Transcript for:
Kunci Menjadi Pemilik Bisnis Sukses

Kalau mau jadi business owner, yang dilakukan setiap hari itu hanya dua. Sepanjang pengalaman saya dulu sebagai mentor, sekarang sebagai coach, business owner nggak akan kekurangan order. bisnis owner gak akan kekurangan customer nomor dua adalah bahwa customer membeli produk atau jasa dari bisnis ini bukan karena produknya, bukan karena jasanya tapi karena value-nya orang tidak begitu merasa penting alah lu ngomongin main saya maka kalau kita salah memilih customer ya kita gak akan financial freedom di bisnis kita banyak kemudian orang yang memikirkan branding gede-gedean ketika fundasinya belum siap itu yang gue barusan mau ngomong, lu pinter lu lu ngapain udah jadi coach Terus lu buka sekolah coach ngapain? Welcome to Big Thinkers Guys hari ini gue kedatangan temen gue Tapi selain temen gue dia sebelum jadi temen gue Dia adalah guru gue Dia adalah coach gue Dia adalah trainer yang juga sekaligus coach Jadi coach yang bisa ngetrain orang Orang jadi coach. Paham ya? Oke. Namanya bro Eri P. Ismali. Yes. Seorang Erickson Professional Coach. Founder dari Asia Coach Indonesia. Dan juga halocoach.id. Kenapa? Kenapa lo dateng kesini hari ini? Karena gue panggil. Yes. Tapi tepatnya bukan dipanggil. Tapi diundang secara hormat. Iya kan? Kalau dipanggil itu namanya panggilan. Oke teman-teman. Hari ini gue akan bahas. Sesuatu. Yang kesannya berat. Tapi yakin. You will learn something very valuable in this podcast today. Sebelumnya gue jelasin sedikit story-nya. Kenapa gue berguru sama beliau? Karena gue dulu tahun pandemi bingung gue mau ngapain. Jadi untuk meningkatkan kompetensi dan validasi diri dari pengalaman entrepreneurship, gue ikut training di Asia Coach Indonesia sebagai... Business Coach Business Coach Certified Certified Business Coach CBC Certified Professional Business Coach Certified Professional Coach sama Certified Business Coach Yang sampai hari ini Ijasannya belum keluar Karena yang penting ilmunya Bukan ijasannya Iya Nanti perlu dirilis Terus udah gitu Gue disuruh ngisi lagi acaranya dia Aduh kacau. Oke bro apa kabar? Sangat baik I'm so happy to see you I'm seeing you after 4 years 4 years ya? 4 years so much things have changed lo juga makin sejatera amin amin semakin sibuk juga semakin sibuk also teman-teman bisa lihat di tengah ada buku winning product roadmap adalah buku yang dirilis bulan April tahun ini. Dan cetakan pertama sudah habis. Lebih dari 20 ribuan piece kayaknya tuh. Jadi kalau teman-teman nanti mau beli, nanti ada di session kita akan bahas isi buku ini. Bro, tanpa basa-basi, gue akan tanya sesuatu yang penting. Dari pengalaman sekian lama menurut gue setiap orang tuh punya impian pengen jadi entrepreneur. Tapi gue singkatkan menjadi business owner. Setiap orang pasti mau mulai bisnis. orang pengen gak mau jadi karyawan betul kan? tunggu gue tanya dulu ya, betul gak? lo mau jadi karyawan gak? gak ya? jadi untuk jadi business owner kan banyak orang selalu bilang lo tuh jangan kebanyakan mikir jangan kebanyakan baca dulu almarhum Bob Sadino selalu bilang mulai dulu, jalani dulu jadi lo kalau kebanyakan pertimbangan lo gak jalan-jalan dan banyak sekali di luar sana menurut gue pedagang slash pengusaha itu jalan, bukan gak jalan tapi ada yang jalan sebentar terus pindah bisnis ada yang jalan tapi stagnan ada yang jalan terus kekencengan akhirnya tutup ada yang jalan tapi susah adaptasi macam-macam faktornya ya tapi yang jalan dan selalu bisa adaptasi dan selalu bisa tutup Tumbuh dalam berbagai macam kondisi. Yes. Itu adalah business owner yang coachable. Ya, betul. Atau business owner yang percaya coaching itu penting untuk timnya. Ya, betul juga. Setuju ya? Setuju banget. Nah, hari ini kita akan bahas dari kacamata Bro Eri. Business owner yang kemplit itu apa? Oke, good. Wow, ini pertanyaan pertama tapi udah serius banget nih bro. Tapi sebelum jawab itu boleh dong gue juga nyampein betapa gue bahagia hari ini. Karena bisa ketemu dengan Brunil. Ini salah satu tokoh juga yang saya kagumi. Even jauh sebelum itu ya. Itu pengen banget udah ketemu sama Brunil. Dan Alhamdulillah hari ini gue dipertemukan. temukan hari ini dan gue thank you banget thank you banget udah diundang ke podcast yang keren ini jadi sekarang udah boleh jawab ya nah jadi karena kebetulan aku tuh cukup ini ya sukanya tuh berpikir saya juga melabeli strategic thinker kurang lebih kayak begitu sesuai nih sama podcast ini big thinker lalu gue strategi Tejik Tinger Jadi saya kemudian membuat Formula kira-kira begitu Gimana sih caranya orang Supaya bisa jadi benar-benar seorang business owner Maka menurut saya itu Ada tiga Pertama adalah dia punya visi Visi adalah sesuatu Yang mau dia capai 5 atau 10 tahun ke depan Dan inilah yang membedakan Apakah dia business owner atau pedagang Karena sebagai pedagang Sebagai trader mungkin dia gak Mencapai Berpikir 5-10 tahun bakal kayak apa Yang penting Ya gue cuan hari ini So sebagai business owner Nomor satu itu dia harus punya visi Ya bahkan kalau kita baca Bukunya Stephen R. Covey Misalkan Begin with the end of mind Sama Maka sebenarnya visi kita Kenapa kita mau jadi seorang business owner Nah kabar baiknya adalah Visi ini Hanya kita pikirkan Satu kali dalam lima tahun, satu kali dalam sepuluh tahun. Oke, itu kabar baiknya? Kabar baiknya. Oke. Nah, sekarang kabar sangat baiknya adalah, jadi ada kabar baik sama kabar sangat baiknya. Kabar sangat baiknya adalah, maka yang dua lagi. Yang dua lagi adalah kalau mau jadi business owner, yang dilakukan setiap hari itu hanya dua. Nomor, namanya dua P. Nomor satu people, nomor dua namanya proses. Jadi setiap hari business owner. owner ngapain? ngerjain people, people itu fokusnya ke development mengembangkan orang-orang terbaik di bisnisnya dia, mulai dari tim, mulai dari dirinya sendiri, mulai dari partner sampai kepada customer, itu orang semua tuh, people nah yang kedua adalah bisnis proses maka bagaimana supaya bisa membangun bisnis proses yang baik mengoptimasi bisnis proses yang baik sehingga performance kinerjanya baik bagus sehingga resultnya apakah itu dalam bentuk omset, apakah itu dalam bentuk profit apakah itu dalam bentuk jumlah cabang, jumlah store jumlah pabrik, jumlah distributor itu semakin banyak jadi kalau mau jadi business owner ada tiga nomor satu visi hanya dibuat satu kali dalam lima tahun satu kali dalam sepuluh tahun setiap hari ngapain? hanya melakukan dua P satu people development, yang kedua adalah pembinaan performance bisnis proses meningkatkan performance melalui prosesnya mempertajam prosesnya terus ya sorry kepanjangan gak gue gue bingungnya gini lu ngomong orang tuh bikin visi cukup sekali gue dateng dari aliran visi itu ini mungkin agak sedikit kita berdiskusi ya pak gue percaya gue itu tipe yang berdiskusi Udah lu kalau gak ngerti gimana cara desain visi. Lu fokus ke goal dulu. Gue tipe yang begitu. Karena gue percaya visi itu bisa extended. Visi bisa, I don't know. I'm right or wrong, I don't know ya coach. But I believe visi itu bisa kayak terus. Misalnya visi 5 tahun ke depan adalah punya 500 cabang. Misalnya. Tau-tau pas udah tahun keempat berubah tuh. Pengen punya 1000 