laptop Snapdragon gak layak beli. Nah, kalian pasti pernah nih baca atau dengar komentar seperti itu. Atau ada juga yang bilang, laptop Snapdragon enggak bisa dipakai editing video atau laptop Snapdragon enggak ada aplikasi native-nya. Eh, tunggu dulu. Itu yang komentar udah pernah pakai laptop Snapdragon atau belum? Udah lihat perkembangan terbaru teknologi laptop Snapdragon atau belum? Padahal laptop Snapdragon saat ini sudah semakin bagus performa dan kompatibilitasnya. pilihannya juga makin beragam dari yang super kencang hingga yang terjangkau. Nah, di video kali ini kita akan membongkar mitos-mitos seputar laptop Snapdragon. Apakah memang benar atau sekedar mitos belaka? Oke, sebelum dimulai kita perlu lebih dahulu tahu seperti apa laptop dengan prosesor Snapdragon X series itu yang pakai Windows itu tentunya ya. Karena banyak yang salah sangka dan banyak juga yang memanfaatkan ketidakpahaman ini untuk merendahkan teknologi unik ini. Di awal kehadirannya, laptop yang pakai Snapdragon ini memang dirancang sebagai laptop yang tipis dan ringan, thin and light. Targetnya tentunya adalah kegiatan bisnis dan produktivitas yang juga membutuhkan daya tahan baterai yang sangat baik ya. Nah, sejak lama laptop yang tipis dan ringan memang tidak dirancang untuk aplikasi super berat seperti 3DS Max, AutoCAD, Blender, dan sebagainya. Aplikasi-aplikasi berat itu akan membutuhkan sistem berperformas super tinggi dan tentunya ya boros daya dan itu wajar-wajar aja. Bukan berarti laptop tipis dan ringan itu laptop cemen, cupu, dan enggak guna. Ya, itu hanya menurut kalian yang enggak paham penggunaan hariannya aja mungkin ya. Di Sentra Bisnis di seluruh dunia, laptop yang paling banyak dipakai adalah laptop yang tipis dan ringan, mudah dibawa, irit daya gitu. Bukan laptop besar dan berat seperti laptop gaming atau workation yang paling banyak digunakan di situ, bukan. Nah, mulai dari sales kelas pemula sampai top level eksekutif pada umumnya menggunakan laptop tipis dan ringan untuk presentasi ke sana sini dan mengerjakan tabel-tabel yang terkait ke proyek yang mungkin bernilai miliaran atau bahkan triliunan rupiah. Ya, ini adalah laptopnya para pekerja pada umumnya. Jadi, kebutuhan inilah yang ingin dipenuhi oleh Qualcom dengan menghadirkan prosesor untuk laptop Windows, laptop-laptop tipis dan ringan yang mumpuni dan harus awet baterainya. Karena meeting bisnis itu bisa terjadi di mana saja, kapan saja. Jadi, software-software standar untuk produktivitas seperti Word, Excel, PowerPoint sampai yang berat pun itu harus dijalankan dengan baterai yang harus bisa irit. Nah, dalam perkembangannya laptop tipe ini sudah mulai dirancang untuk bisa mengerjakan editing foto dan video. Karena saat ini foto dan video udah jadi bagian yang tak terlepaskan dari proses bisnis, terutama mungkin di sisi marketing ya. Nah, jadi jangan maksa minta laptop seperti ini harus bisa jalankan semua game terberat seperti laptop gaming. Karena yang pakai Presor X86 pun kalau tipis dan ringan ya enggak bisa juga biasanya ya. Jangan maksa minta bisa dijalankan aplikasi desain kelas berat dengan kencang seperti AutoCAD, Blender, 3DX Maya dan sejenisnya yang biasa dijalankan oleh laptop kelas gaming atau bahkan workstation kelas berat. Tapi harusnya kita bisa berharap bahwa laptop dengan prosesor Snapdragon ini bisa menjalankan multitasking