Transcript for:
Strategi Sukses Bisnis UKM

Intro Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillahirrahmanirrahim Alhamdulillahirrahmanirrahim Alhamdulillahirrahmanirrahim Teman-teman yang nyimak video ini Mudah-mudahan diberikan kemudahan sama saya juga mudah-mudahan saya dan teman-teman diberikan kemudahan dalam mempelajari ilmu ini terus semoga Allah juga kasih pemahaman dan juga dipermudah dalam kita praktek ini saya rekam, di depan saya gak ada siapa-siapa, jadi mudah-mudahan saya bisa menyampaikan dengan baik teman-teman ya jadi materi ini direkam tujuannya untuk memaksimalkan sesi mentoring kita nanti. Karena sebenarnya sayang kalau misalnya pada saat sesi mentoring itu waktunya habis sama menjelaskan materi. Jadi sebenarnya sih baiknya teman-teman supaya pembelajarannya lebih maksimal, lebih optimal. Selain menyimak rekaman ini, juga saya berharap teman-teman sambil buka-buka buku aslinya. Jadi pada saat nanti kita sesi mentoring, Teman-teman tuh diharapkan udah banyak pertanyaan, di kepala itu udah banyak. Udah banyak. Hah? Masa sih mas? Nah, jadi saya malah berharap teman-teman mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang kritis. Yang sebenarnya pertanyaan itu tuh harusnya muncul ketika teman-teman betul-betul nyimak materi dan membaca bukunya. Jadi, buat saya sih seharusnya kalau teman-teman betul-betul nyimak, harusnya banyak pertanyaan. Gitu loh. Jadi kalau nggak ada pertanyaan, tanda tanya. Gitu ya. Oke, kalau gitu, bismillah ya kita mulai, teman-teman. Jadi, yang akan saya bahas, seperti yang udah pernah saya sampaikan juga, ini bukanlah buku saya, gitu ya. Jadi ini, teman-teman tahu ini buku guru kita, gitu ya. Saya mengenalnya Om Jaya, teman-teman mungkin familiar-nya Mas J, gitu ya. Jadi inilah buku beliau, diterbitkan tahun 2013, tapi yang saya tahu, buku tersebut sudah di-reset bertahun-tahun sebelum 2013. Jadi Beliau merumuskan formula-formula bagaimana UKM dengan modal yang terbatas bisa membuat bisnis yang booming dan sustain. Nah dari pembelajaran beliau, risetnya beliau dalam beberapa tahun akhirnya diuji cobakan sampai terbukti. Setelah terbukti baru dibuat buku. Itu yang saya tahu. Artinya walaupun ini bukunya seolah Instan ya buka langsung laris gitu seolah-olah auto laris gitu ya. Padahal di belakang itu ada persiapan-persiapan yang tidak sebentar gitu loh. Perlu persiapan-persiapan matang dan persiapan-persiapan ini tentunya juga serat akan pembelajaran. Khususnya untuk teman-teman yang baru pertama kali tau framework ini. Jadi kalau misalnya beliau guru kita menulis buku ini merumuskan yang gak sebentar. butuh waktu bertahun-tahun untuk menguji coba ide, terus kemudian terbukti valid, kemudian perlu dibuka, kalau gitu teman-teman jangan baca terlalu cepat, atau kalau udah tamat jangan merasa cukup. Pastikan buku ini menjadi teman perjalanan bisnis teman-teman untuk membuat bisnis yang booming dan sustain. Jadi itu buka di mahal. Buku ini bukan punya saya, saya Alhamdulillah diberikan privilege, atau diberikan rezeki, saya bisa duluan praktek, mungkin lebih duluan daripada teman-teman. Nah, buku ini untuk membuat bisnis kita laris, sustain and moving, ada tujuh hal yang harus disiapkan. Dari mulai membidik pasar potensial, produk yang ngangenin, kemasan pertama diambil, dan seterusnya, sampai lompatan konversi. Nah, kalau misalnya kita ambil dari ilmu dasarnya bisnis, jadi kan bukaan nasionalis itu ilmu terapan, atau ilmu praktis. Nah, kalau kita ambil dasarnya, dasar bisnis pada umumnya, akan muncul seperti ini nanti. Membidik pasar potensi... Potensial itu artinya riset pasar, kemudian selanjutnya riset produk. desain kemasan atau bentuk, menentukan merek, menentukan distribusi, menentukan strategi promosi, dan mengoptimalkan konversi. Jadi itu materi dasar ya sebelum akhirnya dibikin lebih UKM-nya oleh beliau. Nah saya disini kebahagiaan untuk menjelaskan ke teman-teman, terutama yang pertama ya, Di video yang ini saya akan jelasin bagaimana teman-teman bisa memahami apa itu yang disebut dengan didik pasal potensial dan apa yang dimaksud dengan produk ngangenin. Esensinya itu apa sih gitu loh. Jadi mungkin teman-teman sebagian udah baca. Tapi masih bingung maksudnya potensial itu apa. Contohnya ada tapi intinya apa sih gitu ya. Dikatakan potensial itu kalau apa. Dan yang kedua, menyiapkan produk yang ngangenin. Esensi ngangenin itu apa. cara Uji ngangin itu gimana? Apa yang diuji? Dan bagaimana indikatornya kalau produk kita sudah lolos uji ngangin atau belum? Insya Allah itu yang akan kita bahas ya di video kali ini. Nah, ngomongin bukan langsung laris, itu selalu disandingkan dengan yang namanya Matrix Boston. Untuk teman-teman yang belum familiar, jadi ini tuh intinya ada sebuah matrix dari Boston Consulting Group, kalau nggak salah dari tahun 90-an. Ditulis juga di buku-buku anselaris, intinya metrics ini untuk memetakan kondisi bisnis kita atau kondisi produk kita. Kalau perusahaan-perusahaan yang besar, yang grup-grup multinasional company, mereka satu grup bisnisnya banyak. Jadi mereka bisa pakai ini untuk memetakan bisnisnya. Ada bisnis supermarket, ada bisnis banking, ada bisnis internet provider. Jadi mereka memetakan bisnis. Bisnis yang ini sudah anjing, bisnis yang ini sudah sapi. Kalau kita pakai buat produk. bisa juga sih buat bisnis. Nah intinya apa sih dari Matrix Boston ini? Intinya adalah Oh harus jelasin dulu ya, Sapi Pera itu apa. Oke, Sapi Pera itu intinya sebuah bisnis yang kalau ngomongin definisi asli, saran saya sih mendingan teman-teman buka aja Google gitu ya Matrix Boston. Teman-teman silahkan nanti cek di Google aslinya itu Matrix Boston itu kayak Nah perhitungannya, cuman izinkan saya share-nya biar agak cepat aja gitu ya