Kampung Adat Mahmud Kampung ini terletak di desa Mekar Rahayu, Kecamatan Madla Asi, Kabupaten Bandung. Lokasinya strategis karena persis berada di tengah kota Bandung dan Soyang. Dari Kabupaten Soreang kurang lebih berjarak 6 km, sedangkan dari arah Kota Bandung kurang lebih 16 km. Sepanjang perjalanan, para peziarah disuguhi hamparan sawah dan aliran sungai Citarum yang menjadi ikon kampung tersebut. Dari plang ini, sekitar 205 meter ke dalam, terdapat masjid dan makom Mahmud.
Ketika masuk ke dalam, para peziarah disambut dengan kios-kios layak yang dimakam para waria. Di Jalan Jalan Men, di dalam Haji Abdul Manap, ada acara yang diperlukan. Di tempat ini, ada kerah di Tumal. Kerahnya di tanah di Kampung Mahmud Beka. Di tanah ini, ada kerah yang di simpan di Masjid Jamal.
Di tempat ini, ada Kampung Mahmud. Kampung ini terpuji, tersebut memiliki suhur. Memiliki suhur.
Di sini ada sumur. Bukan punggung. Di sini ada bumi semuanya. Bedong. Tersebut memiliki suhur.
Di sini ada jendela. Di sini ada jendela. Haram kawannya. Kami menganggap kenteng ini sebagai kenteng barong.
Kami menganggap kenteng ini sebagai kenteng berwarna merah. Kami menganggap Terbang Ekonomi Mebel Kursi Dari segi arsitektur Salah satu kehasan yang dapat kita temui di kampung ini adalah bumi adat Atau rumah panggung tradisional masyarakat Sunda Yang syarat akan filosofi hidup sederhana dan religius Kegiatan-kegiatan religi biasanya dilaksanakan pada hari-hari besar dalam Islam Seperti rojaban atau murudan Pada acara seperti ini umumnya digelar solawatan, pengajian atau permainan terbang sebagai salah satu kesenian bukun orang Sunda. Kritis besar lainnya adalah jiarah massal yang biasa diselengarakan pada minggu kedua di bulan sawal. Bentuk kesenian terbang ini dapat berupa komposisi musik dan syair, seperti posidahan.
Terbang menggunakan alat musik puko yang teri dari kluk-kluk, kecerik dengan dominasi rebana dari berbagai ukuran. Setiap ukuran menghasilkan suara yang berbeda dan khas. Kini terbang dimainkan dalam acara-acara hajatan, seperti hajatan di tanan atau acara pernikahan.
Setelah melewati pulang ini, kita akan masuk ke wilayah Masjid Agung Mahmud dan Makom Mahmud atau Makam Sheikh Abdul Manab yang merupakan pendiri dari Kampung Adat Mahmud Sheikh Abdul Manab ini merupakan keturunan dari Syarifidaya Tullah atau Sunan Gunung Jati Sheikh Abdul Manab ini diperkirakan hidup di antara tahun 1650-1725 Sebagai mana yang telah dikatakan oleh Narasumber Bahwa Syekh Abdul Manap ini pergi menaikan ibadah haji ke Mekah Ketika dia berada di depan Kaabah Beliau mendapat ilham untuk mengambil segenggan tanah Dari pelataran Kaabah untuk dibawa pulang ke tanah air Setibanya di kampung halaman, tanah itu ditebatkan di sekitar rumah dan ditandai dengan batu atau tugu setinggi kira-kira setengah meter yang berbentuk kuncup. Dan daerah ini yang kita kenal dengan nama Kampung Mahmud Setelah kampung ini diberi nama Mahmud, tempat ini berkembang menjadi salah satu pusat pelajaran spiritual Islam terkenal di Tatar Sunda Dalam penelitian yang menyebarkan agama Islam di Tata Sunda, lebih tepatnya di daerah Bandung, beliau juga ditemani dengan murid, yaitu yang bernama Jaina Arif. Eyang Agung Jainal Arif ini merupakan putera dari Eyang Asmadin dan keturunan keempat Sheikh Abdul Muhyid dari Pemijahan Karangnungga, Kasikmaya. Dalam menjalankan tugasnya, beliau diperintah oleh Eyang Asmadin. dalam Abdulmanap untuk bertapa di 33 gunung di sekitar kampung Mahmud selama 33 tahun dan selanjutnya bersama-sama menyebarkan agama Islam di Jawa Barat makam ayah Agung Jaina Arif ini terletak di samping Mahkum Syekh Abdulmanap Selanjutnya beberapa meter dari makom Mahmud terdapat makom Eyang Abdullah Gedug yang merupakan murid Sheikh Abdul Manap juga.
Makom Eyang Abdullah Gedug ini terletak bersamaan dengan makom lainnya. Jika kalian ingin menjiarahi makom Mahmud, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan Seperti memakai busana muslim, menghormati adat istirahat setempat Juga ketika memasuki kawasan makom harus mematikan handphone karena dilarang mengambil gambar dari makan