Mahasiswa dan mahasiswi yang terkasih, selamat pagi. Hari ini kita akan melanjutkan perkulian kita dengan materi dari bab tiga dari buku wajib yang berjudul Yesus Kristus, Sakramen Hidup Allah. Sebelum kita masuk ke dalam materi, sedikit dua poin yang akan saya singgung dari materi minggu yang lalu karena berkaitan dengan materi hari ini.
Yang pertama mengenai struktur simbolis atau struktur di dalam hidup bersama yang ada isi dan juga bentuknya, ada tegangan antara isi dan bentuknya. Sekaligus ada pengalaman-pengalaman yang disebut atau berstruktur sakramental. Kemarin kita sudah melihat ada dua syarat, pengalaman disebut atau berjiri atau berstruktur sakramental adalah yang pertama, Allah tidak dialami dalam pengalaman konkret tersebut. Dan yang kedua adalah pengalaman konkret yang ada, yang dialami, mengantar pada perjumpaan dengan Allah.
Rasanya ini menjadi hal penting yang perlu saya singgung terlebih dahulu. Baik, kita sekarang masuk ke materi hari ini dari bab tiga. Buku wajib, Yesus Kristus Sakramen Hidup Allah. Saya akan men-share PowerPoint yang sudah saya siapkan sebentar, minta tolong ditunggu.
Dan akan saya besarkan supaya lebih jelas. Bab tiga, Yesus Kristus Sakramen Hidup Allah. Pertanyaannya adalah, mengapa Yesus Kristus disebut Sakramen Hidup Allah? Ini yang akan kita jawab dalam bab ini.
Baik, untuk masuk ke sana, satu persatu langkah demi langkah akan kita lihat. Yang pertama, Sakramen tidak sama dengan tujuh Sakramen. Pandangan umum, kalau kita mendengar kata Sakramen, Bayangan kita adalah tujuh sakramen, itu sesuatu yang bisa jadi spontan kita pikirkan.
Demikian juga oleh sebagian besar umat, kalau mendengar sakramen, yang ada dalam bayangannya tentu saja adalah tujuh sakramen, seperti yang kita miliki sekarang ini. Tetapi apakah memang demikian? Jumlah tujuh sakramen baru ditetapkan sejak abad... ke-12. Secara resmi dikatakan bahwa gereja kita memiliki tujuh sakramen.
Pertama kali diajarkan dalam konsili Lyong yang kedua tahun 1274. Lalu penetapan ini disampaikan lagi dalam konsili Florence tahun 1439 dan konsili Trenti. pada tahun 1547. Mungkin menjadi pertanyaan bagi kita, kenapa kok diulangi dalam Konsili Forens dan Konsili Trenti? Tentu semua ini karena dalam konteks historis atau sejarahnya, ditetapkan dalam Konsili Lyong yang kedua, tahun 1274, karena pada waktu itu situasi abad pertengahan, alam pikir abad pertengahan yang menuntut... Kejelasan, ada definisi, ada jumlah yang jelas. Sebelumnya itu boleh dikatakan ada banyak pendapat, ada berapa sakramen yang kita miliki, 30, 100 atau berapa, lalu pada tahun ini ditetapkan 7 sakramen seperti yang kita miliki sekarang ini.
Lalu diulangi dalam konsili Florence karena Nah terkait dengan peristiwa sejarah kembalinya orang-orang Armenia ke dalam gereja Katolik, lalu kalau dalam gereja Katolik yang diakui adalah tujuh sakramen ini. Sedangkan konsili Trenti, karena pada waktu itu konteksnya adalah kaum reformator yang mengajarkan bahwa yang diakui oleh gereja hanya dua sakramen. bagi gereja protestan sekarang ini ya, dan dimulai oleh kaum reformator yaitu hanya Sakramen Baptis dan Sakramen Ikaristi, yang kita sebut sebagai Sakramen Ikaristi. Maka untuk menanggapi gerakan reformator tersebut, lalu gereja katolik menetapkan lagi atau menegaskan lagi jumlah tujuh sakramen ini dalam konsili terintik.
