari mengenai keterampilan klinis 5 berupa mempelajari gangguan dari sistem muskuloskeletal pada keterampilan klinis ini akan kita bagi menjadi 4 kelompok dimana pada kelompok 1 kita mulai dengan anamnesis dan medical record kemudian kita lanjutkan dengan pemeriksaan fisik muskuloskeletal mulai dari kepala hingga kaki kemudian kita lanjutkan dengan pembidaian penggunaan dari balutan serta mitela dan dilanjutkan dengan radioanatomi dari muskulosketal yaitu berupa pembacaan dari radiografi X-ray atau Ronson. biasa sekarang kita langsung saja masuk kepada pemeriksaan fisik dari sistem muskuloskeletal dalam pemeriksaan muskuloskeletal kita bagi menjadi tiga yaitu look yaitu kita melihat kondisi pasien kemudian feel kita meraba dan kemudian kita move yaitu kita menilai gerakan dari persendian yang terkena pada pasien nah sebelum kita mulai kita pastikan dulu dan pasien hai hai tidak ada pakaian yang menutupi pasien.
Makanya kita harus meminta izin kepada pasien untuk melepaskan bajunya. Bapak bisa minta tolong buka pakaiannya dulu Pak, bajunya. Kita mulai dari pemeriksaan leher, dimana pada leher kita lihat dari look, kita lihat dari depan, apakah, dan pemeriksaan ini harus dilakukan dengan posisi sejajar dari bidang yang kita periksa. Jika kita periksa leher, maka kita harus menuduhkan sedikit badan, dan kita pastikan kondisi leher ini apakah sama kiri dengan kanan, kondisi...
apakah ada benjolan, warnanya kiri dengan kanan sama, apakah ada bergeser kiri dan kanan. Itu yang dari depan. Dan pada penelisaan leher itu kita tidak bisa hanya melihat dari depan.
Kita lihat juga dari belakang. Pada penelisan fisik dari belakang, kita lihat apakah posisi tulang belakang lehernya sejajar, apakah ada benjolan dari belakang, apakah warnanya sama, apakah ada jejas atau bekas luka pada bagian belakang kepala ini. Pada kondisi leher normal, maka kita akan melihat leher yang dalam keadaan lurus, di mana tidak ada benjolan pada sisi kiri dan sisi kanan.
Pada kondisi-kondisi tertentu, maka akan kita lihat kondisi pasien, misalnya lehernya dalam keadaan miring ke kanan atau miring ke kiri. Atau jika kita lihat dari samping, maka akan kadang kita lihat posisi pasien yang agak mendongak atau juga akan sedikit menunduk. Jika kita lihat kondisi-kondisi demikian, berarti kita kemungkinan ada masalah pada leher pasien. Setelah kita melakukan look, kemudian kita lakukan...
yaitu kita melakukan perabaan pada leher pasien. Pertama kita mulai dari tulangnya, dan nilai apakah ada tonjolan pada leher. Nah setelah itu kita juga menilai dari soft tissue-nya, kita mulai dari otot, apakah tonus otot kiri dan kanan sama, suhunya sama, dan juga Tidak ada tonjolan-tonjolan lain pada wilayah leher. Setelah kita lakukan pemeriksaan dari depan, kita juga harus melakukan pemeriksaan dari belakang.
Yang kita lakukan sama dengan pemeriksaan dari depan. Kita periksa apakah ada tonjolan, suhunya, dan juga kita lakukan pemeriksaan tonus otot apakah sama kiri dan kanan. Setelah kita lakukan pemeriksaan feel, kita lanjutkan dengan pemeriksaan move, yaitu melakukan pemeriksaan ruang gerak sendi leher dari pasien. Pertama kita lakukan pemeriksaan fleksi dan ekstensi dari leher. Pada fleksi, kita lakukan pemeriksaan sejauh mana pasien bisa menundukkan kepala.