cabang. Jadi visi itu extended. It's not fixed. It's always extended. Iya. Jadi it can go up, down, left, right. Iya. Gitu kan. Sampai situ gue bener gak sih? Maksudnya ada poin itu atau visi itu baku? Ya, itu ada benernya. Jadi yang penting tuh yang mana yang lebih applied buat dia. Oke, jadi kuncinya bermanfaat gak buat lu? Ya, sebenernya message. adalah kenapa punya visi kenapa punya goal adalah supaya bisa stretching pikirannya dia sih jadi goal itu kan bicara 1 tahun kalau visi bicara 5 sampai 10 tahun jadi mana yang bisa Upload untuk dia pada waktu itu Oke gue bisanya goal dulu Yes that's fine Karena ada orang yang gak bisa liat jangka panjang Betul Maka kadang-kadang kita perlu Dengan pendekatan coaching itu Biasanya kita stretching Jadi itulah meningkatkan kemampuan yang tadinya Lu gak bisa liat jangka panjang Dengan pendekatan coaching Lu bisa di design Agar bisa memiliki visi Karena orang akan Berpikir berbeda Ketika dia pun punya time frame satu tahun dengan punya time frame yang sepuluh tahun cara berpikirnya akan berbeda Coach, kita masih dalam diskusi visi era ini kan sedang berubah ya, ada era 20 years ago, perusahaan-perusahaan yang blue chip company mereka semua survive 30, 40, 50 years, setuju ya because they have vision ya betul tapi banyak juga those companies are collapsing ya betul, atau shaking ya betul Dengan era sekarang Apakah masih relevan memiliki visi 5-10 tahun Atau enggak Dengan kecepatan yang sekarang Oke ada dua nih yang aku mau respon Yang pertama adalah Visi itu sangat-sangat relevan Maka dulu-dulu Sebelum terjadi pandemi Sebelum terjadi disruption yang luar biasa Saya selalu mengatakan namanya visi itu adalah 10 tahun Selalu ngomongnya 10 tahun 10 tahun. Selalu 10 tahun. Selalu 10 tahun. Kemudian sekarang terjadi disruption yang luar biasa karena pandemi, karena digital, karena war, sekarang ada perang dan sebagainya. Kemudian hari ini saya ngomongnya 5 atau 10 tahun. Oke. Maksudnya itu namanya vision memang kemudian agak mendekat. Karena memang perubahannya sekarang itu bukan evolusi, bukan revolusi. Lebih cepat dari itu. Oke. Sehingga visi itu dulunya 10 tahun. Maka perlu direview menjadi 5 tahun Nah itu Terus yang kedua nih Kenapa sih perusahaan-perusahaan yang Gede-gede itu Kok bisa sampai collapse Nah kalau kita ngomongin Ini kita walaupun Belum masuk ya tapi aku coba masuk ya Kalau kita ngomongin pakai Growth business model jawabannya ada disitu Oke Jawabannya ada di growth business model Yang akan kita bahas Sekarang kita mau ngebahas membahas tentang people. People itu faktornya bukan dari development dulu. Pertama adalah how do you know that you are hiring the right people? Good. Oke. Saya punya formula namanya 3C. Gue suka nih. Ini adalah sesi formula guys. Iya. semua nih formula-formula gue spesial jadi yang betul banget setuju banget yang Brunil sampaikan bukan tentang development fase yang paling penting di dalam people adalah recruitment Jadi rekrutmen itu penting banget Bahkan Begitu pentingnya Maka sebaiknya sebagai seorang business owner Founder itu dia harus Terjun langsung Ketemu sama Jadi jangan nyerahin ke HRD Jangan hanya nyerahin ke HRD Karena orang yang kita rekrut Akan hidup bersama kita 5 tahun 10 tahun Dan kita gaji terus Maka rekrutmen itu menjadi penting Nah sekarang formulanya apa pada waktu rekrutmen Saya menyebutnya dengan 3 C. Nomor 1, rekrut nomor 1 karena C yang pertama yaitu karakter. Nah ini, oke. Karakter. Nomor 1, rekrut karena karakter. Nah karakter itu merifer ke soft skill. Soft skill itu bicara tentang ya disiplin, bagaimana berkomunikasi, bagaimana melayani dan... bagaimana membangun teamwork, dan sebagainya. Itu bagian dari karakter. Itu bagian dari karakter. Jadi nomor satu. Nomor dua baru kita lihat kompetensi. C yang kedua. C yang kedua kompetensi merifer kepada hard skill. Oh dia jago digital. Oh dia jago marketing. Oh dia jago finance, oh dia jago operation gitu. Nah seringkali pada waktu kita melakukan recruitment itu dibalik. Oh makanya dari awal terkesima akhirnya trauma. Benar banget tuh terkesima akhirnya trauma. Ini seringkali dibalik. Eh dia punya pengalaman loh, eh dia lulusan ini loh, eh dia bisa ini bisa itu. Padahal. Kita itu hire for character, train for skill. Oke, hire for character, train for skill. Jadi karakter dulu nomor satu, baru ngomongin kompetensi. Oke. Jadi kalau karakternya yodo gak bagus, kita gak usah ngomong kompetensi lagi, udah. Bye-bye. Bye-bye gak bisa. Kalau karakternya bagus, baru kita ngomong kompetensi. Itu yang banyak orang bilang, termasuk gue dulu pernah masuk dalam kata-kata. yang mungkin similar buat teman-teman bisa paham it's not how smart is your employee but does he have a good attitude or not itu masuk di bagian character yes good jadi karakter dulu baru nomor 2 kompetensi, nah sekarang karakternya bagus kompetensinya bagus, apakah ini udah cukup, ternyata belum ada C yang ketiga dia mesti culture fit culture fit, culture fit ini artinya dia mesti ngeblend dengan tim yang sekarang bisa jadi dia karakternya bagus kompetensinya juga bagus, karena dia dulu pernah kerja disini-sini, dia punya kemauan ini, eh tapi gak bisa teamwork tapi gak bisa ngeblend dia gak cocok dengan culture yang dibangun oleh business owner merasa dirinya paling keren sendiri jadi gak bisa kalau gak 3C jadi bukan fit and proper test tapi cancer fit betul kalau ngomongin people itu 3C sekarang kita ngomongin people kita hiringnya udah tepat who designs the process Nah sebaiknya business owner itu yang ikut atau setidaknya meng-approve. Oke. Ya, bahkan saya selalu mengatakan kepada business owner, departemen terakhir, divisi terakhir yang Anda lepas, itu justru HR. Jadi mungkin oh operation dulu dikasih ke orang, atau marketing sales, atau finance bahkan. Oh oke gue ngerti. Berarti maksud lo semua departemen yang tadinya lo look into, Yes. Lo lepas-lepasin lo mulai delegasiin Lo delegasiin Tapi departemen yang paling terakhir Berarti yang bener-bener lo pegang terus Adalah HR Adalah HR Jadi lo temenin si HR Yang lain lo bisa delegasikan Ini pintu masuk ini Bener kan? Pintu masuk pintu meteran Maka saya sering mengatakan bahwa Higher slow Fire fast Higher slow fire Firefast. I like that. Jadi kalau kita merekrut orang. Dan belum ketemu 3C yang bagus. Maka yaudah gak usah diambil. Sampai ketemu yang bagus. Ada orang selalu bilang. Business owner itu. Kalau sibuk mikirin yang di hire. Terus sibuk mikirin proses. Ngapain. Maksudnya gini. Kalau gue yang ngurusin itu. Terus ngapain gue bayar gaji mahal-mahal. Kan ada tuh perspektif. perspektif itu. Kedua, ada juga dilema. Kadang orang merasa gue kalau menghias orang yang lebih pintar dari gue, gue yang disikat. Hmm, oke. Ada gak? Masuk akal gak itu? Iya banyak, banyak. Banyak? Banyak. Nah gimana caranya lo seorang coach menanamkan satu konsep ke gue seorang business owner that you harusnya hire orang yang jauh lebih smart dari you. Yes. Gimana caranya? Maka lagi-lagi tuh ngomongin tentang visi. Oh. Ngomongin tentang time frame. Oke baru bisa. Iya. Oke. 10 tahun mau kayak apa? Anda punya 100 cabang misalkan. Bisa gak Anda megangin sendiri? Butuh orang-orang yang lebih jago, lebih pinter. Dia belajar