Transcript for:
Metode FIFO dalam Akuntansi Persediaan

Untuk nilai presiden akhir, harga pokok penjualan dan laba kotor menggunakan metode vivo perpetual. Jadi kalau di akuntansi itu, yang disebut dengan vivo adalah first in first out, atau barang yang pertama masuk dan yang pertama keluar. Di sini kita menggunakan... alat bantu, yaitu kartu persediaan dengan kolom-kolomnya, yang pertama ada kolom tanggal, kolom masuk kolom keluar, dan kolom saldo, yang masing-masing berisi kolom unit, harga satuan dan jumlah hidup oke langsung saja di transaksi yang pertama, ada saldo awal 300 unit harga satuannya 2000 kita masukkan di kolom tanggal tanggal 1, kita isi di kolom saldo karena dia saldo awal unitnya ada 300 harga satuannya 2000 jumlahnya kita kalikan unit dengan harga satuan jadi disini 600 ribu kalau sudah, kita beri garis dari ujung ke ujung karena transaksinya sudah selesai Oke, lalu yang selanjutnya Di tanggal 10 terjadi penjualan sebanyak 275 unit Nah, di sini harga satuan nya kan Rp. 3.000 Ini adalah harga satuan untuk menjual Bukan harga satuan untuk nilai persediaannya Jadi, kalau kita mau buat jurnalnya di tanggal 10 Februari jurnal penjual menggunakan metode perpetual berarti kita akan menghitung dua nilai yang pertama adalah nilai penjualannya yang kedua adalah nilai harga pokoknya disini yang pertama kita hitung dulu untuk nilai jualnya berarti 275 unit dikalikan Oke, 825 ribu, kita isi jurnalnya. Kita anggap ini transaksinya secara pernah ya, jadi disini cash pada penjualan. Oke, nilainya adalah 825 ribu. Nah, yang B-nya, kita kan mau hitung nilai persediaan. Hai oke nilai persediaan karena barang dagang yang berkurang maka persediaannya akan kita taruh di sebelah kredit dan ketika terjadi penjualan akan menambah harga hoax penjualan jadi sini jurnalnya adalah HPP atau harga penjualan pada persediaan nah, kita kan belum tahu nih nilainya berapa sih untuk harga pokoknya maka kita hitung di kartu persediaannya dulu di tanggal 10 oke, kita taruh di kolom keluar Yaitu 275 unit Harga satuannya adalah 2000 Kita jumlahkan 275 x 2000 Yaitu 550 ribu Nah, angka inilah yang akan Menjadi harga buku penjualan Kita pindahkan ke sini Di jurnalnya 550 ribu Oke Kita lihatkan lagi di kartu persediaannya. Di sini ada unit, sorry, di sini saldo-nya pertama punya 300, lalu kita jual 275. Berarti 300 dikurang 275, sisanya adalah 25 unit, harga satuannya 2.000, totalnya 50.000. Ini juga kita beri garis dari ujung ke ujung, karena transaksinya sudah selesai. Oke, kita lanjutkan ke tanggal 13. Di tanggal 13 terjadi pembelian sebanyak 250 unit dengan harga seharga Rp. 150.000. satuan 2050 unit. Nah, harganya ternyata mengalami kenaikan. Pertama kita punya saldo dengan harga satuannya 2000. Sekarang harga satuannya menjadi 2050. Sekarang bagaimana dampaknya? Kita isi dulu di kolom masuk 250 unit dengan harga satuannya 2050. Jumlah harganya kita hitung dulu, 250 dikali 2050. Jadi 512.500. Oke. Karena di sini terjadi perbedaan harga, maka kita turunkan dulu saldo yang sebelumnya, yaitu yang sebanyak 25 unit dengan harga satuannya Rp2.000, jumlah harganya Rp50.000. Jadi tidak boleh dicampur apabila terjadi perbedaan harga satuannya. maka penulisannya harus dipisah, tidak boleh digabung. Lalu kita masukkan yang 250 unit yang tadi baru dibeli. Dengan harga satuan 2050, disini jumlahnya 512.500. Kita jumlah menjadi 275 unit, harga satuannya kita strip saja. Disini total. harganya Rp562.500 oke, ini kita garis lagi karena transaksinya sudah selesai nah, jadi untuk yang Vivo ini, nanti pada saat terjadi penjualan kembali kita harus habiskan dulu Dulu saldo yang di atas, karena ini first in, jadi dia yang pertama masuk, dia juga yang harus pertama keluar. Nanti ketika terjadi kekurangan untuk pengambilan persediaannya, baru kita gunakan yang saldo di bawahnya. Selanjutnya di sini di tanggal 21 terjadi penjualan. sebanyak 110 unit oke, disini kita masukkan panel 21 unitnya kita masukkan di kolom keluar 110 unit, kita ambil dulu dari atas, 25 harga satuannya 2000 Kita habiskan dulu jadinya Ini totalnya 50 ribu