Transcript for:
Perjalanan Hidup Ki Hajar Dewantara

Terima kasih telah menonton Suwardi Suryaningrat lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889. Tanggal itulah yang kelak di kemudian hari dikenang dan ditetapkan sebagai hari pendidikan nasional oleh pemerintah Indonesia. Ia berasal dari keluarga keraton Puro Pakualaman Yogyakarta. Suwardi merupakan cucu dari Sri Pakualam ketiga. Ayahnya bernama KPH Suryaningrat. Dari pihak ibu, Raden Ayusandia ini merupakan keturunan Nyai Ageng Serang. Yang terakhir kalau dirunut silsilahnya akan sampai pada Sunan Kalijaga. Suwardi kecil mendapatkan pendidikan agama dari berbagai pesantren yang diasuh oleh Kiai Haji Abdurrahman, seorang Kiai dari Kalasan. Selain itu, ia juga pernah satu perguruan dengan Raden Ajeng Kartini, Kiai Haji Ahmad Dahlan, Kiai Haji Hashim Asyari, dan Ki Ageng Surya Mentaraman dibawah Asuhan Bahsol oleh darat dari Semarang pendidikan formalnya ia dapatkan di Europe Shell Lager School yang menggunakan bahasa Belanda sebagai pengantarnya saya kebetulan dilahirkan masih bertemu dengan Ki Hajar kira-kira sampai umur lima tahun nah dari kehidupan saya Bertemu bertatap muka dengan Ki Hajar, saya merasakan ada hal-hal yang sangat bermakna dalam hidup saya. Nah setelah dewasa, saya membaca bukunya. Apa yang saya baca di buku Ki Hajar itu ternyata diterapkan dalam ilmu. Ada beberapa hal yang sangat kecil tapi sangat bermakna sekali bagi saya. Ki Hajar itu sangat memperhatikan orang atau... warga yang di luar kemampuan saya pernah malam-malam belum tidur saya tanya sama pembantu saya yang asuh itu eam kok membungkus apa ya pembantu saya itu diam aja Besok lihat ya, akhirnya saya lihat, habis Jumatan itu Ki Hajar itu Eang Kakung itu lenggak di depan rumah, banyak anak-anak ibu-ibu yang datang terus dikasih, apa yang ini? Tungkus ke malam Jadi zaman dulu itu saya sudah Oh kalau abis Jum'atan berhati Yang itu pasti Sesuatu ke orang-orang yang lewat Di depan rumahnya Nah itu ternyata dilakukan Sampai Ki Hajar itu meninggal Ki Hajar Dewan Toro adalah manusia pejuang Hampir seluruh hidupnya ia jalani dengan semangat perjuangan yang tinggi. Mengawali karirnya sebagai seorang wartawan, Ihajar Dewan Toro memperjuangkan nasib bangsa pribumi dengan ketajaman pena. yaitu melalui tulisan yang sangat kritis terhadap kolonial Belanda. Ki Hajar Dewan Toro memiliki kakak kandung yang bernama Suryo Pranoto. Walaupun keduanya putra bangsawan tinggi dari Dalem Purwopakal. Pakualaman di Yogyakarta, namun keduanya radikal. Mereka pemberontak. Suryo Pranoto adalah sekretaris Budi Utomo yang pertama di Yogyakarta. Bahkan Suryo Pranoto dijuluki si Raja Mogok atau The Staking Skolni. Julukan Raja Mogok ini tak cuma menunjukkan militan si Suryo Pranoto yang menggerakkan pemogokan buruh, melainkan juga menyindir sebuah latar belakang yang ganjil, yaitu keturunan Kepala Pertama Pertama Pertama Pertama Pertama Pertama Pertama Pertama P Dia halus, tidak pernah membentak, tapi dia keras. Keras sekali kalau punya kemahuan harus begini-begini. Kalau mengacar, dia pakai kain, pakai udeng. Atau kalau pakai pantalon, mesti harus lengkap. Pakai baju, pakai jas. Kalau jas buka, harus pakai dasi. Saya bertemu dengan Ki Ajar itu pada waktu saya menjadi muridnya di Taman Guru Taman Sosok Yogyakarta Saya menjadi murid beliau tahun 37, 38, 39 Dan pada waktu saya jadi murid di sana, saya tinggal di asrama Putri Bishmorini. Yang ibu asramanya itu adalah Nyi Hajar dan beberapa ibu lainnya. Jadi bisa dibayangkan bahwa kami hampir tiap hari berjumpa dengan Nyi Hajar pada waktu itu. Jumlah manuskrip bacaan suar di Solemingrad di masa remaja, antara lain Serakromo, Baroto Yudho, Yai Jadiku Soko, dan Sastro Kending, telah menjadi landasan filosofisnya. Penghayatan yang intensif terhadap karya-karya sastra itu pada akhirnya membentuk etos dan karakternya. Juga mengatakan bahwa tujuan pendidikan itu harus mengembangkan bukan hanya pikiran atau intelektualisme atau sekarang kita mengenalnya di dunia sekarang mungkin bukan hanya kemampuan akademis