Oke, sebelum kalian mulai bikin startup atau bisnis, ternyata ini... banyak banget yang request di Instagram gua apa bedanya startup sama bisnis? kenapa kebanyakan orang tuh masih pengen bikin startup itu keren tapi kenyataannya gak segampang itu? nah gua udah bikin poll di Instagram kayak sebenernya apa sih yang kurang ngerti apa bedanya dan apa yang mau dibahas lebih dalam di video ini dan hopefully abis nonton video ini kalian tuh jadi lebih pakem, sebenernya lebih cocok jalur yang bikin startup atau bisnis konvensional karena gua gak mau terlalu basa basi jadi kita langsung ke poin per poin gua udah summarize ada 7 poin yang pengen gua kasih tau biar kalian lebih aware. Oh sorry sebelum mulai ke poin 1, poin 0 dulu deh.
Apa bedanya? kayaknya startup sama bisnis pada umumnya. Conventional business itu kalau didefinisi itu adalah sebuah organisasi yang mencari profit, mencari laba dengan menjual barang atau jasa. Nah pada umumnya bisnis konvensional itu bergantung ke namanya cash flow. Jadi kayak fundamental personal finance, jadi pemasukan harus lebih gede daripada pengeluaran pada umumnya.
Terus nanti profitnya itu dibagi ke business owner. Nah kira-kira kebanyakan orang yang mulai bisnis itu dapat cuan dari sini. Nah tapi startup itu agak beda. Startup itu sebuah bisnis, tetap sebenarnya sebuah bisnis, tapi dia ngedelay banget dalam jangka panjang, profitnya nanti aja gitu. Karena fokusnya startup itu gimana caranya kita ngebangun bisnis model atau ide yang sifatnya repeatable dan scalable.
Tujuannya biar bisa grow secepat mungkin. Jadi perbedaan itu, kita nggak cari profit dalam jangka waktu pendek, tapi gimana cara kita bikin solusi dan grow secepat mungkin. Terus nanti foundernya dapet duit dari mana Dan memang yang perlu dibahas startup tuh foundernya gak dapet duit sama sekali Analoginya bakal lebih miskin Karena kita gak dapet duit di awal Dibanding bisnis yang mungkin setiap untung ya kita bisa langsung dapet duitnya Tapi kalau sukses startup Seandainya ada liquidation event Atau misalnya di akuisisi atau di IPO Kalian bisa langsung dapet umum nilainya miliaran Puluhan miliar mungkin ratusan miliar dalam bentuk equity Nah itu menyambung ke poin pertama Apa bedanya startup sama bisnis Kita sesimpel gimana caranya business owner atau startup owner make money Nah bisnis simple ya, itu kayaknya gak perlu dijelasin lebih detail Pokoknya kita mulai sesuatu, kita jualan, pemasukan lebih gede Kan ada untung tuh, ada profit, untungnya kita bagi-bagi Dan itu sebenarnya berlaku untuk hampir mayoritas bisnis Kecuali kalau misalnya lagi investasiin duitnya untuk capex atau capital expenditure Gimana bakal minus dulu bentar, tapi goalnya itu Yang penting gimana cari-cari profit secepat mungkin Biar business owner bisa dapet cuat Nah kalau startup, ini agak sedikit beda yang kalian harus perhatiin baik-baik ya Startup pada umumnya, kalau misalnya kalian terima investment atau investasi dari investor, semua termasuk founder yang ngebangun startup, termasuk investor, mereka nggak bakal dapet duit dari profit sharing. Jarang banget startup dapet duit dari profit sharing. Atau misalnya ada profit pun, mereka nggak bagi dividen.
Jadi mereka cuannya dari mana dong? Cuannya itu dari equity. Equity atau bahasa Indonesia-nya saham. Jadi kalau misalnya business owner atau startup memulai sebuah startup, foundernya let's say punya 100% saham. Terus nanti investor masuk, investor punya 20% saham.
Terus nanti masuk lagi, dapet berapa persen saham. Nah, liquidation event atau exit strategy itu analoginya sahamnya akhirnya bisa dijual. Dan kalau startupnya besar dan dinilai bagus oleh publik, Anggap perusahaan startup itu bernilai 1 triliun.
