Hikayat Putri Hijau Cerita dari Provinsi Sumatera Utara Provinsi Sumatra Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terkenal dengan berbagai obyek wisata. Salah satu tempat wisata yang sangat terkenal di Sumatra Utara adalah Danau Toba. Danau vulkanik ini mendatangkan jutaan pengunjung setiap tahunnya Bukan hanya obyek wisata, Sumatera Utara juga kaya akan cerita rakyat Salah satu cerita rakyat yang masih diceritakan secara turun-temurun adalah Hikayat Putri Hijau Sebuah cerita yang konon terjadi pada masa Kesultanan Delhi Hikayat Putri Hijau bermula dari Kesultanan Aceh yang terletak di sebelah utara Kesultanan Delhi. Ketika itu, Kesultanan Aceh memiliki armada angkatan laut yang sangat tangguh. Kekuatan militer dan kekuatan militernya bergantung pada kekuatan militer.
kriter kesultanan Aceh merupakan salah satu yang terkuat di Nusantara sore itu seperti biasanya Sultan Aceh duduk beristirahat di taman istana meskipun disegani negara tetangganya Ternyata, Sultan Aceh masih merasa belum lengkap menjadi pemimpin. Sultan Aceh masih belum menemukan sosok yang layak menjadi permaisurinya. Tiba-tiba saja, Sultan Aceh melihat sebuah cahaya hijau di langit. Cahaya hijau itu berasal dari sebelah selatan.
Kalian berdua, selidiki asal-muasal cahaya hijau itu. Siap, Yang Mulia. Dua prajurit kepercayaan Sultan Aceh itu segera menuju ke arah selatan.
Selatan belacak asamu asal cahaya hijau. Hingga sampailah dua prajurit Aceh itu ke wilayah Kesultanan Delhi. Sesampainya di wilayah Kesultanan Delhi, dua prajurit Aceh itu segera bertanya kepada seorang warga yang ditemuinya. Maaf Tuhan, kami hendak bertanya. Kalau boleh tahu, dari mana asal cahaya hijau di langit ketika serah hari itu?
Oh, itu berasal dari Putri Hijau. Siapa Putri Hijau itu? Putri hijau adalah anak ketiga dari Sultan Deli Setelah mengetahui asal-muasal cahaya hijau itu Dua prajurit Aceh segera kembali ke istana dan melapor kepada Sultan Jadi, dari mana asal-muasal cahaya hijau itu? Yang mulia, cahaya hijau itu ternyata berasal dari putri hijau Putri hijau? Benar yang mulia, putri hijau adalah putri dari Sultan Deli Hmm, sepertinya Ya, aku sudah menemukan siapa yang akan menjadi permaisuriku.
Meskipun belum pernah bertemu dengan Putri Hijau, namun Sultan Aceh merasa sudah yakin menjadikan Putri Sultan Dedi itu sebagai permaisuri. Rombongan besar kapal-kapal Kesultanan Aceh pun berangkat menuju Kesultanan Dedi. Tujuan rombongan itu adalah untuk melamar Putri Hijau. Sultan Deli sendiri memiliki tiga orang anak, yaitu Mambang Yazid, Mambang Hayali, dan Putri Hijau.
Hari itu, mereka bersiap menyambut kedatangan Sultan Aceh. Namun mereka belum tahu apa maksud kedatangan rombongan Sultan Aceh ke istana mereka. Sultan Aceh, kami ucapkan selamat datang di istana kami yang sederhana ini.
Sungguh kehormatan besar seorang Sultan besar berkenan singgah di istana kami. Saya perkenalkan tiga anak saya. Mambang Yazid adalah anak tertua.
Kemudian Mambang Hayali. Dan yang terakhir adalah anak mungsu saya, Putri Hijau. Sultan Deli, sungguh saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk sambutan yang sangat hangat ini.