tapi juga mengatakan bahwa harus mengembangkan memperhalus budi, jadi bukan hanya mempertajam dan memperbarang nalar, tapi memperhalus budi dan juga mengembangkan fisik. Nah ini yang disebut adalah keseimbangan dari sebuah tujuan pendidikan, mengembangkan nalar dan mengembangkan budi. Budi itu yang kalau saya sebut adalah cipta rasa-parsa. Yang menarik adalah pada zaman dulu, ayam sudah mengatakan bahwa pendidikan sekarang itu Kita lalu menekankan kepada kemampuan akademis, kurang menekanannya di dalam pengembangan budi atau karakter. Saya bersyukur sekali dengan Pak Jokowi yang mengatakan bahwa kita harus melakukan pengembangan karakter, revolusi mental. Ini sebenarnya sama banget dengan omongan keaja, revolusi mental. Belum mendirikan Taman Suso, beliau itu seorang politikus, politikus besar. Pada tahun 2012, beliau itu mendirikan dengan kawan-kawannya, mendirikan partai yang bernama Indisepartai. Radenma Suwardi Surya Ningrat alias Kihajar Dewan Toro terlibat dalam arus pergerakan politik melawan pemerintahan India Belanda. Kihajar bersama dua rekannya yang lain, yaitu Dr. Cipta Mangunkusumo dan dan Dr. Dawes Dekker atau Dr. Skiabudi, mendirikan Indonesia Partai, tepatnya tanggal 25 Desember 1912. Mereka inilah yang dikenal dengan sebutan tiga serangkai. Salah satu visi yang diemban oleh Indonesia Partai ialah mencapai kemerdekaan Indonesia. Yang disebut tiga rangkaian yaitu pimpinan pusat daripada Indonesia Partai. Adapun Indonesia Partai ini partai yang pertama kali menuju ke arah politik, partai politik yang pertama. Memang dulu sudah ada perhimpunan-perhimpunan. Tapi belum ada yang berani menunjukkan dirinya sebagai gerakan politik. Budi Tomo menamakan dirinya Usaha Asul Jure. Secara kateslam ekonomi baru Indonesia Partai yang menamakan dirinya Partai Politik menuju ke arah Indonesia Merdeka Lepas dari Negerland. Ini yang agak istimewa. Berdirinya organisasi Indonesia Partai menandakan ada sesuatu yang baru dalam perjuangan melawan pihak kolonial. Setidaknya, arah perjuangan kaum nasionalis dapat terorganisir secara rapi. Organisasi pergerakan seperti Indonesia Partai dengan tegas menyatakan sikap non-kooperatif dan anti terhadap kolonial. Ketegasan organisasi Indonesia Partai ini tidak bisa dilepaskan dari keberanian yang ditunjukkan oleh pimpinannya. Tiga pimpinan Indonesia Partai ini memiliki keberanian yang kuat dalam menentang penjajah yang terkenal kejam dan licik. Mereka melakukan propaganda agar bisa memantik dan membakar semangat rakyat melawan kaum kolonial. Salah satu alat propaganda yang mereka gunakan ialah tulisan. Melalui tulisan yang termuat dalam berbagai media masa, mereka mentransformasikan kesadaran betapa penindasan kolonial telah merobek-robek nilai humanisme. Menjelang peringatan 100 tahun kemerdekaan Belanda, Ki Hajar Dewantoro mengkritik pihak Belanda dengan sebuah tulisan yang berjudul Aus ich ins Nederlander was, seandainya aku orang Belanda, yang dimuat di majalah The Express tanggal 19 Juli 1913. Substansi yang terkandung dalam tulisan ini ialah sebuah gambaran bagaimana orang Belanda mencintai tanah airnya. Maka ia juga mencintai Indonesia sebagai tanah airnya. Ki Hajar dalam tulisannya mengungkapkan, seandainya aku seorang Belanda, tidaklah aku akan merayakan peringatan kemerdekaan di negeri yang masih terjajah. Terlebih dahulu berilah kemerdekaan kepada rakyat yang kita kuasai barulah boleh memperingati kemerdekaannya sendiri kita mengambilkan Terima kasih. Artinya, seandainya aku seorang Belanda, dan dalam brosyur itu saya terangkan, saya nyatakan bahwa maksud Belanda untuk merayakan hari kemerdekaannya di Indonesia, itulah suatu perbuatan yang tidak sopan, inilah yang berharapnya Belanda. Bahkan, Ki Hajar mendirikan sebuah komite tandingan untuk melawan rencana perayaan 100 tahun kemerdekaan Belanda atas penjajahan Perancis. Komite Bumi Putra yang ia dirikan tak lebih sebagai ikhtiar luhur. yang bertujuan untuk membebaskan rakyat jajahan dari belenggu penidasan. Karena pada saat itu pihak kolonial berencana akan menarik uang secara besar-besaran dari rakyat jajahan demi terselenggaranya gegap gempitas. 