Lalu pembaruan liturgi yang mulai pada abad ke-19 dan nantinya puncaknya dalam konsili Vatikan ke-2, mengembalikan ke konsep Biblis-Pateristi. Arti sakramen ini yang pada abad ke atau abad pertengahan itu ditetapkan tujuh tadi, seolah-olah sakramen itu hanya tujuh sakramen itu. Tetapi pembaruan liturgi sekali lagi dan nantinya puncaknya dalam konsili Fatikan yang kedua, menetapkan atau mengembalikan arti sakramen ke dalam konsep Biblis dan Patristik. Setelah ini akan kita lihat.
Satu persatu ya, ini konteksnya dulu. Kini bahkan gereja juga disebut sebagai sakramen. Tidak hanya tujuh sakramen, gereja juga, bidang-bidang dalam gereja juga.
Contohnya, misalnya anak-anak misdinar yang berkumpul lalu latihan atau mengadakan ibadat bersama. Berkumpulnya seperti itu, anak-anak misdinar misalnya, contohnya saja itu juga berjiri sakramen. Sakramen kalau maksudnya, seperti yang saya sampaikan pada awal, atau pengantar tadi yang juga sudah kita lihat minggu yang lalu. Kita lanjutkan, makna istilah sakramen dan juga sejarahnya. Data dari kitab suci, kita pertama melihat istilahnya terlebih dahulu.
Kenapa kok kita memakai kata sakramen ini tidak lepas dari proses penerjemahan kitab suci kita dari bahasa Yunani ke bahasa Latin. Istilah kita mulai dari yang dalam tampilan berwarna kuning, sakramen. Kalian dapat. kira-kira menebak ini bahasa apa ini kira-kira sakramen ini. Mungkin kalian akan langsung mengatakan ini adalah bahasa latin gitu ya.
Kami sudah hafal dalam ujian-ujian kadang-kadang yang mengatakan ketika ditanya spontan ini, sakramen ini bahasa apa? Lalu spontan masih menyebut bahasa latin gitu. Padahal sakramen ini adalah sudah menjadi Bahasa Indonesia memang kita runut dari bahasa Latin, yaitu sacramentum, sacer, suci, kudus. Lalu kalau bahasa atau kata kerjanya sakrare, menyucikan. Lalu sacramentum artinya tindakan penyucian.
Nanti akan kita lihat sekali lagi. melihat akar katanya. Sekali lagi yang tadi saya sampaikan, sakramen ini yang dari bahasa latin sakramentum itu muncul karena atau dalam proses penerjemahan kitab suci dari bahasa Yunani ke bahasa latin.
Bahasa Yunaninya apa? Misterion Yunaninya. Mungkin dalam hidup sehari-hari juga bukan sesuatu yang asing, sering mendengar kata misteri. Baik di televisi maupun dalam hidup sehari-hari. Misalnya kalau drama itu misalnya, atau sinetron dulu, atau drama di televisi itu ya, misteri gunung merapi.
Atau dalam hidup sehari-hari, misalnya orang itu atau teman itu atau frater itu kok misterius sekali ya. Apakah artinya seperti itu? nanti akan kita lihat.
Sementara kita mengenali istilahnya dulu, Miserion Yunani. Ini berasal dari atau akarnya adalah Sod dalam bahasa Ibrani dan Ras dalam bahasa Aram atau Parsi. Masing-masing akan kita lihat.
Sakramentum tadi yang saya katakan. dari kalau kata sifatnya sacer, suci, kudus, kata kerjanya sakrare, menyucikan, sakramentum, artinya tindakan. Penyucian itu.
Mysterion, bahasa Yunani, menutup, artinya menutup sebuah tindakan. Ini kata kerja. Menutup mulut atau mata sebagai reaksi atas pengalaman akan iami ilahi.
