Title: Laporan PBL 15 - Blok Indera, Integumen, dan Saraf
URL Source: blob://pdf/a2911114-75f3-40c9-9876-7a12dece52a0
Markdown Content:
LAPORAN PBL
# BLOK INDERA, INTEGUMEN, DAN SARAF (MEE 108)
DISUSUN OLEH KELOMPOK PBL 15 :
Imelda Tunggal 202406000121 Mi Xien 202406000136
Kevin Arya Siridharma 202406000106 Jacinda Felicia 202406000102
Tabitha Cira
Syaelendra Putri
202406000122 Cindy Febri Gunawan 202406000198
Angel Lie 202406000123 Vanessa Graciella
Agatha
202406000177
Felix Ferdinand
Yulianto
202406000100 Dwi Yeciani Padang 202406000195
Jonathan Roy Desmon 202406000120 Putri Aisyahluna Zahra 202306000117
# PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN
# FKIK UNIKA ATMA JAYA JAKARTA
# 2025 DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................... 4
1.2 Skenario............................................................................................................................... 4
BAB II............................................................................................................................................. 6
DISKUSI DAN PEMBAHASAN.................................................................................................. 6
2.1 Klasifikasi Istilah................................................................................................................. 6
2.2 Identifikasi Masalah.............................................................................................................6
2.4 Skema...................................................................................................................................7
2.5 Learning Objectives ............................................................................................................. 7
2.6 Hasil Diskusi........................................................................................................................8
BAB III..........................................................................................................................................16
KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................ 16
3.2 Saran.................................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 17 KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami, kelompok PBL 15, mampu melakukan kegiatan Problem Based Learning (PBL) dan menyelesaikan laporan hasil PBL dengan baik.
Kami tidak lupa ingin mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada dr. V. Dwi Jani Juliawati, M.Pd., Sp.KKLP dan dr. Hans Christian, Sp.KJ yang telah membimbing kami selama sesi PBL sehingga kami mendapatkan pengetahuan maupun feedback yang sangat bermanfaat untuk masa depan kami. Kami pun berterima kasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penyelesaian laporan.
Diskusi maupun pembuatan laporan ini melibatkan semua anggota kelompok PBL 15. Terdapat masing-masing tiga orang yang berperan dalam membantu kedua diskusi PBL kami sehingga berjalan sebagaimana mestinya, yaitu:
Pertemuan I Pertemuan II
Selasa, 29 April 2025 Kamis, 6 April 2025
No. Jabatan Nama No. Jabatan Nama
1 Ketua Kevin Arya Siridharma
(202406000106)
1 Ketua Mi Xien
(202406000136)
2 Sekretaris I Putri Aisyahluna Zahra
(202306000117)
2 Sekretaris I Felix Ferdinand Yulianto
(202406000100)
3 Sekretaris II Angel Lie
(202406000123)
3 Sekretaris II Jonathan Roy Desmon
(202406000120)
Kami menyadari bahwa Laporan Problem Based Learning (PBL) dibuat masih jauh dari kata sempurna, baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari dosen, teman teman, dan semua pihak yang turut membaca laporan ini guna menjadi acuan bagi kami agar bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga Laporan Problem Based Learning (PBL) ini bisa menambah wawasan dan manfaat bagi penulis dan para pembaca.
Jakarta, 28 Mei 2025
Penulis BAB I
# PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi manusia untuk menjaga keseimbangan fisiologis dan psikologis. Selama proses tidur, tubuh akan mengalami berbagai proses seperti regulasi hormon dan lainnya. Namun, dengan berkembangnya gaya hidup modern saat ini, gangguan tidur dan kekurangan tidur semakin sering terjadi. Saat mengalami sleep deprivation , dampak negatif yang dapat terjadi salah satunya adalah pada kesehatan, khususnya sistem saraf.
Otak, yang merupakan sistem saraf pusat sangat sensitif terhadap perubahan siklus tidur. Saat seseorang mengalami kurang tidur, penurunan fungsi kognitif dapat terjadi. Selain itu, regulasi emosi juga menjadi tidak terkontrol sehingga meningkatkan risiko gangguan
mood .