100 tahun kemerdekaan negerinya. Kihajar berang dan melontarkan kritik pedas yang diformulasikan dalam bentuk tulisan. Dalam suasana yang semakin memanas, pihak Belanda begitu gusar, hingga pada akhirnya memanggil redaksi The Express untuk diinterogasi. Api keberanian dalam diri mereka berdua seolah tidak pernah padam. Serangan propaganda terhadap Belanda bertubi-tubi dilancarkan. Namun mereka berdua berhasil dijenakan Belanda dan ditangkap karena dianggap sebagai orang paling berbahaya di daerah India Belanda sebagai hukumannya mereka dicatuhi hukuman sel dan ditempatkan di ruangan berbeda yang terus dijaga oleh seorang sipil saya ditangkap karena penerbitan berusia itu dokter sektor menulis artinya satu buat semua semua buat satu Dan dengan caranya sendiri yang unik, Dr. Cepto memakimaki di situ tentang apa yang diperbuat oleh pemerintah Belanda. Segera Dr. Cepto ditangkap. Tak berselang lama kemudian, Dowesdekker, kawan mereka berdua kembali dari Belanda dan menulis sebuah gugatan yang dimuat tanggal 5 Agustus 1913 di Haryanda Express. Dostekar pun ditangkap dan harus bergabung dengan mereka berdua. ...perintip doang saya sebagai paklawan. Dan caranya kita mempertahankan diri itu dianggap kepaklawanan selektor tekan. Dan dia juga ditangkap. Sehingga dengan begitu, tiga... tiga orang T yang sudah tadinya diintip-intip di kapal Tertangkap ketika-ketika itu dan putusan pemerintah silahkan catatkan yaitu saya gini internia ke Bangka, Dr. Tepto ke Bandar, sedangkan Dr. Tawis Teter ke Timor Kota. Tapi agar kita dapat meneruskan usaha kita, aksi kita, kami minta kepada pemerintah Belanda supaya dapat dengan betas meninggalkan Indonesia. Karena kita bermaksud akan meneruskan aksi kita di luar negeri. Cara hukuman seperti ini kerap diterapkan Belanda. Lantaran dianggap bisa memutus koneksi dan akses kaum nasionalis untuk mengorganisir rakyat peribumi. Pada waktu itu, Ibu dan Pak Asar mengasahkan baru. Untung kita dapat sokongan dari berbagai pulungan, upamanya Bukutomo, KKP Selam, dan Muhammadiyah, dan lain-lainnya. Mereka bertiga menolak untuk diasingkan di dalam negeri Dan memohon untuk diasingkan ke negeri Belanda Permintaan mereka dikabulkan Belanda menjadi tempat mereka menebar pengaruh dari idealisme Yang diusung dari Indonesia Partai Bahkan selama di tanah pengasingan, Ki Hajar dan dua rekannya kembali terjun dalam dunia jurnalistik Baginya Pena adalah titik tumpu kekuatan karena dari sanalah arus perlawanan berpusat Alih-alih jerat terhadap tangan besi pihak kolonial, Ihajar justru kian mengembangkan kasana pengetahuan jurnalistiknya Ia belajar kepada S.D. Ronde, pimpinan redaksi Koran Hetvoog dan kepada Mr. Wiesing sebagai pimpinan harian The New Amsterdamer Kehadiran ketiga tokoh Indonesia Partai di tanah pengasingan Belanda itu membawa pengaruh terhadap organisasi mahasiswa Indonesia di sana, yakni Indonesia. Donensisio Verenehing yang berubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia pada 1924. Suwardi akhirnya menjadi orang penting dalam organisasi ini. Di masa pengasingan ini, Suwardi tidak saja aktif dalam organisasi pelajar asal Indonesia itu, namun juga merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh Europesce Akte, suatu ijasa pendidikan bergensi yang kelak menjadikan pijakannya dalam mendirikan Lembaga Pendidikan Perguruan Nasional Taman Siswa. Saat belajar di Eropa, Suwardi terpikat pada ide-ide sejumlah tokoh pendidikan barat seperti Maria Montessori, serta tokoh pergerakan pendidikan yang juga penyair India, Rabindranath Tagore, melalui sistem pendidikan yang dikenal dengan nama Santini Ketan. Banyak kalangan sering mensejajarkan iajar Dewan Toro dengan Rabindranath Tagore, seorang pemikir, pendidik. dan pujangga besar kelas dunia yang telah berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional India karena mereka bersahabat dan memang memiliki kesamaan visi dan misi dalam perjuangannya memerdekakan bangsanya dari