Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Para mahasiswa dan para pemirsa yang berbahagia, pada video kali ini kita akan bahas metode harga pokok pesanan video yang ketiga yang akan saya sajikan tentang contoh soal dan pembahasan bagaimana jurnal pada metode harga pokok pesanan dan kartu pesanan. Materi ini berada pada mata kuliah akuntansi biaya. Di sini adalah contoh soal dan pembahasannya, sedangkan materi tentang bagaimana menjurnalnya itu ada di materi sebelumnya, metode harga pokok pesanan kedua. Jadi materinya ada di sana, ini adalah contoh soal dan pembahasannya.
Semoga materi ini, video ini bermanfaat. Amin ya Rabbana amin. Saudara mahasiswa dan saudara pemirsa yang berbahagia, ini contoh soal yang kita akan jadikan dasar nanti untuk... melakukan penjurnalan. CV Divani merupakan perusahaan manufaktur bergerak di bidang percetakan yang berproduksi secara pesanan.
Pada bulan Juni 2015 menerima dua pesanan yakni mencetak 400 buku profil perusahaan BPR Sekar Gading dengan identitas nomor pesanan 25 dan pesanan mencetak 500 buah kalender dari SMA Negeri 1 dengan identitas nomor pesanan 26. Berikut ini adalah transaksi yang terjadi selama bulan Juni 2015. Satu, dibeli bahan baku secara tunai Rp10 juta dan bahan penolong secara kredit Rp2 juta. Nomor dua, pemakaian bahan baku untuk pesanan Rp25 juta, Rp4 juta, pesanan Rp26 juta, Rp5 juta. Tiga, pemakaian bahan penolong untuk kedua pesanan sebesar Rp1.500.000.
Empat, biaya gaji dan upah yang terjadi pada bulan ini adalah Rp8 juta. Jumlah tersebut terdiri atas pembayaran gaji untuk tenaga kerja langsung pesanan 25, 2 juta. Pembayaran gaji untuk tenaga kerja langsung pesanan 26, 3 juta.
Gaji tenaga kerja tidak langsung 1 juta, gaji pemasaran 500 ribu, gaji bagian administrasi dan umum 1 juta 500 ribu. Nomor 5, BOP dibebankan kepada produk sebesar 70% dari biaya bahan baku. Nomor 6, BOP yang sesungguhnya terjadi selama bulan Juni selain...
gaji tenaga kerja tak langsung dan bahan penolong. Berarti gaji tenaga kerja tak langsung itu ya BOP, bahan penolong ya BOP. Di luar dua itu masih ada BOP lagi, penyusutan mesin Rp1 juta, penyusutan gedung pabrik Rp2 juta, listrik pabrik Rp1.500.000. Yang listrik ini dibayar tunai. Listrik kantor, Pak, bukan BOP.
Pesanan 25 telah selesai dan diserahkan kepada pengesan dengan harga 125% dari harga pokok. Sedangkan pesanan 26 masih dalam proses. Jurnalnya bagaimana?
Kita simak ya. Baik, nomor satu, dibeli bahan baku secara tunai 10 juta, bahan penolong secara kredit 2 juta. Gampang sekali, berarti persediaan bahan baku debit 10 juta, karena dengan tunai kasnya berkurang, kas kredit 10 juta.
Beli bahan penolong, persediaan bahan penolong debit 2 juta, karena membelinya secara kredit, Berarti kasnya tidak berpengaruh, kasnya tidak terpengaruh, tetapi utang usahanya bertambah, utang usahanya bertambah kredit Rp2 juta. Berikutnya nomor tiga, pemakaian bahan baku untuk pesanan Rp25 sebesar Rp4 juta, pesanan Rp26 Rp5 juta, totalnya Rp9 juta. Bahan baku dipakai berkurang, maka persediaan bahan bakunya kredit Rp9 juta.
Ketika dipakai, dimasukkan ke proses produksi, bahan baku itu berubah menjadi barang dalam proses. Akun yang kita pakai, barang dalam proses biaya bahan baku. Atau bahasa Inggrisnya, work in process direct material, 9 juta debit. Jadi barang dalam prosesnya bertambah. Tadinya enggak ada, sekarang ada.
Tetapi persediaan bahan bakunya berkurang. Di gudang berkurang karena diambil untuk proses produksi. Pemakaian bahan penolong untuk kedua pesanan tersebut Rp1.500.000. Bahan penolong ini adalah bahan tidak langsung, maka dia masuknya ke BOP.
