Kita lanjutkan materi kita kepada bagian berikutnya, yaitu kalau dalam beberapa minggu kita sudah membahas berpikir, kita masuk ke kata-kata kedua dari berpikir, yaitu adalah sistem. Jadi kita akan mencoba melihat dari, saya bagi mesin nasi dalam dua bagian, yaitu adalah satu tentang membicarakan bagaimana sistem thinking, apa itu sistem dan bagaimana sistem thinking diformulasikan. Bagian kedua lebih parah bagaimana kalau sistem thinking itu diaplikasikan secara manajerial. Mari kita mulai. Baik, sebagai recap apa yang sudah kita diskusikan dalam beberapa pertemuan yang lalu, saya sudah berargumen bahwa complexity over problems has risen to the state.
Simple analysis tidak bisa lagi berguna untuk bermanfaat, sehingga Anda sudah harus mulai berpikir untuk melakukan yang paling cepat sebagai sistem analisis. Nah, the first part of any analysis adalah memahami secara mendalam terhadap problem sebagai sebuah sistem. Understanding about problems dimulai pula dengan cara melihat problem secara berbeda.
Dan ini membuat kita harus mengubah pola berpikir kita, dan saya akan mengajak Anda untuk mengubah pola berpikir Anda sebalik karakter sistem based thinking dengan cara modifikasi our model of thinking. Tapi sebelum kita masuk tentang bagaimana kita mengubah change to everything, atau kita berkomunikasi dengan yang lain, maka kita akan lihat dulu bagaimana sistem sebagai sebuah definisi yang kita akan pakai di dalam berpikir sistem ini. Jadi, start ini memungkinkan... kita kembali tentang apa itu definisi kompleks sistem, dia bukan complicated dia bahkan tentu saja bukan simple tapi kompleks itu memang the next level of problem yang harus kita hadapi dan ini yang membuat kita tertarik untuk harus menilai satu permasalahan menjadi berpersensi kepada sistem nah, kompleksitas sistem ini ada dua bagian, yang pertama disesuai quantity atau detail kompleksitas yang kalau orang bilang adalah ruwet kalau saya suka menganggap ini adalah ruwet seperti Pak Presiden kita suka bilang ruwet Birokrasi Indonesia itu robot-robot.
Yang kedua adalah quality, di mana dinamai dynamics complexity, yang kita mungkin lebih suka disebut sebagai rumit. Karena dia tidak banyak komponennya, kalau robot itu banyak komponennya, dan dia saling berkoneksi dengan yang lain untuk membuat, contohnya adalah pesawat terbang, di mana anda terbang itu butuh sekian banyak parts, kabel, dan bagaimana tubi yang harus dia, untuk hidroliknya cukup panjang. Sedangkan untuk quality, mungkin bidaknya tidak banyak, CSGIM itu komponennya tidak banyak. tapi dia karena bisa memiliki berbagai macam kemungkinan untuk dilakukan dalam setiap titik untuk mengambil keputusan, maka dia menjadi dinamik dynamics complexity. Nah, dalam sistem kita sudah mengenal ada dua jenis sistem, sistem yang open atau closed.
Open system adalah yang berinteraksi dengan informasinya, seperti yang kita duga ketika terjadi interaksi, sudah bisa kita katakan bahwa ada kemungkinan dia memiliki kompleksitas, baik secara kuantiti maupun kualiti. Tapi yang kita akan... bahas tentang open system, yaitu di mana dia bisa berinteraksi dengan environmentnya karena memang yang diminta adalah interaksinya tadi nah sebenarnya yang perlu dikatakan hal ini walaupun ada yang namanya closed system adalah bahwa sistem itu memiliki berbagai macam perbedaan tingkat being open atau closed jadi walaupun dia bilang saya closed, tapi sebenarnya dia masih memiliki openness tertentu di dalam ininya nah kadang-kadang menentukan filter atau menentukan batasan atau menentukan apa yang bisa masuk dan apa yang keluar daripada sistem pada sebuah Tingkatan yang berbeda untuk open dan close ini menentukan bagaimana Anda bisa mampu mengubah atau memanage sistem tersebut. Sehingga kita akan bahas dalam 4 bagian daripada materi kali ini.
What is the definition of the system? How does the system translate into system thinking? And what is system thinking? Lalu yang terakhir kita akan coba membahas sedikit tentang how does managing with the system in mind like. Saya memang ambil buku Managing with System di buku yang namanya, memang dengan judul yang sama, itu Managing with System.
Jadi mungkin tidak akan saya bahas secara detail untuk bagian keempat ini, nanti akan saya mencetuh beberapa contohnya saja dan akan saya akhiri untuk Anda bisa melihat sendiri materi pada slide yang akan saya berikan. Nah sistem, mulai kata-kata sistem itu dipopulerkan oleh Ludwig von Bertalan Vitton 1968, seorang biologis yang berpikir bahwa ternyata para open system yang pada dunia biologi itu adalah makhluk hidup kita sendiri kan sebenarnya berbasis kepada kerak menurut Darwin Sehingga kita mengatakan bahwa laws that govern biological open system can be applied to system of any form Nah ini memang sebuah pandangan yang pada saat itu agak revolusioner karena berbeda dengan biasanya jadi pada saat itu terjadi perbedaan filosofi dalam memecahkan masalah pemecahan masalah dengan the rise of mathematics itu melihat bahwa semua hal itu bisa kita mekanisasi contohnya adalah tadi seperti kita melihat bahwa itu mesin kalau kita melihat sebuah mesin maka kita akan menggunakan pendekatan orang-orang mesin orang-orang bengkel misalnya kalau mesin itu tidak bekerja dengan sebuah mesin maka Anda harus bagi mesin dalam komponen-komponennya, apakah komponen elektrik, komponen fuel, komponen mekanik lainnya. Lalu dari situ Anda lihat apakah dari komponen setiap sub-grup komponen tadi ada yang bermasalah. Asumsinya adalah ketika masalah itu diselesaikan pada komponen itu, maka mesin akan bekerja. Which is tidak salah, itu adalah satu hal yang logis untuk memecahkan supermasalah.
Cuma, Pada kenyataannya, ya ternyata mesin itu ketika dia sudah rusak keberadaan satu bagian, atau tiba-tiba dia berusak, mungkin ada ketergantungan antar mesin yang kita tidak ketahui, yang sebenarnya ketika kita perbaiki satu komponen, komponen lain itu sudah mengkompensate komponen tersebut. Sehingga kita perbaiki, malah bukan yang menjadi lebih baik, malah menjadi lebih buruk. Ini yang sering terjadi di dalam dunia pembacaan masalah, atau istilahnya adalah bagaimana memenuhi masalahan. Sehingga Ludwig von Bertalanville mengatakan adalah bagaimana kalau kita mengubah perspektif kita, jangan melihat...
segala hal itu secara mekanis, secara yang saya sebutkan tadi, membagi kepada analisanya, komponen-komponennya, dan menilai analisanya komponen. Gimana kalau kita mulai melihat interrelationship daripada part-part tersebut, sehingga dia menciptakan open system theory principles di MUNA ini, parts that make up the system as interrelated, the health of overall system is contingent to subsystem functioning, dia memang tergantung, kalau ini lebih sama dengan mekanik, jadi tergantung. kesehatan dari sebuah sistem tergantung dari bagian-bagiannya.
Namun, open system import and export material from and to the environment. Sehingga dia namanya permeable boundaries, material can pass through, dan relative openness. System can regulate the permeability. Dia punya dua hal yang terjadi.
Orang mulai realize, tadinya dia hanya melihat dirinya atau sistem tersebut, tapi ternyata sistem itu punya environment yang juga Anda harus perhatikan. Yang nanti kita kenal sebagai contextual. analisis di mana environment itu menentukan bagaimana mesin atau sistem tadi bekerja. Kita tidak boleh pakai kata-kata mesin lagi ya. Bagaimana membuat sistem itu bekerja.