aplikasi umum secara lancar. Desainnya keren, mudah dibawa-bawa, dan baterainya harus mantap dan tahan lama ya. Bahkan mau minta kemampuan foto dan video editing juga masih bisa sih harusnya ya, tergantung pada level prosesor juga ya. Nah, Pressor X86 class enter level juga enggak bisa diharapkan untuk ngedit video kan ya enggak? Nah, setidaknya untuk sekarang ini laptop Snapdragon ini adalah laptop tin and light yang irit daya dan performanya bisa diandalkan untuk produktivitas. Jadi, udah paham ya laptop Snapdragon itu seperti apa. Oke, sekarang mari kita coba bongkar mitos-mitos seputar laptop Snapdragon ini. Mitos pertama, laptop Snapdragon ini enggak ada aplikasi native-nya. Ah, kata siapa? Mungkin dulu banget. Mungkin dulu-dulu banget ya. Nah, menurut data dari Qualcom sudah ada lebih dari 450 aplikasi populer yang dapat dijalankan secara netif ya di laptop Snapdragon. Menariknya ini adalah data beberapa bulan yang lalu. Kalau sekarang sih jumlahnya udah lebih banyak lagi dan peningkatan jumlah aplikasi natifnya juga semakin cepat nih. Padahal laptop yang pakai Snapdragon X Series itu baru mulai dijual pada pertengahan 2024. Nah, belum ada 1 tahun dijual ke pasaran. Jadi terlihat ya kalau semakin banyak pengembang yang tertarik untuk mengembangkan aplikasi natif untuk laptop-laptop Snapdragon. Mau ngedit video bisa coba nih yang kelas profesional pakai Da Vinci Resolve atau kalau butuh yang ringan pakai CapCut ya. CapCut juga udah profesional sekarang ya. Nah, mau editing foto kelas profesional bisa kan ada Photoshop atau Lightroom misalnya ya. Nah, browser internet populer seperti Edge, Chrome, Firefox, Opera juga ada versi ARM-nya sekarang. Jadi udah support ke Snapdragon. Mau ngetik bikin presentasi atau bikin tabel juga enggak masalah. Kan ada Microsoft Office yang sudah pakai versi ARM juga sekarang. Bahkan Microsoft Office tersebut dibonuskan loh saat kita beli laptop Snapdragon tipe tertentu. Jadi enggak usah beli-beli lagi. Mau bikin objek tadi sederhana juga bisa nih sebetulnya ya. Blender udah ada versi ARM-nya juga. Keren ya. Aplikasi yang sudah dipakai untuk membuat film kelas Hollywood ini udah buru-buru membuat versi native arm-nya. Padahal laptopnya sekarang belum dirancang sepenuhnya untuk pekerjaan yang super-super berat. Hm. Jangan-jangan mereka udah tahu apa yang kami belum tahu nih. Iya. Pengembangan berikutnya tentunya ya. Tentunya aplikasi natifnya enggak cuma itu doang ya. Kalau kami sebutkan semuanya satu persatu bakal panjang banget video ini. Nantinya juga akan lebih banyak lagi aplikasi Windows yang dapat dijalankan secara natif di laptop yang menggunakan prosesor Snapdragon. Nah, oke kita lanjut ke mitos selanjutnya. emulasi bikin aplikasi Windows X86 tuh lambat performanya. Nah, untuk aplikasi tertentu yang memang belum tersedia versi native-nya memang akan dijalankan di mode emulasi pada laptop yang pakai pressor Snapdragon. Tentunya karena namanya emulasi performanya tidak akan sekencang aslinya tapi bukan berarti jadi sangat lambat atau tidak bisa dipakai sama sekali. Windows 11 versi ARM sendiri langsung dilengkapi dengan Microsoft Prism Up Emulator yang diklaim sama efisiennya seperti Apple Roseta 2 emulator. Jadi performa aplikasi saat diemulasi itu tetap kencang. Contohnya nih Premiere Pro yang saat ini nih ya saat video sudah dibuat itu belum ada