keterbelakangan. Tagore dan Kihajar sama-sama dekat dengan rakyat, cinta kemerdekaan, dan bangga atas budaya bangsanya sendiri. Tagore pernah mengembalikan gelar kebangsawanan atau Sir pada Raja Inggris, Sebagai protes atas keganasan tentara Inggris dalam kasus Amritsar Affair, tindakan Tagore itu dilatar belakangi kecintaannya kepada rakyat. Begitu juga halnya dengan ditanggalkannya gelar kebangsawanan Atoran Denmas oleh Ki Hajar Dewan Toro. Tindakan ini dilatar belakangi keinginan untuk lebih dekat dengan rakyat dari segala lapisan. Semua orang yang masuk ke dalam tamas isma, Hai hilang titelnya Mas Raden Raden Mas Raden Ayu Raden Azem ia masuk ke dalam tamasisma dengan titel Ki kalau laki-laki ini kalau Perempuan yang sudah berselami dan ini kalau perempuan yang belum berselami. Dengan begitu lalu kita sama. Di dalam tamas esma tidak ada perbedaan. Antara yang satu. dengan yang lain di dalam tingkatan situasi. Dipilihnya bidang pendidikan dan kebudayaan sebagai medan perjuangan tidak terlepas dari strategi untuk melepaskan diri dari melenggupan jajah. Ada pun logika berfikirnya relatif sederhana. Apabila rakyat diberi pendidikan yang memadai, maka wawasannya semakin luas. Dengan demikian, keinginan untuk merdeka jiwa dan raganya tentu akan semakin tinggi. Tentu kita pahami pendidikan Indonesia itu mempunyai sejarah yang panjang. Dalam sejarah itu termasuk tentu tokoh pendidikan yang selalu kita hormati dan kenang, Ki Hajar Dewantoro yang mendirikan teman siswa. Beliau telah memberikan kita dasar-dasar bagaimana pendidikan yang baik, yang bermanfaat. pada seluruh bangsa itu dikembangkan sampai sekarang. Tentu dunia juga berubah dengan ilmu dan teknologi. Kita tidak bisa hanya berpegang kepada apa yang dahulu sudah disenangkan oleh pada dulu kita, tapi pendidikan itu sangat dinamis. Setelah 6 tahun hidup di pengasingan Belanda, Suwardi kembali ke Indonesia pada September 1919. Itu tidak berarti bahwa saya dapat beristirahat. Saya diminta segera datang di Semarang untuk tugas pimpinan partai dan pimpinan dari masalah-masalah kita. Kecakapan jurnalistik yang dimiliki pimpinan. telah mengantarkannya menjadi pimpinan redaksi majalah Hindia Putra milik Indonesia Verenahing, semacam organisasi mahasiswa Indonesia di Belanda. Pada awalnya, majalah Hindia Putra bersifat apolitis dan tidak tersentuh oleh kepentingan individu dan kelompok. Bagi Ki Hajar, majalah atau koran merupakan media paling penting yang menjadi basis demi tercapainya cita-cita kemerdekaan. Tiga orang Indonesia Partai yang diasingkan di Belanda tersebut mulai menebar pengaruh, sehingga sejumlah mahasiswa asal Indonesia mulai tergerak melawan Belanda. Pada tahun 1924, majalah Hidya Pertama, Putra berganti nama menjadi Indonesia Menggugat. Pergantian tersebut menunjukkan kian radikalnya perjuangan kaum nasionalis Indonesia di Belanda. Perjuangan Kihajar demi menegakkan kedaulatan negerinya, Tidak hanya melalui jalur pers dan politik, melainkan juga dalam bidang pendidikan. Itulah seruan yang disarankan istrinya kepada Ki Hajar, dan ia menerima saran tersebut. Hingga kemudian, Ki Hajar belajar di Lagere Anderwis, atau sekolah profesi guru. Melalui sekolah itu, Ki Hajar mulai banyak mengerti seluk-beluk dunia pendidikan, sehingga ia menerima sertifikat guru dari sekolah tersebut. Saya diperangkap oleh KUIS, karena pada suatu rapat umum, saya dikawal mengenai KUIS Rekso, yaitu Mahkamah Anggung dari Belanda. Ki Hajar Dewan Toro, sepulang dari Denhat, negeri Belanda, tepatnya tahun 1919, dengan akta tinggi guru, tetap aktif berpolitik dan dipencara lagi di Rumah Tahanan Pekalongan Jawa Tengah. Bersamaan itu, Nyi Hajar melahirkan putri ketiga dengan pendarahan hebat. Ki Hajar Dewantoro pun diizinkan menengok rumah sakit. Nyi Hajar Dewantoro berpesan, Ingatlah Kang Mas, janjimu kepada Kiai Haji Ahmad Dahlan untuk mendirikan perguruan. Tinggalkan politik dan mari kita mendidik kaum pribumi yang sangat membutuhkan pendidikan. Manfaatkan waktu Allah yang akan mengatur semuanya. Kesadaran Kihajar terkait dengan problem