Transcript for:
Legenda Pitung: Pahlawan Kampung Betawi

Intro Legenda yang menceritakan tentang perjuangan seorang anak Betawi Ia bernama Pitu Ia tinggal di sebuah kampung bernama Kampung Bojongkenyat Dan di kampungnya pula ia terkenal sebagai jagoan silap Tak segan Ia membantu banyak tetangga yang membutuhkan bantuan. Tak lain seperti saat kampungnya didatangi oleh Belanda. Sejak kampung Bojongkenyot didatangi Belanda, sering terjadi bentrok antara penduduk kampung dengan Belanda. Dan pada saat itu pula, Menir Belanda dengan buah putri dan satu anak buahnya pergi untuk mencari makan di sekitar kampung Bojongkenyot. Ayo kita mengisi perut di tempat itu Ayo bih, asik Di sini orang mau makan apa? Oh cuma ada makanan biasa Tuhan Saya mau yang itu, itu, dan itu Bentar ya Tuhan, saya ambil dulu Ya, pergi sana. Setelah selesai makan, Lala dan Maria disuruh pulang oleh ayahnya. Ya, berdua pulang dulu, tapi masih mau disini. Oke, P. Ketika sudah selesai makan, menir dan kedua anaknya keluar begitu saja. Karena menir keluar dengan senaknya, maka terjadilah keributan antara menir dan emak. Melihat kejadian itu, Pitung datang dengan emosi. Eh, Tuan, Tuduh! Kan makanannya belum dibayar. You mau minta? You tidak tahu saya siapa? Maaf ya Tuhan, bukannya saya yang meminta. Tapi kalau disini kalau ada sesuai makan, itu dibayar. You tidak menghormati! Ada ribut-ribut apa tuh di warung emang kue? Maksudnya apa? Perang aja? Capek ganggu emak gue sama penduduk sini. Saya yang berkuasa disini. Lu berkuasa! Gua udah dari kecil disini! You talk too much. Penceng, habisi dia! Siap, Tuan. Perkelahian pun dimulai. Dan akhirnya Penceng berhasil dikawalkan si Pitung. Menirip pun pulang dengan Pencengnya. Rasain lu! Lu gak tau gue jagoan petawi disini! Makasih ya, Tuh. Udah bantuan nih. Iya, sama-sama, Mak. Santai aja. Siap! Bisa sih kawan dengan dia Non, ayo diceritakan orang Betawi itu Memangnya siapa orang itu? Katanya sih namanya Pitung Siapa Pitung? Ya, gue setan Banyak yang bilang dia jawab Betawi Oh Eh Pitung, aku gak ngeliat loh orang-orang pada muka disitu. Ah, itu yang tadi pagi ribut sama gue. Pitung dan Dudung pun menghampiri Menir. Dan tidak sengaja, Pitung bertetap muka dengan Maria. Karena Maria melihat Pitung menatap Maria, Menir menegur Pitung. Apa yang lu disini menir? Yuk apa yang lu disini? Lihat tangkai. Weh, santai dong. Udah lah Tung, gak digunainya lu berantem sama itu orang. Kesokan harinya, Maria dan Lola sedang berjalan-jalan di perkampungan. Tak sengaja, mereka bertemu Pitung dengan menatap mata. Sejak saat itu, benih-benih cinta tertanam di hati Pitung dan Maria. Hei Noni Noni, lagi pada ngapain nih di Mari? Lagi jalan-jalan Iya, kita orang lagi cari-cari udara segar Sister, ayo kesana dulu ya, cari udara Ya, jangan jauh-jauh Dadah, sister Nama Noni siapa ya? Nama Ay, Maria Eh, nama Ay apa? Nama Ay, Pitung Oh iya, Pitung boleh temenin Ay jalan-jalan ke teman-teman Yuk, mari Ay angker Akhirnya, mereka pun berjalan-jalan dan Maria memperlihatkan sebuah kalung kepada Pitung. Tak disangka, Penceng melihat mereka berdua dan langsung melaporkan ke Menir. Alhasil, Menir pun marah dan menyuruh Penceng untuk membawa Maria pulang. Nona, saya diminta Tuan Benir untuk membawa pulang Nona. Mari. Nggak! Nggak! Nggak! Pitung! Janji bakal balikin kalung ke Nona Maria. Fatime mendatangi Pitung yang baru saja kembali ke rumah dan sedang menatap kosong ke arah depan. Abang kenapa bengong begitu sih? Gak kenapa-kenapa kok. Abang gak bisa bengongin Fatime. Kita sama-sama dari orang sampai sekarang. Gimana Fatime gak tau sih? Abang cuma lagi mikir dulu. siapa tahu ini bisa solusi itu ya terus kenapa ya Bang masih Maria Nah pas abang baru kenal sama dia tuh abang tuh udah jatuh cinta sama dia Yaudah sih bang dikejar aja siapa tau jodoh Ya gimana ya abang jadi rambu karena dia anak istrinya Abang jodoh tuh gak akan kemana yang penting nih ya abang usaha dulu Tapi Udah lah abang pak Tino mau ke rumah dulu ya Yaudah Sementara itu di rumah menir, Maria menangis karena dimarahi