loh versi ARM-nya ya. Kita masih bisa editing secara normal di sini. Bahkan untuk video 4K pun bisa. Tapi memang waktu exportingnya tidak akan secepat kalau aplikasi ini jalan di laptop dengan Pressor X86 tapi bukan berarti tidak bisa dijalankan dan lemot parah. Enggak. Menariknya awalnya Premiier Pro ini cuma ada versi 2023 aja. Tapi setelah beberapa bulan saja akhirnya versi 2025 juga udah bisa dipakai di laptop yang pakai prosesor Snapdragon. Kita juga masih bisa menjalankan game Windows dengan cukup lancar di laptop Snapdragon padahal rata-rata game Windows tuh tidak ada versi ARM-nya. Game triple A seperti Balders Guide 3 atau Metro Exodus itu dapat dijalankan dengan cukup lancar di laptop Snapdragon dengan setting grafis yang sudah disesuaikan. Lalu game sejuta umat Genchin Impact juga bisa dimainkan dengan nyaman di laptop yang pakai Snapdragon. Menurut data dari Qualcom, saat ini sudah ada 1400 judul game loh yang dapat dijalankan di laptop Snapdragon. Untuk daftar game-nya itu bisa dicek lebih lengkap di website Windows on Arm Ready Software. Nah, berikutnya ada Mitos. Laptop Snapdragon tuh performanya lebih lambat dibandingkan kompetitornya. Hmm, masa sih? Coba kita lihat nih hasil pengujian dengan blender versi ARM di laptop Lenovo Yoga Slim 7X. Di laptop tersebut rendering membutuhkan waktu 2 menit 40 detik. Sementara di laptop yang pakai Core Ultra Syer 155H dengan Blender versi X86, renderingnya butuh waktu 3 menit 3 detik. Hm. Nah, kami juga sempat menguji dengan CapCut di mana laptop Lenovo tersebut waktu export video 4K60-nya hanya 1 menit 47 detik. Padahal di laptop tipis yang pakai Core Ultra 9 285H terbaru, waktu eksportnya mencapai 3 menit 46 detik. Jadi, masih mau percaya kalau laptop Snapdragon itu performanya lebih lambat? He, jangan minta dibandingkan ke laptop gaming ya kan. sudah dibahas dari awal ini bukan laptop gaming. Lalu mitos lainnya adalah daya tahan baterai laptop Snapdragon sama aja dengan kompetitornya. Ya, di pengujian kami sih laptop dengan Pressor X8 dan rata-rata daya tahan baterainya ada di belasan jam. Ya sudah membaik tapi masih di belasan jam. Bahkan daya tahan seperti itu baru dicapai dengan kapasis baterai yang besar di 70 WH atau lebih. Memang kalau baca klaimnya aja kami melihat harusnya daya tahan baterai setara sih. Tapi entah kenapa kalau kalian menyimak semua review laptop kami, kalian akan tahu bahwa hasil pengujian baterai laptop dengan processor X86 sering terlalu jauh dari klaimnya. Setidaknya hingga saat video ini dibuat ya. Sementara untuk yang pakai Snapdragon sih enggak mungkin pas sama suai janji tapi sangat mendekati. Lagi pula kalaupun setara kita tidak tahu apakah klaim daya tahan baterai laptop X86 tersebut menggunakan profil performa yang sama dengan laptop Snapdragon atau tidak. singkat kata bisa dibilang sangat sulit menemukan laptop dengan prosesor X86 yang bisa nembus 20 jam ya untuk e playback video ya itu ya bahkan laptop yang punyaai sertifikasi Evo daya tahan baterainya masih susah untuk nembus 20 jam sementara laptop Snapdragon seperti Asus Zenbook A14 itu bisa dengan mudah nembus 17 jam di pengujian kami dengan kapasitas baterai yang hanya 48 wat hour dan bobot di bawah 900 gr ini sulit banget disayangi oleh laptop dengan X86-nya pakai baterai 60 sampai 70 wat hour power bahkan bobotnya di atas 1 kg loh itu ya. Nah, rekor