Kalian dapat mempraktekannya. Kira-kira kalau orang... menutup mulut atau mata karena melihat sesuatu yang ilahi itu seperti apa.
Tetapi itu artinya ketika berhadapan dengan yang ilahi, sesuatu yang lebih besar, lalu reaksinya karena orang tidak bisa merumuskan dalam kata-kata, lalu ya mungkin hanya lalu ini reaksinya dengan mata atau mulut seperti ini ya. Artinya. Baik, itu dari...
Kalau dari istilahnya terlebih dahulu, sekarang kita melihat lebih dalam. Kata sakramentum merupakan tindakan penyucian dalam masyarakat Romawi kuno. Jadi dulu tidak pertama-tama menuju pada ritual tertentu, tetapi merupakan istilah yang juga dipakai dalam keseharian, yaitu tindakan penyucian dalam masyarakat.
Romawi misalnya sumpah prajurit, kalau sumpah prajurit tentu saja pada negara. Atau uang jaminan yang ditaruh di kuil, misalnya orang yang berselisih gitu ya, lalu mereka yang berselisih meletakkan uang, entah itu di depan patung Dewa Dewi di kuil atau di depan pejabat negara, lalu nanti yang terbukti salah. atau kalah, membiarkan uangnya tersebut untuk diambil oleh pemerintah atau juga oleh tentu saja pengurus kuil tersebut. Tetapi yang menang akan mengambilnya kembali.
Sakramentum untuk menerjemahkan Misterion dalam kitab suci seperti yang saya sampaikan tadi. Dalam kitab suci perjanjian lama, Misterion menunjuk suatu dinamik. Tegangan antara dua hal, tentu saja seperti yang kita lihat minggu kemarin, yang disebut sebagai isi, yaitu diri Allah dan rencana keselamatannya. Ini yang adalah isi, untuk gampang mengingatnya.
Dan bentuknya, yaitu pernyataan atau pelaksanaannya dalam sejarah. Seperti yang saya singgung pada awal tadi, atau kita ikuti minggu yang lalu, ada isi dan ada bentuknya. Ada tegangan antara isi dengan bentuk, karena tidak semua isi itu lalu terpahami di dalam bentuk. Demikian juga di sini. Dengan kata Miserion ini, mau menunjuk dinamik tegangan antara isinya, diri Allah, dan rencana keselamatannya.
Dan bentuknya yaitu pelaksanaan atau pernyataan dalam sejarah. Ingat ini kata sejarah ini penting ya, karena nanti akan kita bandingkan dengan konsepnya misalnya Plato. Kita lanjutkan. Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, kata Sakramentum ini. Melanjutkan gagasan perjanjian lama tentang Misterion, atau gagasan perjanjian lama tentang Misterion ini dilanjutkan.
Saya munculkan dulu. Tadi isinya merupakan dinamik tegangan antara isi dan bentuk isinya, diri Allah dan rencana keselamatannya. Lalu bentuknya adalah yang dinyatakan, yang terjadi dalam peristiwa, dalam pengalaman sejarah.
Tetapi apa yang baru dalam perjanjian baru? Dinamik tegangan antara diri Allah dan rencana keselamatannya tadi sebagai isi, dan bentuknya yang dinyatakan, yang tampak di dalam sejarah, kini terlaksana atau terpenuhi dalam diri Yesus Kristus. Nanti teks.
kolose dari dua ayat dua ini silahkan nanti dibaca, dicek ya. Ada kata misteri yang dimunculkan di sana. Atau dari buku wajib bab tiga juga dikutip di sana. Sekali lagi, dari perjanjian baru, melanjutkan konsep misterion dalam perjanjian lama.
Hanya yang baru adalah, kalau tadi dalam perjanjian lama kan, diri Allah dan rencana keselamatannya dinyatakan dalam sejarah, atau tampak dalam sejarah, kini telah sana terpenuhi dalam diri Yesus Kristus. Kita lanjutkan, untuk menyimpulkan apa arti dari Sakramentum yang menerjemahkan Misterion. Ini ya dari bahasa Yunani tadi.