intinya sapi perah itu adalah sebuah bisnis yang sudah cukup matang ya kita punya cukup posisi di sana gimana market share bahasa gampangnya apa ya jadi sapi perah itu sebuah bisnis yang intinya pertumbuhan industri nya sudah matang kita punya posisi di bisnis tersebut singkat cerita bisnis itu menghasilkan lah gitu loh jadi pengeluaran sama pemasukan lebih gede pemasukan Kenapa disebut sapi perah? Karena sapi perah ini tetap kita kasih makan, tetap kita rawat, tapi sapi tersebut memberikan susu ke kita, memberikan manfaat. Nah, ini sebuah bisnis sapi perah. Jadi kita rawat seadanya, se-proper mungkin, sapi ini secara kontinu memberikan kita hasil. Ini sapi perah. Kemudian ada yang disebut bisnis anjing. Anjing itu, kalau kita berandai-andai ya, anjing itu kan kita rawat, kita ajak ke salon, kita kasih makan yang mahal-mahal. Tapi anjing tersebut tidak memberikan manfaat ke kita secara nyata, tangible. Palingan cuma seneng aja. Saya misalnya, kita misalnya melihara anjing. Kita kasih perawatan yang terbaik, kita kasih makanan yang mahal, yang bagus, yang dia suka. Tapi anjing itu nggak kasih apa-apa ke kita. Kecuali ya cuma seneng aja. Seneng liat anjing seneng gitu ya. Nah itu anjing. Kalau di bisnis, berarti bisnis itu tuh bisnis yang ngeluarin uang terus. Kita sebagai owner ngeluarin uang terus, tapi nggak menghasilkan yang menghasilkan gitu loh. Definisi hasilnya teman-teman silahkan cari di internet ya. Tapi anjing ini bisa menjadi anjing karena beberapa hal. Di antaranya, kita sudah masuk ke pasar berdarah-darah dimana ini sudah banyak pemain atau industri-nya sudah sunset atau industri-nya itu sudah mati lah gitu ya. Kalau nggak industri itu kategori lah. Industri komunikasi. Kategorinya misalnya wartel. Warung telekomunikasi. Pada zamannya, wartel itu sapi perah mungkin. Jadi banyak orang-orang panen dari bisnis wartel, warnet, rental DVD. Nah ketika dunia berubah, kategorinya lama-lama punah. Karena adanya dulu wartel itu gara-gara Asia Hidayah gitu ya. Asia Hidayah, Asia Merdeka. Ingat nggak? Talk time 1 jam 3.000 atau 1.500 ya saya lupa. Pokoknya gara-gara itu salah satunya wartel ditinggalkan. Ketika wartel ditinggalkan, orang-orang mendah dapat bisa telepon lebih murah, maka wartel itu jadi bisnis anjing. Disebabkan perubahan behavior atau kategorinya sudah punah. Kalau sekarang mungkin telepon pakai pulsa dilawan oleh telepon pakai internet lewat WhatsApp. Nah ini juga ada perubahan-perubahan. Intinya itu adalah bisnis anjing, gitu ya. Yang sudah menjadi anjing. Nah, tanda tanya itu sebuah bisnis yang posisinya kita 50-50 nih. Antara kalau kita berhasil, kita akan mendapatkan bintang. Kalau kita gagal, tanda tanya itu bakal jadi anjing, gitu ya. Saya jelasin bintang dulu deh ya. Jadi bintang itu intinya sebuah bisnis yang industri-nya lagi naik, gitu ya. Lagi rame-ramenya. Tapi karena industri-nya ini lagi naik, Banyak pemain-pemain besar juga ikut gabung di sana. Dan untuk membuat kita bisa menghasilkan atau supaya kita bisa memetik hasil suatu saat nanti, bintang ini harus terus-menerus di... Apa istilahnya ya? Harus terus-menerus diinvestasikan. Gimana ya? Bintang ini harus... Kita harus keluarin uang banyak di depan. Jadi gitu lah. Kalau sapi perah itu kan kita keluarin uang. bisnisnya ngasih ke kita lebih banyak kalau bintang, sebelum bintang itu nanti jadi sapi perah tujuh turunan gitu ya bintang ini harus terus-menerus kita subsidi kita harus banyak ngeluarin uang di depan tapi bintang tersebut belum memberikan uang atau cashflow ke bisnis kita bayangin ya, jadi sapi perah itu kategori bisnis yang memberikan kita cashflow bulanan atau cashflow secara rutin lah gitu loh Kalau bintang, kita ngeluarin uang terus, jajan terus gitu ya. Tapi bintang tersebut belum memberikan kita hasil dalam bentuk cash flow. Nah singkat cerita dari Matrix Boston ini yang mau disampaikan kaitannya dengan PLL atau Bukalas Lunaris, ini yang harus teman-teman perhatiin. Nah yang perlu teman-teman perhatiin berkaitan dengan Bukalas Lunaris adalah kalau mau mulai bisnis, mulailah dari bisnis sapi perah. Kenapa? Karena diasumsikan kita ini baru ngerintis, kita perlu cash flow, kita perlu yang pasti-pasti dulu gitu loh. Kemudian jangan terlena saat sapi perah itu sudah menghasilkan. Ketika kita nanti berkecukupan, jangan terlena. Kenapa? Karena suatu saat nanti sapi perah akan berubah jadi anjing. Nah ini sebuah kenisayaan, cuman kita nggak tahu kapan sapi perah berubah jadi anjing. Karena akan jadi anjing, tapi bisa jadi dalam waktu 5 tahun, 10 tahun, 50 tahun, atau mungkin 100 tahun masih sapi perah. Tapi suatu saat nanti pasti bakal jadi anjing, nggak tahu kapan. Karena banyak faktor, bisa jadi dihantam kompetisi, dihantam perubahan behavior konsumen, dihantam teknologi. Tapi pasti akan jadi anjing, nggak tahu kapan. Ada nggak bisnis yang sapi perah udah ratusan tahun? Coca-Cola mungkin ya. Terus McDonald's, KFC, itu kan mereka masih jualan ayam, burger terus. Jadi masih dikategorikan sebagai sapi perah. Tapi mumpung selama sapi perahnya masih sehat, sebelum mereka jadi anjing, cobalah kita invest atau kita membuat unit bisnis lain yang sifatnya tanda tanya atau bintang. Karena kembali ke definisinya tadi ya, bintang dan tanda tanya itu memerlukan biaya di awal. Nah, karenanya kita biayain pakai uang yang sapi. Jadi kita punya bisnis yang Alhamdulillah sudah menghasilkan. Jangan terlena. Kita harus siapin lagi masa depannya gimana. Next-nya apa nih? Jaga-jaga kalau sapi ini suatu saat bakal jadi anjing. Mumpung sapinya masih sehat, pakai sebagian uang sapinya untuk kita investasi ke bintang atau tanya-tanya. Gitu ya, teman-teman. Ini harus disampaikan dulu nanti. Supaya teman-teman punya gambaran lebih tajam gitu ya