Jadi ketika Anda sedang menganalisis sistem, tidak boleh hanya menganalisis sistem tersebut tadi, tapi juga environment-nya. Karena environment daripada sistem itu kita sebut sebagai konteks, itu akan mempengaruhi bagaimana sistem harusnya bekerja. Yang keempat yang juga dia perhatikan sama dengan semua makhluk biologis atau biologi ecosystem yang bersebut sistem adalah Pada saat sistem output itu tidak diapa-apain, ketika sistem itu tidak mengalami tantangan atau perubahan, maka outputnya tentu-tentu decline.
Yang kelima adalah bahwa ada yang namanya sistem itu adalah sinergi, di mana tidak mudah untuk memprediksi output daripada sistem bahwa dia akan selalu constant bagus atau constant jelek, karena tidak selalu 1 tambah 1 dalam sistem itu adalah 2. Artinya tidak selalu bisa 2, bahkan bisa menjadi lebih besar daripada 2. dia bisa 3, bisa 4, bisa 5 sehingga istilahnya adalah ketika sebuah sistem itu lebih besar mendapatkan sebuah performance yang lebih besar dibandingkan hanya dipakai sebagai kelompok maka dia sebenarnya lebih kecil-kecil sistem yang terakhir adalah ada namanya IQVanality dia tidak ada cara terbaik dalam sebuah sistem, yang ada adalah beberapa kemungkinan terjadinya sistem yang terbaik jadi sistem itu dia akan terbaik sesuai dengan permalabel bundalis tadi, dia akan baik pada konteks tertentu, tapi dia tidak akan selalu baik pada konteks yang berbeda tapi kita harus mencari pada konteks apa saja sebuah sistem itu terbaik nah, itu yang menjadi open pada pemahaman bahwa ternyata cara memandang permasalahan yang bersifat mekanistik, hanya bisa analisik seperti biasa, itu ternyata tidak cukup, dan dengan mengadopsi GST ini, kita akan lebih memperkaya bagaimana kita menganalisa sebuah masalah intinya manusia diminta untuk menjadi manusia kembali, karena manusia itu didesain untuk melihat segala menjadi sebuah sistem Sehingga kita harus bedakan, ini ada beberapa ciri ya, antara group structure dengan system structure, di mana kalau systemic structure dengan ciri-ciri seperti ini, interconnecting, ada emergence behavior, itu just some of it, suara lebih tinggi dibandingkan ini ya, di mana structure will improve performance, group adalah seperti ini. Artinya adalah kalau Anda melihat sebuah kelompok gitu seperti ini, bahwa mereka belum menjadi sebuah sistem. Kalau sebuah tim ya, maksud saya, dia belum menjadi sebuah sistem.
Karena berarti, apa namanya, tidak perlu... Ada kelompok mungkin, mendingan yang mereka dibuat satu-satu saja Sehingga diferensiasi dibutuhkan Adanya group structure dan system structure Nah, basis diferensiasi ini nanti akan menjadi basis system thinking pertama Apa definisi basis system thinking? Adalah membedakan antara orang yang berpikir sistem Dengan orang yang tidak berpikir sistem Karena memang cara untuk membedakan sistem atau tidak Pada saat awalnya adalah dengan melihat ciri-ciri sebuah struktur sistem Dan ciri-ciri sebuah struktur kelompok Sehingga, untuk membedakan tadi dibuatlah definisi tambahan bahwa ternyata kalau memang kita lihat bahwa sebuah kelompok itu belum tentu sebuah sistem, sebuah sistem harus punya ciri-ciri tertentu, dibuatlah ciri-ciri seperti ini, dimana Blanchard pada tahun 1961 mengatakan ini, ada lagi dari buku saya lupa mengatakan seperti ini, sehingga kalau di-combine, kita bisa membayangkan seperti ini, bahwa a system is a divine entity which interacts through a structural pattern of relationship of its parts, producing a distinct emergent properties that differ from some of its parts to accomplish specific objectives. Inilah bahasa Indonesia-nya. Sehingga saya bisa mengatakan yang saya garis bawah dan saya tebak adalah empat ciri daripada sebuah sistem untuk dikatakan sebagai sebuah sistem dan bukan kelompok.
Dan empat ciri ini harusnya ada dalam berpikir sistem. Karena namanya kan berpikir sistem, berpikir dengan ciri-ciri sistem. Sehingga saya buat ilustrasi semacam ini.
Yang pertama adalah selalu ada yang namanya Bundaris. Itu konteksnya yang tadi saya buat, bahwa dia berinteraksi. Kedua adalah selalu ada pengen tujuan. Kadang-kadang mengklarifikasi tujuan adalah salah satu cara untuk mengintervensi pada sebuah sistem. Ada yang namanya interrelationship, ada yang namanya emergent properties, yaitu adalah ciri-ciri yang mengemuka.
Di dalam dunia problem solving, kita akan menggunakan ini sebagai basis untuk mendapatkan gap antara kondisi ideal dan kondisi saat ini. Jadi kondisi saat ini kita ciri-cirikan seperti apa, dan kondisi ideal atau emergent properties yang seharusnya keluar daripada sistem itu seperti apa. Jadi di dalam sistem thinking, mendapatkan, menjelaskan, menerjemahkan goals menjadi sebuah ciri-ciri ideal atau sebuah ciri-ciri yang bisa diukur adalah penting.
Jadi ini hubungan antara goals dengan emergent properties. Lalu, dari kondisi openness dan lain sebagainya, ada kondisi yang namanya multidimensionality, yaitu adalah perbedaan lingkungan, perbedaan perspektif, itu akan membuat Anda berada dalam dimensi yang berbeda-beda. Lima ciri-ciri daripada sistem tinggi inilah yang menjadi bagian daripada pemahaman baru tentang bagaimana sebuah berpikir.
secara sistem harus dilakukan. Sehingga kalau di definisikan, definite entities adalah system have boundaries, tidak solid, fleksibel, bisa dalam bentuk tangible dan intangible, bisa juga dalam time, geography, dan perspective. Dia punya relationship yang nanti di dalam sistem thinking kita mencari namanya loops, karena ini yang paling powerful relationship yang paling namanya loops. Yang disebut sebagai feedbacks.
Feedbacks itu kalau dalam interrelationship sebaiknya dicari yang feedbacks yang causality. Dan nanti ada tiga C of feedbacks. Coincidence, correlated, dan causality.
Coincidence berarti memang kebetulan saja, dilakunya sama. Correlated ada hubungan secara kualitatif, tapi belum tentu bisa dibuktikan secara causality. Sedangkan causality harus ada hubungan sebab-akibat antara dua variable tadi.
Loops ini akan menjadi reinforcing atau balancing. Untuk imagine properties, imagine a strategy adalah different from just the sum of its parts. Kalau manusia itu adalah menjadi manusia, tapi bukan merupakan kelompok daripada jantung, darah, maupun daging.
Bahwa Anda kalau digabungkan kayak Frankenstein, belum tentu kita bisa melakukan Frankenstein. Sistem pasti punya tujuan, dan tujuan itu bisa selalu-selalu berubah, dan bisa berubah untuk setiap orang. Sehingga kadang-kadang kalau dalam sebuah permasalahan sistem, paling mudah itu adalah menetapkan tujuan.
Jadi, misalnya Anda dalam kelompok Six Sigma, misalnya kelompok Continuous Improvement, saya selalu menyarankan ada yang namanya Project Charter, di mana Anda di dalam proyek itu disamakan tujuan daripada tim itu. Apa sih tujuan kita? Mungkin obvious bagi beberapa orang, tapi jangan lupa bahwa setiap orang memandang tujuan berbeda-beda.
Sehingga perlu diklarifikasi lagi bahwa tujuannya akan seperti apa, kriterianya akan seperti apa, dan performanya seperti apa. Sehingga di dalam keempat hal ini, bisa berubah-ubah seiring dengan kondisi yang dia lalui, yaitu konteks yang dia hadapin. Seseorang bisa menjadi baik dalam konteks yang tertentu, dia menjadi kurang baik pada konteks yang tertentu, terkenal konteksnya. Nah, seperti yang sudah kita jabarkan dalam pertemuan pertama, dalam materi pertama, bahwa kita harus bergerak di sistem dalam sistem analisis.