sendiri tentang retail itu apa. Dia belajar sendiri tentang warehousing itu apa. Takes time. Lebih cepat hire. Lebih cepat hire yang udah ready ya. Ya udah ready yang lebih pinter. Justru business owner yang sebenarnya. Bahkan tadi tuh Kalau kita ngomong tiga tadi ya Sebagai business owner mastery Maka ada tiga, nomor satu adalah visi Nomor dua adalah people development Nomor tiga adalah Business process untuk meningkatkan performance Maka dia harus Paham namanya seven ways to grow the business Seven ways to grow the business Ada tujuh cara Untuk menumbuhkan sebuah business Itu harus hatam, dia harus hafal Betul-betul, cukup dia paham Itu aja dia gak harus expert di bidang apapun, tapi 7 ways to grow the business itu wajib Ini yang pada mau dengerin 7 ways to grow the business Vote di bawah ini ya Nanti baru di spill Kalau banyak yang mau baru kita buka ya Oke Sekarang gue mau ngomongin proses Proses formulanya apa? Nah proses itu yang itu. Seven ways to grow the business itu. Bagian dari? Bagian dari. Formula? Formula itu. Oke. Berarti mau gak mau gue akan spill. Mau gak mau. Oke bro. Bisnis itu ada macem-macem. Tapi gue suka kata-katanya Jeff Bezos. Dia itu fokusnya ke customer. Customer centric. Yes betul. Iya kan? Ada lagi innovation centric. Bener kan? Ada tipe-tipenya. Innovation center. Customer centric Apalagi itu centric centric yang lain apa tuh Ya Mungkin service Nah aku setuju yang Jeff Bezos Customer centric Aliran Jeff Bezos Makanya di growth business model Itu yang core of the core Daripada sebuah bisnis adalah customer focus Aku nyebutnya customer focus Bukan customer centric Customer focus Oke let's talk about that Ya Gimana seorang business owner bisa memiliki mindset untuk fokus on customer. Sedangkan dirinya kadang-kadang selalu punya belief. Customer is never loyal lah. Customer is never going to be yours. Ya kan? Macem-macem kan? Ini khusus dibuat hari ini ya. Buat podcast ini. Aku coba ngasih jawaban yang... Agak-agak ekstrim Agak-agak Ugal-ugalat dalam konteks Business owner Sekarang begini Kenapa orang mau jadi business owner Itu alasan Dari sekian banyak business owner yang Aku temuin itu alasannya cuman dua Nomor satu adalah Dia pengen punya financial freedom Oke Dan yang kedua dia pengen punya time freedom Cuman itu aja Kalau dia bilang ya saya pengen bermanfaat Untuk orang banyak ya itu Itu mulia sekali. Pasar aja. Pasar aja. Itu beo-beo. Diulang-ulang. Diulang-ulang. Tanpa memahami makna. Yes. Tapi the real itu dia mau kaya dan raya. Pengen financial freedom. Dan dia pengen time freedom. Nah sekarang. Kalau kaya itu financial freedom. Kaya raya. Time and money freedom. Yes. Wow keren banget. Iya kan? Nah sekarang bagaimana cara financial freedom. Kalau kita sebagai business owner. Cara. Caranya gampang. Pilihlah customer yang benar. Maka itulah customer fokus. Oke pilih customer yang benar. Jadi yang bikin kaya kita. Itu adalah customer. Maka kalau kita salah memilih customer. Ya kita gak akan financial freedom di bisnis kita. Kita suffering dengan customer Tapi kalau kita memilih Customer yang betul Yang tepat maka ini bisa Membawa kita ke financial freedom Nah yang kedua time freedom Adalah cara memilih Team yang betul Yang bisa membuat time freedom Itu adalah tim Makanya ada yang namanya Bisnis autopilot Sebenarnya bukan autopilot sih Tapi sistem yang sudah berjalan Dengan regulation yang tepat Dengan orang-orang yang tepat Menarik Menarik perhatian saya Oke Gimana Cara seorang business owner. Oke kriteria memilih customer yang tepat. Nah kriteria memilih customer yang tepat. Nah ini menarik ya. Jadi kriteria memilih customer yang tepat itu ukurannya bukan di customer tapi ukurannya di kita. Oke. Nah ini saya senang banget kalau Brunel ini selalu bicara tentang mindset-mindset. Seringkali business owner itu mindsetnya salah. Dia selalu memikirkan bahwa customer... Yang pilih saya sehingga dia begging-begging Ke customer dan sebagainya Mindsetnya mesti dibalik Coba-coba diulang-diulang Barusan ini menarik Gue suka bagian Brownil nih keren Sebenernya gue belajar banget Dari Brownil nih ya Tentang mindset yang Baik dan benar ya Kadang-kadang yang benar tuh mesti yang agak-agak Wild Liar ya Jadi seringkali pebisnis tuh merasa Bahwa cara dia memilih customer Ada adalah siapa sih customer yang milih? Oh jadi kita yang dipilih oleh customer. Kita yang dipilih oleh customer. Bukan kita yang memilih. Bukan kita yang memilih. Itu yang kebalik. Nah customer focus adalah kita yang memilih. Saya mau melayani segmen customer mana? Yang menengah ke atas atau menengah ke bawah? Itu by design. Kita yang milih. Kita yang milih. Nah kalau kita ngomong bagaimana cara memilih customer focus, customer focus, Ini rumusnya juga 3C juga nih kebetulan. Dari tadi 3C terus ya. Cuan, cuan, cuan. Cuan, cuan, cuan. Jadi nomor satu ini pasti orang banyak udah tau ya. Jadi kita menentukan customer segment. Ya customer segment dibagi lagi kan. Ada demografi, ada psikografi, dan ada behavior. Itu C yang pertama yaitu customer segment. C yang kedua adalah customer profile Maka dari customer segment itu Cari 10 top 10 customer Anda Yang betul-betul Anda mau bidik Sesuai dengan demografi Psikografi dan biaya Itu C yang kedua customer profile Profile itu lebih ke persona ya bro? Lebih ke persona. Tapi personanya itu dapet dari mana? Dari top ten. Siapa top ten customer kita. Nah yang ketiga ini yang jarang diungkit. Yang jarang dieksplor oleh siapapun lah. Hanya ada di podcast ini. C yang ketiga adalah. Bahwa validasi customer focus kita udah bener atau tidak. Itu mesti divalidasi oleh C yang ketiga yaitu community. Community. community. Oke, sebentar. Paham kan? Oke, lanjut. Community. Jadi kalau bisnisnya udah lebih dari setahun, maka produk atau jasa kita itu mesti divalidasi oleh 50 community. Dan kalau sebuah bisnis sudah divalidasi, sudah pernah engage dalam bentuk apapun dengan 50 community ini, sepanjang pengalaman saya dulu sebagai mentor, sekarang sebagai coach, harus Business owner gak akan kekurangan order, business owner gak akan kekurangan customer. Selama bisnisnya sudah divalidasi oleh 50 community ini. Sudah engage dengan 50 komunitas. Jadi minimum 50 is the number ya? Yes. Can you penetrate gitu? Lu bisa penetrate gak ke 50 itu? Yes. Jadi aku suka bikin metafornya begini, Brunel. Jadi customer segment itu seperti gaya Rambo ya. Teman-teman tau gak gaya Rambo ya? Film Rambo. Rembo ya. Nah yang tau berarti usianya gak jauh sama gue. Ya lo jembat. Karena ada-ada sekarang belum tentu tau ya. Jadi Rembo itu nembak banyak kenaknya dikit. Itulah customer segment. Oke. Nembak banyak kenaknya dikit. Kenaknya dikit. Itulah customer segment. Tapi harus kita punya ya. Harus. Yang kedua adalah customer profile. Customer profile ini seperti sniper. Nembak satu, kena satu. Karena orang-orang dengan customer ... dengan profile, dengan persona yang sama udah pasti kemungkinan mau transaksi sama kita nah yang ketiga ini community community itu nembak satu kena banyak ini yang beda, nembak satu kena banyak ini yang dicari-cari orang tapi gak tau skillnya makanya coaching sama dia thank you itu aja kadang-kadang dikasih fun work begitu udah