Catatan Kuliah: Pengalaman Berbelanja di IKEA
Pendahuluan
- Konten ini merupakan analisis pribadi tentang pengalaman berbelanja di IKEA.
- Penekanan pada desain dan konsep toko IKEA yang membuat pengalaman berbelanja nyaman dan menyenangkan.
- Terdapat dua disclaimer:
- Tidak disponsori oleh IKEA.
- Berdasarkan opini pribadi tanpa penelitian mendalam.
Diferensiasi IKEA
- IKEA berbeda dari toko tradisional:
- Tidak hanya tempat belanja, tetapi juga pengalaman.
- Fokus pada emosional bukan hanya transaksional.
- Tujuan utama IKEA:
- Menahan pelanggan lebih lama di toko.
- Menciptakan pengalaman yang menyenangkan untuk meningkatkan pembelian.
Tiga Fase Pengalaman Berbelanja
- Fase Pra-Belanja
- Pengalaman dimulai dari parkir yang mudah.
- Kantin IKEA yang terkenal sebagai bagian dari strategi untuk membuat pelanggan nyaman sebelum berbelanja.
- Fase Saat Belanja
- Desain toko dengan konsep "fix path" atau labirin:
- Mendorong pelanggan melihat semua produk.
- Menghadirkan koleksi dengan cerita dan inspirasi.
- Penggunaan pencahayaan yang efektif:
- Top-down lighting.
- Mini spotlight untuk menonjolkan bagian penting.
- Banyak cermin untuk menciptakan respons emosional.
- Fase Pasca-Belanja
- Pengalaman tidak berhenti di kasir.
- Tersedia makanan seperti es krim cone untuk meninggalkan kesan positif.
- Menggambarkan pengalaman berbelanja sebagai sesi dining:
- Appetizer = Kantin.
- Main course = Belanja.
- Dessert = Es krim cone.
Kesimpulan
- Analisis menunjukkan bahwa IKEA berhasil menjual produk dan membangun merek secara bersamaan.
- Pengalaman berbelanja yang tidak hanya rasional tetapi juga emosional.
- Peningkatan brand loyalty melalui pengalaman yang menyenangkan.
Tanggapan
- Pertanyaan kepada audiens tentang pendapat mereka mengenai video ini dan pengalaman mereka di IKEA.
Catatan: Ini adalah ringkasan dari analisis pengalaman berbelanja di IKEA dan bukan merupakan penelitian formal.