terkait bukan asularis. Nah sekarang kita masuk ke formula yang pertama ya, bidik pasar potensial. Nah kalau misalnya dibagi ya sebenarnya market itu ada 3 jenis. Yang pertama ada yang disebut dengan bleeding market atau pasar berdarah ya. Di sini bleeding. dikasih warna merah karena Seolah-olah ini tuh pasar yang berdarah-darah. Nah, kenapa sih disebut pasar berdarah-darah? Karena ini tuh sebuah pasar yang pemainnya, apa ya, supply-nya lebih banyak daripada demand, atau yang jualan lebih banyak dari yang butuh. Ya, intinya gitu lah. Nah, karena lebih banyak yang jual daripada yang beli, maka si... Ini pembeli, ini penjual. Pasar berdarah-darah itu, posisinya itu lebih banyak yang jual daripada yang beli. Tapi karena posisinya gini, sebenarnya pembeli jadi punya banyak pilihan. Karena pembeli punya banyak pilihan, akhirnya bisnis-bisnis yang ada di pasar berdarah ini, biasanya mereka banting-banting harga. Banting-banting harga, menjelek-jelekin produk lain. Pokoknya, untuk menyerapkan bukaan asularis, Hindari pasar berdarah-darah. Itu poinnya. Yang merah-merah itu kalau teman-teman sekarang udah mulai usaha, kemudian usahanya teman-teman itu dibanding-bandingkan dengan bisnis orang lain, kok di tempat lain lebih murah? Atau intinya nggak bisa bersaing lah. Itu kemungkinan adalah pasar berdarah. Bukan langsung laris, tidak bisa kita praktekin kalau teman-teman sekarang berada di pasar berdarah. Kemudian yang berikutnya, sleeping market. Nah, kalau sleeping market ini, sesuai namanya ya, sleeping market itu adalah sebuah pasar yang masih tertidur. Kenapa dikatakan tertidur? Sebenarnya pasar ini tahu mereka punya masalah, atau gimana ya, pasar ini tuh, oh gini, pasar ini tuh punya masalah, atau pasar ini tuh perlu sesuatu, tapi mereka belum sadar mereka tuh punya masalah. atau mereka belum sadar mereka perlu sesuatu. Makanya dia dianalogikan seolah sedang tertidur gitu loh. Sebenarnya bisnis ini kalau digarap sangat bagus gitu ya. Ada kemungkinan kita akan jadi pionir di sana, kayak Aquanya lah gitu ya. Kalau udah jadi pionir tuh kita bakal diingat Aqua, Odol gitu ya. Nah tapi ngomongin bukan langsung laris, tidak direkomendasikan teman-teman menggarap sleeping market. Karena kan... Bukan asularis ini itu framework untuk UKM-UKM yang modalnya terbatas. Sleeping market itu perlu banyak sumber daya, termasuk uang, untuk membangunkan mereka yang sedang tidur. Untuk menyadarkan market bahwa mereka butuh produk kita. Maka sleeping market, hindarin. Jadi hindarin bleeding market, hindari sleeping market. Nah, potensial market yang harus kita bidik. Kalau teman-teman lihat ilustrasinya. Jadi gambarnya warna hijau ya, marketnya, pemain bisnisnya itu cuma ada dua di slide itu ya. Jadi ini tuh adalah sebuah kondisi di mana minim pesaing atau masih minim pesaing. Kemudian permintaan lebih banyak daripada supply. Konsumen yang nyari, konsumen yang butuh banyak. Sedangkan yang menjual. produk yang dibutuhkan konsumen sedikit. Jadi ini posisinya pengusaha ini lagi di atas angin gitu ya. Konsumen yang membutuhkan kita. Kita punya produk yang dicari mereka. Nah, untuk membuat gambaran yang lebih detail terkait apa sih contoh-contoh pasar potensial, kita akan coba bahas ya beberapa contohnya. Yang pertama, pasar potensial Itu bisa jadi adalah kita membuat produk baru, yang produk tersebut merupakan solusi dari masalah yang ada. Jadi ini kita bikin bisnis berbasis permasalahan yang dirasakan market kita. Kita punya target market, kemudian target market tersebut punya masalah apa, masalahnya kita selesaikan. Solusinya kita kemas dalam bentuk produk-produk, kita jual. Nah itu juga termasuk pasar potensial. Contohnya apa? Contohnya ini yang paling gampang lah ya, yang teman-teman juga pasti pada tahu, Gojek. Gojek itu kan konon kisahnya tentang CEO atau foundernya itu yang lagi ke Jakarta, banyak meeting, terus dia macet di jalan, mau pesen taksi macet, mau pakai ojek. Ojek pangkalan banyak masalah Takut gak tau dimana Mangkalnya, takut ditipu Atau harganya takut dimahalin Terus juga ini aman apa Enggak, helmnya juga Bau atau enggak gitu ya Terus juga drivernya juga Bau badan atau enggak, nah ini kan sebuah Permasalahan, permasalahan ini Dia coba beresin Dia coba selesaikan Setelah selesai Dia kemas jadi sebuah solusi Solusinya dia jual, dalam bentuk layanan Gojek. Nah, menyusul dengan layanan-layanan lain. Ada GoSend, GoMart, GoPay. GoFood yang paling fenomenal. Nah intinya, sebuah bisnis potensial itu bisa jadi adalah permasalahan yang dihadapin suatu market, kemudian kita bisa bantu selesaikan masalahnya. Nah solusinya dijual dalam bentuk produk atau jasa. Nah kemudian yang berikutnya, pasar potensial bisa juga merupakan sebuah produk Yang sudah jadi komoditas, tapi tidak ada merek yang menonjol pada saat kita memikirkan suatu produk tersebut. Misalnya ya, komoditas itu kan sesuatu yang menjadi keseharian. Mungkin dulu ya, zaman sebelum ada Gulaku, ya gula itu komoditas. Gula itu dibelinya seperempat, setengah kilo, sekilo gitu ya. Nah tapi akhirnya dibuat brand sama Gulaku, jadilah dia bukan lagi komoditas. Pokoknya coba teman-teman bayangin atau coba jawab dalam hati gitu ya. Kalau misalnya kita ngomongin mie instan, apa yang teman-teman pikirkan? Pasti muncul satu merek. Kalau misalnya pasta gigi, pasti muncul satu merek. Kemudian sampo, sabun mandi, pasta gigi, kecap, sabun cuci piring, dan seterusnya. Setiap kali disebutkan satu produk atau satu kategori produk, setidaknya ada satu produk, satu merk yang muncul di bayangan teman-teman. Nah, yang ini ya, produk sudah jadi komoditas, tapi pada saat disebut produk tersebut, tidak ada merk yang terfikirkan di benak masyarakat atau di benak konsumen. Misalnya, peyem di Bandung. Di