Kami sungguh merasa terhormat berkesempatan menjadi tamu di Istana Kesultanan Deli. Sebagai tanda persahabatan, saya membawa sedikit oleh-oleh dari Aceh. Semoga Sultan Deli berkenan meneribanya.
Sultan Aceh, sungguh perhiasan sebanyak ini merupakan hal yang sangat mewah bagi kamu. Saya belum pernah melihat perhiasan yang sangat indah dan dalam jumlah yang banyak. Maaf Sultan Aceh, kalau boleh tahu apa tujuan dari Sultan Aceh berkunjung ke istana kamu?
Hmm, begini Yang Mulia Sultan Deli. Maksud kedatangan saya kesini adalah untuk mempererat hubungan antara Kesultanan Delhi dengan Kesultanan Aceh. Maksud Sultan?
Di dunia tidak ada yang lebih erat daripada persaudaraan. Maksud kedatangan saya ke sini adalah untuk meminang Tuan Putri Hijau. Tuan Putri Hijau sangat layak menjadi permaisuriku di Kesultanan Aceh. Sultan Aceh, sungguh kehormatan yang luar biasa Anda meminang Putri saya. Tetapi sebagai seorang ayah, saya menyerahkan keputusan ini kepada Putri saya.
Putriku, kamu telah mendengar sendiri maksud kedatangan Sultan Aceh. Sekarang, keputusannya ada di tanganmu. Ayah dan Sultan Aceh akan mendengar secara langsung. Apa jawabanmu?
Perihal pinangan dari tamu kita ini. Ayah anda, maafkan Ananda. Untuk saat ini, Ananda belum siap untuk menikah.
Mendengarlah marahnya ditolak, Sultan Aceh pun marah luar biasa karena merasa terhina. Dengan segera, Sultan Aceh memanggil Panglima perangnya. Panglima, siapkan semua armada perang. Serang ke Sultanan Deli sekarang juga. Siap, Yang Mulia.
Perang pun pecah seketika. Tembakan meriam dari prajurit Aceh seolah tanpa henti menghujani benteng pertahanan ke Sultanan Deli. Benteng pertahanan Deli tidak mampu bertahan. Dan berhenti bertahan lama. Pelan tapi pasti para prajurit Aceh semakin mendekati benteng dan berhasil masuk.
Terjadilah pertempuran sengit di dalam benteng. Sementara itu di dalam istana Kesultanan Delhi. Anak-anakku, sepertinya kita tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Putriku, jika nanti kamu tertawan, mintalah agar dimasukkan ke dalam kota Taca.
Selain itu, mintalah sembilan butir telur ayam dan segenggam beras. Nanti dalam perjalanan, dari atas kapal, panggilah nama kakakmu, Mambang Yazid, dan lemparkan telur serta beras itu ke dalam laut. Setelah berpesan kepada putrinya, Sultan Deli pun menghilang entah kemana.
Sedangkan Mambang Khayali, memimpin prajurit Kesultanan Deli, bertahan menghadapi serbuan prajurit Aceh. Sedangkan Mambang Yazid pergi menuju ke arah laut. Akhirnya, Putri Hijau pun tertawan. Kakaknya Mambang Hayali Tewas dalam pertempuran Seperti pesan ayahnya Putri hijau meminta kotak kaca Sembilan butir telur ayam Dan segenggam emas Di selat matahari Alaka dalam perjalanan menuju Aceh, tiba-tiba Putri Hijau keluar dari kota kaca.
Dilemparkannya telur-telur ayam dan segenggam beras ke dalam lautan. Membang Yazid! Membang Yazid! Tidak lama kemudian seekor naga besar muncul dari dalam lautan. Sultan Aceh sangat terkejut tidak hanya karena Karena naga besar mendekati kapalnya, tetapi naga itu juga membawa putri hijau.
Sang Sultan tidak bisa berbuat apa-apa untuk menghentikan naga yang membawa lari putri hijau. Sultan Aceh pun menyesal telah memaksa putri hijau menjadi permaisurinya.