Karena kita mau jual 110 Berarti kekurangannya adalah 85 unit Kita ambil dari Harga yang ada di bawahnya Yaitu 2050 kita nyukung lagi 85 dikali 2050 174.250 oke kita jumlahkan disini 110 unit harga satuannya seperti tadi kita strip saja jumlahkan ini jadi 224.250 nah, baru kita pindahkan saldonya, karena yang paling atas ini sudah habis, sisanya 250 kita ambil dengan 85 jadi si saldonya adalah 165 unit dengan harga satuannya 2050 Terima kasih. totalnya 338.250 ini kita garis lagi dari ujung ke ujung nah kita masukkan lagi jurnalnya untuk yang jurnal penjualan di tanggal 21 bulan 2 yang pertama kita masukkan dulu nilai jualnya kas pada penjualan Nah, ini baru kita pakai angka yang 3000, jadi 110 dikali 3000. Di sini berarti 330.000. Oke, untuk yang kedua, kita masukkan nilai persediaannya. HPP pada persediaan. Oke, angkanya dekat dari mana? Nah, angkanya kita gunakan yang ini, yang Rp224.250. Jadi total penjualan untuk yang 110 unit. Rp224.250. Oke, lalu yang terakhir, di tanggal 28 ada pembelian lagi sebanyak 350 unit. Kita masukkan di kolam masuk. Oke, harga satuannya ternyata berubah lagi menjadi Rp. 2.000. Kita isi di sini. Kita jumlahkan menjadi Rp. 700.000. Oke, di kolom saldo, karena ini harganya berbeda, sekali lagi kita turunkan yang harga sebelumnya, 165 unit, di sini Rp. 2.050. Rp. 375.000, Rp. 250.000. Dengan yang baru tadi, Rp. 350.000 unit, harganya Rp. 2.000. totalnya 700 ribu jadi persediaan akhir kita disini ada 515 unit dengan total harganya 1.038.250 Untuk menghitung persediaan akhir untuk metode VIVO ini, setiap terjadi penjualan, kita harus menghabiskan dulu saldo yang pertama kali keluar. Nanti apabila di kemudian hari atau di bulan berikutnya terjadi transaksi penjualan kembali, misalnya penjualannya ada 200 unit berarti kita habiskan dulu saldo yang ada di atas ini sebanyak 165 baru nanti kekurangannya yang 35 unit kita ambil dari yang di bawahnya seperti itu jadi disini bisa kita tuliskan nilai prosedur yang akhir 1 juta Rp38.250. Jadi sudah terlihat untuk nilai persediaan akhirnya. Kita akan menghitung berapa sih harga pokok penjualan dan laba pokok. Untuk menghitung harga kompor penjualan tadi kita sudah dapatkan angkanya Yang pertama di tanggal 10 HPP-nya Rp. 550.000 Dan yang di tanggal 21 HPP-nya Rp. 224.250 Berarti disini tinggal kita jumlahkan HPP nya sama dengan 800 eh sorry 550 ribu ditambah dengan ini 224.250 Jadi 774.250 ini adalah nilai HPP-nya. Sekarang kita ingin menghitung laba kotor. Kalau laba kotor itu berarti kita tinggal kurangkan saja antara jumlah penjualan dengan jumlah HPP. Karena penjualan itu kan sifatnya omset atau total keseluruhan dari nilai jualnya Sedangkan HPP ini adalah harga pokok modalnya Jadi kita ingin menjual barang ini modalnya berapa sih? Kita jumlahkan dulu disini Labah kotor Sama dengan penjualan Dikurang HPP Nah penjualannya kan tadi belum kita jual ya Jadi penjualannya 825.000 Ditambah dengan 325.000 Dikurangi HPP nya 774.295 disini 1 joklat Rp155.000 dikurangi Rp764.250 jadi Rp382.750 nah jadi bisa kita lihat untuk laba poter yang didapat oleh perusahaan adalah sebanyak Rp380.750 dari total omset sebanyak Rp1.155.000. Jadi apabila ingin menghitung yang pertama, Pertama, kita buat dulu kartu persediaannya. Di sini untuk memudahkan perhitungan nilai persediaan akhir, serta menghitung harga pokok penjualan yang timbul ketika terjadi penjualan di satu transaksi, atau di setiap tanggalnya, seperti ini. Jadi, kalau sudah dihitung, kita jurnal juga. Jurnalnya ada dua untuk metode yang perpetual. Jadi, yang pertama kita hitung dulu nilai jualnya, lalu nilai persediaannya. nilai jualnya sesuai dengan harga pelanggan penjualan, sedangkan nilai persediaannya harus kita hitung dulu, tergantung metode yang digunakan apa karena untuk persediaan sendiri kan ada metode vivo, ada metode livo dan ada metode rata-rata seperti itu, jadi semoga ilmunya membantu dan bermanfaat untuk semuanya, kalau misalnya ada ide lagi, mau materi apa lagi sih selanjutnya, yang ingin dijelaskan nanti boleh ditaruh di kolom komentar oke, sekian dulu, terima kasih