Bandung itu terkenal peyem, tapek gitu ya. Tapi Sampai sekarang tidak ada merek yang muncul di pikiran ketika ngomongin BEM Bandung. Kemudian Resolus. Resolus juga kan bukan produk baru, ya nggak? Mungkin sudah 100 tahun ada di dunia ini. Cuman pada saat kita sebut Resolus, merek apa ya yang terkenal? Mungkin teman-teman punya langganan gitu ya, tapi apakah merek tersebut disepakati di Indonesia? Mungkin ada tuh Resolus dekat rumah saya, punya Bu Anu gitu ya. Atau ada tuh di toko oleh-oleh, risolesnya enak. Tapi itu bukan risoles. Ya, itu bukan merek risoles. Cakue, gitu. Cakue juga sama. Siapa sih yang nggak tau cakue? Nanti ya. Tapi pada saat kita ngomongin cakue, merek cakue apa yang terkenal? Sama kayak risoles. Mungkin temen-temen punya langganan. Ada cakue yang enak di rumah saya. Tapi itu bukan brand. Dan itu hanya disepakati di... Mungkin... Anda doang yang ngomong gitu, yang lain di wilayah lain nggak setuju. Nah ini bisa menjadi salah satu ide membidik pasar potensial. Coba pikirin, apakah ada satu produk yang sudah menjadi keseharian, sudah jadi komoditas, tapi pada saat produk tersebut disebut, tapi tidak ada merek yang menonjol. Berikutnya, barang yang dicari banyak orang, namun langka di pasaran. Barang yang dicari banyak orang namun langka di pasaran. Jadi, pernah nggak teman-teman? Ini sebenarnya masih mirip-mirip sama yang pertama ya. Ada masalah, kita beresin solusinya. Ada masalah, kita selesaikan. Solusinya kita jual. Mirip-mirip, beririsan lah gitu ya. Cuman, di sini masalahnya spesifik. Barang yang dicari banyak orang, namun langka di pasaran. Jadi kan masalah nih ya. Untuk sebagian orang, untuk orang-orang ini, Mereka punya masalah mencari barang yang dia butuhkan tapi langka, itu masalah. Ini sebenarnya yang saya pakai di bisnis yang saya jalanin. Saya waktu itu tiba-tiba pengen banget makan keripipisang khas Lampung, tapi di Bandung nggak ada yang jual. Dulu sih udah ada jual beli online, tapi masih zamannya kaskus. Belum familiar lah belanja online. Nah, ini ya ketika saya dapetin fakta bahwa yang nyari ini ternyata banyak, yang nyari keripik pisang ini bukan cuma saya doang, akhirnya saya bikin, saya mikir gini, oh kalau saya bisa bikin keripik pisang yang mirip-mirip, dan saya bisa jual ke mereka, ini bakal jadi bisnis. Jadi sederhana itu gitu loh. Ada orang nyari sesuatu, nyari solusi, nyari produk, nyari jasa, tapi tidak ada atau langka di pasaran. Kalau kita bisa memberikan itu, itu bisa jadi peluang bisnis. Next ya. Pasar potensial itu bisa juga merupakan sebuah produk yang permintaannya banyak, yang jualan juga banyak. tapi masih ada celah diferensiasi. Contoh, ini ada satu helm. Ini sebenarnya bukan helm khusus target market tertentu sih. Sebenarnya ini kan helmnya yang saya tahu itu helm retro gitu ya, si Cargloos itu. Tapi intinya gini, kalau kita ngomongin helm, kan wah helm itu udah punya nih. Masing-masing dari kita punya setidaknya satu merek helm. Kalau nggak, Ink, apalagi sih KYT. terus apa lagi ya? Apa? GM, terus merek-merek Araya yang suka balap-balap. Pokoknya kalau kita ngomongin helm, setidaknya teman-teman punya satu merek referensi di benak. Nah, walaupun helm itu yang butuh banyak dan yang jualan banyak, ada berbagai macam brand, tapi coba dicek, masihkah ada celah diferensiasi? Nah, inilah yang ditemukan sama si Carlos. Dia menemukan bahwa Tidak ada pada saat itu helm untuk wanita berhijab. Nah dia riset. Jadi kalau ngomongin helm, helm balap, dia tahu. Helm motor trail, orang bisa jawab. Begitu ditanyain, helm khusus hijabers. Nah, helm khusus hijabers. Nah ini dia riset. Ini tuh jadi yang membedakan tuh pastinya mereka riset ya. Wanita berhijab itu ada masalah apa aja sih kalau pakai helm? Kan kadang-kadang dia suka, gini, si sanggulnya itu ngehalangin helm gitu ya. Nah dia mengerti itu, akhirnya dikasih lubang, dikasih space bolong ya di belakang helm tersebut. Tempat untuk sanggulannya supaya nggak ngerusak estetika. Jadi di dalam helm itu ada lubang khusus untuk space sanggul gitu ya. Sanggul apa cepol lah itulah pokoknya ya. Dan berbagai macam permasalahan lain yang diselesaikan sama si Carglos. Khususnya untuk yang ini ya, hijabers gitu loh. Terus helm apa lagi nih yang belum ada pemainnya? Ya mungkin ini lucu-lucunya sih helm. Misalnya helm buat orang-orang yang suka ngelucu gitu ya. Helm-helm yang suka nyari perhatian. Helm-helm caper. Ini juga. Ini emang pelengkap aja sih ya temen-temen ya. Gak usah diambil serius ya. Intinya, helm itu banyak yang butuh, banyak yang jual, tapi masih adakah celah pembeda helm kita dengan yang lain? Nah, terus pasar potensial bisa juga merupakan produk pelengkap dari suatu tren yang sedang happening. Misalnya ini tren drama Korea, Drakor. Tren drama Korea itu men-trigger, memicu... produk-produk lain yang melengkapi tren tersebut. Restoran Korea, makanan cepat saji Korea, rasa-rasa Korea, itu kan suatu bisnis yang potensial akibat adanya suatu tren. Atau sedang tren di wilayah lain tapi belum tren di wilayah Anda. Nah, ini tuh sebenarnya sih kita pintar-pintar aja sih ngeliat tren ya, karena ada beberapa tren, ada beberapa pola. Kalau tren di Amerika, 5 tahun lagi masuk Indonesia. Kalau tren di Jawa Barat, beberapa bulan lagi masuk ke Jakarta atau sebaliknya lah. Intinya, bisnis yang sedang trend di suatu wilayah, belum masuk ke kita, itu kan tinggal nunggu waktu. Nah, bisa jadi kita adalah yang pertama di wilayah kita yang menyediakan trend tersebut. Ini contohnya dulu cashless, pas di Cina udah pake Alipay gitu ya, terus beberapa waktu kemudian baru di Indonesia ada Gopay, ada Ovo, dan kawan-kawannya. Terus juga jasa transportasi online. Beluan di luar negeri diadopsi sama Gojek. Terus minuman-minuman boba. Ini