Kisah Nabi Muhammad SAW Rasulullah Membelah Bulan Kisah ini terjadi sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Pada awalnya kaum musyrikin meminta pembuktian atas kerasulan Nabi Muhammad melalui peristiwa terbelahnya bulan. Namun ketika Allah SWT telah mengabulkan permintaan tersebut, kaum musyrikin malah ingkar.
Kebencian kaum musyrikin Mekah terhadap Nabi Muhammad SAW tak kunjung berkurang. Apalagi sebelum ini, Nabi Muhammad baru mengalami peristiwa Isra'Mi'raj di mana beliau melakukan perjalanan satu malam dari Masjidil Haram. ke Masjidil Aqsa lalu dinaikkan ke langit tertinggi untuk bertemu dengan Allah SWT dan menyaksikan hal-hal yang go'i. Sayangnya kaum musyrikin tidak bisa menerima kebenaran peristiwa Isra'Mi'raj dengan alasan apapun.
Malam ini bulan sedang bersinar terang di langit. Tiba-tiba kaum musyrikin memiliki sebuah ide untuk membuktikan ke Rasulullah Nabi Muhammad. Mereka pun mendatangi beliau.
Pada saat itu Rasulullah sedang berada di Mina, yaitu kawasan padang pasir yang letaknya 5 km di sebelah timur kota Mekah. Sebagaimana telah disebutkan dalam hadis Riwayat Bukhari dalam kitab Fadlul As-Sohabah no.3656. Bulan terbelah, saat itu kami bersama Nabi SAW di Mina.
Seorang musyrik mengarahkan jari telunjuknya ke arah langit. Wahai Muhammad, lihat ke arah bulan. Jika benar engkau adalah utusan Allah, maka buatlah bulan itu menjadi terbelah dua bagian.
Sekelompok musyrikin tersebut bahkan berjanji akan beriman kepada Allah dan mengakui kerosulan beliau apabila Nabi Muhammad berhasil membelah bulan. Komi berjanji untuk mengakui kerosulanmu jika hal ini benar-benar terbukti. Akhirnya Nabi Muhammad menyanggupi tantangan kaum musyrikin, lalu beliau berdoa di dalam hati. Ya Allah, hamba mohon tunjukkan kepada kaumku yang masih tersesat ini, akan kuasamu. Nabi Muhammad mengarahkan jari telunjuknya ke arah bulan dan membuat gerakan seolah-olah sedang membelahnya.
Semua orang mendonga ke arah langit. Seketika itu juga, bulan terbelah menjadi dua bagian, terpisah dalam jarak yang berjauhan. Tepatnya di antara Jabal Nur, tempat Nabi Muhammad pertama kali menerima wahyu.
Orang-orang musyrik terperangah melihat fenomena bulan terbelah. Hah? Tidak mungkin bisa.
Bulan itu benar-benar terbelah menjadi dua. Ini benar-benar tidak masuk akal. Ini pasti sihir. Tak lama kemudian, kedua bagian bulan yang berjauhan saling mendekat dan bersatu kembali. Allah SWT telah mengabulkan doa Nabi Muhammad seketika itu juga.
Setelah berhasil membelah bulan atas izin Allah, Kiliran Nabi bertanya kepada kaum kafir. Sekarang apakah kalian percaya kepadaku? Aku telah melakukan sesuai permintaan kalian.
Kaum musyrikin terlanjur malu dengan tantangan yang mereka buat sendiri. Alih-alih mengakui kerosulan Muhammad, mereka malah menuduh Nabi Muhammad bermain sihir. Aku masih tidak percaya kepadamu, wahai Muhammad. Engkau terlalu pandai bermain sihir. Kami semua yang ada di sini telah terpedaya oleh sihirmu yang hebat.
Nabi Muhammad tidak habis pikir dengan kaumnya. Mereka tetap tidak mau mengakui kerausulan beliau. Padahal tanda-tanda kenabian telah terpampang nyata di depan mata.
Orang-orang musyrik mulai berbisik-bisik sambil membelakangi Nabi Muhammad. Muhammad bisa saja menyehir kita, namun apakah sihirnya bekerja untuk orang yang tidak ada di sini? Lantas apa rencanamu sekarang?
Tanpa kata permisi, sekelompok musyrikin tersebut meninggalkan Rasulullah yang termendung melihat keanehan kaumnya. Mereka terus mengoceh sepanjang jalan. Tujuan selanjutnya adalah mencegat para kafila dagang yang akan memasuki kota Mekah untuk menanyakan fenomena bulan terbelah.
Ketika melihat rombongan kafila datang, orang-orang kafir langsung mencegat mereka. Selamat datang di kota Mekah, wahai saudaraku. Apakah dalam perjalanan ke sini kalian melihat wujud bulan yang aneh? Apakah kalian sedang membicarakan bulan terbelah menjadi dua?
Jika hal itu yang kalian maksud. Ya, tadi aku melihatnya. Anggota kafilah yang lain membenarkan perkataan temannya Aku juga melihatnya, bulan itu terbelah menjadi dua dalam jarak yang jauh Tak lama kemudian, bulan itu kembali menyatu Orang-orang musyrik saling berpandangan satu sama lain. Meskipun telah mendengar jawaban dari para kafilah, namun mereka tetap mengingkari mu'ziza dari Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad.
Berkenaan dengan peristiwa ini, Allah SWT menurunkan surat Al-Komar ayat 1 dan 2. Telah dekat datanya saat itu dan telah terbelah bulan. Dan jika mereka, orang-orang musyrikin, melihat sesuatu tanda atau mu'ziza, mereka berpikir, berpaling dan berkata, ini adalah sihir yang terus menerus. Demikianlah akhir kisah Rasulullah membelah bulan. Hikmah yang dapat kita ambil dari kisah ini, pertama salah satu ciri orang musyrik adalah tidak mau menerima kebenaran meskipun telah Allah subhanahu wa ta'ala perlihatkan di depan mata Dan kedua, sebagai umat Islam kita wajib mengimani semua muzizat yang diberikan Allah SWT kepada Rasulnya Karena hal tersebut merupakan bukti dan tanda kebesarannya Wa'alaikumussalam