Satika pendidikan mulai rekah, ia merasakan ada suatu ketimpangan dalam sistem pendidikan yang diajarkan pemerintah kolonial di Hindia Belanda. Sistem pendidikan kolonial memang bercorak elitis, cenderung diskriminatif dan hanya berpengaruh. hanya segedar diorientasikan pada kepentingan kolonial sendiri. Inilah yang membuat betapa pentingnya pendidikan nasional yang menitik beratkan pada kepentingan rakyat. Pada mulanya, problem dalam dunia pendidikan tersebut membuat Buat para tokoh pergerakan merasa tertuntut untuk menemukan jalan keluarnya. Maka dibentuklah forum pergumpulan Selasa Kliwon yang bersentral di Yogyakarta. Visi utama yang diusung forum ini tergambar dalam semuanya. Memayu Hayuning Sariro, Memayu Hayuning Bongso, Memayu Hayuning Manungso. Atau melindungi keselamatan diri, keselamatan bangsa, dan keselamatan manusia. Maka di titik ini sudah jelas bahwa forum perkumpulan Selasa Kliwon berlandaskan pada nasionalisme. Beberapa lama kemudian, Ki Hajar sebagai salah satu anggota forum tersebut menirikan Perguruan Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922 sebagai bentuk aktualisasi dari pendidikan nasional. Suatu pendidikan yang lebih menitik beratkan pada kepentingan rakyat peribumi. Inilah bentuk tandingan terhadap pendidikan. pendidikan ala kolonial proses pendidikannya mengaplikasikan sistem Among sebuah sistem pendidikan yang menekankan pada terpenuhnya dua tujuan lubur pertama kemerdekaan menjadi ihwal substansial yang harus dicapai agar bisa hidup berdikari dan berdaulat kedua kodrat alam menjadi syarat untuk menopang kehidupan dan sebagai sarana untuk memajukan bangsa sendiri Untuk itu, siasat politik yang dijalankan kolonial untuk menghentikan taman siswa Ialah dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar di tahun 1932 Salah satu item dalam ordonansi tersebut ialah bahwa pihak kolonial berwenang melakukan intervensi terhadap segala aktivitas yang dijalankan sekolah swasta yang oleh Ki Hajar dianggap dapat menghambat gerak taman siswa. Itu artinya, melalui ordonansi tersebut pihak kolonial berhak untuk menghentikan dan membubarkan sekolah swasta. Lahirlah yang disebut Ordonansi Sekolah Liar yang bermaksud membubar hancurkan Taman Siswa. Kali ini pun dihajar bersikap tegas. Rawe-rawe rantas, malang-malang putum. Dengan bantuan dari badan-badan perjuangan lainnya dan tokoh-tokoh patriotik, Ordonansi tersebut akhirnya menemukan kuburnya. Jika atas angguran Bung Karno dan Bung Hatta, para pemimpin bersama-sama mencari calon, bagaimana caranya rakyat kita terus dapat memilihara semangat nasional? Kalipun Indonesia diduduki depan. Dan untuk itu para pemimpin lalu mendirikan Putra, yaitu pusat tenaga rakyat yang dipimpin oleh apa yang disebut 4 rangkaian. yaitu Bung Karno, Bung Atta, Kiai Adi Mansur, Marhun, dan saya sendiri. Hanya satu tahun saya ikut memimpin putra. Kemudian saya meninggalkan Jakarta menuju Yogyakarta. Perjalanan historis Taman Siswa dalam mendidik rakyat pribumi menunjukkan bahwa diperlukan ketulusan dan pengabdian tanpa pamrih untuk mencerdaskan generasi bangsa. Untuk itu, para pejuang Taman Siswa harus memiliki nyali untuk hidup sendiri. sederhana karena seperti yang ditekankan kehajar bahwa para pendidik tamar siswa harus berani terjun di tengah-tengah masyarakat hidup berbau dan merasakan ketidak hidup yang dialami masyarakat dan mendorongnya ke arah kemajuan inilah makna substantif pendidikan yakni memanusiakan manusia dan menjadikannya sebagai diri yang merdeka Terima kasih. Bagi Ki Hajar, pendidikan bermakna tumbuhnya jiwa raga dan berkembangnya lahir batin. Artinya, dimensi ragawi dan rohani. harus berwujud dalam kesatuan jiwa dan raga. Pada bagian lain, Kihajar mengatakan bahwa pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Ada pun maksudnya pendidikan, yaitu menentun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Lebih lanjut, Kiajar mengemukakan bahwa pendidikan yang dilakukan dengan keinsyafan ditujukan ke arah keselamatan dan kebahagiaan manusia. Tidak hanya bersifat pelaku