daya tahan terama dalam pengujian kami itu pernah dicapai oleh Lenovo Yoga Slim 7X yang pakai Snapdragon X Elite dengan daya tahan nyaris mencapai 22 jam itu pakai baterai 70 wat hour ya bahkan daya tahan baterai atas 20 jam tetap bisa didapatkan di laptop Snapdragon yang harga terjangkau seperti Lenovo Idpad Slim 5X misalnya. Menarikan lagi saat dijalankan dengan baterai performa laptop Snapdragon itu akan tetap mirip aja dengan saat pakai charger. Nah, kalau kalian sering lihat review kami pasti tahu dong kalau ada laptop tertentu yang saat pakai baterai performanya akan mengalami penurunan ya dibandingkan kalau lagi dicolok ke listrik. Jadi kalau kita pakai laptop snap misalnya harga Rp15 jutaan ya antara nyolok ke listrik dengan pakai baterai doang rasanya tetap seperti pakai laptop Snapdagon yang Rp5 jutaan bukan seperti turun ke yang harganya Rp10 juta. Enggak, enggak begitu ya. Oke berikutnya ee laptop Snapdragon pilihannya sedikit dan harganya enggak ada yang murah. Heh, siapa yang bilang mau yang harganya murah? Ada nih, ada Asus Vivobook 14 dengan harga sekitar Rp9,9 juta. Jangan mendang-mening ke laptop X86 yang 5 sampai Rp7 juta, ya. Itu kan enggak bisa irit daya seperti yang satu ini ya. Kalau di X86 sayangnya ya harganya mirip-mirip aja sih sebetulnya ya. Mau yang super ringan juga ada nih Asus Zenbox A14 yang cuma 880 gr saja berarti padahal ukuran layarnya 14 inci loh yang satu ini ya. Atau mau yang bentuknya tablet, ada Asus Pro Art PZ13 yang diposikan sebagai laptop content creation. Tentunya kalau mau yang super kencang dengan prosesor Snapdragon X Elite juga ada baik dari Asus, Lenovo dan HP. Menariknya baik yang murah atau yang super kencang semuanya dilengkapi dengan NPU dengan performa yang mirip itu 45 tops. T perlu diperhatikan ya, seperti laptop tipis dan ringan lainnya, laptop Snapdragon dengan performa kencang dan fitur yang lengkap harganya tentunya enggak bisa murah. itu sama dengan laptop-laptop yang lain. Apalagi kalau laptopnya itu fiturnya komplit dan mewah seperti pakai layar olet resolusi tinggi, lalu layar touchsreen, WiFi 7, USB 4, dan tambahan-tambahan lainnya ya. T-tambahan itu tentunya membuat laptopnya harganya jadi premium ya. Nah, kita juga meneman mitos yang bilang bahwa tidak ada aplikasi sehari-hari yang bisa manfaatkan NPU di laptop Snapdragon. Padahal di Windows 11 sendiri sudah ada loh fitur yang dapat manfaatkan kemampuan NPU, yaitu Windows Studio Effect untuk kamera misalnya. Bahkan Windows Studio Effect di laptop Snapdragon pilihannya lebih lengkap dibandingkan laptop yang pakai X86. Menariknya lagi kan pernah didemokan oleh Qualcom kalau kita aktifkan fitur Windows Studio Effect, load CPU di prosesor Snapdragon itu lebih rendah dibandingkan kompetitornya. Tentunya ini akan berpengaruh pada daya tahan baterai saat melakukan online meeting dengan Windows Studio Effect yang aktif ya. Selain itu kita juga bisa memanfaatkan NPU untuk editing video dengan menggunakan aplikasi seperti Dave Vinci Resolve. Lalu ada juga Aniting LLM yang merupakan chatbot seperti chat GPT tapi bisa kita gunakan secara offline tanpa internet. Berikutnya ada juga aplikasi Moises yang dapat menggunakan AI di NPU secara real time untuk menghilangkan suara seperti vokal, gitar, drum, atau bass saat mendengarkan musik. Jadi kepakai tuh NPU-nya ya. Lalu ada lagi mitos