Bukan berdiri sendiri BDP, BBP, barang dalam proses biaya bahan penolong seperti bahan baku gini, tidak. Karena dia adalah indirect cost masa masuknya ke BOP. Maka jurnalnya BOP sesungguhnya debit Rp1.500.000, persediaan bahan penolongnya kredit.
karena berkurang Rp1.500.000. Berikutnya nomor tiga, biaya gaji dan upah yang terjadi Rp8.000.000. Beban gaji dan upah di berdekat Rp8.000.000. utang gaji dan upah kredit 8 juta. Kalau terjadi langsung dibayar, berarti kreditnya bukan utang gaji dan upah, tetapi kas.
Selesai. Empat, B, lanjutannya, distribusi utang gaji dan upah. Jadi nomor empat itu ada kelanjutan begini, jumlah 8 juta ini, jumlah tersebut terdiri atas untuk tenaga kerja langsung pesanan 25, tenaga kerja langsung pesanan 26, tenaga kerja tak langsung, gaji pemasaran, gaji administrasi umum. Jurnalnya dialokasikan ke sini ya, berarti jurnalnya BDP, BTKR debit Rp5 juta.
Kenapa Rp5 juta? Ini Rp2 juta dan ini Rp3 juta. Lalu yang tenaga kerja tak langsung, seperti bahan penolong tadi ya, indirect cost itu masuknya ke BOP. Maka BOP sesungguhnya debit Rp1 juta. Beban pemasaran debit Rp500 ribu, beban administrasi dan umum debit Rp1.500.000, beban gaji dan upah kredit Rp8 juta.
Pembayaran utang gaji dan upah, bayar utang. Bayar utang itu pakai uang, pakai kas. Kasnya berkurang, kredit.
Utangnya dibayar, utangnya juga berkurang. Utang berkurang, debit. Utang gaji dan upah, debit.
8 juta, kas kredit 8 juta. Jurnal ini tidak ada kalau yang nomor 4 ini sudah langsung dibayar. Sudah kreditnya kas, maka jurnal yang ini tidak ada.
Tapi kalau tadi belum dibayar, jurnal ini ada. Pembayar utang gaji dan upah. BOP dibebankan kepada produk sebesar 70% dari biaya bahan baku. Berarti biaya bahan bakunya tadi, kita cek ya, biaya bahan bakunya tadi itu 9 juta. Untuk pesanan 254 juta, 265 juta, 9 juta.
Maka pembebanan BOP-nya adalah 70% x 9 juta, ketemunya Jurnalnya BDP BOP debit BOP dibebankan kredit Rp6.300.000. Berikutnya BOP yang sesungguhnya terjadi, selain gaji tenaga kerja langsung dan bahan penolong adalah ini, penyusutan mesin, penyusutan gedung pabrik, listrik pabrik. Maka jurnalnya BOP sesungguhnya debit, angkanya penjumlahan ini Rp4.500.000, akumulasi depresiasi mesin kredit Rp1.000.000, akumulasi depresiasi gedung pabrik kredit Rp2.000.000, kasnya kredit untuk bayar listrik tadi yang dibayar tunai.
Rp1.500.000. Ini yang saya katakan, kalau soalnya sudah jelas seperti ini, maka akun yang kita kredit ya sudah jelas seperti ini. Tapi kalau cuma diinformasikan BOP yang sesungguhnya terjadi selain gaji tenaga kerja langsung dan bahan penolong sebesar Rp4.500.000, tidak dijelaskan Rp4.500.000 itu apa, maka biasanya di buku-buku menjurnalnya BOP sesungguhnya debit, kreditnya adalah macam-macam rekening di kredit atau berbagai rekening di kredit. Kredit Rp4.500.000. Gitu ya.
Baik, pesanan 25 telah selesai dan diserahkan kepada pemesan dengan harga 125% dari harga pokok, sedangkan pesanan 26 masih dalam proses. Mencatat produk jadi pesanan nomor 25. Maka sekarang barang dalam prosesnya yang itu ternyata sudah jadi, ini diambil, dimasukkan ke gudang barang jadi. Maka barang jadinya bertambah. Persediaan produk jadi.
Persediaan produk jadi juga boleh, persediaan barang jadi juga boleh. Persediaan produk selesai juga boleh, bebas. Persediaan produk jadi debit Rp8.800.000, dari mana angkanya? Penjumlahan dari ini.
BDP, BBB Rp4.000.000, dari mana? Bahan baku yang untuk pesanan nomor 25. BDP, BTKL kredit Rp2.000.000, BDP, BOP Rp2.800.000, dari mana ini? 70% dari biaya bahan baku.
70% dari 4 juta, ketemunya Totalnya berarti barang jadi itu harga pokoknya Oke, penjualan atau penyerahan pesanan nomor 25 kepada pemesan, diserahkan kepada pemesan, barang jadinya berkurang, karena diserahkan kepada pemesan. Maka persediaan produk jadinya kredit. Oke, saya ulang ya. Diserahkan kepada pemesan, kalau dibayar ya cash debit.
