Transcript for:
Pengalaman Berbelanja Unik di IKEA

Di channel ini gue upload konten apapun yang gue suka. Subscribe dan nyalain lonceng notifikasi jadi gak ketinggalan video berikutnya. Oke, jadi ceritanya gue kemarin ke IKEA dan biasa lah, kalau lagi ke tempat-tempat yang estetik, berkonsep, dan well-designed kayak gini, pikiran gue tuh langsung kerajinan bikin analisis-analisis kecil.

Diawali dengan sebuah pertanyaan, sebenernya, apa sih yang bikin IKEA ini nyaman banget buat belanja? Bahkan saat gue bisa berbelanja dengan nyaman dari rumah lewat website dan sekarang pun udah ada official store-nya di Tokopedia, gue tetap prefer buat berangkat ke alam sutra atau cakung. Kalau udah kayak gini, produk-produk IKEA yang bagus dan murah jelas bukan faktor utama daya tarik brand dari Swedia ini. Kayaknya memang ada sesuatu yang spesial tentang bagaimana IKEA mendesain toko-tokonya. Dan menurut gue, ini menarik banget buat dibahas.

Oh iya, disclaimer tentu aja, video ini tidak disponsori sama sekali oleh IKEA. Tapi kalau ada pihak IKEA nonton video ini, bolehlah kita kontak-kontakan buat kolaborasi Disclaimer kedua, ini akan jadi video singkat aja Semua yang gue utarakan disini berdasarkan opini pribadi Serta analisis cepat aja dan tidak berdasarkan penelitian, riset khusus atau apapun Jadi kita ngobrol santai aja dan kalian juga bisa tulis pendapat kalian Untuk menambahkan opini-opini terkait topik ini di kolom komentar So, mari kita mulai Pertama, menurut gue IKEA sudah melakukan diferensiasi yang keluar dari konsep toko tradisional Kalau kita ngomongin toko, secara definisi adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, serta terjadinya transaksi. Nah, IKEA keluar dari pakem tersebut.

Toko bukan hanya tempat belanja, namun memberikan added value dengan membangun konsep toko sebagai tempat merasakan pengalaman berbelanja. Keliatannya sama-sama aja ya, tapi efeknya sangat jauh berbeda. Yang satu transaksional, yang satu lagi emosional.

Tujuan utama toko IKEA ini bukan yang penting belanja, di mana calon pembeli datang, lihat-lihat produk, lalu beli barang yang mereka perlukan, lalu pergi dengan cepat. No, kalau tujuannya memang transaksional, IKEA punya channel sales lain yaitu toko online dan juga e-commerce. Menurut gue tujuan utama toko IKEA ini adalah menahan customer dan calon pembeli selama mungkin di dalam toko dan menstimuli mereka dengan berbagai pengalaman yang menyenangkan, sehingga pada saat mereka senang, happy, happy, bersemangat, mereka akan belanja dengan jumlah yang lebih banyak lagi.

Dan menariknya ini dalam tanda kutip dikondisikan mulai dari kalian sampai ke IKEA sampai kalian meninggalkan IKEA dan pulang. Dan konsep besar memberikan pengalaman berbelanja yang menyenangkan ini dibagi menjadi 3 fase. Satu, fase pra atau sebelum belanja. Dua, fase saat belanja.

Tiga, fase pasca atau setelah berbelanja. Nah, menarik kan? Mari kita elaborasi lebih lanjut lagi Pertama kita mulai dari fase pra atau sebelum belanja dulu Memberikan pengalaman berbelanja yang menyenangkan di fase pra belanja ini Dimulai pada saat kalian sampai di IKEA dan mencari parkir Dan pengalaman yang gue rasakan adalah Gue gak pernah kesulitan mencari parkir Karena lahan parkir yang luas Dan juga space antara ruas parkir yang berhadapan Mempunyai jarak yang cukup lebar Sehingga sangat memudahkan untuk parkir Kayaknya ya seinget gue Kecuali pada saat high season seperti Idul Fitri, Natal, atau Tahun Baru, gue hampir selalu dapet parkir.