pada saat itu booming di Cina nih si Tiger Sugar. Udah diprediksi suatu saat Tiger Sugar ini bakal masuk ke Indonesia. Atau setidaknya brown sugar boba-nya yang akan trend. Betul kejadian. Jadi trend di wilayah orang, belum di wilayah kita. kita bisa jadi yang pertama yang membuat tren. Atau produk pasar potensi Lainnya bisa jadi produk ngangenin yang bukan menjadi produk unggulan atau produk utama dari suatu brand. Jadi kalau kita datang, kalau kita punya restoran langganan gitu ya, sebenarnya tuh restoran itu tuh produk utamanya tuh ayam goreng. Tapi di restoran tersebut sambal cuminya enak. Dan orang tuh tau di sana sambal cuminya enak. Nah ini bisa dibikinkan satu brand khusus sebagai brand sambal cumi. Jadi ini kalau di Bandung ada oleh-oleh Kartika Sari. Kartika Sari itu kan terkenal sama bolen pisang. Bolen pisang, sorry, Kartika Sari kemudian inovasi produk, bikinlah roti kering bagelen. Dijual di toko, ternyata penjualannya juga oke. Banyak respon positif. Bahkan udah mulai menyayangi si bolen pisang. Nah akhirnya karena diketahui fakta tersebut, Kartika Sari pun akhirnya membuat merek khusus untuk si bagelen. Dan sekarang bagelannya Kartika Tos ini, Meraknya Kartika Tos ya, dari Kartika Sari. Sekarang udah bukan cuma dijual di Kartika Sari, tapi udah dimasukin ke supermarket-supermarket seluruh Indonesia. Atau kalau beli donat, gitu ya, beli donat, ada satu varian khusus yang paling favorit. Sedangkan varian tersebut bukan varian utamanya. Nah, varian tersebut yang bukan varian utama bisa kita keluarin dan kita kasih merk khusus. Contohnya, kalau saya ke Krispy Kreme ini, Pasti belinya yang gini doang. Yang aneh-aneh malah saya nggak suka. Kayak sama kalau ke Jeko juga ya. Kalau ke Jeko kan kita beli minuman dapat donat gratis. Nah saya suka yang itu malah. Yang rasa gula doang. Nah itu kalau memang marketnya ada, dibikin merek khusus. Di Bandung ada, namanya 2DES Donut. Jadi ini donat cuma rasa coklat meses. Yang meses malah yang baru sih. Dulu itu dia terkenalnya cuma... gula tabur, gula aren apa gula merah ya, saya nggak ngerti ngebedainnya. Pokoknya gula tabur yang itu, yang coklat, sama icing sugar. Udah, dia nggak jual donat yang lain. Jadi dia terkenalnya di Bandung sebagai donat kampung. Udah, jadi nggak pake yang green tea, nggak pake yang coklat. Yang dikasih message itu masih masuk donat kampung, jadi dia bikin gitu loh. Nah intinya apa? Intinya... Bisnis yang potensial itu sebuah bisnis yang permintaannya besar, kompetisinya masih kecil. Harusnya saya kasih tambahan ya, masih kecil. Kenapa pakai kata-kata masih? Karena yang namanya bisnis ya teman-teman ya. Sekarang kita bikin bisnis booming. Masa sih nggak pernah ada kompetisi? Kompetitor tuh pasti muncul. Nanti ketika kompetitor tahu bisnis kita itu potensial, pastilah nggak akan nunggu lama, akan ada. kompetitor yang bermunculan. Jadi lebih tepatnya, bisnis potensial itu sebuah bisnis yang konsumennya banyak, permintaannya banyak, tapi kompetisinya masih kecil. Artinya itu masih bisa kita masukin. Nanti gimana mas kalau kompetisinya udah rame? Nah beda. Ngebangun bisnis sama mempertahankan, sama mengembangkan itu beda. Ini kan kita ngomonginnya mulai bisnis ya, gimana caranya bikin bisnis yang laris. Nanti kalau mau mempertahankan itu ngomongin brand, ngomongin distribusi, beda lagi ya. Nah sekarang bagaimana jika sudah terlanjur jalan, tapi baru sadar formulanya. Udah bisnisnya udah jalan, tapi udah terlanjur, apa ya, pada saat kita tahu ini bisnisnya udah jalan. Gimana dong? Ternyata yang dibidik adalah pasar perdara. Mas Gazan, kayaknya sih saya masuk yang bleeding ya mas. Tau dari mana? Ya abis, banting-mantingan harga terus mas. Saya tiap jual ini dibandingin sama merek lain. Kalau misalnya udah terlanjur masuk ke pasar berdarah, cobalah untuk membidik kategori yang lebih spesifik. Atau membuat kategori produk yang lebih spesifik. Contohnya misalnya hijab. Hijab ini kan, wah kalau kita ngomongin hijab sekarang banyak banget nih. Hijab. Saking banyak aja saya bingung hijab apa. Elzata, Safira, Zoya. Saya nggak tahu itu hijab atau nggak ya. Pokoknya pakaian muslim gitu ya. Banyak. Vanilla hijab, termasuk seika hijab, termasuk banyak gitu loh. Tapi kalau misalnya kondisinya memang hijab kita tuh disamain sama semua hijab yang ada di dunia ini atau di Indonesia, maka kecilin atau bikin kategori produk yang lebih spesifik. Hijab. Petakan persaingan cari cara diferensiasi. Hijab, oke ini hijab umum, ini hijab syarih, udah ada mereknya. hijab untuk warna-warna pastel udah ada hijab untuk apalagi nih untuk pekerja sana udah ada nih hijab apalagi ya yang belum ada misalnya ini contohnya ini dibacanya apa ya Nur apa Nure atau Nore jadi kalau kita jualan hijab saingannya banyak tapi kalau kita jualan sportwear for muslimah ya atau enggak hijab untuk olahraga wah ini pada saat itu mungkin namanya riset ya belum ada nih gitu loh jadi dia adalah yang pertama terkenal disini contoh lain ya kalau tadi ya sempat saya tanya kalau air mineral teman-teman ingetnya apa sih? gua ya biasanya sih umumnya gitu ya kalau saya tanya air mineral gua sabun cuci piring apa? Sunlight kalau minstern apa? Indomie ada juga sih yang bilang Supermie apa terserahlah pokoknya ada kan Ada di benak gitu loh, mereknya muncul di benak. Kecap, bango, tergantung. Ada yang bilang ABC, terserah. Pokoknya ada kan, pada saat saya sebut kecap, muncul suatu merek. Sabun mandi, sama. Ini juga tergantung preferensi atau masalahnya masing-masing ya. Tapi umumnya orang-orang bakal sebut Lifebuoy. Pasta gigi, umumnya orang-orang bakal bilang Repsoden, gitu ya. Nah sekarang kalau misalnya kita mau bikin bisnis, Bisnis kita itu pasta gigi. Siapa lawannya? Pepsoden. Gitu ya. Tapi kalau