Dan kalau lu sebagai founder punya 40%, berarti lu punya 400 miliar. Tapi emang bisa ya saham dijual? Emang bisa kayak liquidation event atau IPO atau M&A? Nah kenyataannya memang startup itu kayak high risk, very high risk, very very high reward.
Dan mungkin lu butuh bertahun-tahun untuk sampai lu bisa lihat duitnya itu. Sampai sahamnya bisa diakses. Karena pas di awal tuh sahamnya itu illiquid atau namanya private.
Itu ya... kaya diatas kertas doang, tapi lu gak bakal dapet duitnya gitu. Startup harus melalui beberapa fundraising proses sampai bisa diakuisisi atau IPO buat founder atau investor lain bisa dapet duitnya. Yaitu sahamnya dibeli sama orang lain.
Harusnya penjelasan pendek itu lumayan ngerti bedanya startup sama bisnis, tapi jadi buat temen-temen yang mau mulai startup kayak berharap, wih bisa nih 1 tahun kaya, 2 tahun kaya, unlikely, very unlikely. So... persiapkan diri sebelum kalian memulai startup atau bisnis.
Cuman di luar cuan, yang perlu gue sampaikan, bisnis itu mungkin ruang lengkupnya kalian menjual suatu, dapet profit gitu. Tapi startup itu, goalnya karena kita menciptakan sebuah solusi, dan kita pake duit orang lain, pada umumnya ya, investor, taruh duit GDTA, dan kita pake itu untuk grow. Gengsinya, atau buat beberapa orang kayak pride-nya, untuk menciptakan suatu yang besar, itu ada di sana juga. Jadi kalau kalian cash flow oriented atau cash oriented pengen masuk duit cepat, I don't think startup is the way. Tapi kalau kalian punya mimpi untuk melakukan sesuatu yang inovatif, yang bisa dipakai semua orang, startup is the way.
Karena itu memang perusahaan didesain untuk menciptakan solusi dengan skala besar. Walaupun kalian belum tentu dapat duitnya di awal. Oke, poin pertama harusnya udah cukup menjawab bedanya startup sama bisnis.
Poin kedua itu gimana cara grow perusahaannya. Dan ini sebenarnya topik yang lumayan penting ya. Karena kebanyakan orang mikir kayak startup diinvest, burn, burn, burn, burn, burn. Dan itu cara grow perusahaannya.
pada dasarnya sebenarnya itu fundamental yang bener gitu karena startup itu perusahaannya didesain untuk grow cepet banget jadi kalau misalnya ada investor masuk, kalian solusinya itu langsung dibakar terus jadi tergantung ya, tergantung face-facenya kalau startup itu misalnya kita boleh gak making money atau analoginya minus terus selama kita udah nemuin bisnis model atau kayak product fit seandainya ini dibakar terus, kita bakal bisa make profit 5 tahun atau 10 tahun ke depan dan itu simple, cara grow perusahaannya adalah menggunakan uang eksternal uang investor, ini pada umumnya ya, untuk kita skill solusi kita untuk youtube Nah bisnis untuk grow perusahaannya itu agak sedikit beda, karena ada fundamentalnya yang berbeda dimana perusahaan itu harus make money dan profitnya bisa dibagi ke founder, business owner, atau shareholder lain. Bisa gak bisnis remain investor? Bisa banget.
Bisa gak bisnis keluarin capex gede sampai minus berbulan-bulan? Bisa banget. Tapi pada umumnya misalnya kayak kita ngebangun restoran gitu, pasti lah modal awal misalnya 2M, 3M, atau mungkin lebih ya 5M. Tapi dari sana kita secara operating itu bisa langsung profit. Misalnya biayanya kita keluarin setiap bulan atau misalnya biaya atau pemasuk yang kita dapet itu bisa untung.
Dan kita diekspektasi di bisnis itu untuk ada namanya retain earnings. Jadi kalau kita ada uang atau profit dari perusahaan kita tarik, tapi ada persentasenya yang kita simpen di perusahaan tujuannya apa? Untuk grow the company lagi. Tapi mungkin conventional business atau cash flow business itu nggak se-agresif dengan startup.