Keliatannya simple banget, tapi hal ini penting banget untuk membangun mood yang menyenangkan sebelum kita masuk ke dalam toko dan berbelanja. Masih di fase pra-belanja, pada saat kita masuk, apa yang pertama kita lihat dan yang biasanya orang lakukan sebelum masuk ke area belanja? Yes, kantin alias food court Ikea yang sangat terkenal tersebut. Yang posisinya sangat dekat dengan area belanja.

Sebelum berbelanja, biasanya calon pembeli mengisi perut mereka dengan menu-menu khas Ikea atau sekedar minum kopi. Menurut gue, ini pun bagian dari strategi dan tujuan utama dari yang gue jabarkan sebelumnya, yaitu menahan calon pembeli dan customer selama mungkin di dalam toko untuk diberikan stimuli dan pengalaman belanja yang menyenangkan. Dan itu nggak akan terjadi kalau calon pembeli berada dalam keadaan perut kosong dan lapar.

Yang ada mereka grumpy dan pengen buru-buru kelar. Dan pergi meninggalkan toko tersebut. Dan feeling gue ada korelasinya sih. Antara IKEA yang menyediakan kantin sebagai fasilitas mandatori.

Dan lokasi IKEA yang biasanya agak jauh dari pusat kota. Jadi setelah menempuh jarak yang cukup jauh menuju IKEA. Dan sebelum masuk ke dalam toko.

Calon pembeli makan dan isi fruit dulu. Dan mereka pun siap untuk merasakan experience yang akan diberikan di dalam toko. Oke itu fase pra atau sebelum belajar.

Elaborasi lebih lengkapnya akan ada di fase berikutnya yaitu fase belanja. Disinilah bagian di mana IKEA harus benar-benar mikirin banget tentang tujuan utama mereka yaitu bagaimana caranya menahan customer selama mungkin di dalam toko untuk diberikan stimuli pengalaman berbelanja yang menyenangkan. Bagaimana itu dieksekusi dalam sebuah desain dan interior di dalam toko mereka.

Nah ini dia. Pertama, IKEA mendesain tokonya dengan konsep fix path atau labirin. Kalian sadar nggak? Kalau kalian masuk ke IKEA, kalian cuma berjalan di satu jalur dari mulai masuk hingga keluar.

Pertanyaannya, kenapa? Kenapa IKEA mendesain tokonya dengan konsep seperti ini? Kenapa nggak bikin banyak jalur aja? Dimana calon pembeli bisa langsung ke bagian yang mereka mau beli Well, IKEA mau kalian sebagai calon pembeli melihat semua koleksi dan produk-produk yang mereka punya Jadi yang kalian lakukan adalah berjalan dari satu bagian ke bagian yang lain Konsep besarnya dalam memperlihatkan produk-produknya aja udah beda Komunikasinya ke calon pembeli bukan kalian mau apa Kita punya yang kalian inginkan silahkan pilih Bukan itu, tapi lebih ke eh lihat deh Kami punya koleksi ini, lalu ini, kemudian ini.

Nah bagaimana dengan ini? Dan terus hingga kalian keluar. Itu kenapa pas ke IKEA kita suka lupa mau beli apa dan akhirnya malah beli barang yang lain. Atau setidaknya jadi nambah beli barang yang lain di luar dari apa yang kita udah rencanain. Karena kita terekspos oleh semua koleksi yang mereka punya.

Ruangan dengan konsep fix pad. atau labirin ini biasanya didesain untuk sebuah eksibisi atau biasanya konsep museum juga dibuat seperti ini, dimana pengunjung diajak untuk melihat suatu hal secara runut dari satu koleksi ke koleksi yang lain, dan masing-masing hadir dengan ceritanya sendiri-sendiri, dan ngomong-ngomong soal cerita, soal story menurut gue memang itu yang dijual oleh IKEA dengan konsep tokonya, dan itu sangat terlihat bagaimana mereka menunjukkan atau showcasing produk-produknya... Ikea nggak jualan furniture, dia jualan lifestyle, inspirasi, dan story. Pada akhirnya, sebuah furniture akan cuma jadi sebuah barang yang nggak punya makna apa-apa. Tapi coba deh, tempatkan furniture tersebut di sebuah ruang, di sebuah sudut di dalam rumah, lalu tambahkan furniture-furniture lainnya yang akan membuat ruang tersebut menjadi lebih hidup dan bermakna.