Kalau Anda lihat, sistem analisis sudah menggunakan berbagai macam pendekatan daripada definisi sistem tadi tentang adanya yang namanya koneksi, ini koneksi-koneksi yang sudah ada, dan ada yang namanya multidimension dalam sistem analisis harus dipratik. Kenapa? Karena tadi kita sudah bahas ini di dalam materi pertama. Bahwa ketika kita bicara multidimensionality, ada perubahan konteks, kita ubah konteksnya, maka ada jadi perubahan connections maupun perubahan komponen.
Sedangkan ketika kita menambahkan sebuah komponen seperti yang di sini ini, maka memaksa koneksi berubah sekaligus konteksnya pun berubah. Jadi ekstraknya bergeser sampai menginfluence konteksnya. Jadi ini yang disebut sebagai sistem analisis. Jadi Anda bisa mengerti kenapa kalau sistem analisis... akhirnya dari 5 ciri-ciri tadi akan kita sederhanakan menjadi hanya 3C saja, yaitu adalah connection, components, context, ditambahkan dengan secara historis pada dasarnya, yaitu proses.
Nah, dimension dalam sistem thinking, yang perlu harus selalu Anda ingat, ada 3 important dimension, waktu, geografi atau space, serta atos dan perspektif. Karena kalau sudah berjalan sistem analisis, biasanya menjadi susah, karena... karena adanya manusia.
Sehingga dalam beberapa buku yang mengomong soal sistem kompleksitas, tentang buku-buku social science, ada yang namanya HASS Human Activity System. Human Activity System adalah sebuah penjelasan bahwa ketika sebuah sistem itu dimasukkan sebuah manusia, maka biasanya akan timbul yang namanya kompleksitas tersendiri. Jadi begitu ada manusia yang terlibat di situ dan ada multiple manusia masuk dalam sebuah sistem yang harus kita pertimbangkan, maka sudah pasti Anda sudah menghadapi sebuah kompleks sistem. Nah, ini adalah Kebutuhan tadi, kalau kita mulai 3 dari komponen time, space, dan actors, maka Anda perlu secara dinamis bergerak secara vertikal helicopter view sebagai sebuah skill dari produk menjadi supply chain.
Multifaktor, contohnya dengan menggunakan 5M, tidak harus dengan menggunakan 5M, Anda bisa menggunakan dekatan penggunaan lainnya, tapi kita akan simplify dengan 5M. Anda juga harus perhatikan kondisi multi-time, present, past, future, atau the present past and the present future. Kenapa? Karena orang yang habis diputus cintanya. Pada saat diputus intanya mungkin akan sangat tersiksa, tapi setelah 5 atau 6 tahun lagi mungkin siksaannya nggak seperti pada saat Anda pertama kali diputuskan.
Sehingga the present past itu adalah cara Anda memandang masa lalu pada saat ini, dan the present future adalah cara Anda memandang masa lalu, masa depan pada saat ini, di mana mungkin Anda sudah berubah dibandingkan pada masa lalu Anda memandang masa kini. Multi-actors adalah company, consumers, competitors, ini yang paling sering dipakai di dalam dunia marketing, kita kenal sebagai 3C, company, consumers, competitors, di politik sekarang kita kenal namanya pentahelix, multi-actor. Government, society, media, akademi, dan industri, atau bisnis.
Kalau dalam supply chain, ada yang punya suppliers, producers, distributors, sellers, dan consumers. Multi-actors yang akan membuat kodeks dalam permasalahan Anda berbeda. Sehingga ini semua harus dipertimbangkan secara sederhana, Anda harus menanyakan paling tidak konteksnya ini, secara detail seperti ini. Tapi tergantung dari permasalahan Anda. Mungkin tidak perlu menggunakan multi-scale dalam permasalahan Anda, tapi Anda realize bahwa saya sedang mengalami masalah organisasi.
Oh, saya sedang mendalami masalah supacin. Oh, saya sedang mendalami masalah produk. Dan Anda bisa mendapatkan menggambarkan bahwa produk saya itu adalah bagian dari sebuah skill yang berbeda dibandingkan yang lain.
Anda juga mempertimbangkan bahwa permasalahan Anda itu ada yang masa lalunya, yang mungkin menyebabkan masalah Anda terjadi pada saat ini. Sehingga Anda harus mempertimbangkan apakah Anda akan mengulangi solusi yang akan memberikan masalah pada masa depan. Seperti itu contohnya. Lalu multifaktor, sebuah solusi permasalahan tidak hanya menjadi satu saja, walaupun Anda mungkin yang ditugaskan untuk menyelesaikan permasalahan yang bersifat metodologi, tapi ternyata metodologi ada hubungannya dengan manusia dan ada hubungannya dengan support terhadap manusia tersebut, yaitu adalah money. Multiaktos, kita pakai contohnya 3C, sederhana saja bahwa Anda selalu bahwa yang namanya perusahaan itu selalu ada yang namanya company, yang must serve customer, tapi si customer ini akan juga akan direbut oleh competitors, sehingga perlu ada yang namanya marketing misalnya.
Sehingga ini secara otomatis harus sering anda pakai sebagai basis untuk melakukan sistem. Bagaimana memandang sebuah permasalahan sebagai sistem adalah memandang dalam kondisi multi semacam ini. So, how does systems translate into systems thinking?
Bagaimana orang-orang secara historis menerjemahkan sistem ke dalam sebuah sistem thinking? Ada tiga perspektif dalam sistem thinking yang mengemuka di dunia. Yang pertama adalah dichotomy, itu adalah do or do not, with or without.
Itu adalah ketika Anda memiliki karakteristik dalam berpikir sistem atau tidak. Atau Anda memilih, ya tidak begitu. Yang kedua, pendekatan yang mengatakan bahwa sistem thinking itu adalah kombinasi dari berbagai macam thinking patterns.
Ini yang mungkin dari pertanyaan-pertanyaan dalam kelas-kelas kita sebelumnya ada yang bertanyakan, Pak, ini bedanya sama critical thinking apa? Ini bedanya dengan logical thinking apa? Karena memang ada definisi yang mengatakan bahwa sistem thinking itu tidak berdiri sendiri, dia merupakan kombinasi dari berbagai macam pendekatan berpikir. Yang ketiga adalah questions based on system definition, itu adalah pendekatan yang kita akan pakai di kelas ini, pendekatan yang akan kita pakai di kontenik industri UI, di mana sistem thinking adalah bertanya kepada diri sendiri Anda, tapi dalam struktur pertanyaan tertentu, sedemikian rupa, sehingga jawaban-jawaban dari pertanyaan itu sebenarnya membantu Anda mencari ciri-ciri daripada sistem yang Ciri-ciri sistem dari permasalahan yang sedang Anda hadapi. Siapa sih yang pertama kali mempopulerkan prinsip-prinsip sistem thinking?
Kata-kata sistem thinking sih sebenarnya sudah cukup lama, tapi secara umum dikenalkan dalam dunia bisnis ketika ada salah seorang profesor dari MIT yang membuat buku yang namanya The Fifth Discipline. Ini adalah buku yang ditulis oleh dia. Di mana dia katanya melakukan riset terhadap perusahaan-perusahaan yang sukses di dunia, apa yang membuat mereka sukses, dan dia mengatakan salah satu utama yang penting adalah organisasi harus dilihat sebagai sebuah sistem yang terus-menerus belajar. Yaitu adalah konsep bahwa sebuah organisasi yang ingin fleksibel terhadap perubahannya, dan dapat mempertahankan ekstensinya, dia harus memulai kemampuan sebagai organisasi belajar.