Dan kemudian ekstensi, yaitu sejauh mana pasien bisa mendonggakkan kepala. Setelah itu, kita lakukan juga pemeriksaan rotasi. yaitu kita suruh kita lakukan periksaan rotasi pasien menghadap ke sisi kanan dan ke sisi kiri. Selain itu kita juga melakukan periksaan bending ke lateral, baik itu lateral kanan maupun ke lateral kiri. Jika pasien...
Terdapat kelainan, maka akan ada keterbatasan dari ruang gerak sendi leher tersebut. Kita lanjutkan dengan pemeriksaan dari sendi bahu pasien. Kita mulai dengan pemeriksaan dari look.
Kita lakukan pemeriksaan pertama dari depan. Kita nilai apakah 4 poin dari bahu pasien. Yang pertama di tengah.
Kemudian kita lakukan sini tonjolan pada bagian tengah grafikula. Kemudian kita lihat dari lateral dari bahu dan kemudian agak sedikit ke bawah. Kita nilai juga apakah bahu pasien sama tinggi.
Pada kondisi tertentu akan kita dapatkan bahu pasien yang tinggi sebelah. Selain pemeriksaan dari depan, kita juga harus menilai dari belakang. Pada pemeriksaan dari belakang, kita nilai apakah ada perbedaan dari tinggi bahu, dan kemudian kita lihat apakah ada cekungan, serta apakah posisi dari tulang belikat bagian belakang pasien ada yang sedikit mengembang atau tidak.
Kita lanjutkan dengan pemberitaan VIL, yaitu perabaan. Kita mulai dengan perabaan pada bagian tengah dari bahu, yaitu di daerah sternum, apakah terdapat tonjolan. Kemudian di bagian tengah dari klavikula, apakah terdapat tonjolan pada klavikula. Kemudian pada ujung dari bahu, dan juga dari sedikit ke bawah, yaitu ini bagian atas dari tulang humerus.
Apakah terdapat nyeri, benjolan, atau yang lainnya. Kemudian kita juga lakukan perabaan dengan menilai apakah terdapat perbedaan suhu bahu kiri dan bahu kanan. Pada perisaan dari belakang, kita nilai apakah terdapat tonjolan pada tulang bagian belakang dari pasien. Dan kemudian kita lakukan perabaan untuk menilai apakah sama tonus otot. bahu antara kiri dan kanan.
Kita lanjutkan dengan pemeriksaan move, yaitu ruang gerak sendi pada sendi bahu. Untuk pemeriksaan ini kita lakukan dengan menggunakan goniometer, yaitu alat yang digunakan untuk menghitung ruang gerak sendi dari sendi bahu, dari persendian. Kita mulai, dimana kita nilai titik tengah dari goniometer ini harus berada pada titik sumbu dari persendian. Seperti ini.
Kita mulai dengan melakukan pemeriksaan fleksi. Ini adalah titik 0 dari posisi normal dari sendi bahu. Kita lakukan pemeriksaan dengan fleksi tangan pasien.
Hingga ke atas, kita lakukan pemeriksaan dari 0 hingga batas maksimal yang bisa dilakukan dari pasien. Begitu juga kita lakukan dengan ekstensi, yaitu pasien kita suruh untuk menggerakkan tangan ke belakang. Kita nilai berapa maksimal yang bisa dilakukan oleh pasien. Setelah melakukan fleksi dan ekstensi, kita juga lakukan pemeriksaan adduksi dan abduksi.
Aduksi itu adalah mendekatkan lengan atas pasien ke sendi. Kita lakukan dengan pemeriksaan seperti ini. Dan kemudian kita lakukan abduksi yaitu pasien dengan posisi lengan atas pasien ini menjauh dari persendian, dari badan.
Nah ini adalah sudut maksimal dari abduksi. Selain itu kita juga lakukan pemeriksaan internal rotasi dan eksternal rotasi. Kemudian kita lakukan pemeriksaan dari rotasi dari sendi bahu. Kita lakukan pasien dalam posisi abduksi 90 derajat dan juga fleksi 90 derajat dari sendi siku.