Jadi gak sampai seluruh uangnya dipake buat reinvest total atau bahkan ambil uang luar buat reinvest, buat cepet grow dan lain-lain. Untuk mayoritas UMKM atau bisnis yang baru mulai, that's not the case. Biasanya mereka harus make profit dulu, profit itu baru nanti dipake untuk grow the business. Jadi itu fundamentally different thing yang untuk grow perusahaannya. Ini tergantung masing-masing ya.
Kalian gengsi gak kalau misalnya grow-nya pelan-pelan, tapi walaupun making money kecil atau pengennya... dikenal untuk grow something yang cepet banget. Dan itu bedanya growing the business. Yang ketiga, poin tim dan organisasi, design. Nah biasanya kalau kebanyakan startup dapet investment, uang pertama yang paling mereka harus spend gede-gedean adalah hire team.
Jadi kalau yang gue pernah bahas, perusahaan itu ada dua tipe nge-hire orang. Satu nge-hire orang yang essential atau orang-orang yang memang sangat dibutuhkan untuk operasi bisnis. Kalau nggak ada orang ini, bisnisnya nggak bakal jalan gitu.
Sesimpel misalnya bikin restoran harus ada cook-nya. Tapi ada satu lagi yang sifatnya growing the business. Ya mungkin nggak essential, tapi kita butuh untuk grow business.
Misalnya kayak business development manager, atau marketing manager, atau misalnya performance advertiser, atau apa. Nah startup pada umumnya tuh mencondong ke bagian kanan. Dia bakal hire orang-orang terhebat untuk bantu scale the business dan solusinya ke skala yang gede banget. Dan mereka nggak takut kalau misalnya dalam total semua pengeluaran, HR atau tim itu spendingnya gede banget.
Karena memang itu dibutuhin untuk grow the business secara cepat gitu. Nah, tapi bisnis konvensional, biasanya itu ada aturannya. Anggap kita ada 100% pendapatan dapat per bulan, misalnya 100 juta. Dan biasanya gaji karyawan itu nggak boleh lebih dari sekian persen omsetnya atau profitnya. Misalnya kita patok aja angka bodohnya 20-30%.
Berarti kalau kita mau untung, ya pendapatan 100 juta, kita gaji karyawan maksimal 20-30 juta. Nah dari sini aja ngebangun tim sama organisasinya tuh agak sedikit beda. Jadi financial planning untuk atau manpower planning berdasarkan finansialnya itu fundamentally beda dari dua tipe perusahaan ini. Biasanya memang lebih tenang kalau kita udah punya uang baru kita hire gitu.
Dan kebanyakan orang yang pengen lebih low risk ngelakuin kayak gitu anyway. Mereka gak hire sampai mereka punya profit gitu. Dan sebenernya ada juga yang bahas di Instagram gue gimana cara hire.
Tapi kalau sampai detail banget how to hire siapa jobless itu kayaknya harus di video lain karena bakal panjang banget. Nah sampai sini udah mulai. Kerasa lagi kan bedanya?
Nanti kita lanjut ke poin keempat yaitu modal dan investor. Modal dan investor pada dasarnya, kalau misalnya startup, startup kan kita dapat exitnya tuh dari equity. Investor tuh nggak ekspektasi untuk kalian make profit terus bagi dividend ke investor. Profitnya dibagiin ke investor tuh jarang startup terjadi.
Jadi kalau di awal-awal startup founder tuh bootstrap. Bootstrap itu pakai uang kantong pribadi kita untuk bikin produknya. Terus kita testnya, apakah produknya works atau nggak?
Oh ternyata produknya lumayan works, MVP-nya. Terus kita pitching atau kita cari investor, eh produknya works nih di skala kecil. lo mau gak taruh duit di kita biar kita grow lebih cepat taruh lagi, oh ketemu milestone ketemu achievement satu lagi, misalnya kayak oh produknya bisa work lagi nih, kita mau expand sini, kita butuh duit segini cari investor lagi, cari investor lagi dan itu biasanya siklus dari startup yang melakukan fundraising, dan karena sifat startup itu gak making profit pada umumnya di awal startup itu bergantung ke uang investor dan mereka punya yang namanya runway, jadi pas duit investor masuk 10 miliar, itu biasanya mereka udah setting, oh kira-kira 12 bulan nih bisa hidup dan grow dengan uang 10 miliar. Jadi sebelum 12 bulan mereka harus fund reasoning lagi.