wah pasang wind winning ads nya sekali, kena nya langsung closing nya 2000 customer. Nah itu ya kan? Mantap tuh. Mantap, mantap, mantap. Jadi bro, satu hal yang gue selalu suka dari lo, kalo lagi coaching, lo serius banget. Tapi kehidupan lo santai banget. Jadi gue selalu menganggap prinsipal dia, be serious in doing your business, but take life easy. Matap. Itu adalah satu prinsip yang banyak orang suka kebalik. Take life seriously and take business easily. Nah itu. Iya, iya, iya. Kacau. Bro, kembali ke business. Bisnis itu kan ada tahapannya bro Iya betul betul Dimana-mana kalo orang bilang, eh kalo mau bangun bisnis kuatin dulu fondasinya Yes Definisi fondasi bisnis itu apa aja? Oke, good. Thank you. Jadi fondasi bisnis itu kalau di framework kita namanya group business model maka ada tiga tuh. Nomor satu yang tadi kita udah bahas yaitu customer focus. Apa tanda-tandanya kalau kita udah customer focus kita sudah punya 3C itu? Kalau sudah maka kita bisa masuk ke yang nomor dua. Nomor dua apa? Baru bicara produk. Maka di nomor dua kita nyebutnya win. Winning product value. Winning product value. Apa itu winning product value? Apa tanda-tandanya? Kalau sebuah bisnis sudah punya winning product value. Tanda-tandanya ada dua. Nomor satu adalah dia punya winning product. Dia punya product best seller. Dia punya product market fit. Apa tanda-tandanya? Biasanya itu paretonya jalan. Pareto jalan adalah ketika 20% dari Range produk Atau jasanya dia Itu menyumbang 80% omset Maka itu winning product Dia punya produk best seller Itu nomor satu Nomor dua adalah bahwa Customer membeli produk atau jasa Dari bisnis ini Bukan karena produknya bukan karena jasanya Tapi karena value nya Oke Jadi dia tuh bilang mau mahal kayak apa Gue pokoknya udah trust trust, I like the way they handle things yes, saya gak beli handphone tapi saya mau beli status sosial saya misalkan, itu juga masuk ke branding salah satu, yes, it's part of branding part of branding, bisa part of branding, part of service, ya kan macam-macam, tapi itu secara sadar value itu di create, by design bahwa saya mau jualan value ini jangan pernah jualan baju, jangan pernah jualan kopi, jangan pernah jualan training, tapi yang dijual adalah value oke Jadi kita udah yang dua nih Udah customer focus Lalu winning product value Nah yang nomor tiga Nomor tiga adalah kita sebutnya business excellence Nah business excellence ini adalah Tanda-tandanya kalau business kita sudah excellence Itu adalah Operasionalnya Sudah dilakukan secara excellent Prima Artinya gak ada komplain Komplain ini datangnya dari external customer Real customer Juga Juga datangnya dari internal customer. Internal customer itu antar divisi. Jadi nomor satu external customer. Nomor dua internal customer. Jangan sampai divisi marketing komplain ke orang operation. Orang operation komplain ke orang finance. Lu gimana sih kerjanya gini-gini? Bikin lelet aja lu gini-gini. Nah itu udah kacau tuh ya. Itu udah bukan business excellence ya. Itu belum bukan business excellence. Nah pertanyaannya adalah gimana caranya supaya punya business excellence. Maka caranya ada tiga. Nomor satu adalah menentukan. Menentukan satu core business. Anda mau bisnis distribusi? Anda mau bisnis komoditi? Anda mau bisnis produk brand? Apakah Anda mau bisnis store brand? Atau Anda mau bisnis innovation? Hari ini banyak bisnis innovation. Atau yang mana? Cukup satu saja. Satu, pilih dua kompetensi. Apa dua kompetensi yang mendukung satu core business ini? Oke. Nah ini agak teknikal, agak dalam. Yang tiga adalah, apa tiga? Tiga bisnis proses excellence. Jadi dengan satu core business. Dengan dua kompetensi ini. Maka apa tiga bisnis proses excellence. Artinya begini. Operasional bisnis ini. Kan banyak ya. Mulai dari customer datang. Lalu customer ditawarin. Lalu customer beli. Lalu customer dibikinin produknya. Lalu produknya dideliver. Maka setiap bisnis proses ini. Mana tiga yang akan diekselenkan. Oke. Mana yang kita punya competitive advantage. Yes. Yang kompetitor itu gak sebagus kita. Karena memang kita udah menguasai. Karena kita paling menguasai di tiga itu. Jadi gak gampang diduplikat. Jadi gak gampang diduplikat. Oke. Dan jangan pernah pengen bagus di semua bisnis proses. Semua area. Cukup tiga. Cukup tiga. Itu yang disebut dengan bisnis ekselen 1, 2, 3. Satu core bisnis, dua kompetensi, dan tiga bisnis proses ekselen. Kasih gue contoh real. Maksudnya biar teman-teman yang lagi nonton Itu bisa dapet, misalnya kalau kita ngomongin Coffee shop, misalnya, contohnya gitu aja Oke, contohnya misalkan Atau terserah, apa aja Oke, boleh, contohnya misalkan coffee shop Yang paling Yang bisa relate Yang bisa relate ya buat teman-teman Coffee shop itu Core business anda apa nih? Kalau coffee shop itu berarti core businessnya adalah Store brand Dia adalah mendistribusikan Produk atau jasa ini Ya Berarti dia adalah store brand Yang di branding adalah Store nya Maka ada brand coffee shop macam-macam Yang kedua adalah Apa dua kompetensi Yang bisa menunjang store brand ini Misalkan kalau Sekarang itu ya misalkan Dari teknologinya Atau dari pemilihan Kopinya atau dari Proses atau dari Membangun ambience di store nya Kopinya sih Biasa-biasa aja Tapi dia sadar bahwa Dia mau bangun ambience Di store nya ini bagus Dia mau jadikan, dia mau bilang bahwa saya gak jualan kopi, saya jualan rumah kedua, eh bahkan rumah ketiga. Karena ada rumah, ada kantor, dan rumah ketiganya harus cafe shop ini. Nah itulah yang kita sebut. Maka apa bisnis proses excellence supaya rumah ketiga ini jadi? Oh berarti interiornya itu mesti habis-habisan. Mesti di research. Orang itu suka duduknya itu tinggi bangkunya itu setinggi apa? Senyaman apa sih? Senyaman apa? Keempukan sofanya. Terus ini mejanya itu harus setinggi. Setinggi apa. Terbuat dari apa. Sampai segitu. Sedetail itu. Karena itu baru namanya excellence. Itu namanya excellence. Dan kita bisa kalah kopinya. Memang kopi kita bukan kopi yang paling enak. Memang kita gak jualan kopi. Karena kita lagi jualan experience. Kita lagi jualan feeling. Feel comfortable. Feel good. Jadi itu. Nah ada juga yang cafe shop. Oh saya jualan kopi. Kopinya. Jadi dicari orang Kopinya enak Maka tau gak kopi saya ini Langsung dari petani Misalkan Kopi saya ini kita nanam sendiri Ya dia bisnis proses excellentnya Jadi kalau kita mundur ke era belakang Biar teman-teman yang nonton ini bisa agak relate Kalau opsi yang tadi yang pertama Option pertama itu yang kita ngomong ambiens itu Jaman dulu itu dicetuskan oleh Starbucks Iya kan Rumah ketiga Terus di Indonesia local brand Yang mencetuskan kopi paling enak Local brand Sekarang udah banyak Tapi sekian tahun yang lalu itu salah satunya Tuku Itu sampai hari ini tuh Antriannya dia gak terlalu banyak Tapi antriannya gila Karena memang dia fokusnya di kopinya Kopinya Nah sekarang ada yang baru yang lagi rame itu Keluar di teknologinya Keluar di teknologinya Dia jualan teknologinya Gila baru bahas fondasi aja Kepala lu bisa peang Nah kabar baiknya begini Brunel Bahwa Kalau kita semakin kuat fondasi bisnisnya Tiga itu kita kuat Itu semakin tinggi Bangunan bisnis yang akan kita buat Yes makanya kita punya Long lasting and