kita mau menang melawan Pepsoden, caranya adalah dengan tidak melawan Pepsoden. Jadi, untuk menang bersaing dengan Pepsoden, caranya adalah dengan tidak melawan Pepsoden. Jadi, contoh ya. Ini masih studi kasus dulu. Pasta gigi, Anda ingat Pepsoden. Kalau pasta gigi untuk nafas segar, muncul close up. Kalau pasta gigi untuk gigi sensitif, sensodyne. Jadi ketika kita spesifikin kategori produknya, muncul menak yang lain. Pasta gigi untuk perokok atau peminum kopi, ada zak. Pasta gigi untuk anak kecil, kodomo. Nah kira-kira gitu ya teman-teman. Kalau kita mau bikin pasta gigi, Jangan bersaing di Kodomo, jangan melawan Kodomo, jangan melawan Close Up, jangan melawan ZAK, dan seterusnya. Kecuali kita konglomerat ya, kita mau iseng ah, main ah, mau matiin Pepsoden, silahkan. Tapi itu permainannya beda. Kalau mau, cari aja pasta gigi apa yang belum ada, tapi pasarnya ada. Pasta gigi untuk pengusaha, apa bedanya ya? Pasta gigi untuk negosiasi. Apa bedanya? Pasta gigi untuk santri. Nah, mungkin bisa ya. Pasta gigi untuk pelajar. Jadi mereka ada bahan-bahan yang nyaman di mulut, membuat nafas segar, membuat mood mereka naik. Pokoknya terserah lah. Ketika kita ngomongin pasta giginya pelajar, pasta gigi itu yang muncul. Ini masih sama lah. Pokoknya, kalau teman-teman paham Formula 1, harusnya Teman-teman akan punya pikiran, teman-teman akan punya perasaan, ternyata bisnis itu nggak ada habisnya. Kayak seolah-olah itu semua potensial gitu loh. Jadi kalau sekarang teman-teman masih ngerasa bingung, ya bisnis apa ya yang menghasilkan, bisnis apa yang potensial, artinya teman-teman belum sepenuhnya mengerti tentang Formula 1. Karena kalau sudah mengerti Formula 1, seharusnya... Nanti malah jadi bingung. Bingung dalam arti, bingung nih, kok semuanya bagus? Nggak ada habisnya ini peluang bisnis. Itu kalau teman-teman betul-betul paham. Formula yang pertama. Jadi pastikan teman-teman cek nih, di formula yang pertama ini, teman-teman sudah on the track belum? Bisnis yang Anda jalanin sekarang, adalah bisnis yang di pasar potensial atau bukan? Kalau sudah, kita lanjut ke formula kedua. Kalau belum, coba di-reset lagi. Pasar mana yang masih potensial, yang layak untuk dibidik. Sekarang kita masuk ke formula yang kedua, produk hangganin. Jadi, produk hangganin itu fungsinya, atau esensinya, kita punya target market yang mau kita bidik. Kenapa produk kita harus ngangenin? Karena kita pengen konsumen itu tuh setelah mencoba produk kita, dia ketagihan atau dia puas, suatu saat dia akan berbisnis lagi dengan kita, suatu saat dia akan membeli lagi produk kita. Itu esensinya ya. Jadi setelah kita punya pasar potensial, kita pengen kasih produk yang memuaskan mereka. Nah caranya untuk membuat atau untuk mendapatkan produk yang ngangenin, Lakukanlah yang namanya uji ngengin. Produk ngengin itu adalah outputnya, sedangkan proses untuk mendapatkan produk ngengin ini adalah uji ngengin. Jadi kalau misalnya mas Tia sering tanya, udah uji ngengin belum? Artinya melakukan serangkaian aktivitas untuk memastikan produk kita lolos, uji ngengin. Caranya adalah coba di komunitas sesuai target pasar. Jadi kalau target pasar kita ibu-ibu, Lakukanlah uji ngengin terhadap ibu-ibu yang serupa. Kalau ini contohnya makanan ya, karena gampang. Tapi uji ngengin ini berlaku untuk semua jenis bisnis. Mau produk, jasa, keuangan, IT, konstruksi, sama. Tapi ini dikasih contohnya makanan supaya lebih kebayang ya. Coba di komunitas sesuai target pasar, simpen makanannya, jangan pakai kemasan. Amati yang makan, makan lagi. Makan lagi, makan lagi, makan lagi. Apakah yang makan lagi, makan lagi itu satu orang atau banyak orang? Jadi kita lihat nih, begitu kita simpen makanan kita di satu komunitas, kita pantau, orang yang makan sekali makan lagi nggak? Dan orang yang makan lagi, makan lagi, itu satu orang atau banyak? Kalau misalnya banyak, artinya perlu kita ngangin. Jadi mereka tuh nggak... Mereka makan itu karena rasa, bukan karena kemasan Nah, kalau misalnya ternyata mereka nggak ada yang ngambil lagi Setelah mereka coba satu kali terus mereka lepeh gitu ya Atau mereka nggak makan lagi Minta ke mereka feedback Jadi jangan minta testimoni Jangan minta gini, ibu tadi ibu makan makanan saya yang di sana ya Itu punya saya ibu Boleh minta testimoninya ibu Kalau kita minta testimoni mereka akan memberikan kepalsuan gitu ya Eh, enak kok, lumayan. Nah, jadi, kalau misalnya ada, pada saat kita uji ngengin itu, target market kita nggak makan lagi-makan lagi, tanyain feedback. Jangan minta testimoni. Nah, ini ya, mintain feedback. Jangan minta testimoni. Eh, Ibu, tadi Ibu ngambil keripik yang ada di situ ya, Ibu? Itu punya saya, Ibu. Saya lagi ngedevelop produk itu, saya butuh masukan, Ibu. Tadi ibu udah coba kan? Boleh gak bu? Kasih saya masukkan kritikan. Intinya, apa yang ibu rasakan yang mungkin itu bisa jadi bahan perbaikan saya bu? Tolong kasih yang jujur ya bu, karena saya butuh banget. Nah, jadi kita bikin sedemikian rupa supaya si lawan bicara kita tuh nyaman untuk ngomong. Iya dek, ini teksturnya enak sih, tapi alat ya. Dia akhirnya ngomong lah Teksturnya enak tapi alat Rasanya enak tapi alat Atau enggak rasanya enak tapi keras Atau kebalikan ya Keripiknya renyah tapi bumbunya Enggak pas di lidah saya Enggak pas apa enggak enak Enggak enak Jadi kita pancing supaya mereka memberikan feedback Kalau udah dapet feedback apa yang harus dilakuin Ya perbaikin produknya Kita udah dapet feedback Kita perbaikin produknya berdasarkan feedback tersebut. Indikator produk kita udah nganganin, biasanya mereka nggak berhenti sampai kenyang. Indikatornya kalau mereka lagi makan tuh, sekali lagi ya, sekali lagi ya, gitu ya, nggak berhenti sampai kenyang. Atau mereka akan puas, ditandai