pembangunan, tetapi sering merupakan perjuangan pula. Pendidikan berarti memelihara hidup tumbuh ke arah kemajuan, tak boleh melanjutkan keadaan kemarin menurut alam kemarin. Pendidikan adalah usaha kebudayaan berasaskan peradaban, yakni memajukan hidup agar mempertinggi derajat kemanusiaan. Suka mancurin timun, malu, tata sama kaput. Yo, nangkap kancil. Yo, nangkap kancil. Suka mancurin timun, malu, tata sama kaput. Dengan memperhatikan beberapa pernyataan ini, tampak sekali bahwa visi, misi, dan tujuan pendidikan Ki Hajar Dewan Toro adalah bahwa pendidikan sebagai alat perjuangan untuk mengangkat harkat, martabat, dan kemajuan umat manusia secara universal. sehingga mereka dapat berdiri kokoh sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju dengan tetap berbijak kepada identitas dirinya sebagai bangsa yang memiliki peradaban. dan kebudayaan yang berbeda dengan bangsa lain. Gagasan pendidikan karakter dapat dilacak pada sosok Ki Hajar. Sejarah mencatat bahwa Ki Hajar telah merintis pendidikan karakter dengan konsep Tri Pusat Pendidikan, yang menyebutkan bahwa wilayah pendidikan guna membangun konstruksi fisik, mental, dan spiritual yang handal dan tangguh dimulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Salah satu perjuangan penting Ki Hajar Dewan Toro yang mewarnai lembar-lembar sejarah bangsa Indonesia Ialah rekonstruksi kebudayaannya Ki Hajar tidak saja memahami kebudayaan sebagai identitas kultural ansik Namun kebudayaan juga bisa dijadikan benteng dalam mempertahankan sekaligus memperjuangkan cita-cita bersama Keselamatan, kebahagiaan, dan kejayaan Kebudayaan yang berasal dari kata budi atau akal dan daya atau kekuatan merupakan segugus nilai yang seharusnya menjadi tonggak perjuangan kaum pribumi. Karena itu bagi Ki Hajar, kebudayaan tidak hanya bisa dipahami sebagai kebanggaan kultural yang abai terhadap penjajahan. Lewat kebudayaan, seharusnya bangsa-bangsa di buka bumi mampu membentuk semangat yang jelas dan tegas dalam mewujudkan keberadaan dan kemerdekaan lahir dan batin. Ki Hajar Dewan Toro adalah satu di antara sosok pahlawan nasional yang penting di ranah seni rupa Indonesia. Ia memang tidak belajar seni rupa secara formal, namun hidupnya selalu bersentuhan dengan seni, khususnya seni tradisi. Kihajar Dewan Toro adalah suatu perjalanan yang sangat menarik. Sosok yang terbuka terhadap seni apapun, termasuk lukisan-lukisan modern. Ia merasa seni adalah bagian penting bagi setiap orang, selayak makan dan pakaian. Buktinya pada pendidikan membuat ia menyerap seni, salah satunya sebagai instrumen kreatif dalam pergerakan perjuangan nasional. Tak segan dan sering, ia bersama tokoh lain seperti Soekarno, Hata, berbincang perihal lukisan di istana, termasuk mengangkat menganggap lukisan sebagai bagian dari pencitraan bangsa yang merdeka. Pergulatan intensif Ki Hajar Dewan Toro dengan dunia estetika, tepatnya seni rupa Indonesia, secara formal terjadi pada saat turut memimpin Pusat Tenaga Rakyat atau Putra di Jakarta tahun 1942. Di lembaga ini, ia bersama Mas Sukarno, Hata, dan Mas Mansur merubah arah kebudayaan dan sosial ke dalam sebuah entitas kebangsaan nasional secara kuat. Karya-karya seni diarahkan sebagai bagian dari identitas nasional. Para perupa Indonesia yang telah aktif sejak masa sebelumnya, seperti Sujoyono, Afandi, Basuki Abdullah, Agus Jaya, dan lainnya, Terima kasih. turut mengajar dan membentuk karakter dan jati diri para perupa muda pada lembaga tersebut. Peran Ki Hajar Dewan Toro sebagai pembuka pendidikan dan kebudayaan, akhirnya turut menghias pemikiran seni dalam organisasi. organisasi tersebut dimana hal ini amat berguna dalam upaya mencapai kemerdekaan sumbangannya terhadap seni rupa jelas nyata adanya salah satu diantaranya mendukung pergerakan perjuangan pasca kemerdekaan menurut pelukis senior Sri Hadi Sudarsono Ki Hajar Dewantoro adalah tokoh yang sangat pemurah dan berhati mulia di mata para pelukis pada saat para pelukis yang tergabung Terima kasih. Indonesia Muda pindah dari Solo ke Yogyakarta. Tepatnya