Oleh karena itu, pemahaman yang lebih mendalam mengenai hubungan antara sleep deprivation dan sistem saraf menjadi penting, baik untuk kepentingan ilmiah, preventif, maupun klinis. Dengan memahami dampak neurofisiologis dari kurang tidur, edukasi kesehatan dapat dikembangkan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat secara umum.
1.2 Skenario
Suzy, 19 years old, is an undergraduate student who enjoys watching K-Drama. She usually watches several series at night and scrolls social media content on her smartphone before going to sleep and dreams of her favorite Korean idols. This habit has made her go to sleep lately and feel sleepy during the day, making it difficult for her to concentrate in class. She will take a cup of coffee to stay awake during the class. Besides that, Suzy also quickly got cold. Every month, she is absent for several days because of a cold. She went to the doctor for an examination, and the doctor advised her about sleep hygiene.
Suzy, 19 tahun, adalah seorang mahasiswi yang senang menonton drama Korea. Dia biasanya menonton beberapa serial saat malam hari dan bermain media sosial di ponselnya sebelum tidur dan memimpikan idola Korea favoritnya. Kebiasaan ini membuat dia begadang dan merasa ngantuk selama siang hari, membuatnya sulit untuk berkonsentrasi di kelas. Dia akan meminum segelas kopi agar tetap terjaga selama kelas berlangsung. Di samping itu, Suzy mudah kedinginan. Setiap bulan, dia absen selama beberapa hari karena kedinginan. Dia pergi ke dokter untuk pemeriksaan, dan dokter menyarankan dia tentang sleep hygiene .BAB II
# DISKUSI DAN PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi Istilah
Pada skenario kali ini, kelompok kami memiliki istilah asing yang tidak dimengerti. Berikut istilah asingnya:
1. Sleep hygiene : kebiasaan tidur yang sehat, kualitas tidur, tergantung faktor.
2. Sleep deprivation : kurang tidur (dalam beberapa hari), dampak kurang tidur.
2.2 Identifikasi Masalah
1. Apa saja anatomi sistem saraf yang berkaitan dengan pola tidur?
2. Bagaimana mekanisme fisiologi saat tubuh mengalami sleep deprivation ?
3. Bagaimana fisiologi sistem saraf parasimpatik?
4. Apa kaitan kurang tidur dengan konsentrasi di kelas?
5. Apa kaitan antara kebiasaan Suzy dengan rasa kedinginan?
6. Bagaimana penggunaan elektronik pada malam hari dapat memengaruhi kualitas tidur?
7. Apa efek dari kopi agar Suzy tidak tertidur di kelas?
8. Apa saja neurotransmitter yang memengaruhi pola tidur?
9. Bagaimana sleep hygiene yang baik?
2.3 Pembahasan Masalah
1. Anatomi sistem saraf yang berkaitan dengan pola tidur:
Sistem saraf pusat (CNS), terbagi menjadi otak dan medulla spinalis.
Sistem saraf tepi (PNS), terbagi menjadi saraf sensorik (aferen) dan sistem motorik (eferen). Saraf sensorik dibagi menjadi 2, yaitu simpatis dan parasimpatis.
Otak (cerebrum) terbagi menjadi 4, yaitu lobus frontal (motorik), parietal (sensorik), temporal (auditori), dan juga occipital (vision ), lalu ada hemisfer dextra dan sinistra yang dipisahkan oleh corpus callosum. Pada bagian korteks cerebrum, terdapat white dan grey matter , basal nuclei, serta ventrikel. Diencephalon merupakan bagian yang melekat pada ventrikel ke-3. Bagian ini dibagi menjadi:
Thalamus
Hipothalamus
Epithalamus yang terdapat pineal gland untuk menghasilkan melatonin.
Mesencephalon, medulla spinalis, medulla oblongata, pons, dan cerebellum
2. Kurang tidur dapat meningkatkan kerja sistem saraf simpatis dan menurunkan kerja sistem parasimpatis, dimana parasimpatis akan menurun sehingga membuat kedinginan.
3. Reseptor sensorik akan menangkap perubahan suhu, kemudian mengirimkan sinyal melalui sistem saraf aferen ke sistem saraf pusat. Selanjutnya, sinyal diteruskan melalui sistem saraf eferen menuju organ target. Pada jalur ini, neurotransmitter yang digunakan adalah asetilkolin di neuron preganglion, dan norepinefrin di neuron postganglion.