sustainable business Iya Kalau fondasinya kuat Banyak pebisnis yang Gak sabar Maunya scale up Maunya growth Apa yang terjadi Bisa growth Masuk Tapi yang di scale up berikut dengan komplainya. Berikut dengan masalah-masalahnya. Ini sering banget. Paketan ya? Paketan. Paket komplainya. Paket komplainya. Omsetnya naik, profitnya naik, timnya naik, problemnya juga naik. Ini banyak banget ya klien ngomongnya kayak begini, Brunel. Coach kenapa ya? Dulu coach saya mulai bisnis, omset saya itu cuma 100 juta sebulan. Dan saya bisa tidur nyenyak, cash saya banyak. Dan saya merasa... merasa punya waktu banyak, cash juga banyak. Sekarang coach, omset saya sudah 10M sebulan. Itu ribuan kali lipat. Tapi sekarang, saya lebih gak punya waktu. Cash juga kadang-kadang shortage dan sebagainya. Cash puluhnya kacau. Karena fondasinya gak kuat, yang di scale up berikut dengan masalahnya. Jadi lu scale up semuanya. Scale up semuanya. Lu scale up masalahnya, lu scale up kacauannya, lu scale up confusionnya. Jadi lu scale up wrong. hiring, wrong processing iya kan? maka fondasi itu semakin kuat, semakin bagus, semakin kuat fondasinya semakin tinggi bangunan bisnis yang kita bisa buat tapi konteks yang lu lagi bicara ini keren sih, karena gue ngeliat konteks yang lu bicara ini bener-bener konteksnya itu konteks ngebangun bisnis yang highly sustainable menurut gue karena pengalaman gue di dunia tech startup konsep ini sulit diadopsi karena di tech startup itu it's about ideation into product market fit into market domination jadi kayak bener-bener you scale your user so Scale your attraction, scale your revenue. Bahkan gak ngomongin profit loh bro. Iya, yang dikejar growth. Iya, yang dikejar growth. Betul, betul. Nah ini hari ini kita akan bahas the growth business model, seven ways growth business model yang beda banget. Ini yang the real, real foundation of business yang memang bisa sustain. Jadi kita balik, mungkin pembahasan kita hari ini adalah Bagaimana membangun bisnis yang berkembang, bisnis yang beruntung, yang bisa dikalkan. Oke, bagus. Betul gak? Wah keren banget tuh. Iya kan? Itu pertanyaannya borogan juga, jawabannya gak gampang gitu. Luar biasa ini pertanyaannya. Oke, dari foundation. Tadi udah ngomongin foundation Udah beres nih foundation Kita sekarang masuk ke Scale up Scale up Karena begitu foundationnya udah jadi Berarti udah beres dong Udah beres Berarti foundation udah jadi Omset udah tembus nih 1 miliar nih Sekarang gue mau scale up nih ke 10M nih Yes Oke Maka ada 4 aspek Ada 4 aspek 4 aspek Nomor 1 adalah Yang diperkuat adalah customer engagement Customer engagement Kita menambah jumlah customer Bagaimana cara menambah jumlah customer Ada 3 cara Nomor 1 Nomor 2 nomor 2 namanya branding, nomor 2 namanya promotion, nomor 3 namanya service experience. Dengan melakukan 3 hal ini, maka wah itu nambah customernya banyak. Kita nguatin branding nomor 1 misalkan. Wah itu bisa scalable-nya bisa luar biasa. Nah izin nih saya balik lagi ke foundation. Banyak kemudian orang yang memikirkan branding gede-gedean ketika fundasinya belum siap. Itu yang gue perusahaan mau ngomong, lu pinter lu. Karena dimana-mana selalu orang Lu kalau udah mau buka bisnis tuh Lu udah excited untuk show to the world I am powerful, I am solid, I am big Come to me Betul Nah ini mesti sabar Jadi fondasinya kuat dulu Baru customer engagement Nambahin customer, gimana caranya? Pake branding, gimana caranya? Pake promotion, gimana caranya? Pake service experience Begitu customer-nya sudah banyak Maka kita Pindah ke yang kedua. Yang kedua adalah ngebangun sales funnel. Jadi saluran penjualannya dibanyakin. Orang mau beli online bisa, mau offline bisa, mau omni bisa, mau cara lewat reseller, mau lewat distributor, mau cara apapun. Semua cara pokoknya diinsiapkan. Bisa. Jadi membangun sales funnel generator. Nah ketika sampai di tahapan ini salesnya gede banget. Kalau yang tadi customer engagement, nambahin customer. Kalau di... di point of sales yang kita tambahin adalah salesnya oke, customer-nya udah banyak sales-nya udah banyak, kita masuk yang ketiga, baru ngomongin profit formula oke jadi profit itu dilihatnya di tahap growth, di tahap stay, makanya orang banyak collapse, oh sekarang gue ngerti, kenapa formulasi bisnis itu the first five years is the most challenging yes, betul because lu ngap-ngapnya disitu tuh do or die-nya disitu iya, but Dan orang banyak gak fokus ke foundationnya. Jadi kalau lu bisa kuasain foundation dalam 1-2 tahun atau 3 tahun. Dan lu bisa mulai scale atau growth. Jadi 3 plus 2 lah ya. 3 plus 2. Itu lu udah termasuk orang yang di jalur yang bisa ready to sustain. Betul. Betul banget. Betul. Nah jadi profitnya udah banyak nih. Nah profit itu kita mulai dari recording. Reporting. Reporting ya recording pencatatan Reporting pelaporan Kemudian cash flow Controlling dan sebagainya ya Nah lalu yang keempat tahapan Akhir baru ngomongin people driven People driven Sekarang orang sibuknya Technology driven Ya itu enabler Enabler Nah di people driven Itu baru Kita membangun Menyiapkan orang-orang orang terbaik, mulai hire orang-orang pinter. Mulai berani bayar gaji gede. Mulai berani bayar gaji gede. Nah pertanyaannya, apakah gak boleh bangun people dari awal? Oh semua harus dilakukan dari awal. Tapi ini bicara priority. Maka sebelum sampai ke people driven, by the way kalau di growth business model people driven itu ada di tahapan ke-7 tadi. Nah, profit di 6, kemudian sales itu di 5, dan customer engagement. di 4. Maka sebelum people driven, maka dibutuhkan leadership yang kuat. Jadi seorang business owner pada waktu sebelum sampai ke people driven memang tangannya masih harus kotor memang masih keringetan memang masih kerja 20 jam sehari 7 hari dalam seminggu, memang supaya bisnis ini punya warnanya si business owner. Itulah bro, makanya guys kalau jadi business owner jangan mimpi baru mulai langsung autopilot. Langsung autopilot, langsung jalan-jalan. Bisnisnya jalan, ownernya jalan-jalan, hilang dua-duanya. Gak ngikutin dahaban-dahaban itu Nah kalau 4 itu Scale up nya di 4 Jadi yang kita scale up apa? Nomor 1 customer kita Yang kedua adalah sales kita Yang ketiga adalah profit kita Yang keempat adalah Orangnya. Orangnya. Nah itu. Oke. Nah ini udah ngebahas growth. Thank you bro. Ini udah mulai paham. Itu tadi udah dapet 4 poin. Nah setelah scale up. Kan kalau di dunia metrik bisnis itu kan ada yang namanya bisnis kalau udah di titik tertentu dia namanya maturing. Iya. Iya kan? Iya. Nah abis growth dan scale up tuh masuk ke level apa lagi tuh? Nah namanya adalah sustainable growth. Sustainable growth. Iya. Bagaimana tumbuh. Bisnis ini gak tumbuh hanya satu tahun ini. Ini. Bisnis ini gak hanya tumbuh 2 tahun ini, tapi bisnis ini bisa tumbuh bertahun-tahun. Bisa 50, bisa 50 years, bisa 100 years. Jadi bisa bertumbuh setiap tahun, bahkan ketika ekonomi lagi susah sekalipun. Nah, bagaimana caranya baru bangun sistem automation? Wih, kebalik nih semua yang diajarin oleh orang, makanya ini kebalik nih. Yes, banyak orang pinter ya, orang pinter pasti bilang begini, Anda kalau bangun bisnis, Anda harus... Bangun sistem Sistem dibangun itu terakhir Ini bicara prioriti