dengan repeat order. Kalau produk yang kita jual tidak bisa repeat order, atau bukan tidak bisa, repeat ordernya lama, kayak jual rumah, Jual jasa konstruksi, itu kan repeat ordernya ya kapan ya? Nah kalau tidak repeat order, maka apakah mereka secara sukarelam merekomendasikan produk atau jasa kita ke orang lain? Nah kenapa sih uji nganganin ini penting? Karena kalau dilewat, kalau produk kita tidak atau belum lolos uji nganganin, orang beli cuma sekali, mereka habis itu kecewa dan merusak brand. Lanjut, ini ada beberapa rangkuman hasil praktek, bukan hasil praktek, hasil pembelajaran saya pribadi. Mudah-mudahan menambah pemahaman teman-teman. Satu, dalam melakukan, apa namanya, dalam mempraktekkan formulir yang kedua, produk yang nangenin, pastikan, eh sorry, oh ini rangkumannya ya. Jadinya produk hanggan itu intinya memastikan produk atau jasa kita mampu membuat konsumen puas, senang, dan mau melakukan pembelian ulang atau mau merefrasikan ke orang lain. Jadi esensinya produk hanggan itu kita memastikan atau kita menyiapkan produk kita supaya orang itu pas coba senang, puas, mau beli lagi, atau mau ngasih ke orang lain. Itu esensinya. Nah kemudian apa yang diuji? Yang diuji adalah value utama. atau alasan utama target market kita itu mencari suatu produk contoh gini ya misal yang paling sering saya bahas itu restoran versus cafe restoran, cafe, coffee shop orang kalau ke restoran itu apa sih yang dia cari gitu ya atau apa yang paling pertama yang penting untuk seseorang ketika dia datang ke restoran Biasanya ya umumnya orang-orang akan bilang saya ke restoran itu karena mau makan, mau makan enak, mau makan nikmat, dah itu yang pertama. Makanya orang-orang itu kalau niatnya makan ke restoran, kadang-kadang kita lihat atau mungkin pernah mengalamin gitu ya, kita datang ke restoran pelayanan judas, nggak ada AC, nggak ada kipas angin, ngantri, terus juga ada cek-desekan, apalagi mahal juga mungkin. Tapi karena makanannya enak, orang tetap datang. Karena restoran itu yang dicari utamanya adalah makan. Maka makanannya harus enak. Kalau ke kafe, orang ke kafe itu kalau apa sih? Umumnya kalau saya tanya, orang itu ke kafe kalau mau nongkrong, mau nugas, mau meeting. Artinya dia datang ke kafe bukan buat cari makan. Nah kalau kita tahu apa value utama yang diinginkan konsumen, Maka itulah yang diuji ngengin. Restoran tadi contoh. Restoran itu yang harus diuji ngengin adalah makanannya. Itu nomor satu. Kalau restorannya makanannya enak, ditambah pelayanannya ramah, ada wifi kenceng, tempat duduknya nyaman, itu tambahan. Toh wifi-nya dihilangin, sofa-nya juga dibikin nggak enak, kursinya keras, tetap datang. gak ada pilihan lain, dan kalau memang produknya gak ngenin, kalau cafe justru kebalikannya, karena orang datang ke cafe itu niatnya untuk nongkrong, nugas meeting, maka yang diuji gak ngenin adalah suasananya apakah orang yang datang ke cafe tersebut merasakan kenyamanan pada saat dia meeting, merasakan kenyamanan pada saat dia nugas karena yang dicari adalah nyaman, bukan enak cafe, kalau sudah nyaman, makanannya enak Alhamdulillah makanannya biasa-biasa aja ya udah yang penting saya cuma nongkrong gitu loh ngerti ya jadi cafe itu justru yang diuji ngangin adalah ambience nya makanannya penting tapi bukan itu yang dicari jadi kalau enak Alhamdulillah tapi bukan berarti gini saya bisnisnya cafe makanan mah gak usah enak dibikin gak enak aja gak juga ada namanya acceptable quality atau minimum standar lah jadi kita bikin cafe Coffeenya nggak perlu enak sedunia, enak bisa diterima di lidah, udah cukup gitu loh. Tapi kalau kita punya kafe, nyaman, makanan enak-enak, nah itu plus-plus gitu ya. Tapi bukan itu yang utamanya. Kan ada, mungkin itu bukan kafe, itu restoran fancy gitu ya. Dia menjual makanan tapi lebih nyaman untuk nongkrong. Nah kemudian ciri produk lolos uji ngangenin, repeat order dari end user. Bukan dari reseller, bukan dari endorser, banyak ya. Bukan juga dari perantara lain. Pokoknya kalau yang repeat order itu adalah konsumen akhir, itu artinya udah lulus uji kangenin. Atau ciri-ciri produk kita udah lulus uji kangenin, itu ketika kita tanya ke konsumen. Kamu tahu produk kita dari mana? Kakak tahu produk kita dari mana? Kalau mayoritas dari mereka bilang gini, saya direkomendasikan temen. Saya direkomendasikan teman, saya tahu dari teman. Nah berarti sebenarnya, artinya bisnis kita itu sudah banyak direkomendasikan atau direferensikan. oleh orang lain. Nah, itu bisa disebut produk kita sudah lolos uji-ngangenin. Nah, sekarang kita masuk ke uji-ngangenin yang benar. Cara uji-ngangenin. Pastikan Anda sudah mengidentifikasi value utama yang dibutuhkan konsumen. Tadi ya, apa yang kita jual, apa yang konsumen harapkan. Jadi, itu teman-teman identifikasi dulu. Jadi, jangan sampai gini. Mas, saya bisnisnya jasa kursus bahasa Inggris. Kan Mas Gazan ngasih contohnya makanan. Apanya kan nggak dimakan mas kursus saya, jangan kayak gitu. Tapi esensinya apa? Orang ikutan kursus apa yang dia cari? Mungkin kepraktisan, ke... Bukan kemanjuran ya maksudnya. Bukti bahwa apakah betul dengan mengikuti kursus kita itu Memberikan impact yang diharapkan. Nah itu namanya uji gangganin. Pokoknya yang pertama, identifikasi dulu. Apa sih yang paling utama yang dicari konsumen? Kemudian yang kedua, berikan kesempatan mereka, konsumen tersebut, untuk mencicipi value utama. Tidak harus dalam bentuk persempurna. Misal ya, contoh lagi nih. Contohnya bisnisnya fashion. Sama-sama fashion, Tapi beda target market, itu pasti beda value utama. Kalau target market kita adalah anak-anak muda, misalnya mahasiswa gitu ya, laki-laki, mungkin value utama yang mereka cari adalah desain, bahan nomor sekian, harga juga mungkin nomor