⚖️

Kasus Pembunuhan oleh Anak SMA di Korea

Jul 16, 2024

Kasus Pembunuhan oleh Anak SMA di Korea

Konteks Sosial

  • Pentingnya Universitas Ternama di Korea: Masuk ke universitas ternama seperti Seoul University, Korea University, atau Yonsei University sangat dipandang tinggi di Korea.
  • Tekanan Akademik: Sama seperti di Indonesia, universitas ternama di Korea memiliki gengsi yang tinggi.

Profil Keluarga

  • Anggota Keluarga: Terdiri dari ayah, ibu, dan seorang putra (disebut "Jigungun").
  • Perceraian: Orang tua bercerai saat Jigungun berusia 14 tahun. Jigungun tinggal dengan ibu, ayah mengirimkan uang bulanan sebesar 1 juta won (~12-14 juta rupiah).
  • Kepandaian Anak: Jigungun tergolong pintar, mendapat nilai TOEIC 900 dan ranking 4500 di seluruh Korea saat SMP.

Kondisi Setelah Perceraian

  • Menurunnya Motivasi Belajar: Setelah perceraian, motivasi belajar Jigungun menurun drastis meski tekanan dari ibu semakin tinggi.
  • Ekspektasi Ibu: Ibu menuntut agar Jigungun masuk Seoul National University jurusan hukum.
  • Kondisi Rumah: Atmosfer rumah tidak mendukung, penuh dengan tekanan dan hukuman fisik jika Jigungun tidak belajar dengan baik.

Perlakuan Kasar dari Ibu

  • Hukuman: Jika nilai Jigungun buruk, dia dihukum secara fisik (dipukul, tidak diberi makan).
  • Kondisi Keseharian: Jigungun sering mengenakan celana panjang meskipun panas untuk menutupi luka akibat hukuman.
  • Tekanan Sejak Kecil: Sejak usia 7 tahun, Jigungun sudah mengalami tekanan yang besar dari ibunya.

Kejadian Hari H

  • Hari Pertemuan Orang Tua-Guru: Pada 14 Maret 2011, ada rencana pertemuan orang tua-guru untuk membahas masa depan akademik siswa.
  • Nilai Ranking yang Tidak Memuaskan: Jigungun memiliki ranking 4000, lalu diubah menjadi 62 untuk menunjukkan kepada ibunya.
  • Reaksi Ibu: Meski sudah diubah, ibunya tetap marah besar, memukul Jigungun hingga 200 kali pada 13 Maret malam hingga 8 pagi.
  • Kondisi Psikologis: Tidak tidur dan tidak makan, dalam kondisi sangat sensitif dan depresi.
  • Puncak Emosi: Mengakibatkan Jigungun membunuh ibunya dengan mencekik hingga tewas pada 13 Maret 2011.

Setelah Pembunuhan

  • Kehidupan Biasa: Hidup seperti biasa, mengajak teman-teman ke rumah tanpa ada yang tahu bahwa ibunya sudah meninggal.
  • Penyelidikan Polisi: Kasus terungkap setelah ayah datang ke rumah pada bulan November 2011 dan curiga karena mantan istrinya tidak pernah memberikan kabar.

Pengadilan dan Hukuman

  • Hukuman Penjara: Jigungun dihukum 3 tahun penjara, dianggap ringan karena biasanya hukuman pembunuhan minimal 7 tahun.
  • Sindrom Anak yang Dianiaya: Banyak yang berpikir bahwa ini lebih sebagai dampak dari sindrom anak yang mengalami kekerasan daripada dia adalah psikopat.
  • Psikologis Ibu: Ibu juga mengalami kekerasan saat kecil dari ayahnya.

Pesan Moral

  • Hasil Kekerasan: Keduanya, ibu dan anak, adalah korban tindak kekerasan.
  • Saran untuk Orang Tua dan Anak: Jangan menjadi korban atau pelaku kekerasan; carilah bantuan jika kamu korban dan sadarlah jika kamu pelaku.