Nah itu kalau startup, tapi kalau bisnis itu biasanya memang di awal tuh orang taruh modal misalnya dari founder, dari business owner-nya atau dari investor lain juga nggak masalah gitu. Dan kebanyakan dari mereka itu berharap dari gulungan profit untuk grow the business. Tapi seandainya bisnis mau grow cepat pun bisa, boleh gitu. Tapi uang yang diinvest sama bisnis itu jarang punya runway biasanya. Karena walaupun bisa diinvest lagi, misalnya restorannya, diinvest 50 miliar.
50 miliar itu mungkin dipake kebanyakan untuk capex atau capital and expenditure. Yang gede di awal doang tapi gak gede dalam bentuk operation. Gak kayak tiba-tiba hire seribu orang baru, tiap bulan harus bakar berapa dan duitnya gak ada.
Dan itu bedanya dari bisnis. Jadi kita tetep harus ikutin terus financials-nya, operation-nya kalau misalnya profit terus ya business owner-nya happy gitu. Baru pelan-pelan capex-nya dibayar hutangnya dibayar gitu.
Jadi beda. Itu kalau topik modal sama perinvestoran. Selanjutnya adalah topik yang lumayan panjang ya, pajak. Nah pajak, gue nggak tahu kenapa banyak banget kalian yang nanya pajak. Pajak itu sama bahwa semua bisnis yang under PT atau yang legalitas di Indonesia beroperasi, yaitu perserahan terbatas, punya pajak yang sama.
Kalian lihat sendiri deh, ada pajak penghasilan, ada pajak pendapatan. Kalau misalnya udah PKP, misalnya udah 4,8 miliar per bulan omsetnya, kalian kena 10%. Hal itu sebenarnya sama fundamentalnya dengan... startup. Cuma bedanya mungkin kalau bisnis nanti kan make profit nih profit dibagi ke dividen.
Dividen itu ada pajaknya sendiri. Dan itu tergantung kalau makin gede dividennya, pajaknya makin gede Kalau startup, itu nggak bagi dividen Terus kalau startup, dapet pajaknya itu dari mana? Dari capital gain.
Seandainya kita sahamnya berhasil dijual nih, dalam bentuk IPO atau M&A. Jadi ada namanya capital gain atau perkembangan harga saham kita. Pertama kita taruh modal misalnya 100 juta nih untuk 100% saham kita Tau-tau pas startupnya gede nilainya 100 miliar. Dan itu ada itu ada capital gain kan keuntungan dari penjualan saham itu baru nanti kena pajaknya kalau mau lebih detail ada detailnya nanti harusnya dilayar tapi intinya sama bos intinya sama-sama perusahaan PT lagi oh tapi kalau misalnya ternyata perusahaannya incorporate dari negara lain atau misal PTLT di Singapura itu mungkin beda lagi tapi teknis nah poin terakhir kayaknya poin 6.7 tuh gue mau gabungin jadi satu aja pro and con susahnya sama cocok buat siapa nah ini mungkin sesi curhat atau starting session tentang bedanya karena gue udah ngelakuin dua-duanya ya susahnya tuh Menurut gue lebih susah startup Tapi susahnya tuh beda Jadi kalau misalnya bisnis Susahnya tuh kita kejar-kejaran Pengeluaran sama pemasukan Make sure kayak pemasukannya ada terus Pengeluarnya tipis terus gitu Misalnya kita harus selalu make a profit Biasanya susahnya tuh disana Nah kalau startup susahnya tuh Kita kayak dikejar-kejar Apa ya bahasa kasarnya tuh dikejar Rentenir Bukan rentenir ya Loginya kalau kita diterima investor Ekspektasi investor itu Pas investasi startup kita Ya mereka pengen untung juga Mereka pengen punya capital gain Nah jadi kalau di startup itu Ada beberapa yang mungkin jarang di-share secara online, itu ada namanya fasting atau lock period.