ya Dari awal kita harus bangun bisnis Tapi prioritinya Work on the system boleh Tapi bener-bener focus on the system di akhir Di akhir Jadi Jadi nomor 8 itu semua tadi 1-7 itu dibungkus pakai sistem automation. Jadi yang kita otomasi adalah sesuatu yang udah proven. Yang udah omsetnya udah tinggi, yang udah profitnya udah tinggi. Jangan dibalik-balik. Ini bisnisnya belum proven, sudah disistemasi. Apa yang disistemasi? Berarti yang lu sistemasi masalahnya ya kan? Itu yang kadang-kadang Jadi kadang-kadang Brunel izin nih Brunel Ada bisnis buka baru gitu Dia udah sistem tuh nomor satu Saya udah bisa hitung Ini kayaknya tiga atau paling lambat enam bulan Tutup Karena dia gak customer focus dulu, tapi sistem fokus dulu. Iya, kebawa-kebawa-kebawa-kebawa euforia. Dan yang lucu, sistem fokus ini dia mengadopsi dari bisnis yang sudah berhasil. Gimana bisnis yang sudah berhasil ini sudah punya segmen market yang udah banyak. Sedangkan dia baru mulai bisnis. Stagenya berbeda. Eh bro, gue mau nanya. Ini pertanyaan sedikit out of context atau... So in context I have no idea. But karena lo udah coach. Lo pernah sempet ngecoachingin bisnis yang berhubungan sama. Ini gak skincare? Iya. Oke. Sekarang gue mau bahas sedikit tentang skincare. Mungkin buat temen-temen ini akan sangat mengedukasi. Buat temen-temen di luar sana. Jadi gue denger. 5-7 tahun terakhir. Sangat berbeda. 7-8 tahun yang lalu kalau bangun skincare. Yang lo bangun brand lo sendiri. Lo maklum dan sebagainya. Iya. Mungkin lo modal 200 atau di bawah 500 juta cukup lah. Betul. Sekarang lo kalau gak punya 20M lo mendingan jangan masuk. Ini yang gue denger. I'm not an expert. But yang gue denger. Iya betul. Bisa lo jelasin gak? Kok bisa kayak gila begitu bro? Iya. Karena inilah ya. Kita itu kalau berbisnis. Suka ngikutin orang bisnis skincare. Kita ikut bisnis skincare. FOMO ya? Iya FOMO. Ini yang kemudian membuat. Bikin market itu jadi merah itu ya begini. Harusnya kalau orang bisnis skincare. Eh saya bisa support apanya ya. Oh kardusnya misalnya. Oh packagingnya. Oh transportasinya. Justru kita bikin. Kalau bisa itu bikin. Industrinya. Industrinya ya. Jadi empower the whole ecosystem. Yes. Ecosystemnya kebentuk. Ini semua jualan skincare. Semua jadi pemain skincare semua. Sehingga marketnya jadi merah. Pasang ad. Mahalnya minta ampun Dulu oke nih budget ads 10 juta sebulan Efeknya luar biasa Hari ini diguyur 100 juta sebulan Gak ada efek harus 1-2M Makanya 20M itu Jadi itu adalah marketing Basically marketing And custom recognition cost Betul, gamenya semakin ketat lah. Tapi berarti pola foundation ini udah gak berjalan berarti ya? Nah, maka sebenarnya kalau orang mau masuk skincare. Di era sekarang. Di era sekarang. Tapi gue mau pake metodologi tadi. Pake metodologi lagi, tadi ya. Maka caranya bagaimana? Caranya adalah turun sampai ke nomor satu. Nomor satu itu apa? Customer focus. Customer mana yang ingin saya layani? Contoh nih, saya hanya mau melayani orang-orang yang bekerja di publik misalkan. Setelah di research tuh banyak tuh. Ya udah kita masuk ke situ aja gitu. Dan kita jadi yang paling ahli, yang paling mengerti. Be the king in that market. Itu berapa banyak sih orang yang pekerja pabrik gitu? Atau kita di pasar yang misalkan ya anak muda lebih segmented ke anak SMP aja misalkan. Itu juga udah jutaan juga tuh. Atau anak kuliahan lah ya. Anak kuliahan. Jadi Brunil izin ya Bahwa group business model ini Proven Saya gunakan untuk mendampingi klien-klien saya Sebelum masa pandemi Pada waktu terjadi pandemi Sampai hari ini Nah bagaimana cara menggunakan Growth business model itu naik turun Bahkan bisnis yang Sudah skalanya udah sistem automation Sekalipun mereka harus Sering-sering kali Turun ke core of the core Yaitu customer focus Jadi bukan berarti dilepas Begitu sistemnya jalan bukan berarti lo tinggalin Tetep lo harus go through again It's a cycle ya It's a cycle Cuman bedanya kalau di awal lo keringatan Kalau sekarang lu tinggal pinpoint betul, contoh ketika terjadi pandemi ini bisnis bagus-bagus nih bisnis yang udah 30 tahun, bisnis yang udah 20 tahun dan sebagainya, bisnis bagus-bagus mereka ada di stage apa mereka udah sustainable growth mereka udah punya sistem semua ketika terjadi pandemi, sistem itu gak jalan karena terjadi digitalisasi dan mereka belum siap yes, nah kenapa terjadi itu karena customer behaviornya berubah maka turun lagi terus Ke bawah. Ketika customer behavior berubah, customer fokusnya berubah, berarti winning productnya mesti berubah. Ketika winning productnya berubah, business excellence-nya berubah. Ketika business excellence-nya berubah, customer engagement, point of sale, profit formula, semua berubah. So ini, betul-betul proven method ya? proven method dan bahkan sudah di hakikat ya dan sudah sertifikatnya keluar dari hakhi sudah keluar juga jadi gue hari ini berbicara dengan penemu Formulator By the way boleh nambahin lagi gak? Boleh dong Tadi udah sampe ke delapan Sustainable growth Maka ada tambahan dua lagi bro Niel Yang ini Kadang-kadang orang itu lupa Yaitu Dua lagi itu adalah internal driver dan external driver. Internal driver adalah visi dan misi. Maka semua bisnis idealnya punya visi dan misi. Internal driver itu penggerak dari dalam. Ini yang bikin kita semangat terus. Walaupun di tipe. Depan ada badai. Ada badai. Kita masih terus jalan. Karena kita punya visi misi yang mulia. Itu kita internal drivernya. Penggerak dari dalam kita kuat. Nah kita juga punya satu lagi namanya external driver. Penggerak dari luar. Siapa penggerak dari luar? Ada dua Nomor satu namanya kompetitor Jadi ada kompetitor itu bagus Karena ada kompetitor kita inovasi Karena ada kompetitor kita bergerak Melayani dengan baik dan sebagainya Dia bisa hidup kenapa gue gak Semakin Kita punya kompetitor ya Itu bagus Yang kedua adalah benchmark Walaupun bisnis kita masih kecil Tapi benchmark kita ke perusahaan-perusahaan besar Ke perusahaan-perusahaan global In term of service In term of of technology, in term of bagaimana people developnya mereka jadi kita mesti punya benchmark pengen punya brand, pengen punya bisnis seperti perusahaan apa, dan kita juga punya kompetitor yang bisa buat kita external driver kita muncul nah itu dia keren bro teman-teman saya akan bahas buku ini hari ini Ini adalah teaser Ada Empat hal atau lima hal Yang akan saya bahas secara singkat Biar teman-teman Tahu betapa pentingnya buku ini Sebelum itu Mohon ditanda tangan Wah kemarin Wah ini kehormatan banget nih bro Thank you banget Aduh Jadi teman-teman ada 5 hal yang akan kita bahas hari ini Yaitu 1. Gue akan tanya apa itu pro trend? Kedua gue akan tanya pro segment Ketiga gue akan tanya pro mix Kempat gue akan tanya pro truth Dan terakhir gue akan tanya pro win Ini adalah inti dari bukunya Jadi kalau lo gak dapet buku ini Ya I feel sorry for you Tapi you can nonton disini Gimana bro? Kalau ngomongin pro trend Nah Boleh sebelum aku jawab itu ya Kenapa saya menciptakan buku ini Karena banyak sekali pebisnis Itu mulainya dari produk Oke Pada Padahal bisnis idealnya, ideally, itu mulainya dari customer dulu. Nah, untuk itulah buku ini lahir. Karena banyak orang yang mulainya dari produk. Dari