Kemudian kita lakukan rotasi interna dengan menyuruh pasien menggerakkan ke bawah dari tangan pasien. Nah ini adalah sudut yang dibentuk dari rotasi interna. Kemudian kita lakukan rotasi eksternal. Nah, ini adalah sudut yang dibentuk dari rotasi eksternal. Kita lanjutkan dengan pemeriksaan dari sendi siku, di mana siku terdiri dari bagian bawah dari humerus, daerah persendiannya itu sendiri, dan bagian atas dari...
kemudian kita lihat dari look kita lihat apakah terdapat benjolan luka atau terdapat scar bekas luka atau bekas operasi Kemudian pada feel, pada perabaan, kita lakukan pemeriksaan dengan menekan meraba apakah terdapat benjolan pada tulang humerus pada persendian dan bagian atas dari lengan bawah itu sendiri. Selain itu kita juga melakukan pemeriksaan dengan cara menekan dari bagian luar dari distal humerus atau bagian dalam. dari distal humerus.
Selain itu juga kita lakukan penekanan pada daerah bagian tengah dari siku untuk melihat apakah terdapat peradangan pada tendon. Kemudian kita lanjutkan dengan pemeriksaan ruang gerak sendi dimana pada kita lakukan dengan memeriksa fungsi fleksi dan ekstensi dari siku itu sendiri. Kita anggap dalam posisi lurus, lengan lurus ini adalah titik 0 dari sendi siku.
Kemudian kita lakukan fleksi hingga sudutnya yang terbentuk adalah seperti ini. Jadi sudut dari sini. Hingga ke sini, itu adalah sudut yang bisa di, sudut ruang gerak sendi dari siku itu sendiri.
Dan ini adalah batas maksimal dari ekstensi pasien. Sudut ini adalah ruang gerak sendinya. Jadi sendi ekstensi ini bisa 10 sampai 15 sampai 20 derajat. Selain itu, kita juga melakukan pemeriksaan untuk fungsi rotasi dari sendi siku sendiri.
Kita menggunakan bantuan untuk memeriksa fungsi rotasi dari sendi siku, kita menggunakan bantuan bulpen. Pertama, pasien kita suruh memegang bulpen, kemudian kita rapatkan siku hingga ke badan. Kemudian dalam posisi ini, ini adalah titik 0 dari sendi siku.
Kita lakukan gerakan supinasi. Nah, sudut yang dibentuk ini adalah sudut supinasi dari pasien. Kemudian kita juga lakukan gerakan pronasi.
Nah, sudut ini. adalah sudut pronasi dari pasien. Kita lanjutkan dengan pemeriksaan dari pergelangan tangan, mana seperti biasa kita mulai dengan look, tanilai apakah adalah benjolan, warna, dan serta kelainan bentuk dari pergelangan tangan. Kemudian kita lakukan palpasi dengan cara menekan apakah ada nyeri di bagian...
pada bagian-bagian tonjolan dari pergelangan tangan itu sendiri. Nah, setelah itu kita lakukan pemeriksaan ruang gerak sendiri. Pada pergelangan tangan, titik 0 adalah titik di mana terjadi kesegarisan antara tangan bawah dan tangan itu sendiri. Kita lakukan dengan gerakan ekstensi, seperti ini. Ini adalah sudut ekstensi pasien.
Dan lakukan juga fleksi. Nah ini adalah sudut fleksi dari pasien. Selain itu, kita juga lakukan gerakan ulnar deviasi, yaitu pada posisi kesegarisan ini, ini adalah titik 0, kemudian kita lakukan ulnar deviasi, ini adalah sudut ulnar deviasi.
Kemudian kita lakukan juga radial deviasi seperti ini. Nah ini adalah sudut dari radial deviasi. Selanjutnya kita lakukan pemeriksaan tulang belakang dari pasien. Untuk melakukan pemeriksaan tulang belakang, pasien kita minta untuk berdiri.