Sebuah hal yang logis, karena the ability to learn faster than a computer may be the only sustainable advantage. Sebagai contoh, kalau kita bicara sustainable competitive advantage, kita tahu kita bisa membeli mesin, kita tahu kita bisa membeli sebuah alat baru. Tapi yang mengoperasikan mesin dan mengoperasikan alat tersebut adalah manusia. Sehingga intinya adalah kalau manusia tidak kompetitif, Anda bisa... menciptakan kompetitif dengan mesin baru tapi apakah itu kan sustain?
Anda mungkin akan maju sekian langkah tapi untuk lebih maju lagi Anda harus investasi lagi tapi semua investasi itu kan harus diajarkan kepada orang harus didasarkan kepada manusia ketika dia harus belajar mesin baru dia harus belajar metodologi baru dan lain sebagainya sehingga bagaimana kalau kita memandang organisasi bukan sebagai sebuah organisasi pembelajar Dia dirilis sebagai sebuah makhluk hidup organisasi, di mana setiap komponen dalam organisasi tersebut adalah memang manusia yang bisa pembelajar. Jadi selalu berubah. Sehingga menurut Peter Zenke, dia mengatakan bahwa ada lima ciri-ciri organisasi yang fleksibel terhadap perubahan, yaitu adalah yang memiliki yang namanya personal mastery, jadi secara profesional orang-orang di dalam organisasi tersebut memang baik atau bagus, yang terdapat memiliki mental models yang luar biasa, yang mampu memiliki mental models yang untuk selalu belajar, memiliki visi yang di-share bersama, kemudian memiliki kemampuan untuk belajar secara tim, jadi bagaimana mereka meng-handle temannya dan lain sebagainya, yang menarik yang kelima ini, yang disebut sebagai system thinking.
Ini menghasilkan sebuah organisasi non-profit yang disebut sebagai SOLE, Society of Organizational Learning. Karena melihat bahwa, oh ternyata Fock... Pada saat kita di teknik industri diajukan soal konsep Taylor di mana kita melakukan mekanisasi daripada organisasi. Managers think, workers do, karena itu adalah salah satu prinsipnya Taylor.
Orang itu tidak boleh dibuat susah hidupnya sehingga dia hanya diminta untuk bekerja dan bekerja tanpa harus berpikir, yang berpikir itu manajernya. Jadi ada sebuah strata di situ. Tapi kita menyadari bahwa di Jepang pun dengan konsep continuous improvement-nya ternyata yang bisa mengetahui apakah improvement harus dilakukan adalah operator yang di lapangan.
Sehingga mereka menggunakan yang namanya Google Sendali Mutu, di mana mereka melihat apakah mungkin orang-orang yang levelnya yang harusnya cuma bekerja saja itu, sehingga mereka punya ide yang bisa kita teruskan. Mereka membuat suggestion system, dan lain sebagainya, sehingga akhirnya orang sadar bahwa ternyata memang yang namanya aset terbesar atau terbaik dalam organisasi itu sebenarnya orang. Terlepas bahwa pendapat orang-orang bahwa ini adalah orang itu ya. bekerja dalam organisasi, bukan untuk disuruh mikir, dan lain sebagainya. Nah, ini yang disebut sebagai system thinking, dan buku ini sangat-sangat populer, sehingga membuka mata tentang bagaimana seharusnya organisasi dilihat bukan hanya sebagai sebuah alat untuk mencetak uang, tapi bagaimana untuk mengemandang mereka sebagai sebuah organisasi yang belajar.
Di dalam bukunya The Fifth Discipline, Peter Sengi mengatakan bahwa organisasi atau kita perlu melakukan perubahan paradigm atau perubahan struktur pola berpikir kita yang disebut sebagai metanoia. Ada lima problem yang membuat kita biasanya harus mengubah metanoia kita, melakukan metanoia. Yaitu adalah the illusion of taking charge, the enemy is out there, I am my position, fixation of events, and delusion from learning.
experience. Mari kita perjelas satu persatu. I am a position adalah ketika Anda melihat apa namanya bahwa apa yang Anda lakukan itu tidak tergantung sama orang lain. Kita sering melihat dalam operator dalam sebuah rantai produksi misalnya ada A, B, C rantai produksi Anda di B. Operator yang di B ini akan melihat bahwa saya hanya punya tugas untuk mengerjakan apa yang Positif saya saat ini, saya tidak harus mempertimbangkan apa yang masuk ke dalam stasiun saya, apa yang harus dikeluarkan dari stasiun Anda.
Sehingga kita berasumsi bahwa permasalahan yang timbul dalam kondisi saat ini, itu berada pada ruang yang saya miliki saat ini. Dia tidak tergantung pada kondisi sebelumnya, dan tidak tergantung pada kondisi... Saya tidak perlu memikirkan apa yang terjadi pada kondisi sesudahnya. Yang penting saya mengerjakan apa yang saya kerjakan.
This is what we have to do. Kita bahkan kadang melakukan ini adalah, apa namanya, pekerjaan kita itu adalah digital. Padahal Anda harus dalam melakukan problem solving, kadang-kadang Anda harus mengubah helikopter V tadi ke arah yang, bahwa Anda harus mempertimbangkan bahwa apa yang Anda lakukan itu bisa berdampak kepada setelah kita, apa yang Anda lakukan juga Anda bisa mempengaruhi kondisi input dari ininya. Yang kedua adalah the enemy is out there.
Dia namanya sadar adalah kita selalu memandang problem itu ada di luar kita. Sehingga kita tidak tahu bahwa sebenarnya problem di luar kita itu berasal dari diri kita sendiri. Nah, ini juga sebenarnya bagian dari I'm My Position. Jadi, ini byproduct dari I'm My Position.
Bahwa karena kita hanya mau mengatur apa yang dalam kekuasaan kita, maka kita tidak mau melihat bahwa apa yang kita atur ini juga terjadi kesalahan di apa yang diatur, itu karena ada orang yang masuk, eh, karena... tergantung sama orang yang berdiri di rumah. So, this is what we're calling lightness. Sehingga sebenarnya kita tidak sadar bahwa apa yang kita lakukan itu, permasalahan yang kita hadapi itu sebenarnya berasal dari diri kita sendiri. Kira-kira seperti itu.
Yang kedua adalah the illusion of taking charge. Itu adalah contohnya adalah response, not react. Jadi, seberapa sering dalam hidup Anda, Anda lebih banyak berresponse, tapi tidak berreact. Bedanya apa? Tadi, seperti yang saya beritahu, kita pernah ngomong soal thinking fast and slow, bahwa kita cenderung ketika mendapatkan suatu permasalahan itu hanya memandang menggunakan solusi yang bersifat yang sering kita lakukan tanpa berpikir bahwa solusi itu apakah baik atau lebih baik dibanding sebelumnya.
Yang keempat adalah fixation of events, yaitu kondisi di mana kita hanya terfokus bahwa apa yang terjadi pada saat ini itu karena kondisi saat ini. Bukan karena dia dikontribusikan dari tempat lain, atau dikontribusikan dari masa lalu, atau dikontribusikan dari orang lain yang kita tidak sadar bahwa orang itu bisa masuk ke dalam events kita. Memang ini juga di-reinforce oleh mass media.
Jangan kan mass media memberikan alasan. Loh, kenapa ya pejabat ini seperti ini tanpa mencoba mencari tahu histori yang ada di belakangnya itu. Kalaupun ada sangat sempit.
Ini karena mass media memang tidak orang yang ditanggung jawab untuk melakukan. Jadi ini adalah bagian dari... our programming, dia tutorial yang biasa kita akan melakukan, nah biasanya apa namanya, orang akan ini adalah sebuah palable of frog, ini adalah sebuah kondisi bahwa ketika kita tidak sadar bahwa kita berada pada event-event hanya berfokus kepada event-event kita tidak bisa melihat di luar daripada apa yang terjadi saat itu di lingkungannya, sedemikian lupa sehingga Anda tidak sadar bahwa Anda sedang direbus jadi frog itu Supaya kalau Anda langsung goreng dia, misalnya dengan api yang sangat panas, dia pasti akan loncat. Ketika Anda masukkan ke dalam uap air, dia akan loncat karena kepanasan.