Ruang di mana kita ada di dalamnya mengukir sebuah cerita. Ini adalah konsep besar yang coba dibangun IKEA saat menampilkan produk-produknya. IKEA tidak men-display produk di sebuah shelf, namun mereka menampilkan sebuah showroom dengan produk-produk mereka di dalamnya dan mengundang kita sebagai calon pembeli untuk merasakan pengalamannya berada di dalam ruangan tersebut. IKEA tidak merayu kita untuk membeli, namun memberikan kita pengalaman dan sebuah inspirasi. Dan kalau gue lihat setidaknya ada dua hal yang bikin showroom-nya IKEA keren dan it's just work.

Untuk menampilkan produk-produknya yang bikin calon pembeli merasa terinspirasi dan pada akhirnya memutuskan untuk membeli. Pertama penggunaan lighting. Ini nggak sembarangan menurut gue dan diatur banget. IKEA menggunakan setidaknya dua teknik pencahayaan dalam menampilkan ruangan dan produknya. Pertama adalah top-down lighting dengan intensitas cahaya yang cukup kuat.

Yang kedua adalah mini spotlight lighting untuk meng-highlight bagian-bagian yang memang dianggap penting. Kedua teknik lighting ini membuat showroom IKEA di berbagai ruangan tampil natural layaknya di dalam rumah dan menarik banget untuk dilihat dan dijadikan inspirasi bagi ruangan kita. Itu yang pertama.

Yang kedua, yang terpenting juga adalah penggunaan cermin. Kalau gue perhatiin, IKEA itu naruh banyak banget cermin di dalam showroomnya. Secara psikologis, ini strategi brilian.

untuk menghadirkan diri kita di dalam showroom atau ruangan-ruangan tersebut. Kita tidak lagi membayangkan, namun melalui cermin kita melihat diri kita di dalam ruangan tersebut. Dan ini adalah upaya untuk membangun respon emosional yang berujung pada keputusan membeli. Jadi berbelanja di IKEA memang tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi sebuah keputusan yang rasional.

Namun lebih ke arah emosional yang sukses dibangun secara runut. oleh berbagai stimulus dari pengalaman-pengalaman yang menyenangkan mulai dari awal hingga akhir. Menurut gue ini bisa jadi contoh kasus menarik tentang bagaimana cara yang sukses dalam menjual barang sekaligus membangun sebuah brand. Selling and brand building at once. Mulai dari seorang calon pembeli, menjadi pembeli, menjadi pelanggan, dan pada akhirnya terbangunlah apa yang disebut sebagai brand loyalty atau kesetiaan atas merek.

Dan... Ini yang menjadikan IKEA berbeda dari brand-brand yang lain Terakhir setelah fase belanja ditutup dengan fase pasca belanja Apakah setelah kalian memilih barang dan bayar di kasir Lalu pengalamannya berhenti sampai di situ? Menurut gue sih enggak Karena pengalaman berbelanja di IKEA tidak transaksional Dan lebih ke faktor emosional Kalau kalian ke IKEA coba lihat deh Di depan deretan kasir ada apa?

Yes, tempat beli snack dan khususnya ice cream cone-nya yang sangat terkenal itu. Buat yang sedang menunggu atau yang telah selesai berbelanja, IKEA mau kita keluar dari toko dengan perasaan happy. Dan apa lagi yang bisa bikin kita happy selain dari snack dan ice cream. Kalau pengalaman berbelanja di IKEA diibaratkan sebuah sesi dining, food court, dan kantin di fase pra-belanja adalah appetizer-nya. Nah, lalu fase belanja adalah main course-nya dan ditutup dengan dessert-nya berupa.

Rupa es krim cone dengan harga 5.000 rupiah. Nyam-nyam. Nah segitu aja sedikit analisis gue tentang pengalaman berbelanja di IKEA. Gimana menurut kalian tentang video-video kayak gini? Lanjut atau enggak?

Kasih feedback kalian di kolom komentar. Oh iya kalau ada yang ingin kalian tambahkan seputar pengalaman berbelanja di IKEA. Nah tulis juga di bawah.

Seperti biasa klik like kalau kalian suka video ini. Dislike aja kalau nggak suka. Follow Instagram gue tangan belang.

Cek link di deskripsi untuk informasi lebih lanjut tentang video ini. Thanks for watching. I'll see you.