Makna istilah Sakramentum atau Misterion secara Biblis senantiasa menunjuk dua ciri ini. Yang pertama, merupakan tegangan dinamis antara dua hal yang tadi sudah Saya ulang-ulang, antara yang ilahi yaitu Allah dan rencana penyelamat atau keselamatannya, dan yang manusiawi yaitu pelaksanaannya dalam sejarah antara isi dan bentuk. Ini sesuatu yang sering kita dengar.
Lalu yang kedua, sejarah penyelamatan Allah yang terpenuhi dalam diri Yesus Kristus. Nanti kalau dalam ujian, dan minta tolong ini diingat-ingat terus, nanti sampai ujian bakaloreat, itu bisa jadi akan ditanyakan, apa arti sakramen? Lalu biasanya mahasiswa menunjuk sakramen dari sakramentorum, dari miserion, dan seperti dalam bagan tadi, lalu berhenti, itu tidak cukup. Tetapi...
silahkan untuk menunjukkan bahwa kalian memang benar tahu arti dari sakramen, lalu sampai pada kesimpulan ini, apa istilah sakramentum miserion. Yaitu kita kembali ke Biblis, menunjuk dua ciri ini, tegangan dinamik antara isi dan bentuk yang ilahi dan yang manusiawi, alah dan rencana keselamatannya, dan yang kelihatan yang manusiawi. pelaksanaannya dalam diri sejarah dan ingat dalam perjanjian baru sejarah penyelamatan Allah tadi terpenuhi dalam diri Yesus Kristus. Setelah ini kita juga akan masuk di bagian ini, kembali ke sana.
Sekarang kita terlebih dahulu melihat perkembangan singkat dalam sejarah teologi Sakramentum dan Misterion ini. Abad patristik, abad ke-2 sampai ke-4. Di satu sisi, makna misterion atau sakramentum masih melanjutkan gagasan kitab suci. Perjanjian lama dan kemudian dilanjutkan dengan perjanjian baru tadi. Yang terpenuhi dalam diri Yesus Kristus, yang tadi sudah kita lihat bersama.
Di lain pihak, istilah sakramentum juga digunakan untuk macam-macam pengertian upacara suci. Karena pengaruh kafir. Itulah sebabnya apa-apa disebut sakrament.
Tadi saya pada awal sudah mengatakan tujuh sakrament itu baru ditetapkan dalam, kalian ingat konsili apa dan tahun apa pertama kali? Konsili Liong Yangga. 1274. Sebelumnya ada begitu banyak atau banyak hal disebut sebagai sakramen.
Contohnya membuat tanda salib. Itu sudah disebut sakramen. Doa Bapak kami disebut sakramen. Membuka sepatu atau menutup talinya.
Itu juga disebut sakramen. Sakramen-sakramen yang kita kenal apalagi. Baptis.
Igaristi tentu saja juga masuk di sana. Ada banyak jumlah belum ditetapkan menjadi tujuh tadi pada masa ini. Namun, masa patristik ini masih mudah memikirkan misterion, sakramentum secara simbolis, karena pengaruh atau filsafat yang berpengaruh pada waktu itu adalah filsafat Plato. Kalian ingat?
Sudah belajar mengenai dunia ide. yang disampaikan oleh Plato itu ya, dan apa yang real yang kita hadapi, yang real menurut kita. Misalnya, contohnya apa ya, ini barang yang saya pegang, misalnya ini bulpen gitu ya, Menurut ide dari Plato, apa yang kita lihat ini adalah cerminan atau pantulan dari dunia ide, yang real adalah dunia ide.
Ini lalu akan memudahkan kita, pemahaman kita untuk tahu arti dari sakramentum atau misterion ini. lalu kita lanjutkan dulu untuk nanti melihat perbedaannya dengan masa selanjutnya, ya masa atau abad pertengahan kita melompat ke sana. Yang terjadi pada masa ini adalah terjadi penyempitan pemahaman sakramen.