Tapi kalau Anda mulai dia dengan dimasukkan ke dalam air dingin, baru Anda nyalakan apinya pelan-pelan, maka yang pertama dia malah nyaman. Wah, aku makin hangat nih gitu ya. Yang ketiga, baru terasa kok agak panas ya.
Yang keempat, wah, aku udah nggak punya energi karena nggak bisa lompat. yang kelima akhirnya dia dimasak menjadi swike artinya adalah tanpa kita sadari bahwa kita dalam sebuah proses yang panjang kita hanya fokus kepada event saja kita tidak akan bisa melihat konteks yang timbul atau timbul dari the bigger picture gambar besar dari apa yang sudah kita dapatkan saat ini Yang kelima adalah the delusion of learning from experience. Yang namanya belajar dari pengalaman itu butuh dua hal. Yang satu adalah pengalamannya, yang kedua adalah mampu belajar dari pengalamannya. Saya mulai dari yang pertama, itulah pengalamannya.
Pengalaman itu tidak sama untuk setiap orang. Tidak sama seorang. Ketika kita mengatakan saya 3 tahun pengalaman, Anda 3 tahun pengalaman dengan saya 3 tahun pengalaman, itu berbeda. Ada istilah gini, orang sabar banyak dikasih cobaan. Artinya adalah, semakin banyak orang yang banyak menghadapi tantangan atau masalah di pekerjaannya, maka dia punya experience yang jauh lebih tinggi dibanding orang yang tidak pernah mengalami permasalahan di dalam pekerjaannya.
Kenapa demikian? Karena dia akan mendapatkan banyak sekali pengalaman dari permasalahan yang dihadapi. Sehingga kadang-kadang saya melihat bahwa kalau Anda tidak dari perusahaan yang sudah terdesain secara rapi dan dan apa namanya baik, maka sebenarnya pengalaman Anda itu agak terbatas dari sisi adalah range yang akan Anda hadapi karena cenderung akan monoton dibandingkan mungkin perusahaan startup atau perusahaan yang masih muda yang istilahnya tantangan yang timbul itu sangat banyak dan sangat bervariasi itu yang pertama, jadi experience itu berbeda-beda untuk setiap orang, jadi learning from experience itu juga hati-hati karena berbentuk Anda belajar pengalaman yang Anda dapatkan pada masa lalu itu relevan terhadap permasalahan yang Anda akan hadapi saat ini karena belum tentu Anda mendapatkan permasalahan yang sama yang kedua adalah learning from experience tidak semua orang punya kemampuan untuk melakukan umpan balik atau melakukan umpan balik terhadap pengalaman dia dia mendapatkan 10 pengalaman tapi tidak ada satupun yang dia bisa pelajari dari 10 pengalaman ini kalau saya tanyakan dengan sederhana misalnya ketika Anda sekolah dulu atau Anda kuliah dulu Siapa diantara anda yang ketika anda sudah keluar hasilnya selesai ujian, itu anda memeriksa apakah memang jawaban ujian anda itu ada yang salah atau tidak dari yang selalu saya misalkan yang dikembalikan oleh dosennya, dia mengatakan ini salah, ini salah, ini salah. Anda mengevaluasi nggak kenapa anda salah?
Nah, itu menunjukkan ada berbagai macam orang yang bervariasi ketika dia mengatakan saya mengevaluasi atau learning from my experience. Kata-kata learning from experience itu adalah dua, experience-nya harus banyak dulu, yang eh bisa berbeda-beda dan ini. Yang kedua adalah Anda memang harus bisa belajar dari pengalaman Anda.
Dan tidak semua orang ternyata bisa belajar dari pengalamannya, walaupun pengalaman dia banyak. Nah, sehingga dari 5 titik yang dibutuhkan metanoniasif ini, maka Peter Senge menciptakan yang disebut The Laws of Fifth Discipline. Saya rekomendasi Anda untuk membeli atau mendownload bukunya, karena itu adalah ini. Ini adalah contohnya, problem-problem yang akan dihadapi di sini. Saya bagi dua, maaf, saya belum bagi dua.
Ini adalah kondisi di mana Anda sedang menghadapi sebuah permasalahan problem, yaitu ketika today's problem comes from your today's solution, berarti Anda sedang mengalami sistem problem. Ketika apa yang Anda solusikan untuk permasalahan Anda, tapi ternyata sistemnya malah menantang Anda kembali. Sempat baik, tapi kemudian memburuk. berarti Anda salah memberikan obat sebuah pemisahan sistem apa yang Anda asumsikan cara termudah untuk menyelesaikan permasalahan tapi ternyata menimbulkan masalahnya kembali jadi the problem is keep retaining ketika solusinya malah menghancurkan daripada penyakitnya seperti kalau saya suka istilah dalam mengebom Anda mau menghilangkan rumput Anda tidak suka kecoa di tempat Anda, tapi Anda ngebomnya pakai bom nuklir the cure can be worse than the disease Ketika ternyata Anda mengerjakannya lebih cepat tapi malah lebih slow hasilnya.
Karena semakin cepat Anda, semakin banyak kesalahan yang terjadi. Karena semakin banyak kesalahan, maka Anda slower. Jadi, ke-6 hal ini dianggap sebagai ciri-ciri permasalahan yang Anda solusikan belum dengan memahami permasalahan secara sistem. Nah, kemudian di sini adalah dia menceritakan yang namanya 5 titik yang perlu dilakukan, yang harus diperhatikan.
yang penting ada tadi, cause and effect are not closely related in space and time, perhatikan masalah waktu, bahwa permasalahan anda saat ini mungkin berasal dari tempat lain, atau berasal dari waktu yang berbeda leverage, istilah leverage ini adalah small changes can produce big results bahwa anda harus mencari, mampu untuk melihat ini, ini yang menjadi benefit ketika anda mendapatkan perfected system konsep N bahwa anda harus pastikan bahwa anda memiliki perspektif untuk bawa Ini namanya solusi terus multi dimensi. Keempat adalah ini ada isilahnya si Peter Saini, dividing an elephant in half does not produce two small elephants. Ini yang disebut sebagai emergent properties dalam dunia system thinking. Bahwa belum tentu Anda membagi permasalahan menjadi dua, terus Anda selesaikan dibalik lagi itu bisa atau dua itu menjadikan dua hal yang berbeda. Karena kita mendapatkan dua yang, dan jangan salahkan orang, salahkan sistem yang membuat orang itu bersalah.
Ini kita... kenalkan di sistem kualitas ini adalah yang disebut sebagai the loss of fifth discipline Ini adalah diskusi dari disiplin-disiplin dan lima organisasi. Ada personal mastery, shared vision, team learning, mental models, dan system thinking.
Ini adalah lima disiplin atau hal yang harus selalu dilatih di dalam organisasi yang dianggap sebagai organisasi pelajar. Di sebelah kanan ini adalah penjelasannya. Untuk personal mastery, each individual harus bangga terhadap pekerjaannya.
Ada beda, orang katanya orang Jerman sama orang Jepang. Orang Jepang itu berfokus kepada grup. Sebagai orang Asia, seorang Jerman berbual terus kepada individual.
Nah ini namanya personal mastery. Shared vision, people still need guiding light. Jadi harus ada semacam, kenapa kalau organisasi sampai hari ini ngotot harus ada visi dan misi.
Karena sebenarnya itu adalah shared vision, walaupun ada orang yang mengatakan ini forced vision pak, kalau visi dan misi pak, saya nggak bikin, saya terdaftar tapi saya disuruh bikin. Tapi intinya tetap harus ada guiding light. Team learning adalah tentunya, oh ini saya harus. team learning artinya adalah kemampuan untuk berkolaborasi dengan orang lain artinya dia mampu menghargai pendapat orang lain dan bisa bekerjasama dengan yang lain, mental models asumsi ini disimplifikasi oleh Peter Sengim di deeply ingrained assumption and generalization lalu system thinking, bahwa kenapa kita tidak berpikir sistem kalau memang kita harus berpikir cara sistem dan mulai dia elaborasi apa itu berpikir sistem di dalam slide ini Selanjutnya, Peter Senge men-define system thinking sebagai sebuah karakteristik atau sebuah ciri-ciri bagaimana orang memandang sebuah warna masalahan.