4. Kaitan kurang tidur dan konsentrasi:
Kurang tidur mengakibatkan terganggunya kerja hipotalamus dan ritme sirkadian yang akan menurunkan tingkat konsentrasi.
Kurangnya tidur ini juga berkaitan dengan berkurangnya tidur fase REM, yang dimana fase REM ini bertujuan untuk meningkatkan oksigen di otak. Oleh sebab itu, kadar oksigen di otak akan berkurang dan menyebabkan sulitnya berkonsentrasi.
5. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan sistem parasimpatis yang akan membuat tubuh seseorang mulai merasa kedinginan.
6. Pengaruhnya berasal dari paparan cahaya bluelight dari layar elektronik yang digunakan sehingga akan menurunkan tingkat produksi hormon melatonin.
> 7.
Kafein dalam kopi menghambat adenosin, zat yang memicu rasa kantuk, sehingga membuat Suzy tetap terjaga dan waspada.
> 8.
Beberapa neurotransmitter penting adalah melatonin, serotonin, dopamin, norepinefrin, dan GABA. 9. Tidur dan bangun pada jam yang sama setiap hari, hindari kafein sebelum tidur, matikan layar elektronik 1 jam sebelum tidur, dan ciptakan lingkungan tidur yang nyaman dan tenang.
2.4 Skema
2.5 Learning Objectives
1. Menjelaskan definisi tidur.
2. Mengidentifikasi anatomi sistem saraf pusat yang berkaitan dengan tidur.
3. Menjelaskan fisiologi tidur (regulasi dan neurotransmitter).
4. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi tidur.
5. Mengidentifikasi dampak kurang tidur.
6. Menjelaskan definisi sleep hygiene .
7. Menjelaskan fase-fase tidur (REM dan Non-REM).
2.6 Hasil Diskusi
1. Menjelaskan definisi tidur. Tidur adalah fase istirahat alami dalam skala periodik dan keadaan tak sadar, serta proses aktif dengan aktivitas otak yang tinggi dan pengambilan oksigen yang meningkat di beberapa fase tidur. Tidur berperan untuk konservasi energi, pemulihan sel, regenerasi otak, dan sistem imun.
2. Mengidentifikasi anatomi sistem saraf pusat yang berkaitan dengan tidur.
Hipothalamus (bagian dienchepalon depan batang otak):
Mengatur ritme sikardian lewat nucleus suprachiasmaticus (SCN).
Mengendalikan homeostasis.
Produksi neuron orexin/ hypocretin untuk menjaga kewaspadaan.
Thalamus:
Pusat relay sensorik ke korteks serebral.
Selama tidur, thalamus menyaring dan menghambat sinyal sensorik ke korteks, sehingga kita tidak mudah terbangun.
Pada fase REM, thalamus kembali aktif dalam menyampaikan informasi ke korteks untuk mendukung aktivitas mimpi.
Brain stem (mesencephalon, pons, dan medulla oblongata)
Mengandung reticular activating system (RAS) untuk menjaga kesadaran dan mengontrol fungsi autonomik, seperti denyut jantung dan pernapasan.
Bagian Pons yakni pontine tegmentum berperan dalam siklus bangun dan tidur, serta kontrol pergerakan mata pada fase REM (Rapid Eye Movement ).
Sistem limbik (amigdala dan hipokampus):
Berperan dalam pengolahan emosi dan memori selama tidur, terutama saat tidur REM. Aktivitas emosional di fase ini mempengaruhi mimpi dan konsolidasi memori emosional.
Pineal gland :
Menghasilkan dan melepaskan hormon melatonin yang berfungsi untuk mengatur ritme sikardian.
Korteks cerebri:
Sebagai pusat kesadaran, berpikir, dan pemrosesan sensorik. Pada fase Non-REM, aktivitas korteks menurun, yang membantu tubuh dan otak beristirahat.
Pada fase REM, terjadi aktivasi ulang sebagian korteks, yang berkaitan dengan mimpi dan pemrosesan memori.