oleh papinya. Keesokan harinya, Pitung datang ke rumah Menir dengan emosi bersama Dudung. Karena Menir mendengar teriakan Pitung dan Dudung, ia menyuruh Penceng untuk melihatnya. Apaan ini kesini? Kemaren apaan lo surah gua lo untuk narik Maria? Emang itu sikap bapak yang baik? Lo ngomong apa? Keinci, habisi dia. Tunggu dulu Tung. Buat apa kita kesini? Iya nggak? Maksud lo? Dah, dan gua aja. Dan perkelahian pun terjadi antara Dudung dengan Penceng. Namun, fakta berkata lain. Dudung dapat dikalahkan oleh Penceng karena memakai senjata. Pitung yang tak terima temannya terluka, menggantikan perkelahian dengan Penceng. Eh dong, lu gapapa ya? Gapapa gue. Eh lu gapapa yang temen gua lu? Dan Pitung memenangkan pertarungan kali ini. Lalu ia bertanya kepada menir, dimana Maria? Ternyata setidak pengetahuannya, Maria dikunci di kamar bersama adiknya. Mana Maria? Dia ga disini, lu pergi sama dia. Ayo dong kita balik. Lalu keesokan harinya, karena menikah kesal dua kali terhadap hitung, ia mengadakan sayem bara untuk menangkap si hitung dan membawanya kepada penir untuk dibunuh. Barang siapa yang bisa menangkap si hitung akan mendapatkan hadiah yang sangat besar dan berharga. Sayem bara itu terdengar hingga ke telinga dudung. Ia langsung tergiur dengan hadiah yang ditaruhkan. Buset, apaan nih? Wah, lumayan juga nih ya hadiah saya mbaranya Gimana kalau gue jebak ke Pitung? Apa lo bilang? Pitung udah baik sama kita semua Masa lo mau jebak? Temen apaan lo? Halah, gak usah ikut campur deh, Mak Jadi... Jadi gimana nih? Lu mau bantuin gue nggak? Nggak, bantu bener lu Dudung pun jalan sendiri ke rumah si menir dan memberitahu kelemahan si Pitung Sedangkan, emak yang mengetahui hal itu langsung memperingatkan si Pitung yang sedang tidur Eh, Pitung bangun lu! Apaan semua? Itu, si Menir mau ngejebak lo. Jebak kemana? Jadi, si Menir punya rencana sama si Dudung. Karena Dudung pengen hadiah dia. Gak mungkin lah, Mak. Si Dudung udah swipe airnya dikit. Yaelah, lo diperingatin. Semoga gak kaget apa-apa ya lo. Yaudah, gue gak mau tidur aja. Menir! You, you ngapain disini? Eh, santai dong bos. Gue tau nih kelemahannya si Pitung nge-amit diri Mame. What? You tau kelemahan Pitung? Ayo, masuk rumah. You, duduk sini sekarang. Oke, jadi lu tau kolomannya sepitung? Wait, tunggu dulu dong bos, hadiahnya mana nih? Oke Ini hadiah buat lu Buset, ini emas, gede betah Kayak mendadak nih gua Oke, sekarang kolomannya sepitung apa? Oke oke, ini sepitung bisa mati kalau ditembak pake pelur emas Oke, dulu mas. Saya akan coba sekarang yuk. Keesokan harinya, Menir menyuruh Penceng menangkap Sipitung dan dibawa ke sebuah lapangan. Menir juga menyuruh Penceng untuk memberitahu ke semua warga kampung untuk berkumpul di lapangan, kecuali Sipitung. Buset di jalan sepi buat ya. Mau mana ya orang-orang? Ceng, rapet dia, bawa dia ke lapangan. Tekon. Pasin, bo. Mau dibawa kemana sih, bo? Udah, ikut aja gue ke bos gue. Lu sudah bikin ayah marah. Ayah akan bunuh lu pake tangan ayah sendiri. No, Papi, no! Udah, mari ya. Duduk di situ aja. Sudahlah, sister. Ayo, dengarkan fitur. And you, tolong bantu Ayu untuk mengarik Maya Likmar, ya? Iya, deh. Help! Help me please, no! Ayo, tembak buah. Sain nih. Eh, si kakak kenal. Lu gak tau apa jurus cicak menangkap bangsa. Menir pun kesal dan ia mengganti peluru pistolnya menjadi peluru emas. Dan dia mengokong lagi pistolnya dan mengarahkan kepada si Pitung. Namun, Pitung tak dapat menangkis peluru emas itu dan tepat mengenai dadanya. Sekarang, gue pakai peluru emas. Terima kasih telah menonton Hai mampus mati sekarang ngopi tuh titung Berkat perjuangan itu, mereka semua hidup dengan tentram dan tidak ada bentrok Belanda dengan Batavia. Maria memutuskan untuk tinggal di Batavia dan lala kembali ke Belanda. Kurban kedakaran gue Kurban yang selalu kayak mendadak nih gue Sudah Jadi, kalau mas gitu, apa? Oke, oke. Dia bisa mati jika ditembak dengan mas peluru. Masa mas peluru mati? Udah bukul ya? Buset. Kayaknya wajib. Buka juga ya? Buka. Pitung, buka cadarmu Di Padang, Tandu