Jadi, the fifth discipline pertama kali mengenalkan apa itu system thinking dalam bentuk ciri-ciri yang harus dimiliki oleh seorang. Yang menurut dia ada sekian banyak karakteristik yang harus ada, yang membedakan antara traditional thinking dengan system thinking. Pertama adalah overall view-nya, key process-nya, type of analysis-nya, focus integration-nya, state during investigation, basic assumption, problem resolution, dan operation of parts.
Ini adalah hasilnya. Jadi ini pertama kali sistem thinking dikenalkan dalam bentuk ciri-ciri seperti ini. Yang sebenarnya nanti bisa Anda pelajari sendiri di dalam bukunya.
Saya akan tidak detail masuk ke sini. Tapi Anda bisa lihat bahwa ada perbedaan. Caranya adalah tadi.
Ini adalah, kalau ini adalah si A, ini adalah si B. B dikatakan berpikir sistem karena dia memiliki ciri-ciri ini, sedangkan A tidak berpikir sistem karena dia memiliki ciri-ciri ini. Itu adalah cara sistem thinking diterjemahkan.
Tapi ini adalah pertama kali di dunia bisnis dikenalkan bahwa you have to shift your thinking dari traditional thinking ke sistem thinking. Sistem thinking itu apa? Ini ciri-cirinya.
Itu cara pertama untuk meletakkan tentang berpikir sistem. Contohnya adalah ini, disebut sebagai persepsi linearitas. Di dalam traditional thinking.
Kita selalu berasumsi bahwa segala hal di sebuah permasalahan itu memiliki berbagai macam sumber permasalahan, di mana sumber permasalahan ini berkontribusi secara linier terhadap permasalahannya. Jadi dia mengajuk pada satu permasalahan. Ini yang kita sebut sebagai lost shopping list atau laundry list, data belanja thinking. Padahal kenyataannya mungkin kita tahu bahwa poor management akan membuat key employee leaves. Key employee leaves akan membuat quality product suffer.
dimana ketiga-tiganya secara berkontribusi akan saling berhubungan sedemikian rupa sehingga perusahaan menjadi floundering. Sehingga in reality, things are interconnected in a way. Jadi ini dianggap sebagai traditional thinking, sedangkan ini dianggap sebagai system thinking.
Well, cause and effect itu lebih penting, juga harus ada dipertimbangkan dalam mempertimbangkan sumber-sumber masalahan. The ways of system thinkers, menurut Peter Senge, adalah jadi orang-orang yang berpikir sistem, adalah seperti ini. Bahwa dia sees the whole picture, holistic. Dia mampu memperspektif untuk mencari mana aktivitas yang menghasilkan output terbesar.
Dia memiliki helicopter view untuk mencari cause and effect relationship. Jadi helicopter view tidak sembangkan helicopter view, tapi dia mencari 6 cause and effect. Ketiga, memperhatikan mental model bagaimana dia mempengaruhi cara kita melihat sebuah permasalahan. Nanti akan kita bahas dalam material mental model berikutnya.
Memberikan perhatian kepada jangka panjang, jadi tidak berpikir hanya jangka pendek saja. Yang keenam, melihat interdependensi. Yang berikutnya, find whether unintended consequences emerge. Apakah Anda mengantisipasi adanya konsekuensi yang berini. Lower the waterline, nanti ada istilah iceberg of problem, nanti saya akan bahas ini.
Waterline to focus on structure, not on blame. Jangan fokus kepada event. Dan sangat nyaman terhadap yang namanya paradoks.
Jadi paradoks itu di... Tidak harus langsung disingkirkan, memang tidak menyenangkan ada perbedaan pendapat, tapi dipikirkan sedikit baru setelah itu tidak selalu diselesaikan langsung dengan ininya. Jadi harus lihat bahwa setiap paradoks itu memiliki kemungkinan untuk mengedukasi kita terhadap permasalahan.
Nah, itu adalah pola pertama, yaitu membedakan antara orang yang berpikir sistem sama orang yang berpikir tradisional. Sedangkan pola pikir yang kedua adalah, jangan gitu deh, bisa nggak sebuah sistem thinking itu kita lihat sebagai sebuah proses. Ini udah mulai, tadi kalau tadi kan sebagai sebuah output ya, seolah kita mengatakan, ya sudah pokoknya outputnya kayak gini, prosesnya terserah kamu. Nah, si Barry Deschman mengatakan, gimana kalau kita melihat bahwa berpikir sistem itu adalah gabungan dari tujuh thinking skill.
Yaitu adalah Dynamic Thinking, Systemized Cloud Thinking, Forest Thinking, Operational Thinking, Closed Loop Thinking, Quantitative Thinking, dan Scientific Thinking. Yang ini sebenarnya akan kita bahas dengan konteksual Helicopter Thinking, Process Interconnection Thinking, dan Quantitative Helicopter Thinking. Dynamic Thinking itu maksudnya adalah berpikir secara masa lalu dan masa depan tadi.
Jadi kita harus memiliki Helicopter View untuk melihat waktu tidak hanya saat ini saja, tapi bagaimana masa lalu seperti apa, masa depan seperti apa. Yang kedua adalah causality, bahwa kita harus mencari adanya kaos, bahwa sebuah permasalahan, seperti yang saya katakan, bukan linear ya, sebuah permasalahan itu timbul karena berbagai macam akar-akar permasalahan yang tidak linear berhubungan dengan permasalahannya, tetapi berbasis kepada non-linearity. Yang kedua adalah forest thinking, ini adalah kemampuan seperti helikopter tadi, bahwa Anda boleh fokus kepada satu permasalahan, tapi harus jelas bahwa permasalahan itu adalah bagian dari sebuah sistem yang lebih besar yang mungkin berkontribusi kepada permasalahan tersebut itu yang kenapa saya sisi sebagai Helicopter View Thinking atau konteks Helicopter View Thinking yang keempat harus bersifat proses jadi dia harus membayangkan bahwa apa yang anda sedang hadapi sekarang itu ada proses di belakangnya, ada operation di belakangnya yang harus anda pertangkapkan lalu anda harus perhatikan bahwa dia akan menjadi yang namanya Close Loop jadi disini dikembangkan dari yang nomor dua ini kalau ada causality maka ada kemungkinan bahwa kausal itu akan membuat suatu karma bahasanya, jadi akan kembali ke diri kita sendiri. Ini tujuannya karena tahu tadi kan bahwa salah satu keseklemahan dari traditional thinking itu adalah the enemy is out there, padahal kita memiliki kontribusi terhadap permasalahan tadi. Yang ke-6 adalah quantitative thinking, bahwa kita walaupun kita mengetahui permasalahan itu bersifat ini, tapi paling tidak kita harus memiliki ukuran.
yang bersifat kuantitatif terhadap apapun yang sedang kita evaluasi harus berbasis kepada ukuran karena dengan kuantitatif tadi maka kita bisa menjaga objektivitas dari proses berpikir kita lalu yang terakhir adalah scientific thinking bahwa segala hal itu perlu ada yang namanya hipotesa terlebih dahulu untuk kemudian Anda debatkan apakah hipotesa ini benar atau tidak jadi itu yang disebut scientific thinking Anda menemui sebuah fenomena, Anda beri hipotesa lalu Anda membuktikan apakah hipotesa Anda benar dan salah dengan suatu meteorologi tertentu Itu yang disebut asentivitikin. Jadi semacam ada proses untuk melakukan evaluasi dan scrutiny, bahasa Indonesia scrutiny, memeriksa apakah memang apa yang kita anggap benar itu benar, atau memang ada pendapat-pendapat lain yang harus saya penemankan. Itu kenapa saya buat ini tiga bagian, Helicopter Relativity Thinking, Post-Intellectual Thinking, dan Quantitative Hypothetical Thinking. Ada hipotesa di dalamnya.