Sekarang sakramen pada masa ini adalah Berjumlah tujuh, ini saya baca dulu, nanti satu persatu kita lihat. Sakramen sebagai ritus, dipahami sebagai ritus, paham ya perbedaan sekarang di sini. Kalau tadi konsep Biblis, lalu patristik, masih melanjutkan, atau patristik melanjutkan konsep Biblis tadi, menunjuk tegangan antara isi dan bentuknya tadi, sekarang.
Seperti yang dilihat di sini, sakramen dilihat sebagai ritus. Lalu jumlahnya tujuh sakramen sebagai tanda yang mengerjakan apa yang ditandakan. Ada banyak istilah yang muncul di sini. Nanti akan kita lihat dalam salah satu bab lima atau bab enam, kita akan berbicara mengenai konsep-konsep di dalam abad pertengahan ini.
Sementara kita pahami seperti ini saja dulu. Lalu tekanan pada kausalitas, karena pengaruh pada masa ini adalah filsafat Aristoteles. Perbedaannya dengan tadi pada masa patristik.
Lalu pada masa ini, masih di poin yang pertama, didefinisikan apa itu sakramen, jumlahnya berapa, lalu daya guna masing-masing sakramen itu apa. Apa syaratnya bagi pelayan, apa syaratnya bagi perima, lalu prinsipnya, apa yang menjadi materianya, lalu rumusannya, yang mendominasi pada masa ini. Jadi perubahannya terasa ya, tadi yang konsep Biblis, lalu dilanjutkan patristik, menunjuk tegangan tadi, sekarang. Pada definisi-definisi macam ini.
Nah, pandangan pada abad pertengahan ini bertahan hingga awal abad ke-19. Berlaku panjang. Baik, kita lanjutkan.
Abad 20. Pertengahan pertama. Mulai abad ke-19, muncul gerakan-gerakan pembaruan liturgi, juga teologi secara lebih luas. Baik itu oleh hirarki, oleh pemimpin gereja tertentu, oleh teolog dan juga oleh umat.
Yang terkenal, gerakan atau pembaruan teologi misteri oleh Oduk Hasel. Oduk Hasel ini nama orang dari... berkarya di Jerman sana. Lalu gerakan kembali ke sumber, yaitu ke kitab suci dan patristik.
Tadi mengembalikan pada masa pembaruan ini, mulai muncul gerakan untuk kembali ke apa yang menjadi konsep dari kitab suci dan patristik. Sebelumnya, sampai abad ke-20 ini kan... Didominasi oleh konsep-konsep dalam abad pertengahan. Lalu konsili Fatikan II meneguhkan gerakan pembaruan liturgi dan teologi mengembalikan pemahaman sakramen secara biblis dan patristik. Kita ingat tadi kata kunci dari konsep biblis soal sakramentum, misterion tadi, tegangan, dinamik tegangan antara diri Allah.
dan karya penyelamatannya, dan juga perwujudannya di dalam sejarah dan dalam perjanjian baru, itu terlaksana secara puncaknya dalam diri Yesus Kristus. Lalu, kalau kemudian kembali ke konsep Biblis dan Patristik, Lalu paham sakramen diperluas tidak hanya pada tujuh sakramen tadi yang ditetapkan, dirumuskan dalam atau pada masa abad pertengahan. Seperti yang saya contohkan pada awal tadi juga. Untuk merangkum apa yang sudah saya sampaikan, ada beberapa poin. Kini ciri sakramental bisa dikenalkan secara luas ke berbagai bidang hidup gereja.
Sejauh, saya geser sebentar. Bidang itu mengungkapkan pengalaman akan Allah. Dan bidang itu sebagai peristiwa manusiawi historis yang memang terbuka pada Allah. Tadi saya sudah memberi contoh mengenai misalnya... jemaat yang berkumpul, lalu bersama, berdoa, dan juga menunjukkan ini gereja yang berdoa, misalnya anak-anak miskinan juga termasuk di dalamnya.