Jadi, foundernya itu nggak boleh ngelakuin hal lain yang full-time atau fokus di hal lain. Karena ekspektasinya pas investor, taruh uang miliaran, puluhan miliar, mereka ekspektasi kayak orang yang jalanin bisnis itu fokus. Dan dari sana, kalau misalnya startupnya burning, ini yang bisa bikin panik ya. Kalau startupnya burning terus dan nggak make money, dan harus berharap ke duit investor terus, pusingnya itu beda.
Pusingnya itu mungkin pas udah mulai di ujung runway, mereka harus pusing cari investor baru. Pusing cari ini baru, pusing naikin traction-nya, gimana caranya naikin omsetnya atau top line matrix. Tapi bedanya gini, pada umumnya startup itu lebih punya responsibility ke banyak shareholder.
Kenapa? Soal investor nggak terima dividend dan ekspektasinya kita harus grow cepat. Jadi kalau misalnya kita nggak grow cepat, itu bakal ada pressure tersendiri. Kalau di bisnis, enaknya, mahasiswa bisnis itu...
business owner yang pegang banyak suara. Seandainya kalian nggak cocok, atau kalian pengen liburan satu bulan, atau kalian pengen tiba-tiba tutup bisnisnya, karena nggak cocok, atau pengen bikin bisnis lain, kalian free. Jadi itu sebenarnya yang fundamentally, yang gue ngerasa beda, secara pro and con susahnya. Nah balik lagi sekarang, kalian lebih cocok mana? Startup atau bisnis?
Jadi sesuai dengan rumus risk reward, kalau misalnya kalian mau jalanin startup, rewardnya tuh crazy big. Kalau kalian berhasil, kalian bakal punya nama, punya reputasi, bisa impact jutaan orang, bisa dapet duit. Kemungkinan besar puluhan miliar sampai ratusan miliar. Nah tapi dikit banget startup yang sukses. Dikit banget statistiknya tuh yang sampai bisa exit tuh dikit banget.
Even yang terima duit investor ratusan miliar itu bisa gagal. Nah ini kalian harus kenalin risk appetite kalian sendiri. Kalau misalnya kalian punya pride untuk ngebikin sesuatu yang gede dan cepat. Mungkin startup is the way to go.
Tapi kalian harus tau, banting tulang gak terima apa-apa selama beberapa tahun. Nah kalau pengen yang lebih lower risk pada umumnya, bisnis tuh bisa dibikin lower risk karena kalian ya... to you guys, mau modalnya mau ada 5 juta kalo gak worst tinggal tutup, dan lain-lain gitu, tapi memang setiap orang tuh punya beda-beda, kalo gue personally gue tuh, misi hidup gue tuh pengen impact banyak orang, jadi makanya gue dari dulu tuh selalu terdorong dengan ceritanya Mark Zuckerberg dengan Bill Gates, dan lain-lain, how these startups itu bisa dalam waktu dekat punya innovative mindset, dan bisa grow perusahaannya segede itu, dan itu sesuatu yang gue masih cari, masih pengen coba lakuin sampe sekarang sambil disatu sisi karena gue ngejalanin bisnis ya cashflownya dari bisnis jadi mungkin bisnis sampingan dan you can do both asalkan gak mengganggu fokus ke sampingan lagi tapi ya itu kalau misalnya kalian mau lakuin dua-duanya ada namanya komoditas fokus kalau misalnya kalian gak fokus mungkin malah dua-duanya gak jalan jadi balik lagi kalau kalian nonton sampai akhir video ini yang ini menurut gue salah satu video yang lumayan panjang gue mau thank you banget karena tanpa kalian supportnya di youtube, instagram, tiktok gue mungkin gak bisa sharing sebanyak ini tapi coba kita ngobrol di bawah khusus video ini tuh gue pengen kayak lebih kasih lebih banyak insight kalo misalnya ada yang kurang kalian lebih suka mana?
startup atau bisnis? kalian punya ide apa? apa yang mau ditanya? gue coba dalam beberapa hari pertama ini launch gue bakal banyak komen-komen di bawah so I guess I'll see you guys on the next video, bye-bye