loksibel nih ceritanya. Iya. Lo greget ya? Kegelisahan dia. Nah, sekarang gimana caranya? Gue udah punya produk, gue udah punya jasa. Gimana supaya bisa menang di pasar? Nah, rahasianya ada lima. Nah, tapi sekarang udah gak jadi rahasia karena udah jadi buku. Iya, bagus. Nomor satu, pro-trend. Pro-trend adalah kita lihat trend, lihat market. Ya, lihat. community, ngeliat siapa sih customer, landscape bisnis size-nya segede apa dan sebagainya yang kedua, setelah kita tahu itu maka segmen mana yang mau dilayani, semakin niche semakin bagus, semakin lebar semakin gak jelas maka kita tentukan segmen yang ketiga adalah promix promix itu saya pakai jadul banget 4P produk, price place, sama promotion tetapi dari promix Promix 4T ini Saya lebih kuat di Produk, maka di produk itu Kita bicara tentang produk series Bagaimana menciptakan Produknya Bagaimana membuat produk itu Sampai laku Bagaimana produk itu punya Produk series ya, mulai dari Lead magnet, tripwire Kemudian main product, kemudian premium Dan signature, sampai kepada ultimate Jadi Promix adalah Nguatin produk atau jasanya Oke Setelah produk atau jasanya jadi, maka masuk ke yang keempat, pro-truth. Pro-truth adalah bagaimana kita mendapatkan moment of truth, memberikan moment of truth. Moment dimana kita memenangkan hatinya pelanggan satu per satu, namanya pro-truth. Nah disitu pakai Z-mode, pakai F-mode, pakai S-mode, pakai T-mode, dan pakai U-mode. Jadi gimana sih caranya menangin hati orang customer kita satu per satu, pro-truth. Hmm. Tahapan kelima adalah pro win. Setelah menangkan orang satu persatu, memenangkan pasar. Nah, memenangkan pasar ini, salah satunya adalah, banyak, salah satunya adalah, kalau kita bisa menciptakan community development. Community development. Pentingnya memiliki community development. Yes. Tapi banyak sekali bro, kalau ngomongin community development, di Indonesia itu kan memang kita secara culture, itu kita communal. Iya. Iya. Dari RT, RW, terus masuk lagi mau beli mobil, nanti ada Awanza Club, ada Daihatsu Club, ada Honda Club, apa lah semua gitu kan. Biking dan sebagainya, itu pokoknya semua sampai ke organisasi kadin, IMI, segala semua ya kan. Coach juga ada organisasi. Ada organisasi, ya betul, betul. Tapi kenapa organisasi kalau kita adalah community driven, kita adalah culture yang community driven. Tapi community gak pernah gerak bro. Notice gak? Iya, iya, iya. Which? Community that you are proud of in Indonesia That has given A great growth Kalau ini aku boleh nyebut Nah salah satu komunitas Yang menurut saya bagus Sampai hari ini itu salah satunya Adalah TDA Komunitas tangan di atas Itu sustainable sampai sekarang Pertumbuhannya terus menerus Dulu saya pernah jadi ketua daerah Kemudian pernah jadi Salah satu BOD Dan sampai sekarang saya masih Inggris Dengan teman-teman TDA Itu salah satu Yang lu punya pengalaman Dan kenapa TDA bisa Begitu tumbuh luar biasa Salah satunya adalah Menurut saya adalah karena value nya Tangan di atas itu artinya Memang tangan di atas Giving Giving Bukan asking Bukan Oke Spiritnya memang udah giving Ya disitu ada silaturahmi, ada fun, ada respect Perubahan, perubahan bisnis sekarang itu yang tadinya Customer focus itu dibalik dari customer focus menjadi. Di dalam customer focus itu ada 3 C. Yaitu customer segmentation, customer profiling, dan community. Itu dulu itu selalu startingnya dari segmentation. Iya. Benar gak? Iya. Yang standar, yang dari dulu. Betul. Bener gak? Segmentasi gue apa? Sekarang setelah things are changing very fast, kita lagi masuk ke arah community first. Iya. Nah gimana caranya orang itu punya formulasi membidik komunitas yang tepat? Oke. Jadi bahkan kalau saya bicara sama business owner ya, apa tanda-tandanya bisnis anda sudah bagus, itu mesti divalidasi oleh 50 community. Nah gimana sih caranya? Nah jadi... Ijin nih bro Tetep mulainya adalah Dari customer segment dulu Oh balik lagi Jadi di dalam community lo segmen lagi Di customer segment dulu Karena dari customer segment kemudian bisa dikerucutkan menjadi customer profile Dari customer profile ini Kita tanya Orang-orang ini Anda itu community nya dimana Anda itu hangout nya sama siapa Anda profesinya apa Anda kalau liburan itu Kemana mana dan sebagainya. Itu dari customer profile, then kemudian kita punya community. Oke, jadi kita memahami komunitasnya. Ya. Baru kita masuk ke dalam situ untuk melakukan validasi. Yes. Baru disitu kita bisa bidik one bullet hits ten. Yes. Betul banget. Betul banget. Bro. Ya. Seberapa penting sih urutan orang suka ngomong mindset, skillset, toolset. Terus katanya semua sama pentingnya. Gue sih kadang-kadang suka. Suka bingung ya sama pentingnya Apa yang lebih penting coba menurut lo apa Kalau mindset itu Itu nomor satu sih Dan itu yang paling penting sih Karena dengan mindset nasib itu Bisa berubah kalau menurutku ya Jadi kalau mindsetnya benar Perilakunya benar Kalau mindsetnya memang udah salah Ya bisa jadi perilakunya Salah sehingga nasibnya Juga gak pas Jadi kalau mau ngerubah Mindset Amon mau mengubah nasib, rubahlah mindset kalau mau mengubah mindset ketemulah sama Brunil dan hanya ada satu orang Indonesia yang konsen terhadap mindset, namanya Brunil tapi itu topik yang orang gak pentingin sadar gak lo? banyak orang tidak begitu merasa penting alah lo ngomongin mindset setuju banget sebenarnya lebih lebih enak ngomonginnya ini off the record sebenarnya off the record juga gak apa-apa bisa di delete karena begini mindset itu penting tapi sorry mindset itu gak laku dijual gak laku dijual gak bisa jualan mindset karena orang gak ngerti value nya gak tau value nya walaupun dia tau mindset itu penting karena itu gak bisa di branding ini bahkan di Ijin ya bro Dil ya Di dalam dunia coaching Jadi ada Teman-teman seprofesi Gue adalah mindset coach Keren banget Keren banget Tapi Customer gak Apa sih mindset Kenapa gue harus bayar Mahal untuk Coaching mindset Padahal ya mindset itu Penting banget Penting penting banget. Ya. Tadi kita ada diskusi, jadi begitu gue bilang, mindset, malah gue sendiri bilang, mindset gak sepenting, keyakinan sama Tuhan, sama diri sendiri, penting dia bilang, itu adalah mindset. Itu adalah mindset. Oke bro, kita masuk ke fase, kenapa lu jadi seorang coach, dan lu bangun, Asia Coach. Ya. Oke. Jadi, gini, Brunel. Aku disadarkan bahwa, wah. Ternyata bidang yang cocok untuk... Aku itu adalah people development gitu. Dan banyak sekali program people development ya. Ada training, ada mentoring, ada consulting gitu ya. Dan semua itu, itu adalah outside in. Oke, outside in. Outside in ya. Jadi karena kita training itu kita dikasih tau. Mentoring itu kita dikasih tau gitu ya. Consulting juga kita dikasih tau solusinya. Itu outside in gitu. Nah kemudian. Ketemu dengan coaching, coaching ini menarik karena coaching itu inside out Mengaktivasi apa yang ada di dalam pribadi seseorang Karena setiap orang itu resourceful, semua orang itu berdaya Gak ada orang yang gak bisa sukses, gak ada orang yang gak bisa juara Semua orang bisa juara, syaratnya cuma satu resourcesnya muncul. Ketika resourcesnya diaktifasi. Jadi, kenapa ada orang yang belum sukses sesimpel karena dia belum mengaktifasi sumber daya