Itu termasuk di dalamnya. Berbagai bidang gereja, tidak hanya tujuh sakramen, tetapi bidang-bidang itu mengungkapkan pengalaman akan Allah, dan bidang itu sebagai peristiwa manusia historis yang memang terbuka. pada Allah. Pemikiran sakramental dalam kitab suci. Struktur atau ciri sakramental terdapat dalam kitab suci.
Yang ilahi dalam yang manusiawi. Seperti yang sebenarnya sudah kita lihat bersama tadi. Ada isi, ada bentuk yang ilahi.
diri Allah dan rencana keselamatannya tampak atau terlaksana atau menjadi pengalaman bagi kita dalam peristiwa manusiawi. Dan tadi saya mengajak untuk menggarisbawahi kata sejarah tadi, yang real, yang konkret. Ini yang membedakan dari konsepnya Plato.
Kalau Plato, dunia ini lalu... bayangannya dalam yang kelihatan tadi, misalnya bulpen tadi, lalu diterangkan dalam konsep-konsep mitologis yang bukan sejarah. Kalau dalam kitab suci, terjadi dalam sejarah bangsa Israel misalnya. Berbagai peristiwa dapat dilihat menurut struktur sakramentalnya.
Ini saya sebutkan dulu, nanti sedikit kita lihat. Peristiwa eksodus keluarnya bangsa Israel dari Mesir. Lalu Pesta Pasca, Hukum Taurat, dan tanda-tanda kehadiran Allah yang lain. Misalnya peristiwa Exodus.
Bangsa Israel keluar dari Mesir menuju tanah terjanji. Dan itu dihayati, ditangkap sebagai pengalaman Allah yang membebaskan mereka. Dan kemudian dirayakan atau dikenangkan, dihadirkan lagi di dalam Pesta Pasca ini. Atau hukum Taurat misalnya, tidak hanya sekedar hukum saja, tetapi menghadirkan perjanjian antara Allah dan manusia.
Atau tanda-tanda kehadiran Allah, misalnya dalam kisah semak yang terbakar misalnya, atau ketika keluar dari Mesir, lalu dengan mujizat Allah yang dibuat atau dihadirkan oleh Musa misalnya. Ini contoh-contohnya saja. Kita lanjutkan, Yesus Kristus Sakramen Allah, ini yang kita bicarakan dalam bab ini, walaupun tadi isinya setulnya sudah kita pahami. Perjanjian baru melanjutkan pemikiran sakramental perjanjian lama, dinamik tegangan antara diri Allah dan karya penyelamatannya yang terjadi, yang tampak di dalam peristiwa sejarah. Dan Yesus Kristus adalah puncak.
pemenuhan sejarah keselamatan Allah. Tadi awal saya bertanya, kenapa Yesus Kristus disebut sebagai sakramen hidup Allah? Yesus Kristus juga berciri sakramental. Karena ada dua poin ini, mari kita perhatikan. Berciri ilahi, karena dalam dirinya kita mengalami Allah, ia sungguh Allah, dan dalam diri Yesus Kristus berciri manusiawi.
Yesus sungguh manusia tanpa hidup dalam sejarah, yaitu dalam konteks Israel sana. Terbukti bahwa Yesus sungguh hidup dalam peristiwa sejarah. Diri Allah dan rencana penyelamatannya kini hadir dalam diri Yesus Kristus yang adalah tokoh sejarah.
Maka Yesus Kristus juga berjiri, kita sebut berjiri sakramental. Yesus Kristus menghadirkan atau adalah kehadiran dari Allah sendiri. Adalah Allah yang menyelamatkan. Ya, kita lanjutkan karena begitu semangat saya sampai hilang. suaranya.
Data kitab suci, silakan nanti dibuka sendiri. Ini contoh-contohnya saja. Misalnya Kolose, bab 2, ayat 2, lalu Ibrani, bab 1, ayat 3, dan juga ada ayat-ayat yang lain. Silakan nanti dicek sendiri yang menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah tanda atau kehadiran dari Allah sendiri. Nanti persisnya agar tidak terlalu lama videonya.