Kalau belum dibayar, pihutang usaha debit. Lalu penjualan kredit, angkanya 125% dari Rp8.800.000, ketemunya Rp11.000.000. Lalu harga pokok penjualan debit, persediaan produk jadi kredit, angkanya Rp8.800.000.
Lalu pada akhir periode mencatat produk yang masih dalam proses, yaitu pesanan nomor 26, jurnalnya persediaan produk dalam proses, debit, kreditnya BDP-BBB, BDP-BTKL, BDP-BOP. BPP-nya 5 juta, BTKL-nya 3 juta dari data di depan, BOP-nya 70% dari 5 juta, totalnya Lalu pada saat akhir periode lagi penutupan rekening BOP dibebankan ke rekening BOP sesungguhnya. Coba saudara cari di menit keberapa akan ada akun BOP dibebankan kredit Rp6.300.000. Saya ulang, silakan saudara cari di menit keberapa tadi akan ada jurnal BOP dibebankan kredit Rp6.300.000. Dicari di menit keberapa tadi.
Nah, itu ditutup. Akun itu ditutup. maka akan kita debit dengan jumlah yang sama biar saldunya 0. Menutup itu maksudnya mengenolkan saldunya, menghabiskan saldunya. Kalau tadi ada BOP dibuankan kredit, maka sekarang akun BOP dibuankan kita debit Rp6.300.000. Akun tandingannya apa?
Ke rekening BOP sesungguhnya, maka BOP sesungguhnya kredit Rp6.300.000. Lalu yang terakhir, pengakuan selisih BOP. Pada kasus ini selisih BOP merupakan selisih yang tidak menguntungkan.
atau unfavorable variance, selisih yang rugi. Karena BOP sesungguhnya yang terjadi lebih besar dibanding dengan BOP yang dibebankan. Tiwas membebankan 70% dari biaya bahan baku, jumlahnya itu Rp6.300.000, ternyata BOP yang sesungguhnya terjadi ini, bahan penolong Rp1.500.000, tenaga kerja tak langsung Rp1.000.000, penyusutan mesin Rp1.000.000, penyusutan gedung pabrik Rp2.000.000, listrik pabrik Rp1.500.000, jumlahnya Rp7.000.000.
Padahal kita itu, menarifkan pakai tarif BOP-nya itu setiap pesanan saya beri tarif 70% dari biaya ban baku. Ketemunya angka Rp6.300.000. Ternyata BOP yang betul-betul kita keluarkan Rp7.000.000. Ini namanya selisih yang merugikan, unfavorable variance. Selisihnya berapa?
Yang sesungguhnya Rp700.000, yang dibebankan, BOP dibebankan kepada produk Rp6.300.000. Jadi ada selisih Rp700.000. Jurnalnya, selisih BOP debit 700, BOP sesungguhnya kredit 700. Pak, mengapa selisih BOP-nya debit?
Karena rugi. Rugi itu seperti beban atau seperti akun rugi pada umumnya di akuntansi. Tempatnya debit. Kalau selisih menguntungkan, tempatnya pasti kredit. Akun selisihnya.
Akun selisih BOP, tempatnya kredit. Kenapa? Seperti pendapat Pak. Seperti akun laba pada umumnya.
Oke. Saya tekeskan ya, ini karena selisihnya merugikan, maka jurnalnya selisih BOP debit seperti beban, seperti akun kerugian, lalu BOP sesungguhnya kredit. Angkanya masing-masing 700. Untuk kartu pesanannya, ini yang saya contohkan adalah pesanan yang nomor 25 yang sudah jadi dan sudah diserahkan kepada pemesan. Tinggal tulis ini, biaya bahan bakunya 4 juta, BTKL-nya 2 juta, BOP-nya 70% dari BBB.
Ketemunya Rp2.800.000, jumlahnya sekian ini. Totalnya Rp8.800.000, jumlah unit produksinya 400 unit, berarti biaya produksi per unitnya Rp22.000.000. Lalu harga jual per unitnya berapa?
Ini tergantung perusahaan. Tinggal menampah laba, ketemu harga jual yang harus dibayar oleh pemesan. Demikian untuk contoh soal dan pembahasannya. Sekali lagi, kalau tidak puas, mengapa ini debit, mengapa ini kredit, saya sudah sampaikan materi secara detail di video sebelumnya, video nomor dua, harga pokok pesanan nomor dua.
Itu adalah teorinya cara menjurnal, ini prakteknya, contoh soal, dan penyelesaiannya. Bagi yang belum subscribe channel saya, boleh tekan tombol subscribe agar selalu memperoleh update informasi video akuntansi terbaru dari saya. Terima kasih.
Wallahul maafiqilakum wa mitarik. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.