Hai semuanya, kembali lagi di channel Portal Edukasi. Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas rangkuman materi IPA kelas 10 bab 1, yaitu tentang pengukuran dalam kegiatan kerja ilmiah. Materi ini sudah kurikulum merdeka ya. Mari kita mulai dengan macam-macam alat ukur.
Terdapat banyak sekali alat ukur yang dapat kalian jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Alat ukur yang tersebut digunakan bergantung dengan apa yang diukur dari benda yang ingin diketahui ukurannya. Alat ukur antara lain seperti timbangan, meteran, stopwatch, termometer, jangka sorong, gelas takar, dan lain-lain.
Selanjutnya kita bahas besaran. Besaran merupakan sesuatu yang akan diukur. Besaran itu terdiri atas dua kelompok, yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Besaran pokok merupakan besaran dasar yang satuannya sudah ditetapkan. Sedangkan besaran turunan merupakan besaran yang satuannya tersusun dari beberapa satuan besaran pokok.
Kemudian kita bahas juga sistem satuan. Satuan merupakan ukuran yang menjadi acuan dari suatu besaran. Masyarakat ilmiah bersama-sama membuat kesepakatan tentang satu sistem satuan baku yang resmi digunakan secara universal atau yang bisa disebut satuan internasional. Nah berikut ini beberapa satuan internasional, seperti di tabel di bawah ini.
Contohnya, nama besaran itu panjang, lambang besarannya L, dan satuan internasionalnya adalah meter. Kemudian dimensinya adalah L besar. Dan selanjutnya, kalian bisa lihat di sini ya.
Kemudian kita bahas dimensi. Dimensi merupakan cara suatu besaran turunan disusun berdasarkan besaran pokoknya. Dimensi dari besaran pokok berupa lambang yang ditulis dengan kurung siku dan huruf kapital tertentu, seperti yang ditunjukkan pada tabel 1.1 berikut ini. Kalian bisa langsung lihat di bagian dimensi ada L besar, M besar, T besar, I besar, dan seterusnya.
Mari kita lanjut ke jangka sarong. Nah sekarang perhatikan gambar jangka sorong di bawah ini. Kalian bisa lihat ada nomor 1 sampai nomor 8. Untuk bagian-bagiannya, nomor 1 itu rahang luar, nomor 2 rahang dalam, nomor 3 tangkai ukur kedalaman, nomor 4 itu skala utama dalam cm, nomor 5 itu skala inci, nomor 6 itu skala nonius atau vernier, nomor 7 itu skala inci lagi, dan nomor 8 baut pengunci. Jadi berdasarkan bagian-bagian jangka sorong tersebut, kita mengetahui bahwa jangka sorong itu memiliki dua skala, yaitu skala utama dan skala nonius. Nah ketika mengukur penggunakan jangka sorong, pasti ada saja kesalahan pengukuran karena tidak teliti.
Nah itu disebutnya dengan nilai ketidakpastian. Rumus dari nilai ketidakpastian adalah delta X sama dengan setengah dikali nilai skala terkecil. Nah, jadi perhitungan hasil akhir itu nanti harus dengan dicantumkan nilai ketidakpastian tersebut.
Sehingga rumus akhirnya akan menjadi X plus minus delta X. Selanjutnya, mari kita bahas mikrometer skrup. Perhatikan gambar mikrometer skrup di bawah ini, itu ada nomor 1 sampai 8 lagi.
Bagiannya yaitu, nomor 1 tersebut poros tetap atau unfill, bagian 2 itu poros gerak atau spindle, nomor 3 itu bingkai atau frame, nomor 4 itu pengunci lock nut, nomor 5 itu sleeve, nomor 6 itu thimble, dan nomor 7 itu ratchet knob. Pada mikrometer skrup berlaku rumus yang sama dengan pengukuran dalam pengukuran jangka sorong. Jadi pasti ada nilai ketidakpastiannya. Selanjutnya kita bahas aturan penting, aturan angka penting dan notasi ilmiah.
Kalau kita menghitung menggunakan kalkulator, ada kalanya hasilnya itu panjang banget. Tergantung dari perhitungannya. Misalkan hasilnya itu adalah 7,641404. Nah, kalau itu memusingkan dan panjang, maka ada aturan. Namanya aturan angka penting.
Aturan yang penting adalah aturan pembulatan dan cara penulisan hasil pengolahan data yang disepakati untuk membulatkan hasil pengolahan. Misalnya mencari luas permukaan tutup botol yang berdiameter 3,12 cm diukur dengan cakasorong. Nah setelah dihitung ternyata hasil luasnya adalah 7,641404.
Penentuan angka penting itu dari diameter tutup botolnya. Jadi pembulatannya cukup 3 angka sesuai dengan diameter tutup botol yang hanya 3 angka, yaitu 3,12. Jadi pembulatan hasil luasnya itu cukup ditulis 7,64.
Gimana? Gampang kan menentukan angka penting? Selanjutnya nilai ketidakpastian pada pengukuran berulang.
Manusia itu pasti tidak luput dari namanya kelalaian dan kesalahan, begitu pun dalam pengukuran. Jadi, ketika mengukur, jangan cuma sekali ya. Minimal itu harus 5 kali.
Karena dihitungnya 5 kali, maka nilai ketidakpastiannya pun jadi 5 ya kan? Nah, untuk mendapatkan nilai ketidakpastian pengukuran berulang, itu bisa menggunakan rumus persamaan standar deviasi berikut ini. Nah ya mungkin cukup sekian. Terima kasih telah menyimak video pembelajaran ini gak selesai.
Semoga bermanfaat kita semua. Jangan lupa like, komen, dan subscribe.