ya. laptop standar enggak cocok untuk pemrograman. Padahal udah banyak loh aplikasi native-nya kayak Visual Studio, NET7, Python, Java, bahkan Unity 3D ada. Jadi tinggal pilih mau pakai yang mana sesuai dengan apa yang kita butuhkan. W laptop X86 juga harus dipilih-pilih mana yang cocok untuk pemrograman yang mana. Ya kan kadang tergantung hardware spesifik juga ya. Harusnya kalau kalian developer atau programmer canggih, udah pahamlah cara pemanfaatan hardware-nya ya. Enggak ya? Mitos lain yang kita temukan adalah laptop Snapdragon dukungan drivernya masih kurang. Tenang, Qualcom secara berkala itu mengeluarkan update driver juga untuk IGP Sampagan X series mereka. Jadi game dan aplikasi tertentu yang manfaatkan grafis IGP performanya jadi lebih stabil dan lebih optimal. Lalu untuk printer, selama printernya memiliki sertifikasi MO pria, laptop Snapdragon akan kompatibel dengan printer tersebut. tentunya Qualcom akan terus bekerja sama dengan produsen printer untuk memastikan semakin banyak tipe printer yang dapat digunakan di laptop-laptop Snapdragon. Jadi apakah mitos laptop Snapdragon tidak layak beli tetap berlaku? Kalau butuhnya laptop Windows 11 dengan performa sekencang PC desktop gaming, laptop Snapdragon mungkin jadi pilihan yang kurang menarik. Tapi semua laptop dan tin and light, baik itu Snapdragon X86 atau yang buah-buahan pun akan terlihat kurang menarik kalau dibandingkan ke PC desktop gaming kelas atas. Terutama buat main game ya. Itu seperti bilang mobil sedan ini enggak bagus, enggak bisa untuk offroad. Ya, kalau mau offroad memang harus pakai Jeep dong. Nah, tapi kalau yang dicari adalah laptop dengan performa kencang untuk aktivitas sehari-hari. Baterainya sangat irit, enteng di bawah, ukurannya mungil, fiturnya lengkap. laptop dengan Snapdragon tetap menjadi pilihan yang menarik. Bahkan bisa jadi sangat menarik karena daya tahan baterainya. Apalagi aplikasi natifnya kini semakin banyak dan kompatibilitasnya semakin membaik. Tentunya yang paling penting fan laptop Snapdragon kini juga semakin banyak mulai dari yang paling kencang hingga yang terjangkau alias yang murah. I laptop Snapdragon memang baru berada di tahap awal kepopulerannya. Melihat keseriusan Microsoft yang sudah membuat beberapa laptop surface mereka pakai Snapdragon dan antusiasme nyari semua brand laptop untuk hadirkan laptop dengan proses Snapdragon, tampaknya laptop ini hanya akan jadi kian populer ya. Lenovo, Asus, Acer, dan banyak brand lainnya sudah hadirkan solusi laptop Snapdragon mereka. Di MWC 2025 kemarin, bahkan tekno sudah mengumumkan laptop Snapdragon mereka. Software pun menyambut dengan cepat nih. Dalam kurung waktu 1 tahunan aja sudah banyak aplikasi yang mendukung ARM untuk Windows. Seiring makin banyaknya pengguna, software seperti ini akan makin banyak juga tentunya. Jadi teknologi baru itu disambut aja lah ya. Tuh contohnya di ranah buah-buahan mereka bahkan beralih total ke ARM base. Kan di awal pasti butuh penyesuaian tapi dalam waktu yang tidak terlalu lama adaptasi itu bisa berjalan dengan baik juga. Jadi mau pakai laptop Windows dengan prosesor Snapdragon kami rasa selama apa yang ditawarkannya memang sesuai dengan kebutuhan pribadi kita. terutama yang butuh daya tahan baterai ekstra ya, laptop-laptop standarban ini akan jadi pilihan yang sangat menarik. Saya D Irfan Jaga TV. [Musik]