Sehingga in short words, How system thinking related to the system characteristic Think in helicopter views Think in connection Think in holistic Think in purposeful Think in context And think in dimensions Ini berhubungan dengan sistem karakteristik Jadi Barry Richman sudah berhasil membuat satu proses Eh, suatu definisi sistem thinking Yang tidak berdasarkan kepada output Tapi suatu proses yang sudah mengacu kepada ciri-ciri daripada sistem Nah, ketika saya membangun kuliah ini, saya lebih berpikir lebih sederhana bagaimana yang menyederhanakan konsep dari Barry Richmond ini, karena ketika saya ajakkan hanya proses-prosesnya akan bertanya apa yang harus saya lakukan, Pak? Nah, gara-gara saya bertanya apa yang harus saya lakukan itu ternyata saya bisa mendapatkan jawabannya, yaitu adalah kalau kita kembali dalam definisi thinking bahwa kita berpikir ketika kita menjawab pertanyaan, ya berarti yang namanya proses tadi adalah ketrigger gara-gara sebuah pertanyaan yang meminta kita menjawab sesuatu Sehingga kita mengekspansi dari simple 5W1H yang biasanya dipakai untuk analisis what, where, when, who, how, and how. Itu kita ekspansi ke arah ciri-ciri sistem tadi, itu adalah ini tadi.
Ini yang membuat ide bagi saya untuk mengatakan bahwa system thinking is asking about yourself based on 5W plus H regarding the system. properties yang harusnya Anda dapatkan kalau Anda menganalisa sebuah sistem berbasis kepada proses tadi sehingga Anda akan mendapatkan output sebagai orang-orang yang dikategorikan berpikir sistem Sehingga berdasarkan dua kombinasi tadi, definisi pada sistem dan bagaimana secara historical sistem thinking itu dipandang dari tadinya adalah sebuah perbedaan antara karakteristik dari berpikir sistem sama tidak, kemudian orang memiliki ide untuk mengembangkannya menjadi sebuah proses bergabungan dari berbagai macam pola berpikir, maka sebenarnya di kelas ini kita akan coba, kita akan kombinasikan itu dengan mengatakan bahwa bagaimana kalau kita mengembalikan sistem thinking. Kedalam definisi thinking aslinya yaitu ada bertanya kepada disini tadi.
So what is system thinking? A way of thinking through self-questioning of properties system at the problem we are facing. Sehingga ini nanti akan membantu Anda untuk melihat ini.
Feedback causal structure of elements that could build, modify, and improve the quality of our own mental model in response to the problem. By suspending automatic flow of thought, asking the right questions, and actively listening the answers through an interactive and iterative. proses. Ini adalah cara untuk berpikir sistem secara definisinya dalam kelas ini.
So, what are the questions that we should ask? Konteksnya seperti apa? Interaksinya seperti apa? Bundelisnya seperti apa? Komponennya seperti apa?
Purpose-nya seperti apa? So, apa yang sebenarnya kita tanyakan? Pada saat awal saya membangun konsep berpikir sistem ini, saya menggunakan isla The Batik karena pada saat saya mengajar, saya dirutuk paling suka pakai batik.
jadi Pak Ahmad kalau ngajar pasti pakai batik sehingga saya bilang dari ini The Batik itu adalah dimensi, batasan arah, tujuan dan sebagai interkoneksi tapi sekarang saya mengubahnya menjadi lebih sederhana menjadi nama 3C saja yaitu Connectivity, Component dan Contextual di belakangnya ada yang namanya Proses, yang memang secara histori menjadi bagian terpenting dari pendefinisian berpikir sistem sehingga Anda mendapatkan apa yang Saya gambarkan pada slide pertemuan materi pertama, yaitu adalah bahwa berpikir sistem harus berpikir proses, berpikir bagaimana mendapatkan komponen, bagaimana koneksi antara komponen, dan melihat konteks yang bisa mengubah proses, mengubah persepsi Anda terhadap proses, komponen, maupun koneksi. Jadi PK3 ini adalah berpikir sistem gaya dari kita. Dan inilah pertanyaan-pertanyaan yang bisa Anda dapatkan untuk mendapatkan memastikan bahwa Anda bisa berpikir secara ini Anda bisa buat semacam kertas tertulis Anda tempel di depan kalau memang Anda mengaplikasikan dan melatih ini untuk melihat ketika Anda mengalami suatu permasalahan Anda tinggal melirik terhadap apa yang Anda tempel Anda tahu, saya sudah benar belum?
Saya sudah mempraktikkan konteks belum? Saya sudah melihat koneksi atau belum? Dan lain sebagainya Nah, so how does managing with systems in mind like? Nah, ini saya tidak akan bahas karena sangat panjang nanti akan saya coba cari buku yang saya pakai untuk menjelaskan ini saya akan upload di UMass atau saya upload di Google Classroom jadi bukunya namanya The Managing With System The Thinking ya, The Book sekilas, intinya adalah kalau Anda memperhatikan soal apa namanya, ciri-ciri di web ecosystem ternyata dia bisa menjadi sebuah panduan dalam melakukan manajemen walaupun lebih ke arah kepada adalah apa yang harus Anda lihat dan sebagainya sehingga Anda harus ingat bahwa Anda harus berpikir tentang tujuan, berpikir tentang Bundarist, berpikir tentang tujuan, berpikir secara keseluruhan, bukan hanya bagian, berpikir tentang koneksi, dan berpikir dalam multidimension.
Saya akan speed review saja, karena ini hanya ada sekitar 40 slide, sehingga saya tidak akan bahas semuanya. Saya akan mungkin bahas dua bagian yang agak detail, yaitu Bundarist dan Purpose. Masih ingat yang saya sebut kemarin, the way we see a problem is...
Might be the problem, ini adalah soal Bundarius, bahwa ternyata cara kita Membatasi sebuah permasalahan itu Akan membuat kita Mendapatkan gambaran yang lebih utuh Atau malah mempersepit gambaran kita Lalu contohnya ini, Anda pernah Mendapatkan kasus ini ya, ketika kita Mendapatkan sebuah kasus Nine dots, yang tadinya Ada sebuah, apa namanya Kotak di sini, terus tolong Nine dots ini dihubungkan Dengan hanya empat garis Oke Nah, tapi kalau kita bayangkan masih ada garis ini, maka kita akan kesulitan untuk menggambarnya. Karena solusi daripada cara menggambar dengan 4 garis ini adalah menghilangkan bundarisnya. Seperti ini. Jadi ini memang ada, lalu dia harus diluar daripada bundarisnya. Jadi kalau kita mau menghubungkan ke 9 titik ini dengan hanya 4 garis, kita harus mengekspansi konteks pemasangan kita.
Nah, kalau satu garis gimana? Bisa nggak? Bisa. Itu adalah pakai kuas cat. Kan satu garis ya, tapi emang satu garis dengan dimensi yang luar biasa.
Anda bisa dengan 3 garis nggak? Ada kalau Anda lipat kertasnya, sehingga Anda mendapatkan 3 garis saja. Asumsinya di atas sebuah kertas ya. Sehingga istilahnya adalah expand the frame to try to see all the variables before solving the problem.
Itu adalah contoh point of view-nya. Ini adalah yang diminta dalam bukunya Managing with System Things. Dan pieces process mapping, ini juga yang diajarkan dalam kelas quality.
Itu yang diajarkan. Ini apa yang anda bayangkan, ini yang seharusnya terjadi, tapi sebaiknya adalah seperti ini. Jadi ada semacam gap antara apa yang anda pikirkan, yang terjadi, dan apa yang seharusnya.
Itu adalah contoh daripada business process mapping yang tergantung dari benda ini. So, expand the frame, try to see Bureau of Boundaries as works. Ini untuk menghindari yang kalau dalam metanoia tadi adalah I am my position and the focusing of events.