Bisa minta berdiri pak? Pertama kita lakukan inspeksi. Kita lihat dari belakang apakah terdapat tonjolan atau perubahan bentuk dari punggung pasien. Untuk normal, pada punggung bagian bawah itu bentuknya adalah sedikit lordosis.
Kemudian pada daerah torakal itu kifosis. Dan kemudian pada daerah cervical itu sedikit lordosis. Setelah itu kita lihat juga apakah terdapat tonjolan, biasanya berupa gibus. Gibus adalah tonjolan yang nampak pada tulang belakang.
Kita juga melihat apakah terdapat tulang belakang yang tidak segaris. seperti skoliosis pada pasien. Kemudian kita lanjutkan dengan palpasi, dengan melakukan penekanan pada tulang belakang, apakah terdapat nyeri pada penekanan tulang belakang.
Kemudian kita juga lakukan penekanan pada daerah pinggir dari tulang belakang. Untuk menilai nyeri pada otot-otot yang menopang tulang belakang. Kemudian kita juga menilai tonjolan atau ada step off dari tulang belakang.
Dan juga nyeri tekan pada tulang belakang. Selanjutnya kita lanjutkan dengan pemeriksaan ruang gerak sendiri telang belakang. Yang pertama kita lakukan pemeriksaan fleksi dan ekstensi dari telang belakang. Untuk fungsi fleksi, kita minta pasien untuk menyentuh tanah dengan menggunakan tangan. Pak bisa ruku sampai menyentuh tanah.
Normalnya, pasien mungkin tidak bisa menyentuh, tapi jarak 7-15 cm dari tanah adalah jarak normal pada pasien. Kemudian untuk fungsi ekstensi, pasien kita minta untuk mendorong punggungnya ke belakang. Jika bisa, ini adalah sudut.
yang dibentuk oleh tulang belakang. Untuk melakukan pemeriksaan rotasi, kita pastikan bahwa pinggul pasien dalam posisi fix, tidak bergerak. Kemudian titik awal ini adalah titik 0 dari pasien.
Kemudian kita lakukan, kita tahan pinggul pasien, kita minta pasien untuk memutarkan bahunya. Sudut yang dibentuk ini adalah sudut rotasi dari pasien. Lalu kita juga memintakan untuk... memutar ke kiri.
Sudut yang dibentuk ini adalah sudut rotasi ke kiri pasien. Kemudian kita lakukan pemeriksaan bending ke arah lateral. Kita pastikan juga figur pasien dalam posisi fix.
Lalu kita mintakan pasien untuk membengkokkan bahunya ke arah kiri. Jatuhkan bahu sebelah kiri. Sudut ini adalah sudut bending lateral kiri dari pasien.
Kemudian kita lakukan juga pemeriksaan yang sama dengan arah ke kanan. Kemudian kita lakukan pemeriksaan khusus yaitu sober test untuk memeriksa elastisitas dari telang belakang. Pertama kita tandai punggung. sejajar dengan L5 yaitu kira-kira setinggi spina iliaca posterior, kira-kira di sini.
Kemudian kita lakukan, kita juga bikin garis 5 cm di bawah dari garis pertama dan 10 cm di atas garis pertama. Setelah itu kita minta pasien untuk fleksi ke arah depan dengan cara meminta pasien untuk menyentuh lantai. Kemudian kita nilai pertambahan panjang dari punggung pasien.
Pada pasien ini pertambahan panjang adalah sekitar 8,5 cm. Ini adalah normal pada pasien dengan penambahan panjang kurang dari 5 cm, menandakan adanya kelainan elastisitas dari telang belakang biasanya pada pasien ankylosing spondylitis. Selanjutnya kita lakukan pemeriksaan fisik dari ekstremitas bawah, di mana pada pemeriksaan fisik ekstremitas bawah pasien berada dalam posisi terlentang dan dalam keadaan pakaian bagian bawahnya Kita buka atau minimal pasien menggunakan selana pendek. Kita lanjutkan dengan pemeriksaan ekstremitas bawah.
