Dahulu kala di pulau Jawa ada seorang janda tua bernama Bok Serini sehari-hari dia bekerja di ladang yang berada di samping rumah peninggalan sang suami Ketika lelah dengan pekerjaannya, rasa kesepian selalu datang menghampiri. Dia ingin sekali memiliki seorang anak agar di masa tuanya ada yang menemani. Semakin lama rasa sepi itu semakin menumpuk dan tak terbendung lagi.
Bok Serini akhirnya memutuskan untuk mencoba meminta bantuan kepada Buto Ijo. Kuto Iju adalah raksasa yang tinggal di dalam gua di pinggiran desa dan terkenal suka mengabulkan permintaan dari orang-orang yang datang kepadanya. Akan tetapi tentu saja semua itu tidaklah cuma-cuma. Hal itu juga berlaku untuk Bok Serini, di mana dia harus membayarnya dengan harga yang sangat mahal.
Ketika anak ibu berusia 6 tahun, kau harus mem... Balikkan yang kepadaku untuk kujadikan santapa. Terlepas dari kondisinya, wanita putus asa itu menyetujuinya.
Kemudian Buto Ijo memberikan satu biji mentimun untuk ditanam di ladangnya. Dalam beberapa hari, mentimun itu mulai tumbuh dan berbuah. Di antara semua mentimun yang berbuah, hanya ada satu yang memiliki ukuran sangat besar dan memancarkan cahaya keemasan. Boksri ini sangat senang, dibawalah pulang mentimun itu. Kemudian dia membelahnya dengan hati-hati.
Nampak seorang bayi perempuan dan cantik di dalamnya. Dengan rasa penuh bahagia, dia menamai anak itu Timun Mas. HAHAHAHAHAHA Berjalannya waktu, kini timun mas tumbuh menjadi gadis kecil yang periang. Bok Seri ini merasa terus diawasi oleh Buto Ijo.
Rasa sayang Bok Serini kepada Timun Mas membuatnya tak rela untuk kehilangan anak itu sebentar lagi. Namun apadaya, dia tidak akan pernah bisa melawan raksasa Buto Ijo yang sangat kuat. Mendekati waktu perjanjiannya dengan Buto Ijo, Mbok Serini memutuskan untuk pergi ke Gunung Kidul meminta petunjuk dan bantuan kepada seorang pertapa sakti. Setelah mendengar cerita dari Mbok Serini, Sang Pertapa memberikan empat buah kantong kecil. Berikan ini kepada anakmu Timun Mas.
Ini akan membantunya melawan Buto Ijo. Kini tibalah hari dimana Buto Ijo datang untuk menagih janjinya dahulu. Bok Serini segera menyuruh Timun Mas melarikan diri dan memberikan empat bungkusan pemberian sang pertapa.
Melihat sang ibu dalam bahaya, Timun Mas mencoba memancing Buto Ijo untuk mengejarnya. Hei, aku di sini. Kejar!
Tak ingin kehilangan santapannya, Buto Ijo mengejar Timun Mas. Timun Mas berlari sekuat tenaga ke dalam hutan agar tidak tertangkap. Meskipun Buto Ijo mengejar hanya dengan berjalan, namun bisa menyusul Timun Mas, karena langkah kaki Buto Ijo sangat jauh. Teringat nasihat ibunya, Timun Mas melempar kantong pertama yang berisi biji mentimun ke arah Buto Ijo. Secara ajaib, biji mentimun itu tumbuh dengan cepat dan lebat.
Jalan buta ijo pun tertutupi. Tanaman mentimun itu menjalar ke tubuhnya hingga menjerat dengan erat. Akan tetapi dengan mudah buta ijo melepaskan diri.
Buto Ijo terus mengejar Timun Mas yang lari ketakutan. Saat Buto Ijo tidak mendekat, Timun Mas melemparkan kantong kedua yang berisi jarum. Seketika hutan bambu tumbuh lebar, bambu itu menjebak serta melukai tubuh raksasa Buto Ijo.
Segera timun emas berlari meninggalkannya. Rasa diremehkan, Buto Ijo pun mengamuk. Dia mengambil beberapa batang bambu dan melemparkannya ke arah timur emas. Dengan susah payah Timun Mas berusaha menginjali bambu yang berjatuhan.
Tibalah Timun Mas di tepi sungai. Dia sudah sangat kelelahan. Terdengar suara langkah kaki dan teriakan buto ijo semakin mendekat. Melihat buto ijo yang berhasil mendekatinya, Timunma segera melemparkan kantong yang ketiga berisi garam ke arah sungai.
Timun Mas ketakutan dan berharap kantong itu bisa menghentikan pergerakan Buto Iju. Seketika ombak besar menerjang tubuh Buto Iju, raksasa itu terseret ombak menjauh dari Timun Mas. Buto Ijo sangat marah karena sudah dibuat kesusahan oleh seorang anak kecil. Gadis kecil itu terus berlari sekuat tenaga hingga menaiki sebuah bukit. Buto Ijo yang dipenuhi amarah dengan cepat menyusul timun emas.
Tebing yang tinggi pun dipanjat oleh timun mas Dia berharap buto ijo tak bisa menjangkaunya Namun sayang, raksasa itu masih bisa memanjat tebing Timun Mas tidak bisa menghindar lagi. Di tangannya, kini hanya tersisa satu kantong. Pemberian dari Pertapa Sakti.
Dia melemparkan kantong itu dengan sekuat tenaga ke arah raksasa Buto Ijo. Tak ingin kejadian sebelumnya terulang, Buto Ijo menangkisnya dan kantong itu pun jatuh ke tanah. Dengan sombongnya Buto Ijo tertawa kegirangan. Kantong terakhir yang berisi terasi berubah menjadi lautan lahar panas. Buto Ijo masih belum menyadarinya dan terus tertawa sambil memukul-mukul batu.
Timun Mas yang putus asa hanya bisa pasrah kepada keadaan. Dia berharap ada pertolongan datang untuk menyelamatkannya. Sungguh siang, pijakan Buto Ijo runtuh akibat dipukul berkali-kali.
Buto Ijo akhirnya terjatuh ke dalam lahar panas. Raksasa itu berjuang meloloskan diri. Dia berteriak kesakitan.
Kemudian Buto Ijo tenggelam di dalam lautan lahar panas. Akhirnya, Timun Mas dapat menghentikan Buto Ijo untuk selamanya. Usai melawan Buto Ijo, Timun Mas kembali pulang menemui ibunya. Boksri ini sangat bahagia melihat anaknya berhasil kembali pulang dengan selamat dan mengalahkan sang raksasa Buto Ijo.
Rumah mereka kini sudah tidak bisa ditinggali lagi. Akhirnya mereka memutuskan untuk berpindah tempat dan hidup berdua menjalani hari-hari dengan bahagia selamanya. Terima kasih telah menonton