Kalau dalam sebuah supply chain, kontribusi error yang ada itu, walaupun Anda tidak berkontribusi dalam error, tapi kalau sebelumnya 5 dan 10% dan sudah ada 10, maka terakhir adalah terakumulasi menjadi 50% error. So, Anda baik-baik saja, tapi kalau sebelum dan sesudahnya tidak baik, percuma. Always find the right context dalam sebuah bondarist, bahwa tidak ada yang maksimal, yang adalah optimal.
kesadaran bahwa tidak ada yang berubah kecuali perubahan sehingga apa yang maksimal hari tidak bisa maksimal pada hari esok, sehingga Anda harus memperhatikan apakah ada konteks di mana solusi ini tidak menjadi optimum nah, to change for the better create the need for change intinya adalah perubahan itu selalu apa namanya, susah sehingga yang Anda harus kerjakan adalah Anda harus mencari alasan untuk berubah sehingga krisis, apapun nah Masa sulit adalah satu catanya anggap sebagai suatu kesempatan untuk melakukan perubahan yang bersifat struktural yang lebih baik. Think about the purpose, ini sebuah proses di mana Anda diminta untuk melihat tujuan daripada sistem dan menggunakan itu sebagai perubahan. System is a goal-seeking entity, dia akan dynamic, changing depends on time.
Sebuah sistem mungkin punya beberapa goal sekaligus, tapi jangan kayak pemerintahan Indonesia ya, kebanyakan yang ingin dituju sehingga malah tidak ada yang tercapai. Multiple directions, goals are not necessarily the same directions, ini juga harus diklarifikasi, kalau terjadi maka harus dilakukan alignment, makanya ada istilah, ada buku-buku manajemen namanya alignment itu gara-gara ini, sebuah prinsip sistem yang dilanggar. A system thinker should always identify the goals in its characteristics to the system that he analyzes. Nah, so identify, highlight, share, and monitor system goals continuously. Jadi kenapa kok di dalam...
ilmu-ilmu strategic management, visi dan misi itu harus ditempel, harus dihafalin, dan lain sebagainya. Karena memang ini yang diminta. Dan primary goal daripada sebuah sistem itu biasanya adalah keseimbangan. Keseimbangan itu adalah seperti ini. Tapi, the ultimate lowest fundamental goals of all systems, selain keseimbangan, itu adalah sebagai survival.
Tapi ini lebih karena theoretical principle daripada sistem. Mungkin kalau Anda memang membutuhkan untuk dielaborasi, Anda harus dielaborasi pada tanya-jawab. Sehingga, three types of system purposefulness, goal seeking, equilibrium, and elaboration.
Sehingga kita bisa mengatakan ada 3-4 berbasis kepada 3 kemungkinan goal tadi, ada 4 klasifikasi yang terjadi. Pasif, reaktif, responsif, maupun aktif atau proaktif. Kadang-kadang kita juga bisa membagi goal seseorang atau dalam organisasi itu ada yang rasional, ada yang emosional.
Ada yang berbahasa kultural, ini yang saya bilang sebagai social restriction atau social, di dalam video yang kita jabarkan pada pertemuan, pada materi sebelumnya, social conformity itu adalah karena ini. Jadi kita memiliki keputusan karena kita mematuhi social conformity. By the world is not run by those who are right, but by those who can convince others that they are right.
Ini adalah konsepnya, sehingga bagaimana kita harus mematuhi social conformity. Convincing people, bisa karena rasionalnya, bisa karena emosionalnya, bisa karena goal. Ini adalah 5 versi orang sistem memandang tujuan daripada organisasi.
Ada yang distribution of wealth, economics, ada yang distribution of truth, scientific, ada yang beauty atau aesthetic, values, ethics, dan power. Dengan memahami goals ini, Anda akan bisa lebih sabar menghadapi bagaimana harus merubah organisasi. Lalu, purpose yang ketiga. Kedua, ini yang saya sering gunakan di kelas, bahwa Anda harus begin with the end in mind. Always make sure that there is a sharp vision.
Saya suka dengan istilah ini, karena saya mencoba memiliki hipotesi, sehingga jabarkan apa yang Anda inginkan dan dapat. Nah, ini adalah berikutnya. silahkan anda coba perhatikan perjelasannya saya akan skip karena sudah saya bahas dalam video sebelumnya leadership bagaimana ini lalu team connections ini yang kita sudah jawab jadi silahkan anda baca saja di dalam slide nya Ini yang saya coba elaborasi sedikit, yaitu persepsi besaran terhadap pengaruh efek. Kita tidak tahu, buatannya dari omongan-omongan saja, malah bisa menghasilkan kerugian yang jutaan rupiah.
Kalau mau merugi sampai jutaan rupiah, awalnya juga dari jutaan rupiah. Yang saya maksud dengan persepsi besaran pengaruh efek adalah, kadang-kadang kita tidak sadar bahwa hasil ribuan jutaan rupiah itu dimulai dari hanya omongan. Atau kerugian yang miliaran rupiah mungkin. Jadi asumsinya adalah oi. berantem di sosial media, jadi berantem antar pelajar, karena antar pelajar dia merusak stasiun.
Jadi penyebab dari penyebab stasiun itu bukan karena adanya bis yang nabrak, tapi karena omongan gosip. Itu yang disebut sebagai pesasi-pesan dengan efek yang berbeda. Sama, ini juga pasif adaptation yang sudah kita bahas tadi, The Parable of Boil Frog.
Ini silahkan Anda baca tentang apa yang masuk ke Parable of Boil Frog. Lalu adalah The Dance of Change in the Relationship. Ini akan saya bahas lebih dalam di dalam game, jadi saya akan agak skip sebentar tentang apa yang jadi structure di dalamnya, ini yang sebagai iceberg model, yaitu Anda hanya melihat apa yang ada di atas, tugas Anda sebenarnya harus melihat ke bawah, itu adalah perilaku dari perilaku ini, pasti Anda harus lihat dari sisi strukturnya ini yang dikejar di dalam bagaimana memandang sebuah system thinking itu adalah structure yang akan mengenerate perilaku, perilaku akan mengenerate event-event yang ada lalu... Ini adalah side effects yang dipakai.
Ini multidimensional, kita tidak terbiasa untuk ngomong di kotomi, padahal seharusnya kita ngomong secara kontinu. Ini dalam kehidupan pribadi kita manusia, kita juga mengenal yang namanya multiperan. Anda adalah teman di tempat kerja Anda atau di kampus Anda, tapi Anda adalah baggage handler ketika menemani istri Anda belanja atau suami Anda belanja. atau menemani ibu anda belanja, anda menjadi kulih-kulih tempat angkat-angkat barang anda menjadi bos di tempat kerja anda juga menjadi pasangan dari istri atau suami anda anda adalah bank bagi anak-anak anda atau istri anda, kalau ada laki-laki intinya adalah setiap orang memiliki multiperan yang dia akan berubah perannya tergantung daripada konteksnya itu penjelasan utamanya sehingga inilah terjadi, always find the right context contextual focus penting karena itu akan menjelaskan kenapa kita harus dan kita menjadi basis dimana kita bisa menerasikan dan kita harus tahu bagaimana melakukan leverage kita ada sebuah pepatah yang mengatakan bahwa saya bisa menyongkel bumi selama ada bisa memberikan saya tongkat yang paling panjang dan titik yang tepat sehingga saya akhirnya dengan mudah menyongkel bumi, itu adalah leverage nah ini adalah dictionary keyword transit system Holism itu apa, goal seeking apa, ini tetap saya akan dapatkan sendiri, tapi intinya ini adalah yang harus Anda pahami kalau Anda ingin mendapatkan beberapa hal yang mungkin saya sebutkan di dalam perkuliahan dan Anda tahu ini maksudnya apa, Pak, yang Anda bisa cari di dalam ini. Oke, karena begitu.
Terima kasih.