Kita mulai dengan sendi panggul. Sebelum memulai kegiatan, kita pastikan pinggul pasien dalam posisi yang sejajar dengan memeriksa dari spina iliaca anterior superior. Setelah itu, untuk sendi pinggul.
Kita mulai dengan look, apakah terdapat jejaj atau kelainan bentuk dari sendi pinggul. Kemudian kita lakukan palpasi dengan cara menekan sendi pinggul. Dan kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan ruang gerak sendi dari sendi pinggul.
Kita anggap dalam kondisi seperti ini, ini adalah posisi titik 0 dari pemeriksaan fisik sendi pinggul. Kita lakukan pemeriksaan fleksi. Sudut ini adalah sudut fleksi dari pasien.
Kemudian kita lakukan pemeriksaan aduksi, yaitu dengan mendekatkan kaki ke arah dalam. Ini adalah sudut aduksi dari pasien. Kemudian kita lakukan...
Abduksi, lalu kita lanjutkan dengan pemeriksaan rotasi dari pasien. Kita dalam posisi pinggul fleksi 90 derajat dan sendi lutut juga dalam posisi fleksi 90 derajat. Titik ini adalah titik 0 dari rotasi sendi pinggul.
Kita lakukan dengan pemeriksaan internal rotasi dengan cara membawa kaki ke arah luar. Nah ini adalah sudut internal rotasi pasien. Dan lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan eksternal rotasi. Setelah itu kita lanjutkan dengan pemeriksaan kesenjangan panjang dari kaki. Pertama kita bisa menilai dengan dua cara, yaitu dengan cara mengukur true length.
True length kita ukur dari sias ke medial maleolus. Pertama kita berikan tanda pada sias. Dan kemudian kita berikan tanda juga pada medial maleolus pasien.
Setelah itu dengan menggunakan meteran kita ukur panjang dari sias ke medial maleolus. Untuk pemeriksaan selanjutnya, bisa kita nilai dengan menggunakan upper and length. Upper and length kita ukur dari umbilicus ke arah medial malleolus.
Pada pemeriksaan ini, kita membandingkan antara yang kiri dan yang kanan. Jika terdapat perbedaan, maka akan terdapat kelainan pada ekstremitas bawah pasien. Kemudian kita lanjutkan dengan pemeriksaan lutut. Dari look kita lihat seperti biasa apakah terdapat benjolan, kelainan warna, kelainan bentuk dari sendi lutut.
Untuk menentukan apakah gangguannya terdapat pada femur atau pada tibia, bisa kita menggunakan galeazites. Yaitu dengan cara... Meminta pasien untuk menekukkan sendi lutut 90 derajat dan kemudian kita lakukan pemeriksaan. Kita menilai apakah terdapat perbedaan tinggi atau perbedaan panjang dari telang femur.
Jika terdapat perbedaan tinggi, maka kelainan terdapat pada daerah tibia. Namun jika terdapat perbedaan panjang, maka kelainan terdapat pada tulang femur. Kita lanjutkan dengan pemeriksaan dari lutut.
Kita mulai dengan inspeksi. Pada lutut ini kita mintakan pasien dalam posisi berdiri. Kemudian kita lihat tegak lurus dari depan. Pasien kita minta untuk merapatkan tumitnya.
Lalu kita lihat, apakah pasien dalam posisi genuvarus atau berupa huruf O, atau genuvalgus yaitu berupa huruf X, atau rekorvatum. Nah, untuk rekorvatum ini sendiri kita menilainya dari arah samping. Jadi kita mintakan pasien untuk miring ke arah samping. Jika rekorvatum, maka posisi lutut pasien akan dalam posisi hiperextensi. Setelah kita lakukan pemeriksaan look, kita lanjutkan dengan pemeriksaan feel dan move seperti kita lakukan pada