3. Menjelaskan fisiologi tidur (regulasi dan neurotransmitter)
Tidur diatur oleh dua proses utama, yaitu proses homeostatik yang meningkatkan kebutuhan tidur seiring lama terjaga melalui penumpukan adenosin, dan proses sirkadian yang dikendalikan oleh nukleus suprachiasmaticus (SCN) di hipotalamus sebagai jam biologis tubuh. Neurotransmitter seperti adenosin memicu rasa kantuk, melatonin yang diproduksi oleh kelenjar pineal membantu memulai tidur dengan merespons gelap, serta GABA yang menghambat aktivitas otak untuk relaksasi. Orexin berperan menjaga kewaspadaan dan mengatur siklus tidur-bangun, sementara serotonin, dopamin, noradrenalin, dan asetilkolin turut memodulasi berbagai tahap tidur dan bangun. Interaksi kompleks antara proses ini dan neurotransmitter memastikan regulasi tidur yang seimbang untuk menjaga kesehatan dan fungsi tubuh yang optimal.
4. Mengidentifikasi faktor yang memengaruhi tidur.
Tidur merupakan proses fisiologis kompleks yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor internal utama adalah ritme sirkadian, yaitu jam biologis yang mengatur siklus tidur-bangun selama 24 jam. Ritme ini dikendalikan oleh nukleus suprachiasmaticus (SCN) di hipotalamus, yang menerima informasi cahaya dari retina melalui traktus retinohipotalamik. Informasi tersebut mengatur produksi hormon melatonin oleh kelenjar pineal, yang meningkat saat gelap untuk memicu rasa kantuk. Sebaliknya, cahaya terang menurunkan produksi melatonin. Selain itu, hormon kortisol yang diproduksi oleh kelenjar adrenal akan meningkat menjelang pagi untuk membantu tubuh bangun, tetapi kadar kortisol yang tinggi di malam hari dapat mengganggu tidur. Usia juga berpengaruh terhadap pola dan kualitas tidur. Bayi memiliki kebutuhan tidur lebih tinggi dengan pola tidur yang belum stabil, sedangkan lansia sering mengalami kesulitan tidur nyenyak akibat penurunan produksi melatonin dan respons SCN terhadap cahaya. Selain hormon, neurotransmitter juga berperan penting. Asetilkolin aktif selama fase REM dan berperan dalam mimpi dan memori, sementara hipokretin yang diproduksi oleh hipotalamus lateral membantu menjaga kewaspadaan. Kekurangan hipokretin dapat menyebabkan gangguan seperti narkolepsi.
Di sisi lain, faktor eksternal seperti cahaya buatan dari layar ponsel atau komputer dapat mengganggu ritme sirkadian dengan menekan produksi melatonin. Kafein juga dapat menghambat kerja adenosin yang menimbulkan kantuk, sehingga konsumsi kafein pada sore atau malam hari mengganggu onset tidur dan mengurangi deep sleep . Pola makan juga berpengaruh, seperti makan berat sebelum tidur dapat mengganggu metabolisme, sedangkan makanan ringan mengandung triptofan dapat membantu tidur. Penggunaan gawai sebelum tidur dapat menghambat tidur baik karena cahaya biru maupun karena konten digital yang dapat merangsang otak. Jadwal tidur yang tidak teratur, seperti sering begadang atau bekerja shift dapat mengganggu ritme biologis dan menurunkan kualitas tidur. Selain itu, kondisi lingkungan tidur seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan dan kenyamanan tempat tidur juga memengaruhi proses tidur itu sendiri.
5. Mengidentifikasi dampak kurang tidur.
Penurunan fungsi kognitif
Menaikkan kadar kortisol darah
Reticular Activating System terganggu sehingga lebih mudah ngantuk
Sistem limbik (amigdala) terganggu
Homeostasis terganggu
Plastisitas otak terganggu
Demensia
Penurunan respon imun
6. Menjelaskan definisi sleep hygiene .
Sleep hygiene adalah perilaku dan lingkungan yang mendukung pola tidur yang sehat. Ciri dari sleep hygiene adalah jadwal tidur yang konsisten, tidak bermain ponsel, dan tidak minum alkohol sebelum tidur. Apabila sleep hygiene kurang baik, maka hormon melatonin dan kortisol akan dihasilkan pada waktu yang tidak tepat. 7. Menjelaskan fase-fase tidur (REM dan Non-REM).