Silahkan ayat-ayatnya ini sungguh-sungguh dibaca dan ditandai yang penting. Lalu dalam sejarah teologi lengkapnya ada di buku halaman 76-78 yang mengatakan bahwa Yesus Kristus itu adalah diri Allah atau Allah yang menyelamatkan dan kini. tampak tadi ya konsepnya dalam sejarah.
Misalnya dimulai dari bapak-bapak gereja merumuskan di sana Irenius, atau juga dalam konsili-konsili pertama Anisya, Konstantinople, lalu Ephesus, dan juga konsili-konsili yang lain. Dilanjutkan dengan misalnya Agustinus juga menyampaikan sesuatu, kaum Reformator juga berbicara, dan pada akhirnya Konsili Fatikan yang kedua. Nanti apa yang disampaikan, saya kira tidak terlalu panjang di sana, pokok-pokok yang mereka sampaikan dapat dilihat di halaman ini.
Sekarang kita masuk ke... Bagian selanjutnya, Yesus Kristus sebagai sakramen kebersamaan dengan Allah. Saya kira ini slide terakhir untuk hari ini. Pengalaman hidup bersama sebagai panggilan manusia. Kemarin dalam bab satu sudah kita lihat hal ini.
Dan manusia merindukan akan keselamatan, akan Allah, tetapi masih kabur. Sekali lagi. Kebersamaan itu menjadi panggilan manusia dan manusia merindukan kebersamaan, keselamatan dengan Allah. Ini menjadi kerinduan dari manusia. Dan jawaban kerinduan itu ada atau terpenuhi dalam diri Yesus Kristus.
Dialah puncak sejarah keselamatan dan kriterium pengalaman kerinduan manusia akan Allah. Dalam diri Yesus Kristus. yang adalah tokoh sejarah tadi, kita melihat Allah yang hadir.
Kita merasakan Allah yang hadir dan juga rencana keselamatannya terpenuhi. Ingat, tadi kata kuncinya adalah adanya dinamik tegangan antara diri Allah dan rencana keselamatannya. Dan terjadi atau terlaksana dalam sejarah.
Dan kita lihat tadi konsep dalam perjanjian baru terpenuhi. Atau berpuncak dalam diri Yesus Kristus. Yang C, pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana orang tahu dan mengenal Yesus Kristus? Jawabannya adalah, lihat gereja.
Dalam gereja kita bertemu, kita mengalami, dan kita menyambut Yesus Kristus. Yesus Kristus disebut. Sakramen hidup dari Allah, karena dalam diri Yesus itu kita, dalam diri Yesus Kristus yang konkret, yang real, yang adalah tokoh sejarah.
Kita berjumpa dengan Allah, dengan merasakan rencana keselamatannya, dan pertanyaan di sini, lalu bagaimana kita mengenali Yesus Kristus? Dalam gereja, dalam gereja atau melalui gereja kita mengenal Yesus Kristus itu. Lalu pertanyaannya, kalau dilanjutkan lagi, apakah gereja juga kemudian berciri sakramental? Tadi memang sudah saya sebut, ya tetapi bagaimana kita memahaminya?
Untuk poin ini, silakan bersabar. Dan kita menunggu minggu depan soal gereja ini ya. Gereja disebut sebagai, atau berjiri sakramental juga, menghadirkan Yesus Kristus tadi. Ada dinamik tegangan juga di dalamnya. Persisnya bagaimana kita lihat atau kita ikuti minggu depan.
Poin minggu ini adalah kita... memahami bahwa Yesus Kristus adalah sakramen hidup dari Allah. Baik, ini beberapa poin penting dari pertemuan kita.
Silahkan mencatat pertanyaan atau hal yang ingin didiskusikan nanti pada jam kedua nanti akan kita sampaikan. Baik, selamat belajar dan nanti mari kita berdiskusi. Bersama.