terbaiknya dia. Kenapa ada orang yang sukses? sukses karena orang itu sudah diaktifasi sumber daya terbaiknya. Oh jadi ada dua nih biasanya. Aktifasi secara tidak langsung berarti natural activation itu the power of kepepet. Iya. Iya kan? Terus muncul. Betul-betul. Udah headline lagi. Ujian udah deket. Lu jadi belajar kan? Betul. Itu namanya naturally you are triggered. Dikejar anjing bisa loncat. Bisa loncat. Resourcesnya muncul. Kok bisa loncat? Yang kedua adalah By design By helping Itu coaching Makanya kita hire coach Untuk secara sadar Kita mau mengaktifkan Inner resources kita Dan Pebisnis yang hebat di dunia ini Atlet yang hebat di dunia ini Aktris aktor yang hebat di dunia ini Entrepreneur yang hebat di dunia ini Selalu didampingi oleh seorang coach Betul Itu itu pasti ada coach yang mendampingi mereka. Oke. Jadi kalau ada lima tipe, ada motivator, mentor, consultant, trainer, and coach. These are all like, kalau kita ngomong ini, benar-benar begini nih ya, like a gun ya. Jadi, four are coming in, one is going to you. Thank you. Gue dapet metafor yang bagus banget hari ini. All the four is coming in, one is going inside you. Oke. Awesome Kan gue juga coach bro Cuman gue gak pernah jualan Coach Neil ya Thank you Keren ya metafornya Keren banget Nah pertanyaannya begini Apakah offset in itu gak perlu Enggak Justru ini semua harus punya Jadi inset out harus punya Outset in juga harus punya Mampet kalo gak bro Salah satu kurang Iya betul Maka itu perlu diaktifkan semua Nah kemudian saya juga mendirikan Asia Coach Indonesia Nah Asia Coach Indonesia ini kita banyak mendampingi para business owner, para leader ya Bagaimana mereka bisa bertransformasi secara pribadi maupun secara organisasi ya Nah selain itu kita juga buka sekolah coaching ya Dimana orang kalau mau jadi coach juga boleh belajar sama kita Nah tapi sekolah coaching kita itu tidak terlalu fokus kepada Apa? kredensial dan sebagainya, title dan sebagainya tapi lebih kepada, itu penting ya lu ngapain udah jadi coach terus lu buka sekolah coach ngapain supaya lebih banyak orang yang bisa Mengcoaching Karena coaching ini bukan hanya untuk bisnis Tapi coaching juga pertama Untuk diri kita sendiri Jadi dia bisa melakukan self coaching Dan juga dia bisa Mengcoaching orang-orang yang dia sayang Anaknya, istrinya Se-powerful itu kan Yes Dan dengan coaching Coaching itu sebenarnya kan Empowering communication Jadi komunikasi yang memberdayakan Itulah coaching Jadi Terima kasih. Itu akan kita pakai setiap hari. Jadi kenapa maka kita bikin programnya itu applied. Yang bisa diaplikasikan untuk life. Untuk bagaimana bangun relationship yang bagus. Bagaimana membangun karir yang bagus dan sebagainya. Jadi be a great leader. Be a great leader at home. At office. In the community. In the community juga. Jadi yang betul-betul aplikatif. Yang betul-betul bisa di. jalankan dan impactful ya, berdampak berdampak lu kayaknya dari cara lu ngomong lu menahan, lu tuh kayaknya greget gitu ya greget banget ya kenapa kurang coach di Indonesia jadi Indonesia ini darurat coach jadi kita punya 280 juta orang di Indonesia, tapi kita punya coach Gak banyak Berapa sih kayaknya? Ya Estimate lah kira-kira Ya saya kebetulan aktif di ICF misalnya Member aktif kita tuh hanya 200 Buset Ya Tapi lulusan sertifikasi coaching itu udah ribuan Masih tetep sedikit sih Masih jauh kurang dibandingkan It's like doctors versus patient Nah nah betul betul Dan Teachers versus student Jauh banget ya Jauh banget Nah Maka Maka bagaimana pendekatan coaching ini kalau di dunia profesional nanti bunyinya akan begitu tetapi saya lebih menyoroti bagaimana coaching itu untuk diaplikasikan setiap hari ngomong sama anak ngomong sama pasangan hidup ngomong sama tim beda leader yang udah pernah belajar coaching sama leader yang gak pernah belajar coaching setuju makanya disarankan buat Company owner atau minimal manager top level lah ya, belajar coaching ya, karena sekarang trennya itu lebih baik belajar coaching karena itu salah satu skill komunikasi. Karena komunikasi itu bukan berbicara tapi mendengarkan. Betul banget, betul banget, mendengar aja perlu belajar gitu ya. Bener dong, selama bertahun-tahun lu jadi vice president, jadi manager, jadi top level, C level, you've been talking to your team, when have you been listening? Apalagi sekarang Di tim kita itu banyak Gen Z Ya Intra generation Gen Z Millennial juga banyak Maka pendekatan dulu yang lebih banyak telling Dan tangan kita begini Misalkan sebagai leader Itu works dulu Hari ini telling belum tentu works Sekarang Mesti dikombinasikan Ada telling juga Tapi ada asking juga Emang he is the king Gitu Bro Niel Dan bro Niel ini juga Sebenernya coach loh Teman-teman By the way, Brunil ini coach Coach by certificate Soon, soon Tapi gue pribadi percaya Memang sih Ini pembicaraan yang di luar konteks Ini tercol kita berdua Tapi silahkan dinikmati Emang sih Sekarang orang itu kan Dituntut ya Untuk mencari Atau membangun nafkah Mencari nafkah Mereka You start earning money. Tapi ada orang yang kejebak sama ego. Kejebak sama. Menurut gue gini loh. Lo meskipun gue. Meskipun kalau tadi ya gue udah certified coach. Gue gak bakal berani klaim diri gue. Coach kalau gue gak punya jam terbang minimal coaching 20 orang, 30 orang. Buat gue pribadi. Tapi begitu gue lulus certified coach. Terus gue langsung. Hai I'm a coach now hire me. Gue mendingan gak deh. Mendingan gue jadi asisten lo dulu deh. Gitu loh. Karena buat gue. Gitu loh. Gue pribadi pernah diskusi panjang sebelum ikut kelasnya itu adalah gue itu keke gue bilang gue itu orangnya gak sabaran. Ingat gak? Iya. Gue bilang gue tuh lebih tipe yang memberi solusi. Bukan lebih menunggu orang mikir lama gitu. Dan akhirnya dia bilang, Neil Coaching tuh ada macem-macemnya loh. Salah satunya Direktif Coaching. Yes, yes. Gue masih ingat. Yes, yes. Betul. Apalagi itu tipe-tipe gue lupa tuh ada tiga. Ada empat. Dan ini dari Harvard Business Review sebenarnya datangnya. Jadi ada. Ada empat gaya coaching. Nomor satu yang paling terkenal itu non-directive. Non-directive. Non-directive coaching. Itu yang benar-benar listening. Fully asking. Fully listening. Nah betul. Yang kedua adalah directive coaching. Yang ketiga adalah supportive coaching. Oke. Ini untuk orang yang secara kompetensi, secara motivasi udah tinggi. Maka supportive coaching. Dan yang keempat adalah situasional coaching. Oke. Nah itu empat gaya itu. Jadi situasional coaching itu tergantung. klien nih nah kalau klien ini lebih cocok didekati dengan non-directive maka kita gunakan non-directive begitu udah siap pakai directive ya udah pakai directive jadi bisa menggunakan tiga model ini tapi tergantung situasinya makanya itu yang keempat betul banget ini jadi kayak pelajaran coach coach Eri i'm so proud of you thank you thank you for having a great heart for having a great desire Terima Untuk berkontribusi, untuk membuat lebih banyak kocis di Indonesia Ya, terima kasih Dan membantu banyak bisnis Dan terima kasih telah datang ke Big Tinkers Semoga kita berdua berkembang besar bersama Amin, amin Semoga kalian berkembang besar bersama Oke, terima kasih semua Oke Applaus untuk Big Tinker dan Bro Nil