sekian. Nah, seandainya value utamanya adalah desain, kita bisa uji kangenin. Tidak harus dalam bentuk sempurna. Jadi nggak usah diproduksi dulu bajunya, kemudian kita ujingin. Nggak perlu. Kita cukup share aja gambarnya. Kita bikin gambar di internet, di komputer. Ada baju, ada kaos, ditempel desain yang mau kita jual. Desain tersebut yang sudah ditempel ke kaos, share ke target market kita. Itu udah ujing-ujingin. Jadi tidak perlu dalam bentuk baju asli. Tapi beda. Lain cerita kalau... target market kita adalah value utamanya kenyamanan bahan desain. Artinya itu tiga-tiganya harus dicicipin. Tidak harus produk sempurna, tapi ya mau nggak mau dong, kalau kayak gitu harus diproduksi dulu. Kalau misalnya value utama yang dicari adalah kenyamanan. Kenyamanan itu kan harus dipakai. Kemudian yang ketiga, fokuslah ke value utama. Jangan menggunakan kemasan yang berlebihan. Maksudnya, jangan dulu menggunakan packaging-packaging yang bagus. Supaya target market yang sedang kita uji-coba, fokusnya itu ke produknya, bukan ke kemasannya bagus. Tetap objektif lah gitu ya. Kemudian yang keempat, dapatkan feedback jujur dari target konsumen, bukan dari reseller atau dari endorser. Jadi, kita perlu feedback. dari konsumen akhir. Kemudian setelah kita dapat feedback, perbaikilah jika diperlukan. Perbaikilah produk atau jasa kita jika diperlukan. Yang terakhir, yang kelima, kembali ke langkah kedua, sampai mayoritas 80% lah gitu ya, target market yang kita bidik, memberikan sinyal puas. Jadi kalau nomor empat, dapat feedback, mereka nggak puas nih, ya bahannya nih gerah nih, nggak fleksibel kalau saya pakai. Ketika kita dapat feedback, kita perbaiki produk kita, kita balik lagi ke nomor dua. Kita minta lagi mereka cicipin. Nah, kemudian kesalahan saat uji ngangenin. Endorse terlalu dini. Atau produknya belum lolos uji ngangenin, sudah di-endorse ke public figure atau ke tokoh-tokoh publik. Masalahnya adalah kita berharap uji-ngangen itu sekalian ke endorser gitu ya. Tapi kan PR-nya gini, ketika produk kita belum lulus uji-ngangenin, di-endorse sama orang yang punya pengaruh gitu ya, punya followers banyak, mungkin followersnya akan beli karena penasaran. Tapi nggak terjadi repeat order. Bahkan udah kapok gitu loh, nggak akan lagi beli brand kita. Makanya di sini ada kaedahnya kalau mas C bilang, endorsement itu menaikkan otoritas penjualan. atau meningkatkan penjualan lah gitu ya, mudah kita jualan tapi berbahaya jika produknya belum teruji ngangenin kenapa bahaya? karena ya orang beli sekali terus kapok Kapoknya mah gak masalah. Pasok gini ya, kapok itu konsekuensi paling ringan yang kita dapetin dari hasil tidak melakukan uji gangenin. Yang paling bahaya itu adalah karena kapok, mereka memberikan kita sumpah serapah gitu ya. Atau ketidakpuasan mereka tuh berbuah petaka ke kita. Mereka mungkin gak ngasih bintang 1, mereka ngasih bintang 5 aja. Tapi dalam hati mereka, oh kirain tuh gimana nih. Udah capek-capeknya antri, tau-taunya begini doang. Mereka nggak ngomong yang jelek, mereka juga nggak ngeviralin produk kita, bahkan mereka ngasih bintang 5, tapi dalam hatinya tidak ridok, itu justru konsekuensi yang paling mahal, yang harus kita hindari. Makanya, menyiapkan produk yang anganin itu sangat-sangat kursial. Kesalahan berikutnya yang umum, kita melakukan uji-nganganin pada saat kemasannya sudah ada. Jadi packagingnya udah ada, Mas. Kalau teman-teman mau melakukan uji ngangenin, buka dulu kemasannya. Jadi pindahin ke plastik bening aja. Supaya pada saat melakukan uji ngangenin, konsumen kita tidak tersugesti. Tetap fokus ke produknya. Kemasan yang menarik membuat orang tertarik membeli, tapi belum tentu membuat mereka beli lagi. Terus kesalahan yang umum berikutnya adalah, buru-buru pakai reseller. Belum lolos uji-ngangenin, kita udah buka reseller. Itu udah pasti lah ya. Kenapa bahaya? Karena kalau dilihat ya, reseller itu kan posisinya ada di tengah. Antara kita sebagai produsen, terus ada distributor, atau mungkin ada perantara lain. Reseller baru konsumen. Nah feedbacknya itu nggak langsung ke kita, padahal pada saat kita uji-ngangenin, kita sangat-sangat-sangat-sangat perlu feedback dari konsumen akhir. Nah kalau kita langsung pakai reseller, kepotong. jalur komunikasinya. Kita nggak dapet feedback langsung. Yang ada malah reseller. Enak kok produknya, ini buktinya saya beli lagi. Itu kan tapi reseller, bukan in-use, ada yang beli. Omset yang besar tidak mencerminkan kestabilan. Jadi jangan jumawa, jangan merasa puas ketika, wah bisnis saya booming nih. Baru juga launching, udah viral di TikTok. Besar pasti itu omsetnya ya. Mungkin Satu hari bisa 100 juta, mungkin-mungkin aja. Tapi tenang, eh tunggu dulu gitu ya. Omset itu bukan cerminan bisnis yang stabil. Apalagi kalau produknya gak ngangenin, itu pasti cuma booming sesaat doang. Nah ini ada statement dari guru kita, jadi kaya itu mudah. Apalagi di zaman sekarang, zaman online. Tapi mengejar keberkahan itu yang langka. Tadi ya, kembali ke yang sempat saya singgung. Menciptakan produk hangat itu krusial karena bukan hanya menghindari konsumen yang tidak puas tapi yang lebih bahaya adalah konsumen kita sumpah serapahin kita gitu loh ngejelek-jelekin bisnis kita dan energi tersebut, energi negatif tersebut kembali ke kita membuat bisnis kita nggak langgeng ya karyawan kita mungkin ada masalah, terus juga kita mungkin ada banyak musibah itu bisa jadi gara-gara produk yang tidak serius kita siapkan, yang membuat mereka kecewa. Demikian teman-teman, formula 1 dan 2, materi ini, silahkan Anda ulang-ulang kembali jika diperlukan, catat apa yang mungkin kurang jelas, kalau ada ide juga catat, nanti kita akan diskusikan pada saat sesi mentoring. Sekian, Assalamualaikum Wr. Wb.