tahun 1947, mereka langsung diterima oleh Kihajar Dewan Toro. Mereka dipersilakan menempati bangunan di Kompleks Taman Siswa. Di sana, mereka mendapatkan proyek pembuatan poster perjuangan sampai pecah agresi militer dua di Yogyakarta. Sistem Doki Hajar Peristiwa utama dalam sejarah yang juga perlu dicermati pula adalah dengan adanya Taman Siswa. Taman Siswa adalah gagasan Ki Hajar Dewan Toro bersama para penggiatnya di Yogyakarta yang amat berani dan brilian. Dalam hal ini, Ki Hajar Dewantoro menerapkan seni sebagai basis utama di dalam pendidikan. Terbukti keikutsertaan sejumlah pelukis, diantaranya Rusli. Pelukis ini merupakan sejawat Ki Hajar Dewantoro dan sejauh ini. seorang alumni perguruan Santini Ketan India yang amat berperan dalam perkembangan taman siswa. Rusli akhirnya oleh sejumlah kritikus dianggap menjadi salah satu pakar seni yang memiliki ideologi dan gaya abstraksi di Indonesia. Hubungan taman siswa dalam konteks Indonesia selama revolusi hingga kini sangat menarik untuk ditelusuri. Sebab di masa 1946 hingga 1950, taman siswa di Indonesia menjadi satu dari kebanyakan taman siswa. bersama para tentara dan pelukis bahu-membahu dalam perjuangan mempertahankan Yogyakarta sebagai bagian dari Indonesia bersama TNI yang bermarkas Himalaya Borodan bintaran lalu bersama kelompok di kawasan Batian. Di dalamnya ada pelukis kenamaan seperti Hendra Gunawan, Sudarso, dan lainnya menjadi pusat-pusat perjuangan yang penting. Hasil dari pergaulannya dengan para pelukis menghasilkan sejumlah lukisan dan gambar yang di koleksinya. Beberapa di antaranya ada karya pelukis Perancis seperti Chris Lebow yang melukiskan potret Kihajar Dewan Toro dengan mengadopsi aliran art novel yang sedang tren. di era 1930-an belum lagi dilukis oleh Basuki Abdullah di tahun 1943 dan tahun-tahun sesudahnya diantaranya untuk lembaran mata uang Republik Indonesia dengan pelukis Avandi ia mendapat kenangan sebuah lukisan lalu Ki Hajar Dewan Toro juga dilukis oleh pelukis realis asal Jakarta gambir Anok Suhardi hingga dua kali juga terunggu Sudarsono Bagong Kusudiarjo, dan sejumlah pelukis lainnya. Kini siapa yang menyangka kalau Ki Hajar Dewan Toro telah turut menjadi patron, penyegar Taman Seni Rupa Indonesia. Ketokohannya dapat menjadi contoh, serta memberi sumbangan penting dalam bidang kreativitas. Tampaknya ia tahu, kemerdekaan Republik ini, tidak hanya diraih dengan bambu runcing dan pena semata. tetapi juga kuas dan kanvas. Kreativitas Ki Hajar Dewan Toro jelas luar biasa. Maka di masa bangsa ini berada di masa paceklik pemikiran yang cerdas dan berbudaya. Sumbangan Ki Hajar Dewan Toro bisa dirajuk kembali untuk kebangkitan bangsa besar bernama Indonesia. Dedikasi Ki Hajar Dewan Toro tahun 1889 hingga 1959 dalam sejarah bangsa Indonesia sangat besar. Pandangan-pandangan kebudayaannya begitu luas dan hingga kini masih menjadi rujukan berharga. Demikian juga pandangan-pandangannya dengan kebangsaannya yang menginspirasi lintas generasi dari waktu ke waktu. Dalam detik-detik suksesi pemerintahan ke tangan pemerintahan sendiri, Ki Hajar Dewan Toro menghadiri proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Dan keesokan harinya, Sabtu 18 Agustus 1945, Ki Hajar Dewan Toro diangkat sebagai anggota baru Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Lantaran perjuangannya di bidang pendidikan dan posisinya yang relatif dekat ataupun malah di antara pusaran kekuasaan dalam detik-detik perjuangan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Ki Hajar Dewan Toro pun diangkat menjadi Menteri Pendidikan Republik Indonesia pertama dalam susunan Kabinet Pertama Republik Indonesia yang dipimpin Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta. Waktu itu, namanya adalah Menteri Pengajaran Republik Indonesia. Jabatan ini disandang Kihajar dalam tempo yang relatif singkat, selama 3 bulan untuk periode 17 Agustus 1945 hingga 14 November 1945. Melihat dedikasi yang tak ternilai itulah, penghargaan berupa pahlawan nasional, perintis kemerdekaan, dan bapak pendidikan