Fase Non-REM (diregulasi oleh preoptic hipothalamus):
Menyebabkan peningkatan hormon ghrelin.
1 (light sleep ): fase yang berlangsung selama 30-40 menit, menghasilkan gelombang lambat.
2: fase lambat dan stabil.
3 ( slow wave sleep ): fase yang menghasilkan gelombang delta, sleep on neuron
menginhibisi GABA, tubuh mempertahankan posisi tidur, fase restoratif (pertumbuhan, kesehatan, dan imunitas tubuh).
Fase REM (diregulasi oleh pons dan mesencephalon):
Bersifat paradoks, karena aktivitas otak meningkat.
Tahap 4 pergantian fase Non-REM dan REM.
Konsumsi oksigen meningkat.
Otot skelet kecuali otot mata dan pernafasan diinhibisi.
Perubahan denyut jantung ireguler.
Terjadinya mimpi
Memproses memori, keterampilan, dan emosi secara non-deklaratif BAB III
# KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Tidur adalah proses fisiologis kompleks yang penting untuk pemulihan tubuh, fungsi otak, dan sistem imun. Tidur diatur oleh interaksi antara sistem saraf pusat, ritme sirkadian, dan berbagai neurotransmitter seperti melatonin, adenosin, GABA, dan orexin. Struktur otak seperti hipotalamus, thalamus, batang otak, dan sistem limbik berperan aktif dalam mengatur siklus tidur dan mimpi. Tidur terdiri dari dua fase utama, yaitu Non-REM dan REM, yang masing-masing memiliki peran berbeda dalam pemulihan tubuh dan pemrosesan memori.
Faktor internal seperti usia dan hormon, serta faktor eksternal seperti cahaya, kafein, dan kebiasaan tidur, memengaruhi kualitas tidur. Kurang tidur berdampak negatif pada fungsi kognitif, emosi, sistem imun, dan keseimbangan hormonal. Oleh karena itu, penerapan sleep hygiene yang baik sangat penting untuk menjaga kualitas dan kesehatan tidur secara keseluruhan.
3.2 Saran
Dalam pertemuan PBL ini, kami telah mempelajari dan membahas mengenai pengertian tidur, mekanisme dan fisiologi tidur, serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tidur. Kami menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan, namun kami berharap bahwa laporan PBL ini dapat tetap bermanfaat bagi para pembaca. Para anggota PBL yang mengikuti diskusi ini diharapkan untuk dapat memahami materi yang telah didiskusikan agar dapat bermanfaat saat diskusi selanjutnya. Selain itu, anggota kelompok PBL diharapkan untuk dapat lebih aktif dalam berdiskusi dan saling melengkapi materi satu sama lain agar kegiatan PBL bisa menjadi salah satu sarana pembelajaran yang baik untuk mempelajari mengenai sistem saraf yang mempengaruhi proses tidur dan faktor-faktor yang mempengaruhi tidur. DAFTAR PUSTAKA
1. Paulsen, F., & Waschke, J. (2019). Sobotta atlas of human anatomy (24th ed.). Elsevier.
2. Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2020). Principles of anatomy and physiology (16th ed.). John Wiley & Sons.
3. Silverthorn D. Human phsyiology: An integrated approach. 8th ed. New York: Pearson; 2019.
4. Sherwood L. Human physiology: From cells to system. 9th ed. Boston: Cengage Learning; 2016.
5. Hall JE, Hall M. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 14th ed. Philadelphia: Elsevier; 2021. 753-762 p.
6. Bear M, Connors B, Paradiso M. Neuroscience: Exploring the brain. 4th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2016. 645-684 p.
7. Costanzo L. Costanzo physiology. 7th ed. Philadelphia: Elsevier; 2018.
8. Mastering Sleep Hygiene: Your Path to Quality Sleep [Internet]. [cited 2025 Apr 5].
Available from: https://www.sleepfoundation.org/sleep-hygiene
9. HP;, Holst SC;Landolt. Sleep-Wake Neurochemistry. Sleep Medicine Clinics , U.S. National Library of Medicine, pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35659070/. Accessed 3 June 2025.
10.