nasional, seolah tidak berlebihan disematkan kepadanya. Bahkan, tanggal 2 Mei yang merupakan hari kelahirannya, dirayakan sebagai hari pendidikan nasional sejak tahun 1959. Taman Siswa Kihajar Dewan Toro mendirikan perguruan Taman Siswa pada tahun 1922 dimana pendidikan Taman Siswa bercirikas panca Dharma yaitu kodrat alam, kemerdekaan, kebudayaan kebangsaan, kemanusiaan yang berdasarkan Pancasila. Ki Hajar berpandangan bahwa melalui pendidikan akan terbentuk kader yang berpikir, berperasaan, dan berjasad merdeka. serta percaya akan kemampuan sendiri. Arah pendidikannya bernafaskan kebangsaan dan berlanggan kebudayaan. Upaya kebudayaan, pendidikan menurut Ki Hajar Dewantoro dapat ditempu dengan sikap atau laku yang dikenal dengan teori trikon. Di samping konsep-konsep pendidikan, Ki Hajar juga melahirkan konsep kebudayaan. Salah satu konsep kebudayaan yang dikenal luas oleh masyarakat Indonesia kita akan sampai terwakili yang disebut konsep trikom berdiri dari kontinuitas, konvergensitas, dan konsentrisitas. Kontinuitas itu artinya kita wajib melanjutkan nilai-nilai budaya, arti hukum atau yang bagus dari nenek moyang kita. Yang kedua konvergensitas, kita tidak boleh menutup diri, tetapi kita juga membuka manakala ada kebudayaan manca yang akan masuk ke kebudayaan kita. Tapi dengan catatan yang ketiga yang tadi adalah konsentrisitas. Jadi perpaduan antara budaya kita dengan budaya manca harus menghasilkan budaya baru yang lebih bermakna dan lebih bermanfaat bagi masyarakat. Ajaran-ajaran yang diwariskan oleh Ki Hajar Dewan Toro, yaitu Tri Rahayu, Trilogi Kepemimpinan, dan Tri Pantang. Konsep trihayu yang terdiri dari memayu hayuning sariro, memayu hayuning bongso, dan memayu hayuning manungso. Maksudnya, apapun yang diperbuat oleh seseorang itu, hendaknya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat bagi bangsa, dan bermanfaat bagi manusia di dunia pada umumnya. Kihajar Dewan Toro juga melahirkan ajarannya yang terkenal. Jangan pernah melihat banyak koncep-koncep mengujukan, dayangan, pemimpinan, politik, bahkan berpikir. Salah satu koncep menjaga yang sangat dikenal masyarakat adalah yang disebut Tutwuri Handayani. Tutwuri Handayani atau di belakang memberi dorongan, Engma Dio Mangunkarso atau di tengah menciptakan peluang untuk berperakarsa, ingar sosong tulodo, atau di depan memberi teladan. Oleh karena itu, nama Ki Hajar Dewantoro sendiri memiliki makna sebagai guru yang mengajarkan kebaikan, keluhuran, keutamaan, pendidik atau sang hajar, yakni seseorang yang memiliki kelebihan di bidang keagamaan dan keimanan, sekaligus masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Saat ini yang perlu kita perhatikan adalah panggungnya jangka konsepsi kiasan mengenai kri, pusat, dan kri. Pendidikan diperoleh dari keluarga, dari sekolah, dan dari masyarakat. Namun saya melihat pendidikan dari keluarga sekarang mengalami jenisnya. Pendidikan dari masyarakat juga mengalami jenisnya. Kita sulit mengambil manfaat dari masyarakat dan juga dari keluarga. Tidak bisa memberikan apa yang seperti kita harapkan, karena terjadi perubahan-perubahan, modernisasi, banyak ibu-ibu sekarang, dan lain-lain, dan lain-lain. Bahkan siapa yang harus menambah di BSD, dan sekolah, dan juga sekolah sekalian. Penghargaan lain yang diterima oleh Ki Hajar Dewan Toro adalah gelar Dr. Honoris Causa dari Universitas Kejamada. Di tahun 1957, Dua tahun setelah mendapat gelar Dr. Honoris Causa itu, ia meninggal dunia pada tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana. 1909, mendung di langit Indonesia menaburkan duka saat kabar wafatnya pahlawan pendidikan itu sampai di telinga. Ki Hajar Dewan Toro telah berpulang ke Ramadungo pada umur 69 tahun dengan meninggalkan nama harum, rekam cecak, dan karya. Kami semua berduka atas kepergianmu, kami semua berdoa bahwa gugur bunga ini akan menyemaikan wangi bagi ibu amal kebaikan dan kemuliaanmu di pekertimu sebagai guru, akan terus mengalir dengan bening sebagai mata air bangsa. Terima kasih telah menonton Terima kasih telah menonton